Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nama : Risdo Satriya Agati (023751402)


Matakuliah Tuton : Pancasila - 00372 – 011
Tutor : Ali Irawan, M.Pd. PMKM
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada pihak-pihak yang menganggap pendidikan Pancasila dianggap kurang penting karena
tidak terkait langsung dengan program studi yang diambilnya, hal tersebut terjadi mengingat
jurusan/ program studi di perguruan tinggi sangat spesifik. Namun, apabila Anda berpikir jernih
dan jujur terhadap diri sendiri, pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter
manusia yang profesional dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya
asing yang bertubi-tubi mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila diselenggarakan agar masyarakat tidak
tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa dan sekaligus menjadi pembeda
antara satu bangsa dan bangsa lainnya. Selain itu, dekadensi moral yang terus melanda bangsa
Indonesia yang ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan masyarakat terhadap norma-norma
sosial yang hidup di masyarakat, menunjukkan pentingnya penanaman nilai-nilai ideologi melalui
pendidikan Pancasila. Dalam kehidupan politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai
meninggalkan dan mengabaikan budaya politik yang santun, kurang menghormati fatsoen politik
dan kering dari jiwa kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus yang terjerat masalah korupsi yang
sangat merugikan keuangan negara. Selain itu, penyalahgunaan narkoba yang melibatkan generasi
dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai moral anak bangsa.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa maksud dasar filosofis pancasila?


2. Apa saja nilai-nilai pancasila sebagai dasar fundamental negara?
3. Apa saja sumber yang menjadikan pancasila sebagai dasar negara?
KAJIAN PUSTAKA
1) Dasar Filosofis Pancasila
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai citacita bersama bangsa Indonesia.
Notonagoro berpendapat bahwa Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian
ilmiah, yaitu tentang hakikat Pancasila.
Pancasila sebagai sistem filsafat berarti Pancasila merupakan kesatuan pemikiran yang
mendasar, membawakan kebenaran yang hakiki. Sebagai sistem filsafat, Pancasila merupakan satu
keseluruhan yang terdiri dari sila-sila yang membentuk satu-kesatuan yang utuh.
Keberadaan mutlak nilai-nilai Pancasila ada dalam adat-istiadat, budaya, dan religi bangsa
Indonesia. Keberadaaan mutlak dari sistem filsafat Pancasila mempunyai kedudukan yang benar-
benar kuat dan tak mudah digoyahkan. Menolak nilai-nilai dalam Pancasila artinya mengingkari
nilai-nilai substansial hakiki yang telah membudaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara

I. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu
diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam
konflik yang tidak produktif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014,
2013: 89). Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Perundang-undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum negara. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara, yaitu
sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa
Pancasila ditempatkan sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan
negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi
MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91).
II. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari
negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal tersebut, Pancasila digunakan sebagai dasar
mengatur pemerintah negara. Atau dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara (Darmodiharjo, 1991: 19). Dengan demikian, jelas kedudukan
Pancasila itu sebagai dasar negara, Pancasila sebagai dasar negara dibentuk setelah menyerap
berbagai pandangan yang berkembang secara demokratis dari para anggota BPUPKI dan PPKI
sebagai representasi bangsa Indonesia (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009--2014, 2013: 94). Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 pada 8
Agustus 1945. Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal
dengan Jakarta-charter (Piagam Jakarta), tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai
dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Notonagoro, 1994: 24).
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan
historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil karya bersama dari
berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian disempurnakan dan disahkan oleh
PPKI pada saat negara didirikan. Lebih lanjut, Mahfud MD menyatakan bahwa ia bukan hasil
karya Moh. Yamin ataupun Soekarno saja, melainkan hasil karya bersama sehingga tampil dalam
bentuk, isi, dan filosofinya yang utuh seperti sekarang
III. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat
vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan bernegara. Negara
menurut Pancasila diharapkan dapat melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama;
sementara agama diharapkan dapat memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan
etika sosial. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan multikeyakinan,
negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama, melindungi terhadap semua
agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan politiknya yang dipandu oleh nilainilai agama.
Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan
sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika-politik
kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas mengarah pada
persaudaraan dunia yang dikembangkan melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi.
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh. Indonesia
memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat mempertemukan kemajemukan
masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama, melainkan juga mampu memberi
kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan
masing-masing. Dalam khazanah Indonesia, hal tersebut menyerupai perspektif “etnosimbolis”
yang memadukan antara perspektif “modernis” yang menekankan unsur-unsur kebaruan dalam
kebangsaan dengan perspektif “primordialis” dan “perenialis” yang melihat unsur lama dalam
kebangsaan.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu dalam
aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan
mayoritas atau kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha, tetapi dipimpin oleh hikmat/
kebijaksanaan yang memuliakan daya-daya rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa
pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial. Dalam visi
keadilan sosial menurut Pancasila, yang dikehendaki adalah keseimbangan antara peran manusia
sebagai makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak
sipil, politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.
IV. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam
sistem demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam
suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Di sisi lain, bagi setiap warga negara yang berkiprah dalam infrastruktur politik
(sektor masyarakat), seperti organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan media massa, maka
Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian,
sektor masyarakat akan berfungsi memberikan masukan yang baik kepada sektor pemerintah
dalam sistem politik. Pada gilirannya, sektor pemerintah akan menghasilkan output politik berupa
kebijakan yang memihak kepentingan rakyat dan diimplementasikan secara bertanggung jawab di
bawah kontrol infrastruktur politik. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud clean
government dan good governance demi terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran
dan masyarakat yang makmur dalam keadilan
PEMBAHASAN

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Fundamental Negara


1. Pokok pikiran pertama, negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara mengatasi
segala paham golongan dan perseorangan. Ini merupakan penjabaran dari sila ketiga.
2. Pokok pikiran kedua, menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum
bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini
penjabaran dari sila kelima.
3. Pokok pikiran ketiga, menyatakan negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan kerakyatan dan
Permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini menunjukkan negara Indonesia demokrasi,
yaitu kedaulatan di tangan rakyat, sesuai dengan sila keempat.
4. Pokok pikiran keempat, menyatakan berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila
pertama dan kedua.
Hal ini dapat di simpulkan bahwa keempat pokok pemikiran tersebut tidak lain merupakan
perwujudan dari sila-sila pancasila. Pokok pikiran ini sebagai dasar, fundamental dalam
berpendirian negara, yang realisasi berikutnya perlu di wujudkan atau dijelmakan lebih lanjut
dalam pasal-pasal UUD 1945. Dengan perkataan lain bahwa dalam penjabaran sila-sila pancasila
dalam peraturan perundang-undangan bukanlah secara langsung dari sila-sila pancasila melainkan
melalui pembukaan UUD 1945. Empat pokok pikiran dan barulah dikongkritasasikan dalam pasal-
pasal UUD 1945. Selanjutnya di jabarkan lebih lanjut dalam berbagai macam peraturan
perundang-undangan serta hukum positif di bahasnya. Dalam pengertian seperti inilah maka
sebenarnya dapat di simpulkan bahwa pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara
indonesia terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Selain itu bahwa nilai-nilai pancasila juga merupakan suatu landasan moral etika dalam
kehidupan kenegaraan. Hal ini ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang menyatakan bahwa
negara berdasarkan atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengandung arti bahwa
kehidupan kenegaraan harus didasarkan pada moral dalam kehidupan kenegaraan.
Konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan negara, antara lain pemerintah negara,
pembangunan negara, pertahanan dan keamanan negara, politik negara serta pelaksanaan
demokrasi harus senantiasa di dasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.

Selain itu dasar fundamental moral dalam kehidupan kenegaraan tersebut juga meliputi
moralitas para penyelenggara negara dan seluruh warga negara. Bahkan dasar fundamental moral
yang di tuangkan dari nilai-nilai pancasila tersebut juga harus mendasari moral yang dituangkan
dari nilai-nilai pancasila tersebut juga harus mendasari moral dalam kaitannya dengan politik luar
negeri Indonesia.

Oleh karena itu bagi bangsa indonesia dalam era reformasi dewasa ini seharusnya bersifat
rendah hati untuk mawas diri dalam upaya untuk memperbaiki kondisi dan nasib bangsa ini
hendaklah didasarkan pada moralitas yang tertuang dalam pokok pikiran keempat tersebut yaitu
moral ketuhanan dan kemanusiaan agar kehidupan rakyat menjadi semakin bertambah sejahtera 1

Uraian diatas menunjukkan bahwa Pancasila dan pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan
sebagai pokok-pokok kaidah negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula
konsep-konsep sebagai berikut:
1. Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara, asas politik negara (Negara Republik
Indonesia dan berkedaulatan rakyat,) dan asas kerohanian negara (Pancasila).
2. Ketentuan diadakannya Undang-Undang dasar, yaitu “.... maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia....”. Hal ini
menunjukkan adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental suatu gara dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan
yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan hukum apapun tidak mungkin lagi untuk
diubah. Berhubungan Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar yang fundamental, maka
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah secara hukum.
Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai nila yang bersifat sistematis Fundamental dan menyeluruh.

1
Kaelan,pendidikan pancasila(yogyakarta,paradigma,edisi reformasi,2016),70-71
Maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh hierarkis dan sistematis.
Dalam pengertian inilah maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya
kelima sila bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
serta makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, dijelaskan sebagai berikut.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara republik indonesia mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai
keutuhan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan
bertolak dari suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup manusia
atau organisasi kemasyarakatan yang merupakan masyarakat hukum.
Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa manusia
sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama).
Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk mewujudkan suatu negara
sebagai suatu organisasi hidup manusia terus membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa
(hakikat sila ketiga).
Terwujudnya persatuan dalam suatu negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang
hidup dalam suatu wilayah tertentu. Konsekuensinya dalam hidup kenegaraan itu haruslah
mendasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Maka negara harus
bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai individu maupun
secara bersama (hakikat sila keempat).

Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama, maka dalam hidup kenegaraan
harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga, sehingga untuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan
bersama (kehidupan sosial) (hakikat sila kelima). Nilai-nilai inilah yang merupakan suatu nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.2

2
Kaelan, pendidikan pancasila (yogyakarta, paradigma, edisi reformasi, 2016)hlm 72
KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam


pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Di samping itu, nilai-nilai pancasila juga merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal itu ditegaskan dalam pokok pikiran
keempat yang menyatakan berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab konsekuensi nya dalam penyelenggaraan kenegaraan antara
lain keamanan, politik, operasional, pertahanan negara harus berdasarkan moralitas, ketuhanan dan
kemanusiaan.

SARAN

Menurut saya, pendidikan mengenai nilai dasar fundamental pancasila ini sangat penting karena
sebagai generasi penerus bangsa kita tidak boleh melupakan sejarah dan harus belajar dari sejarah
serta mengamalkan sekaligus mematuhi serta mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila itu sendiri, maka dari itu mari kita sebagai warga negara yang baik mulai sekarang kita
coba untuk melaksanakan apa yang ada dalam pancasila, terutama kita para mahasiswa calon
pemimpin negeri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016. PENDIDIKAN PANCASILA Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2015. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta.
Modul MKWU 4110. 2019. Inisiasi Ketiga
Notonegoro. 1995. pancasila secara ilmiah populer. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai