Anda di halaman 1dari 9

Artikel Pendidikan Pancasila

22 Januari 2017karelrumlus

ARTIKEL

PENDIDIKAN PANCASILA

(Dosen : Emei Dwinanaharti Setiamandani, SH, LL,M.kn)

Tema :

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Oleh :

PIUS KAREL RUMLUS

NE1C

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2016

Pancasila Dalam Era Modernisasi

 
1. Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum

Pancasila sebagai Dasar Negara tentu memiliki peran di semua lini kehidupan berbangsa dan
bernegara, salah satunya yakni dalam bidang hukum. Pancasila menjadi pedoman utama
dalam menyusun berbagai peraturan di negeri ini, baik UU, TAP MPR, Keppres, sampai pada
Perda, dan lebih menjalar lagi ke aturan-aturan yang ada dalam RT/RW kita masing-masing.
Pancasila mengandung kekuatan makna yang amat berpengaruh terhadap peraturan-peraturan
tersebut, tidak ada satu pun hukum di negara ini boleh bertolak belakang dengan nilai-nilai
Pancasila mulai sila pertama sampai sila terakhir, karena keterikatan dan kekuatan nilai
Pancasila inilah yang menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

Tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, fungsi pokok pancasila sebagai dasara negara didasarkan pada keteapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, jo ketetapan MPR No. V/MPR/1973, jo ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978 yang menjelaskan bahwa Pancasila sumber dari segala sumber hukum atau
sumber tertib hukum Indonesia yang pada hakekatnya adalah merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan
serta watak dari bangsa Indonesia. Kemudia mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum ini dijelaskan kembali dalam ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan  Peraturan Perundang-undangan pada pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa “sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila”. Dengan  terbentuknya
UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimuat
dalam pasal 2 UU No. 10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa “Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara”. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila
sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang  terkandung dalam Pancasila.

1. Pancasila Sebagai Kaidah dan Falsafah Bangsa Indonesia


Selain sebagai sumber hukum di negara Indonesia, satu lagi peran Pancasila dalam kaitannya
sebagai dasar negara yaitu sebagai kaidah dan falsafah bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila yang kemudian diuraikan dalam setiap butir-butir dari lima
asas yang terdapat pada Pancasila memberikan suatu kaidah dan falsafah yang mengatur
tingkah laku dan perbuatan dari bangsa Indonesia sendiri. Pancasila mengandung norma-
norma yang diartikan sebagai pandangan hidup bangsa, dimana pancasila turut berperan
dalam setiap lini kehidupan bangsa dan negara yang harus berpatokan dan berpedoman pada
Pancasila itu sendiri.

Pancasila yang digunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia, segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang wajib atau harus berdasarkan Pancasila. Pancasila
juga sering disebut way of life berarti Pancasila sebagai petunjuk arah semua kegiatan dalam
berbagai bidang kehidupan guna mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai kaidah dan falsafah bangsa Indonesia berfungsi sebagai norma, pegangan hidup dan
pedoman hidup. Dengan demikian berarti bahwa semua sikap dan perilaku setiap manusia di
Indonesia haruslah dijiwai dan merupakan pancaran pengamalan sila-sila Pancasila, yakni :
Pencerminan dan gambaran dari sikap dan cara pandang manusia Indonesia terhadap
keagamaan (KeTuhanan Yang Maha Esa), terhadap sesama manusia (Kemanusiaan yang adil
dan beradab), terhadap bangsa dan negaranya (Persatuan Indonesia), terhadap pemerintah
demokrasi (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan), dan terhadap kepentingan bersama (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia).

Karena nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tidak lain adalah Kristalisasi dari nilai-
nilai yang terdapat dalam berbagai pandangan hidup masyarakat, maka sesungguhnya
Pancasila itu sendiri mencerminkan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut
nyata hidup di dalam masyarakat dan dipergunakan sebagai pegangan dalam bersikap dan
bertingkah laku serta menentukan tindakan dalam mengahadapi berbagai persoalan. Dengan
kata lain, Pancasila dgunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan di dalam segala bidang. Setiap manusia di Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari sila-sila Pancasila.
Adapun nilai-nilai terkristalisasi dari kehidupan nyata masyarakat Indonesia diseantero bumi
nusantara adalah sebagai berikut :

