Anda di halaman 1dari 13

NILAI-NILAI FILSAFAT PANCASILA

DALAM KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA

Dosen Pembina Mata Kuliah


Prof. Dr. Dominikus Rato, S.H., M.MSi

Disusun oleh
Eko Budianto
NIM 210730101011

PROGRAM PASCASRJANA
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER
2022
NILAI-NILAI FILSAFAT PANCASILA
DALAM KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA

ABSTRAK

Pancasila is also the source of all sources of law, and as a way of life for the Indonesian people,
as well as Pancasila as the spirit or soul of the nation. Pancasila as the philosophical system
of the Indonesian nation and state, this means that in essence Pancasila developed from the
results of emerging cultural values, cultural values, and religious elements found in
society.Pancasila as the basis of the state is a national legal philosophy that has an imperative
nature, namely Pancasila is used as the basis and direction for the development of a national
legal philosophy and becomes a reference in the preparation, development and development
of a legal philosophy that is consistent and relevant to the values of Pancasila. The concept of
a state of law that applies in Indonesia is the state of Pancasila law which is characterized by
the plurality of society, cultural diversity, local wisdom, politeness in religion and piety of
other social values.
#Keywords: Pancasila as the nation's philosophical system, Pancasila as the philosophy of
national law, and Indonesia as a state based on Pancasila with plural character.

Pancasila juga sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, juga pancasila sebagai ruh atau jiwa bangsa. Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa
dan negara Indonesia, hal ini bahwa hakikatnya Pancasila berkembang dari hasil nilai-nilai adat
istiadat yang muncul, nilai kebudayaan, dan unsur-unsur relijius yang terdapat di masyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan falsafah hukum nasional mempunyai sifat imperatif,
yaitu Pancasila dijadikan dasar dan arah pengembangan falsafah hukum nasional dan menjadi
acuan dalam penyusunan, pembinaan dan pengembangan falsafah hukum yang konsisten dan
relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Konsep negara hukum yang berlaku di Indonesia adalah
negara hukum Pancasila yang berkarakter dari sifat kemajemukan masyarakat, keragaman
budaya, kearifan lokal, kesantunan dalam beragama dan kesalehan nilai-nilai sosial lainnya.
#Kata Kunci: Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa, Pancasila sebagai falsafah hukum
nasional, dan Indonesia adalah negara hukum Pancasila yang berkarakter kemajemukan.
I. PENDAHULUAN

Tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam


alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Sehingga
pembentukan peraturan perundang-undangan tentunya untuk mencapai tujuan dari
pembentukan negara tersebut.

Pancasila merupakan dasar falsafah negara Republik Indonesia yang tercantum


dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang telah ditetapkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan
pedoman untuk mengatur penyelenggaraan negara dan kehidupan bangsa Indonesia.
Notonagoro dalam Rozikin, (1995:10) menjelaskan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara mempunyai kedudukan yang istimewa dalam berbangsa dan bernegara (kaidah
bangsa yang bersifat fundamental). Selain sebagai dasar negara Pancasila juga sebagai
sumber dari segala sumber hukum, dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,
juga pancasila sebagai ruh atau jiwa bangsa. Sebagai falsafah negara (philosofische
gronslag), Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara dan dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Ada lima prinsip sebagai philosofische
grondslag bagi Indonesia, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-
kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan yang
berbudaya.

Pembentukan hukum bertujuan mulia untuk keadilan masyarakat dengan sifat


pemberlakuannya memaksa dan mengatur kehidupan sosial masyarakat (social control)
sebagai individu maupun entitas tentunya akan terjadi pergelutan terhadap individu-
individu maupun kelompok-kelompok yang berkepentingan dan berbeda sosial budaya
serta pandangan politik maupun ideologi negara. Dalam memandang keadilan sebagai
tujuan mulia hukum, W. Friedmann menilai bahwa keadilan dipandang sebagai sikap
tidak memihak (impartiality).1 Sikap inilah yang mengandung gagasan mengenai
persamaan (equality) yaitu persamaan perlakukan yang adil terhadap semua orang.

