Anda di halaman 1dari 13

PARAGRAF

Standar kompetensi bab ini adalah kompetensi mengungkapkan pikiran, pendapat,


gagasan dan perasaan dengan bahasa Indonesia yang baik dn benar dalam berbagai paragraf.
Standar kompetensi ini dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar (1) pengertian
paragraf, (2) syarat-syarat paragraf, (3) struktur paragraf, (4) pola pengembangan paragraf
dan (5) jenis-jenis paragraf. Indikator pemilihan kompetensi dasar (1) merumuskan
pengertian paragraf, (2) mengindentifikasi syarat-syarat paragraf, (3) mengidentifikasi
struktur paragraf, (4) mengembangan paragraf dengan berbagai pola dan (5) mengembangkan
paragraf sesuai dengan jenisnya.

Dalam bab ini dibahas (1) pengertian paragraf, (2) syarat-syarat paragraf, (3) struktur
paragraf, (4) pola pengembangan paragraf dan (5) jenis-jenis paragraf. Diakhir pembahasan
diberikan pelatihan.
A. PENGERTIAN PARAGRAF
Satuan bahasa yang lebih besar dan lebih luas dari kalimat adalah paragraf. Dalam
definisinya, paragraf adalah satuan bahasa yang mengemukakan sebuah pokok pikiran atau
satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif. Setiap
paragraf harus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut harus
dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam paragraf terdapat beberapa
kalimat yang saling terkait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satupun kalimat yang
bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat
yang berisi gagasan utama disebut kalimat topik dan kalimat yang bergagasan bawahan
adalah kalimat penjelas. Sebuah paragraf minimal terdiri dari tiga kalimat dalam penulisan
karangan ilmiah. Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau
kalimat topik dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.

Perhatikan contoh berikut dengan cermat!

Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan


berkali-kali pula solusinya dirancang. Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan
sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung,
penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah
berkaitan dengan pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan,
pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik,
selama itu pula sampah menjadi masalah.

Keenam kalimat dalam paragraf di atas membicarakan soal sampah, sehingga topik dalam
paragraf tersebut adalah “masalah sampah”. Kalimat-kalimatnya koherensi atau saling terkait
logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami topik “masalah sampah” dalam
paragraf itu dengan baik.
B. MACAM-MACAM PARAGFAF

Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi:


1) Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang
akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian
pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang agar tidak terlalu membosankan.

2) Paragraf Penghubung
Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Jadi paragraf
penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, antara paragraf
dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis.

3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi
kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan
kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung. Paragraf
penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun
tidak berarti paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi, seorang penulis
harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung dan penutup.

Perhatikan contoh berikut dengan cermat!

HARTA KARUN ITU BERNAMA “PLASMA NUTFAH”