1. Kedamaian : Merupakan situasi yang menggambarkan tidak adanya tidak adanya


konflik dan kekerasan. Segala unsur terlibat dalam suatu proses sosial yang berlangsung
secara selaras, serasi, dan seimbang sehingga menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan
ketenteraman. Segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dapat dipenuhi sehingga
tidak terjadi perebutan kepentingan.
2. Keimanan : Suatu sikap yang menggambarkan keyakinan akan adanya kekuatan
transendental yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keimanan, manusia yakin
bahwa Tuhan meciptakan dan mengatur alam semesta.
3. Ketaqwaan : Merupakan sikap berserah diri secara ikhlas dan rela kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bersedia tunduk dan mematuhi segala perintahnya serta menjauhi segala
larangannya.
4. Keadilan : Suatu sikap yang mampu menempatkan makhluk dengan segala
permasalahannya sesuai dengan hak dan kewajiban serta harkat dan martabatnya secara
profesional yang diselaraskan dengan peran, fungsi, dan kedudukannya.
5. Kesetaraan : Suatu sikap yang mampu menempatkan keudukan manusia tanpa
membedakan gender,suku, ras, golongan, agama, adat, budaya, dll.
6. Keselarasan : Keadaan yang menggambarkan keteraturan, ketertiban, dan ketaatan
karena setiap makhluk melaksanakan peran dan fungsinya secara tepat dan profesional,
sehingga timbul suasana harmoni, tentram, dan damai. Masing-masing ada kesadaran
untuk memahami lingkungan sekitar sehingga terasa suasana nikmat dan damai.
7. Keberadaban : Merupakan keadaan yang menggambarkan setiap komponen dalam
kehidupan bersama berpegang pada peradaban yang mencerminkan nilai luhur budaya
bangsa.
8. Persatuan dan Kesatuan : Keadaan yang menggambarkan kemajemukan bangsa
Indonesia yang terdiri atas keberanekaragam komponen namun mampu membentuk suatu
kesatuan yang utuh. Setiap komponen dihormati dan menjadi bagian integral dalam suatu
sistem kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
9. Mufakat : Suatu sikap terbuka untuk menghasilkan kesepakatan bersama secara
musyawarah. Keputusan sebagai hasil mufakat secara musyawarah harus dipegang teguh
dan wajib dipatuhi dala kehidupan bersama.
10. Kebijaksanaan : Sikap yang menggambarkan hasil olah pikir dan olah rasa yang
bersumber dari hati nurani dan bersendi pada kebenaran, keadilan, dan keutamaan.
11. Kesejahteraan : Kondisi yang menggambarkan terpenuhinya tuntutan kebutuhan
manusia, baik kebutuhan lahiria maupun batinia sehingga terwujud rasa puas diri,
tenteram, damai, dan bahagia.

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia di kuatkan secara yuridis sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam Pidato UUD 1945


2. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam naskah Piagam Jakarta 22 juni 1945
3. Pancasila sebagai falsafah negara dalam pembukaan UUD 1945
4. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam mukadimah Konstitusi RIS 1949
5. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam mukadimah UUDS RI (UUD RI 1950)
6. Pancasila sebagai dasar falsafah dalam pembentukan UUD 1945 sebagai Dekrit
Presiden 5 juli 1959.

1. Pancasila Sebagai Aturan/Dasar Hukum Nasional

Satu lagi peran Pancasila dalam bidang hukum negara Indonesia. Sebagai sumber hukum
Pancasila menjadi patokan dan pedoman utama dalam penyusunan semua peraturan bangsa
dan negara Indonesia, bagaimana dengan Pancasila sebagai Aturan/Dasar Hukum Nasional.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang secara yuridis tercantum dalam tertib hukum
Indonesia, yaitu dalam Pembukaan UUD 1945. Karena itu nilai-nilai Pancasila adalah
sebagai sumber nilai realisasi normatif dan praktis dalam kehidupan bernegara dan
kebangsaan. Dalam pengertian ini Pancasila merupakan das sollen  bagi bagi bangsa
Indonesia, sehingga seluruh derivasi normatif dan praktis berbasis pada nilai-nilai Pancasila.
Dalam kedudukannya yang demikian ini, maka Pancasila sebagai dasar filsafat negara
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, adalah merupakan suatu cita-cita
hukum (Recbtidee), yang menguasai hukum dasar, baik hukum dasar tertulis maupun hukum
dasar tidak tertulis.
Pancasila yang didalamnya terkandung nilai-nilai religius, nilai-nilai hukum moral, nilai-nilai
hukum moral, dan nilai-nilai hukum kodrat merupakan suatu sumber hukum material bagi
hukum positif Indonesia. Dengan demikian Pancasila menentukan isi dan bentuk peratutan
perundang-undangan Indonesia yang tersusun secara hierarkis. Dalam susunan yang hierarkis
ini Pancasila menjamin keserasian atau tiadanya kontradiksi diantara berbagai peraturan
perundang-undangan secara vertikal maupun horizontal. Hal ini mengandung suatu
konsekuensi jikalau terjadi ketidakserasian atau pertentangan norma hukum antara yang satu
dengan yang lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, maka hal ini berarti terjadi ketidaksesuaian atau
inkonstitusionalitas (unconstituonality) dan ketidaklegalan (illegality), dan oleh karenanya,
maka norma hukum yang lebih rendah itu batal demi hukum. (Mahfud, 1999:50).