1
W. Friedmann, 1971, The State and The Rule of Law in Mix Economy. London : Steven & Son, halaman 385
Sedangkan konsep keadilan menurut hukum murni Hans Kelsen (reine rechlehre)2
hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non yuridis seperti unsur sosiologis, politis,
historis, bahkan nilai-nilai etis. Selain itu, tujuan keadilan dari hukum yang menjadi
harapan dari adanya suatu peraturan, hendaknya dikemas dalam suatu mekanisme yang
mendukung hakekat keadilan itu sendiri. Hukum harus memastikan bahwa suatu
peraturan perundang-undangan tidak hanya diatas kertas, akan tetapi hukum harus
memastikan bahwa suatu peraturan dapat diimplementasikan, tanpa terkecuali (Surono,
2013: 107-108).

Secara etimologis sitilah filsafat berasal dari bahasa yunani “Philen” yang
artinya cinta dan “sophos” yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom.
Dalam pengertian lain, dijelaskan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani,
Philosophia. Terbentuk dalam dua kata yaitu philos dan sophos atau philein dan sophia.
Philos dapat diartikan "teman" atau “sahabat", sedang sophos berarti "kebijaksanaan
atau kearifan”. Sementara itu, philein adalah "mencintai" dan Sophia adalah
"kebijaksanaan". Jadi, berfilsafat dapat di artikan mencintai kebijaksanaan atau
bersahabat dengan kearifan (Antoni, 2012.1). Sistem filsafat merupakan hakikat dari
pancasila. Pengertian dari sistem itu sendiri adalah bagian-bagian yang saling berkaitan
satu sama lain, saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama (Kaelan,
2000.154-155).

Dalam penerapannya filsafat Pancasila digunakan sebagai paradigma


pembangunan tata hukum nasional. Pancasila merupakan inti dari pembangunan tata
hukum nasional dan kesuksesan pembangunan tata hukum sendiri juga dilihat dari
seberapa besar akan kesadaran hukum bagi masyarakat itu sendiri. Keterkaitan aspek
dalam membangun tata hukum bernegara yang harus dijiwai dan diterapkan nilai-
nilainya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena Pancasila merupakan
aturan / norma-norma yang tidak bisa dipisahkan dalam berbagai kegiatan penegakan
hukum agar sesuai nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cerminan dari Pancasila itu
sendiri telah tertuang dalam lima sila dan sebagai bangsa yang taat hukum negara kita
sudah sepatutnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2
Hans Kelsen, Introduction to The Problem of Legal Theory, Clarendon Press-Oxford, 1996, Halaman 42
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dilakukan pembahasan konsepsi nilai-
nilai filsafat Pancasila dalam tata hukum nasional, pertama tentang perwujudan nilai-
nilai falsafah Pancasila yang dijadikan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
dan kedua, bagaimana karakteristik konsep negara hukum yang bersendikan Pancasila.

II. PEMBAHASAN

1. Perwujudan nilai-nilai falsafah Pancasila yang dijadikan sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental.

Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan falsafah


serta ideologi bangsa dan negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, yaitu nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Melalui sidang BPUPKI dan PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila disahkan sebagai dasar falsafah negara (Philosofische
Gronslag) Republik Indonesia. Berdasarkan kedudukan Pancasila tersebut maka
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintah negara
/ penyelenggara negara. Oleh sebab itu, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara terutama peraturan perundang-undangan negara dijabarkan dan diderivikasi
dari nilai-nilai Pancasila (M.Ali Mansyur, 2005:3-4).

Secara teoritis, Pancasila merupakan falsafah negara (philosofische gronslag).


Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara dan dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara. Ada lima prinsip sebagai philosofische grondslag
bagi Indonesia, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-
kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan yang
berbudaya.

Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa dan negara Indonesia, hal ini bahwa
hakikatnya Pancasila bukan hanya hasil dari pemikiran-pemikiran bagi oleh seorang
kelompok atau seseorang sebagaimana ideologi-ideologi lain. Melainkan Pancasila
berkembang dari hasil nilai-nilai adat istiadat yang muncul, nilai kebudayaan, dan
unsur-unsur relijius yang terdapat di masyarakat sebelum membentuk sebuah negara.
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara, serta
falsafah bangsa Indonesia.