Kita mengetahui bahwa tanah air kita dihuni oleh ribuan jenis tumbuh-tumbuhan yang
tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Diantaranya ada yang sudah dibudidayakan, ada
yang sudah dipergunakan tetapi belum dibudidayakan dan adapula yang belum diketahui
manfaatnya. Kita juga mengetahui adanya kekhawatiran bahwa jumlah persediaan makanan
semakin gawat berhubung jumlah manusia bertambah terus meskipun keluarga berencana
dikatakan berhasil. Bayang-bayang “Malthus” menghantui terus.
Salah satu usaha untuk mencukupi persediaan pangan yang lebih baik ialah dengan
mengusahakan bibit unggul. Penting untuk dicatat bahwa bibit unggul tidak tercipta begitu
saja. Untuk menciptkana bibit unggul ini diperlukan keanekaragaman sifat ada tanaman yang
akan saling dikawinkan dengan maksud mencari bibit unggul tersebut. Usaha ini dikenal
dengan istilah pemuliaan. Keanekaragaman yang dijumpai pada kerabat-kerabat liar yang
terdapat di hutan-hutan atau tempat-tempat lain yang belum dibudidayakan, kelompok inilah
yang disebut plasma nutfah.
Jenis tumbuh-tumbuhan yang kita makan sekarang ini diturunkan dari jenis-jenis yang
dimakan oleh nenek moyang kita dahulu. Bagaimana mereka tahu bahwa tumbuh-tumbuhan
yang satu dapat dimakan sedangkan yang lain tidak, tentunya mereka mencoba terlebih
dahulu untuk memakannya. Pada saat-saat kehidupan masih sederhana itu, hutan merupakan
gudang makanan bagi manusia.
Bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, padi menempati urutan
paling atas dalam kelompok tanaman pangan. Karena itu tidaklah mengherankan kalau
sebagian besar dana dan daya yang ada dikerahkan untuk pengembangannya, baik melalui
program intensifikasi maupun perluasan areal. Dibidang intensifikasi selain melakukan
penerapan teknologi pertanian modern, juga dikembangkan berbagai jenis bibit unggul terus
menerus.
Di IRRI (International Rise Research Institute0 yang berada di Los Banos Filiphina,
terdapat puluhan ribu jenis padi yng berasal dari seluruh dunia. Juga plasma nutfah padi yang
berasal dari Indonesia disimpan disana. Dengan jalan menyilang berjenis-jenis padi ini,
akhirnya akan di dapat jenis-jenis padi unggul. PB5 misalnya, terjadi dari hasil perkawinan
padi yang berasal dari Indonesia dan Taiwan. Kalau hasilnya kurang unggul, maka dicari lagi
jenis-jenis padi yang lain yang lebih unggul dengan memakian plasma nutfah yang tersedia,
makin besar kemnugkinan untuk menemukan jenis yang lebih unggul.
Usaha untuk menemukan bibit unggul bertujuan untuk mensejahterakan manusia,
khususnya untuk mencukupi persediaan pangan. Makanan pokok penduduk Asia Tenggara,
khususnya Indonesia adalah padi. Jadi, tidak mengherankan kalau sebagian besar dana dan
daya dikerahkan pemerintah untuk keperluan ini.

Wacana di atas terdiri dari 6 paragraf. Paragraf pertama merupakan paragraf pembuka.
Sedangkan paragraf (2), (3), (4), dan (5) merupakan paragraf penghubung. Dan paragraf
terakhir (6) merupakan paragraf penutup. Anda dapat melihat masalah yang dipaparkan pada
tiap paragraf dan perbandingan panjang paragraf pembuka, penghubung dan penutup.
C. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF

Sama halnya dengan kalimat, paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat itu adalah:
(1) Kesatuan yang kompak, yaitu tiap paragraf hanya mengadung satu pikiran atau satu
tema. Fungsi paragraf adalah mengembangkan tema tersebut. Oleh karena itu dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan tema atau pikiran tersebut.

(2) Koherensi yang padu, yaitu antarkalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf.
Cara mengaitkan antarkalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan cara berikut:
(a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalam setiap kalimat.
(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awal kalimat dengan tepat dan
benar.
(c) Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk sebagai pengganti gagasan
utama dengan kata-kata seperti: dia, mereka, nya, itu, tersebut, ini.

(3) Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjelas gagasan utama paragraf,
yaitu bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan
bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari
urutan perinciannya.

(4) Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik.
Posisi kalimat topik dalam paragraf ditempatkan pada:
(a) Kalimat topik pada awal paragraf (deduktif),
(b) Kalimat topik pada akhir paragraf (induktif),
(c) Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (deduktif—induktif),
(d) Kalimat topik pada tengah paragraf (ineratif),
(e) Kalimat topik pada semua kalimat dalam paragraf (deskriptif).
Kalimat topik dalam paragraf ditulis dalam kalimat tunggal atau kalimat majemuk
bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama.

(5) Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain, seperti ejaan,
tanda baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.
(6) Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus diperhatikan hal-hal teknis
penulisan seperti kutipan, sumber rujukan, tata letak grafik, kurva, gambar.