1. Semua Perubahan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan

Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia merupakan acuan dalam pelaksanaan


dan pembuatan peraturan negara/daerah. Hierarki peraturan perundang-undangan ini
memiliki kekuatan dan tingkat-tingkat hukum dari yang paling rendah sampai yang paling
tinggi, dimana tidak boleh berlawanan dengan peraturan perundang-undangan yang berada
diatasnya. Di Indonesia tercatat telah empat kali melakukan perubahan tata urutan peraturan
perundang-undangan.

Pada awalnya tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia berpatokan pada TAP
MPRS NO. XX/MPRS/1966 yang mengurutkan peraturan perundang-undangan sebagai
berikur :

 UUD 1945;
 TAP MPR;
 UU/Perpu;
 Peraturan Pemerintah;
 Keputusan Presiden;
 Peraturan Menteri/ Instruksi Menteri;
 Peraturan Pelaksana Lainnya.
Kemudian pada tahun 1999 dengan dorongan besar dari berbagai daerah untuk mendapatkan
otonomi yang lebih luas serta semakin kuatnya ancaman disintegrasi bangsa, pemerintah
mulai mengubah konsep otonomi daerah. Maka lahirlah UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah(kini telah diganti dengan UU  No. 32 tahun 2004) dan UU No. 25 tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (kini telah diganti dengan UU No. 33
tahun 2004). Perubahan ini tentu saja berimbas pada tata urutan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Karena itulah dibuat Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangan, yang memasukan peraturan daerah
dalam tata urutan tersebut, yakni sebagai berikut :

 UUD 1945;
 TAP MPR;
 UU;
 PERPU;
 Peraturan Pemerintah;
 Keputusan Presiden;
 Peraturan Daerah (Perda), dan menurut Pasal 3 ayat (7) TAP ini, Perda terdiri atas :

1. Peraturan Daerah Provinsi,


2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota,
3. Peraturan Desa.

Kemudian pada tahun 2004 DPR kembali mengadakan sidang dan menyetujui RUU
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPP) dan lahirlah UU No. 10 Tahun 2004,
yang berlaku efektif pada bulan November 2004 dan sekaligus menggantikan pengaturan tata
urutan peraturan perundang-undangan yang ada dalam TAP MPR No. III/MPR/2000. UU ini
juga menjadi undang-undang pertama yang mengatur tata urutan perundangan di Indonesia
yang sebelumnya diatur berdasarkan Ketetapan MPR, urutan dalam UU No. 10 tahun 2004
ini yaitu :

 UUD 1945;
 UU/PERPU;
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah.

Terakhir pada tahun 2011 tata urutan peraturan perundang-undangan kembali diubah,
berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundag-undangan.
Dengan dikeluarkannya UU ini maka sekali lagi tata urutan peratuan perundang-undangan di
Indonesia yang masih bertahan sampai sekarang. Berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah sebagai berikut :

 UUD 1945;
 TAP MPR;
 UU/PERPU;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi;
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

1. Penutup

Pancasila sebagai dasar negara yaitu sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur
Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, wilayah,
dan pemerintahnya sendiri. Pancasila sebagai dasar negara disebut juga sebagai Ideologi
Negara. Dalam pengertiannya sebagai dasar negara Pancasila memiliki beberapa fungsi yaitu,
sebagai sumber dari segala sumber hukum, artinya segala bentuk peraturan dalam negara
harus bersumber dan berpedoman pada nilai-nilai dalam pancasila. Sebagai kaidah dan
falsafah bangsa, artinya pancasila sebagai pegangan dasar atau norma-norma dasar yang
menuntun masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Juga
sebagai aturan dasar hukum nasional, artinya Pancasila menjadi pedoman utama bagi semua
ketentuan hukum yang berlaku di tanah air.

Kita juga dapat melihat bahwa sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia dari masa
kemerdekaan sampai masa reformasi Pancasila tetap menjadi Dasar Negara Indonesia, itu
artinya pengaruh dan peran Pancasila itu nyata dan kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia
yang mencakup segala aspek

Anda mungkin juga menyukai