Lebih lanjut Pancasila sebagai dasar negara merupakan falsafah hukum


nasional seharusnya mempunyai sifat imperatif, yaitu Pancasila dijadikan dasar dan
arah pengembangan falsafah hukum nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan,
pembinaan dan pengembangan falsafah hukum yang konsisten dan relevan dengan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri (M.Ali Mansyur, 2005:66). Dari beberapa penjelasan
tentang kedudukan Pancasila, menunjukkan bahwa sebagai dasar falsafah negara,
Pancasila adalah sebagai sumber segala sumber hukum bagi bangsa Indonesia.
Bertolak pada pendapat tersebut maka menjadi keniscayaan bahwa dalam
menetapkan suatu peraturan yang menjadi dasar dalam menyelenggarakan kehidupan
berbangsa dan bernegara harus menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan
filsafati.

Pancasila sebagai dasar negara, hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat
dan Negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Secara historis, Pancasila
diambil dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga mempunya fungsi dan
peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam landasan filsafati Pancasila pada hakikatnya dibedakan atas dua


kelompok, yaitu secara material dan formal. Secara material, Pancasila merupakan
filsafat hidup bangsa yang dapat dihayati sebagai jiwa bangsa, kepribadian bangsa,
sarana tujuan hidup bangsa, pandangan hidup bangsa dan pedoman hidup bangsa.
Secara formal Pancasila merupakan dasar filsafat negara, yaitu sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara Indonesia dan juga sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia dalam bernegara. Pancasila tidak sekedar mempunyai arti dan manfaat
dalam memberikan jawaban atas pertanyaan asal negara, sifat negara, tujuan
negara,dan tugas bekerjanya negara serta sikap, akan tetapi Pancasila juga merupakan
pedoman untuk penentuan sikap dan pemberian bentuk kepada negara yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila secara
ilmiah merupakan pedoman dalam berbangsa dan bernegara bagi masyarakat
Indonesia.
2. Karakteristik konsep negara hukum yang bersendikan Pancasila.

Hukum memainkan peranan yang penting dalam suatu masyarakat, dan


bahkan mempunyai multifungsi untuk kebaikan masyarakat, demi mencapai
keadilan, kepastian hukum, ketertiban, kemanfaatan, dan lain-lain tujuan hukum.
Akan tetapi, keadaaan sebaliknya dapat terjadi bahkan sering terjadi, dimana
penguasa negara menggunakan hukum sebagai alat untuk menekan masyarakat, agar
masyarakat dapat ikut dengan apa yang diinginkan oleh penguasa negara. Hal ini
tentunya mempunyai potensi tidak tercapainya keadilan dalam penerapan hukum itu
sendiri.

Teori lain yang berbicara tentang keadilan adalah teori yang dikemukakan
oleh John Rawls (John Rawls, 1971 : 310). Ada tiga hal yang merupakan solusi bagi
problema keadilan, pertama prinsip kebebasan yang sama bagi setiap orang (principle
of greatest equal liberty), tentang hal ini dirumuskan oleh John Rawls sebagai
berikut: Each person is to have an equal right to the most extensive basic liberty
compatible with a semilar liberty of thers, rumusan ini mengacu pada rumusan
Aristoteles tentang kesamaan hak dan penggunaannya berdasarkan hukum alam.
Rumusan ini inhern dengan pengertian equal yakni sesama manusia adalah sama
sederajat. Hal ini sebagai wujud pengakuan bahwa manusia hidup bersama sebagai
makhluk sosial, sehingga penentuan hak atau keadilan yang diterapkan adalah
keadilan yang memperhatikan lingkungan sosial atau keadilan sosial.

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, UUD 1945 sebagai
hukum dasar menempatkan hukum sebagai penentu sistem ketatanegaraan Indonesia.
Sehingga konsep kenegaraan Indonesia menentukan bahwa pemerintah menganut
paham konstitusional, yaitu pemerintahan dibatasi oleh ketentuan yang temuat dalam
konstitusi. Pada negara yang bersistem konstitusi terdapat hirarki perundangan,
dimana UUD berada di puncak piramida sedangkan ketentuan yang lain berada di
bawah konstitusi. Konstitusi yang demikian ini dikenal dengan “stufenbau theory”
Hans Kelsen (Hans Kelsen, 1961 : 110).