(7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan
pendahuluan, isi, dan bagian kesimpulan.

(8) Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.

(9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf,
yaitu jumlah kosakata paragraf antara 30 - 100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga
kalimat.

(10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf.

D. PELETAKAN KALIMAT UTAMA


Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan dan
mengandung satu pikiran utama dan dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama
dituangkan dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituang ke dalam
kalimat-kalimat penjelas.
Penempatan kalimat utama dalam pengembangan sebuah paragraf bermacam-macam.
Ada paragraf dimulai dengan peristiwa-peristiwa atau perincian-perincian, kemudian ditutup
dengan kesimpulan yang merupakan kalimat utama. Ada juga yang dimulai dengan
kesimpulan, kemudian baru perincian-perincian yang menjelaskan pikiran utama.

Ada empat cara meletakkan kalimat utama, yaitu:


1) Pada Awal Paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama.
Kemudian ditutup dengan kalimat-kalimat penjelas. Berarti paragraf ini bersifat deduktif
dari yang umum kepada yang khusus.

Contoh:
Kosakata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam
kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosakata yang dimiliki
oleh seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Disamping itu jumlah
kosakata yang dikuasai seseorang, juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui
sekian banyak konsep. Semakin banyak pengetahuan seseorang makin banyak pula kosakata
yang dimilikinya. Dengan demikian, seorang penulis akan lebih mudah memilih kata-kata
yang tepat atau cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikiran.

2) Pada Akhir Paragraf


Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-
perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Berarti paragraf ini bersifat induktif,
dari yang khusus kepada yang umum.

Contoh:
Pada waktu anak didik memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia
secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas
dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali
mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-temannya atau dengan
orangtuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung
beberapa jam. Baik pada waktu istirahat ataupun antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur
bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya
pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si
anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.

3) Pada Awal dan Akhir Paragraf


Kalimat utama dapat pula diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Fungsi kalimat
pada akhir paragraf menekankan kembali pikiran utama dengan kalimat yang bervariasi.

Contoh:
Peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sama pentingnya dengan usaha
peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah sistem
pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan
menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup mampu menunjang
pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap
gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat
mendesak.
E. PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-
pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituangkan ke dalam satu kalimat penjelas atau
lebih. Malahan ada juga kemungkinan dua pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat
penjelas. Tetapi sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas.
Jadi dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah
yang dinamakan keterangan paragraf.

1) Secara Alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada obyek atau
kejadian yang dibicarakan. Susunan ini mengenal dua macam urutan yaitu, (a) urutan
ruang (spacial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang
berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke
dalam, dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan dan sebagainya; (b) urutan waktu (urutan
kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan.

2) Klimaks dan Antiklimaks


Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap
paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain
hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya.

Contoh:
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan
kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya,
ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Modelnya kira-kira seperti mesin giling yang
digerakkan dengan uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-
ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model ini sampai sekarang masih
dipergunakan orang, yaitu traktor yang menggunakan roda rantai. Traktor semacam ini
adalah hasil perusahaan Carterpillar. Disamping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan
dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Produksi Jepang yang khas di
Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan
dari model-model sebelumnya.

Pikiran utama paragraf di atas adalah: Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman
ke zaman sesuai dengan kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia.
Pikiran utama ini kemudian diperinci dengan:
- Traktor yang dijalankan dengan uap
- Traktor yang dipakai roda rantai
- Traktor buatan Ford
- Traktor buatan Jepang

Variasi dari klimaks adalah antiklimaks. Penulisan mulai dari gagasan yang paling tinggi
kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih
rendah.

3) Perbandingan dan Pertentangan


Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha
membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan
dan perbedaan antara dua hal tersebut.
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua hal itu
mempunyai persamaan dan perbedaan. Misalnya tentang dua wanita Inggris yang
memegang kekuasaan dewasa ini yaitu Margareth Thalcher dan Ratu Elisabeth, atau
antara kedua pemain bulu tangkis terkenal yaitu Rudi Harlon dan Liem Swie King. Dapat
juga dibandingkan misalnya antara Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Sastra IKIP Jakarta dengan Jurusan Bahasa Inggris Fakulta Sastra Universitas
Indonesia.