Keadilan harus terkait pada dua hal di dalam kehidupan berkelompok di


Indonesia yaitu: Keadilan terkait dengan ketertiban bernegara dan keadilan terkait
dengan kesejahteraan sosial. Dari dua aspek peranan hukum sebagai alat dapat
diperoleh gambaran tentang keadilan yang harus ditumbuhkan, oleh karenanya
terhadap produk-produk hukum yang dihasilkan, tidak jarang terjadi perdebatan
tentang apakah perangkat peraturan hukum tersebut, telah dibentuk dengan tolok ukur
tertentu, dimana dengan menggunakan parameter tersebut dapat diidentifikasikan
bahwa sebuah perangkat hukum yang terbentuk bukan sekedar realisasi dari
kepentingan golongan atau perseorangan tertentu semata-mata.

Abdurrahman Wahid (1991:163) menjelaskan Pancasila sebagai falsafah


negara berkedudukan sebagai kerangka berpikir yang wajib diikuti dalam proses
penyusunan undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan
kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga
dan perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini dalam prinsip berkeadilan.
Dengan maksud bahwa pancasila merupakan sumber hukum dasar negara Indonesia,
sehingga semua yang mengandung peraturan hukum positif Indonesia akan
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila.

Sedangkan Padmo Wahyono menjelaskan negara hukum Pancasila


bersusmber pada asas kekeluargaan yang termaktub dalam UUD 1945. Dalam asas
kekeluargaan rakyat adalah titik pusat utama, tetapi harkat dan martabatnya masih
tetap dihargai. Seperti dalam Pasal 33 UUD 1945 menjelaskan secara khas asas
kekeluargaan ini. Padmo menegaskan kembali ada tiga fungsi hukum (Negara
hukum) dilihat dari cara pandang asas kekeluargaan yaitu: (1) penegakkan sistem
demokrasi yang sesuai dengan rumusan tujuh pokok sistem Pemerintahan Negara
dalam penjelasan UUD 1945; (2) mewujudkan asas keadilan sosial bagi seluruh
rakayat Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal 33 UUD 1945; dan (3)
menegakkan perikemanusiaan yang adil dan beradab yang dilandasi dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Negara hukum Indonesia adalah suatu organisasi bangsa Indonesia yang atas
Rahmat Allah Yang Maha Esa dan di dorong oleh keinginan luhur bangsa untuk
berkehidupan kebangsaan yang bebas berdasarkan suatu ketertiban menuju suatu
kesejahteraan sosial (Wahyono, 1991.132). Oemar Seno Adji berpendapat bahwa
negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Sebab Pancasila dijadikan
sebagai landasan pokok dan sumber hukum utama, maka konsep negara hukum di
Indonesia dapat diartikan sebagai negara hukum Pancasila. Salah satu dari ciri pokok
negara hukum pancasila ialah adanya kebebasan beragama (freedom of religion).
Tetapi, dalam kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam konotasi positif
yang artinya tidak ada propaganda anti agama.

Negara dalam hal memegang kekuasaan memiliki arti bahwa fungsi untuk
membuat suatu masyarakat yang teratur, serta menegakkan hukum menjadi
bermanfaat dan efektif, serta dibalik itu hukum juga dapat menjadi alat untuk
membatasi tidakan sewenang-wenang oleh negara. Ini adalah sebuah konsekuensi
dari sebuah negara hukum, bahwa negara harus menjamin dan melindungi rakyat
dalam segala aspek bidang kehidupan. Hukum menjadi kaidah-kaidah yang mengatur
akan kepentingan warga negara guna untuk menghindari sikap intervensi antar
kepentingan warga negara.

Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai


Pancasila menjadi dasar dari setiap produk hukum. Konsep Negara hukum Pancasila
itu harus mampu menjadi sarana dan tempat yang nyaman bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Negara hukum Pancasila mengandung sifat kolektif, personal dan religius.
Implementasi dari sifat tersebut adalah keseimbangan, keselarasan, harmonis.
Hukum negara merupakan nilai kemanusiaan agar harkat dan martabatnya terjaga dan
hukum negara harus disesuaikan apabila mengganggu keselarasan kehidupan
bersama.

Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan sumber atau


kaidah dasar dalam kerangka pembentukan dan implementasi negara hukum di
Indonesia. Secara yuridis, Pancasila tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
kemudian untuk mempertegas bahwa Indonesia sebagai negara hukum termaktub
pada batang tubuh UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Sedangkan pasal-pasal dalam UUD
1945 adalah inti sari nilai-nilai luhur Pancasila yang dijadikan kaidah dasar, yang
kemudian diimplemtasikan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang
kedudukannya dibawah UUD 1945. Konsep Negara hukum yang dianut Indonesia
bukanlah konsep rechtsstaat, rule of law, socialist legality bukan pula nomokrasi
Islam. Tetapi sebuah negara hukum yang bersumber dari asas kebhinekaan
masyarakat Indonesia, dimana nilai nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat
diangkat menjadi kaidah dasar, yang diwujudkan dalam sebuah bentuk hukum tertulis
negara yakni UUD 1945. Pancasila adalah manisfestasi nilai-nilai kebhinekaan
masyarakat Indonesia yang diangkat menjadi kaidah dasar negara sebagaimana
termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Berangkat dari pemikiran ini, maka negara
hukum yang dikembangkan di Indonesia adalah negara hukum yang bersendikan
Pancasila yang berkarakter kebhinekaan masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai
luhur, budi pekerti, moral dan etika luhurnya maupun kearifan lokal lainnya.

3. Negara hukum bersendikan Pancasila sebagai negara hukum tersendiri atau terbatas

Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam menegakkan negara


hukum. Pancasila merupakan falsafah, dasar negara dan ideologi terbuka. Pancasila
menjadi sumber pencerahan, sumber inspirasi dan sebagai dasar menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara,
hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat dan Negara Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila. Secara historis, Pancasila diambil dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
sehingga mempunya fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sesuai dengan pendapat Daniel S Lev, maka negara hukum Pancasila menjadi
paham negara terbatas dimana kekuasaan politik resmi dikelilingi oleh hukum yang
jelas dan penerimaannya akan mengubah kekuasaan menjadi wewenang yang
ditentukan secara hukum.3 Konsep negara hukum Indonesia dapat dikategorikan
sebagai negara hukum formil dan materiil, karena selain menggunakan undang-
undang juga menekankan adanya pemenuhan nilai-nilai hukum.

Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai


Pancasila menjadi dasar dari setiap produk hukum. Konsep Negara hukum Pancasila
merupakan perpaduan 3 (tiga) unsur yaitu Pancasila, hukum nasional dan tujuan
Negara dimaksudkan sebagai pedoman dan dasar untuk menyelenggarakan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Negara hukum Pancasila memiliki beberapa nilai, yaitu keserasian hubungan


antara pemerintah dan rakyat, hubungan fungsional yang proporsional antara
kekuasaan-kekuasaan negara, prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah

3
Daniel S Lev, 1990, Hukum dan Politik di Indonesia: Kesinambungan dan Perubahan, Jakarta:LP3ES, hlm.514.
dan peradilan. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila ditransformasikan
dalam cita hukum serta asas-asas hukum, yang selanjutnya dirumuskan dalam konsep
hukum nasional Indonesia dalam rangka mewujudkan nilai keadilan, melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Konsep negara hukum Pancasila tidak bisa lepas dari konsep rechsstaat. Hal
ini nampak dari pemikiran Soepomo ketika menulis Penjelasan UUD 1945. Negara
hukum dipahami sebagai konsep Barat, sampai pada kesimpulan bahwa negara
hukum adalah konsep modern yang tidak tumbuh dari dalam masyarakat Indonesia
sendiri. Dalam pandangan Soepomo, ada dua cara pandang dalam melihat hubungan
masyarakat, yaitu; pertama, cara pandang individualistik atau asas perseorangan, di
mana perseorangan lebih diutamakan dibandingkan dengan organisasi atau
masyarakat. Pola pemikiran ini berkembang di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Kedua, cara pandang integralistik atau asas kekeluargaan, dimana masyarakat
diutamakan dibandingkan dengan perseorangan. Dari kedua konsep ini, Indonesia
cenderung lebih sesuai dengan yang kedua, yaitu konsep integralistik.

Pandangan tersebut, menunjukkan ide rechtsstaat mempunyai pengaruh yang


cukup besar dan di sisi lain ada kecenderungan nasional untuk merumuskan suatu
konsep negara hukum yang khas Indonesia. Ide khas tersebut terlontar dalam gagasan
yang disebut dengan negara hukum Pancasila atau negara hukum berdasarkan
Pancasila.

Konsep negara hukum Pancasila memiliki karakter tersendiri yang pada satu
sisi ada kesamaan dan ada perbedaan dengan konsep negara hukum Barat baik
rechtstaat dan the rule of law. Negara hukum Indonesia agak berbeda dengan
rechtsstaat atau the rule of law. Negara hukum Indonesia, menghendaki adanya
keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat yang mengedepankan asas
kerukunan.

Menurut Sunaryati Hartono, agar supaya tercipta suatu negara hukum yang
membawa keadilan bagi seluruh rakyat yang bersangkutan, penegakan the rule of law
itu harus diartikan dalam artinya yang materiil. Suatu negara hukum terdapat
pembatasan kekuasaan negara terhadap perseorangan.4 Negara tidak maha kuasa,
tidak bertindak sewenang-wenang. Tindakan-tindakan negara terhadap warganya
dibatasi oleh hukum. Inilah apa yang oleh ahli hukum Inggris dikenal sebagai the rule
of law.

III. KESIMPULAN

Memahami hasil dan pembahasan dimuka, maka dapatlah dihasilkan sebuah


kesimpulan yang sejalan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini,
diantaranya yakni:

1. Pancasila mengandung nilai-nilai yang berasaskan nilai ketuhanan, nilai


kemanusian, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan sosial, sehingga
keberadaan Pancasila dapat digunakan sebagai penguji dari hukum positif yang
ada di Indonesia, yang artinya segala pembentukan hukum serta penerapan dan
pelaksanaannya tidak lepas dari nilai-nilai Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm.

2. Konsep negara hukum yang berlaku di Indonesia adalah negara hukum Pancasila
yang berkarakter dari sifat kemajemukan masyarakat, keragaman budaya,
kearifan lokal, kesantunan dalam beragama dan kesalehan nilai-nilai sosial
lainnya. Semua nilai itu diwujudkan dalam bentuk sebuah atauran hukum dasar
Negara yakni UUD Tahun 1945 dengan harapan dapat mewujudkan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

3. Negara hukum Pancasila di samping memiliki elemen-elemen yang sama dengan


elemen negara hukum dalam rechtstaat mauapun rule of law. Pada sisi lain,
negara hukum Pancasila memiliki elemen-elemen yang spesifik yang menjadikan
negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep negara hukum yang dikenal
secara umum. Perbedaan itu terletak pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
tidak adanya pemisahan antara negara dan agama, prinsip musyawarah dalam
pelaksanaan kekuasaan pemerintahan negara, prinsip keadilan sosial,

4
Sunaryati Hartono, 1973, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, hlm. 35.
kekeluargaan dan gotong royong serta hukum yang mengabdi pada keutuhan
negara kesatuan Indonesia.

Daftar Pustaka

Antoni, Condra. 2012. Filsafat Pancasila Sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa, Kehidupan
Sosial, Dan Spirit Kewirausahaan, Politeknik Negeri Batam

Basah. Sjahran, 1992, Perlindungan Hukum terhadap Sikap Tindakan Administrasi Negara,
Bandung : Alumni, halaman 13-14

Daman, Rozikin, 1993. Hukum Tata Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Daniel S Lev, 1990, Hukum dan Politik di Indonesia: Kesinambungan dan Perubahan,
Jakarta:LP3ES, hlm.514.

J.H. Rapar, 1991, Filsafat Politik Plato, Jakarta : Rajawali Press, halaman 82

JE Sahetapy, 2009, Runtuhnya Etik Hukum, Jakarta: Kompas, hlm. 169.

Kelsen, Hans, 1961, General Theory of Law and State, Harvard : University Press cambridge,
halaman 110

Notonogoro. 1983. Pancasila Dasar Falsafah Negara, kumpulan tiga uraian pokok pokok
persoalan tentang Pancasila, Cet kelima, Jakarta: Bina Akasara.

Padmo Wahyono, 1977, “Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia”, Makalah, Jakarta, hlm.4.

Raharjo, Satjipto, 1986, Ilmu Hukum, Bandung : Alumni, halaman 91-92

Rawls, John, 1971, A Theory of Justice, Massachussets : The Bellnap Press of Havard
University Press, halaman 310

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

R. Soeroso, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, halaman 321
Serlika Aprita dan Rio Adhitya, 2020, Filsafat Hukum, Depok : Rajawali Pers, halaman 1

Soemanto, 2008, Hukum dan Sosiologi Hukum, Pemikiran, Teori dan Masalah, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, hlm. 10

Sunaryati Hartono, 1973, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, hlm. 35.

Anda mungkin juga menyukai