Contoh:
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil
dimuka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota paling senang
mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain hal nya dengan
Margareth Thalcher. Sejak menjadi pemimpin partai konserfatif, ia melembutkan gaya
berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung
berbelanja di tempat agak murah. Ia hanya memakain topi ke pernikahan, kepemakaman dan
upacara resmi pembukaan parlemen.

4) Analogi
Analogi biasanya dipergunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah diketahui
umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk menjelaskan hal
yang kurang dikenal tersebut.
Contoh:
Perkembangan teknologi sungguh menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian
para satria dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi dan tanpa
kerbau. Jakarta – Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan gerbong yang panjang
penuh barang dan orang hanya ditarik dengan kekuatan air semata. Jaringan jalan kereta api
telah membelah-belah pulau. Asap yang mewarnai tanah air dan garis hitam semakin pudar
untuk hilang dalam ketiadaan. Dunia rasanya tiada berjarak lagi, telah dihilangkan dengan
kawat. Kekuatan bukan lagi monopoli gajah dan badak, tetapi telah diganti dengan benda-
benda kecil buatan manusia.

5) Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan
kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkret. Dalam hal
ini sumber pengalaman sangat efektif.

Contoh:
Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan, gubernur Jawa Tengah memberi
contoh tentang jambu mete di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau Crivula
Trifenestrata. Ulat ini timbul akibat berdirinya peternakan ayam di tengah-tengah perkebunan
tersebut. Menurut gubernur, izin peternakan ayam di Mayong itu diberikan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kalau hal ini memang benar, lain kali kitaharus
berhati-hati dalam memberikan izin mendirikan suatu uasah”, ujar gubernur.

6) Sebab – Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam hal
ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran penjelas.
Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini
dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.

Contoh:
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh
jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima. Untuk memgatasinya
pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini
juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan
berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki
lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

7) Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa
menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf.

Contoh:
Pengajaran mengarang sebagai kegiatan terpadu biasanya ditunda sampai siswa agak
mampu memggunakan bahasa lisan, seperti dalam pelajaran membaca. Pada tahap awal,
latihan mengarang itu biasanya digunakan memperkuat kemampuan dasar seperti, ejaan,
pungtuasi, kosakata, kalimat dan lain-lain. Kemudian kemampuan mengarang menjadikan
tujuan pelajaran tersendiri, yakni pengajaran mengarang. Jadi, mengarang adalah suatu
kemampuan yang kompleks yang menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang berlain-
lainan.

8) Klarifikasi
Dalam pengembangan karangan kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal
yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Contoh:
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis dituntut beberapa kemampuan antara lain
kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau
penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan,
pungtuasi, kosakata, diksi dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan
pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan
dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

9) Umum – Khusus
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf baik dari umum
ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Karya ilmiah umumnya berbentuk
deduktif artinya dari umum ke khusus.

Contoh (1):
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan
ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan
ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia
telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang
lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah
yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa
nasional.

Contoh (2):
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan
pemerintah dan bahan-bahan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-
pidato terutama pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. Hanya
dalam keadaan tertentu demi kepentingan komunikasi antar bangsa, kadang-kadang pidato
resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga
pemakaian bahasa Indonesia dalam upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata
lain, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat berlangsung dengan
menggunakan bahasa Indonesia.

PELATIHAN
1. Susunlah sebuah paragraf deduktif dengan kalimat utama berikut:
Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan Indonesia.

2. Tuliskan sebuah paragraf sebab-akibat:


Pikiran utama: Mahasiswa sering tidak masuk kuliah.

3. Tuliskan sebuah paragraf yang diakhiri dengan:


Kalau demikian, disiplin perlu ditingkatkan untuk mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai