DALAM MACROCOSMOS
DISUSUN OLEH:
PRODI : KPI
MAKUL : FILSAFAT KOMUNIKASI
DOSPEN : Dr. MARHAMAH, M.Kom.I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARA.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat................................................................................ 3
B. Pengertian Etnis Kultur dan Etnis Bangsa.............................................. 4
C. Hakikat Ketentraman dan Perdamaian Dalam Konteks Hak Asasi
Manusia.................................................................................................... 4
D. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur...................................... 5
E. Hakikat Komunikasi Antaretnis Kultur dan Etnis Bangsa................... 7
F. Hakikat Nilai Dalam Proses Komunikasi Antaretnis............................ 10
G. Filsafat Komunikasi Dalam Macrocosmos........................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum Perang Dunia II, kajian tentang komunikasi secara spesifik belum
ada. Adalah aliran behaviourisme yang memungkinkan keberadaan ilmu
komunikasi. Behaviourisme merupakan derivasi dari positivisme yang berupaya
mengidependisikan ilmu-ilmu dari filsafat dengan objek material dan objek
formal
masing-masing. Berkat dukungan behaviourisme dan positivisme itu komunikasi
menjadi ilmu yang merdeka dari filsafat.1
Pembaharuan ilmu terus-menerus dapat terjadi karena filsafat
menggunakan rasio yang kritis, refleksif dan integral terhadap objek kajiannya.
Filsafat tidak pernah puas dengan penampakan, melainkan secara kritis
menerobos penampakan (fenomena) itu demi mencapai hakikat yang paling dasar
atau kenyataannya sendiri. Filsafat mengedepankan kekritisan dalam membongkar
asumsi, refleksi dalam mengedepankan apa saja yang diserap oleh indera untuk
diolah oleh rasio dan radikal dalam mengupayakan pemahaman yang mendasar
sampai ke akar-akarnya.2
Untuk mengetahui arti filsafat komunikasi maka perlu dibahas terlebih
dahulu tentang filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan landasan pemikiran yang
mendasar dari suatu ilmu untuk mencapai kebenaran. Berdasarkan literartur yang
penulis baca, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan termasuk ilmu
komunikasi.
Komunikasi sebagai penghubung antar individu baik secara perseorangan
maupun komunikasi dengan banyak pihak yang jelas berbeda baik secara kultur
lingkungan sekitar maupun berbeda secara kebangsaan. Umumnya hal ini
dikatakan sebagai komunikasi antar budaya. Keberagaman kultur di Indonesia
membuat masyarakat Indoensia bersifat heterogen atau majemuk. Bangsa
Indonesia mempunyai beragam suku bangsa, budaya, agama dan adat istiadat
1
Maarif, Z. (2016). Logika Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, Cet. II,
2
Adian, D.G. (2011). Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Teraju, 2011.
1
(tradisi). Semua itu tercermin dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Keragaman suku bangsa merupakan sumber kebudayaan nasional. Suku bangsa
adalah suatu kelompok masyarakat yang terikat kesatuan budaya, bahasa dan
tempat tinggal. Oleh karena itu setiap bangsa memiliki bahasa yang berbeda.
Tradisi dan kebudayaannya juga berbeda.
Tak mudah memang dalam meyatukan kultur yang begitu beragam
sehingga diperlukan komunikasi yang baik sehingga menunjang interaksi
masyarakat dalam kehidupannya. Tak jarang terjadi kesulitan dalam
berkomunikasi manakala dihadapkan dengan kultur maupun budaya yang
berbeda. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.
Budaya juga bersifat kompleks, abstrak dan luas.
Dengan memahami pengetahuan Hakikat Komunikasi Antar Etnis Kultur
dan Etnis Budaya, setiap individu dalam masyarakat dapat dengan mudah
bersosialisasi sehingga meminimalisir keretakan yang mungkin dapat timbul
akibat kesalahpahaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka rumusan masalah
makalah ini adalah:
1. Jelaskan tentang definisi dari filsafat komunikasi?
2. Apa pengertian etnis kultur dan etnis bangsa?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat ketentraman dan perdamaian dalam
konteks hak asasi manusia?
4. Apa yang di maksud dengan hakikat dan orientasi pola pikir etnis kultur?
5. Apa yang di maksud dengan hakikat komunikasi antaretnis kultur dan
etnis bangsa?
6. Apa yang di maksud dengan hakikat nilai dalam proses komunikasi
antaretnis?
7. Filsafat komunikasi dalam macrokosmos?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filasat dalam bahasa Inggris, yaitu: Philosopy, adapun istilah filsafat
berasal dari bahasa Yunani: philosohia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi, secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom).
Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.3
Sedangkan secara terminologi filsafat adalah perenungan yang mendalam
mengenai sesuatu yang dianggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Fisafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal
kebijaksanaan. Kebijaksanaan itu sendiri merupakan butir ideal dalam kehidupan
manusia. Melalui kebijaksanaan, manusia mampu bersikap dan bertindak atas
dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi, bukan asal bertindak sebagaimana
yang biasa dilakukan masyarakat awam.4
Al Farabi mendefinisikan filsafat ialah ilmu tentang alam yang maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.5 Ibnu Rusyd berpendapat
bahwa filsafat merupakan pengetahuan otonom yang perlu dikaji oleh manusia
karena dia memiliki akal.6
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam
ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta dan Langeveld
mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang
memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja
seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri.7
3
1. Pengertian Etnis Kultur
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
2. Pengertian Etnis Bangsa
Kelompok etnik, etnis atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia
yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai
oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan
budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.
4
produk benda-benda fisik yaitu produk teknologi di bidang militer. Konsep-
konsep pemikiran di bidang komunikasi dalam wacana politik dan budaya
menempatkan hak-hak asasi manusia sebagai naungan efektif untuk memasarkan
data-data komunikasi keberbagai kawasan global.
Untuk kembali kepada hakikat komunikasi sebagai hakikat komunikasi
sebagai hakikat kebutuhan hidup manusia maka komunikasi perlu ditata secara
bijak. Hal ini memerlukan suatu tatanan yang dapat mengayomi seluruh etnis
bangsa, sehingga tidak ada satu etnis pun yang akan merasa dirugikan. Tatanan
yang dimaksud yaitu tatanan dunia baru komunikasi dan informasi.
5
Saling berkait hingga merupakan suatu sistem yang terus berproses dan mengarah
ke fungsi primer sistem yaitu tujuan sistem.8
Setiap sistem selalu diikat oleh normanorma sistem sebagai pedoman
sikap perilaku para penghuni sistem Demikian pula nilai-nilai budaya suatu
masyarakat merupakan pedoman yang memberi arah kepada sikap perilaku dalam
hidup bermasyarakat. Menurut Koentjaraningrat wujud budaya etnis kultur terbagi
ke dalam tiga wujud yaitu:
1. Wujud Kebudayaan Sebagai Suatu Kompleks Dari Ide-Ide Gagasan, Nilai-
Nilai, Norma-Norma, Peraturan-Peraturan Dan Sebagainya
Wujud ini bersifat ideal dan abstrak yang berada dalam angan-angan atau
cita-cita Dalam fungsi adat terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling abstrak
dan luas, sampai paling konkret dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah
sistem nilai budaya Lapisan berikutnya ialah sistem norma lebih konkret lagi
Sedangkan peraturan peraturan khusus yang mengatur berbagai aktifitas sehari-
hari dalam kehidupan masyarakat merupakan lapisan adat yang paling konkret
tetapi terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud Kebudayaan Sebagai Suatu Kompleks Aktivitas Kelakuan Berpola
Dari Manusia Dalam Masyarakat
Wujud ini sering disebut sistem sosial, yaitu yang terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul antara satu dengan
yang lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan pada adat tata kelakuan
3. Wujud Kebudayaan Sebagai Benda-Benda Hasil Karya Manusia
Wujud ini yaitu benda-benda hasil karya manusia yang disebut dengan
benda kebudayaan Produk ini lebih konkret karena dapat dilihat, diraba, dan
dirasakan Ketiga wujud kebudayaan yang telah diuraikan diatas dalam kenyataan
empiris merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan Sifat-sifat dasar
yang tampak dart keragaman etnik kultur dikemukakan oleh Pierre Van De
Berghe dalam bukunya Pluralism and The Policy: A Theoritical Exploration"
sebagai berikut
8
https://geraijasa.com/2019/03/27/hakikat-dan-orientasi-pola-pikir-etnis-kultur/
6
Terjadinya segmentasi ke da l am bentuk kelompok-kelompok yang sering
kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain,
Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga lembaga yang
bersifat non komplementer,
Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap
nilat-nilai yang bersifat dasar,
secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik diantara kelompok
yang lain,
Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coecion) dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi, serta
Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-kelompok
lainnya.9
9
Nasikun, 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
7
manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Yang ketiga benda-benda
hasil karya manusia yang juga disebut benda kebudayaan.
Unsur-unsur kebudayaan sebenarnya juga dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari tiap suku bangsa. Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sistem keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan
c. Sistem pengetahuan
d. Sistem bahasa
e. Sistem kesenian
f. Sistem ekonomi
g. Sistem teknologi
Unsur-unsur tersebut akan ditemukan dalam keadaan atau masyarakat
tidak hanya di Indonesia tetapi juga didunia. Unsur-unsur ini merupakan
perwujudan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara
kesistensi diri dan kelompoknya.
Dalam kebudayaan juga terdapat kelompok etnik atau suku bangsa yang
merupakan suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesama, biasanya berdasarkan garis keturunan
yang dianggap sama. Hal ini seperti dapat dilihat dari banyaknya etnis tionghoa di
Indoensia. Perkawinan silang membuat terjadinya percampuran ras seperti antara
etnis tionghoa dengan suku Batak dan percampuran etnis-etnis lainnya. Oleh
sebab itu komunikasi yang baik akan mempererat interaksi, komunikator
diharapkan memiliki kepekaan sehingga timbul sifat-sifat toleran dalam
penyampaiannya. Umumnya komunikator memiliki dua kepekaan yaitu kepekaan
insani yaitu kepekaan emosi dan kepekaan pikiran.
Pola-pola interaksi tidak hanya sekedar saling mengisi kebutuhan dan
memenuhi kepentingan bersama namun telah bergeser kepola yang memberi
pedoman terwujudnya sifat-sifat integratif dan pelestarian keberadaan etnis
sebagai bangsa. Dengan adanya saling ketergantungan antar individu maka
interaksi menjadi alat yang diperlukan untuk kelangsungan bermasyarakat.
8
Selain itu perkembangan pengetahuan tentunya membangun pola pikir
individu untuk saling menerima satu sama lain dan saling memahami.
Perkembangan komunikasi pun terus berimpit mengikuti kualitas berfikir
manusia. Dalam etnis kultur, pada mulanya berkembang secara interpersonal
dalam bentuk komunikasi antar etnis dan terorganisasi.
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa di Indonesia
tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Pembagian
kelompok ini tidaklah mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk dan
percampuran budaya dan saling mempengaruhi. Penyebaran etnis didukung pula
oleh komunikasi yang baik antar kelompok etnis kultur maupun etnis budaya.
Komunikasi yang terjalin awalnya hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi namun pada perkembangannya melebar kedalam beberapa fungsi
utama, yaitu :
a. Fungsi informasi; fungsi ini memberi rujukan bagi seluruh etnis kultur
( etnis bangsa).
b. Fungsi sosialisasi; fungsi ini menyediakan sumber ilmu pengetahuan
(sumber rujukan) yang memungkinkan setiap individu bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif.
c. Fungsi motivasi; fungsi ini menjelaskan tujuan tiap masyarakat dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
d. Fungsi debat dan diskusi; fungsi ini menyediakan dan saling menukar
fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau
menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik.
e. Fungsi pendidikan; funsi ini adalah pengalihan ilmu pengetahuan yang
dapat mendorong perkembangan intelektual pembentuk watak dan
perilaku serta kepribadian.
f. Fungsi memajukan kebudayaan; flungsi ini menyebarluaskan hasil
kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan massa lampau.
g. Fungsi hiburan; fungsi ini untuk memperkaya rujukan batinia,
menyebarluaskan lambang-lambang budaya, kesenian, drama, imajinsi,
musik dan lain sebagainya.
9
h. Interaksi; fungsi ini menyediakan bagi etnis bangsa, etnis kultur,
kelompok, indiividu, kesempatan memperoleh pesan yang mereka
perlukan agar terwujudnya saling pengertian dan saling menghargai
pendapat, pandangan dan keinginan.
Dengan berkembangnya fungsi komunikasi maka setiap aktifitas individu
senantiasa berkaitan dengan komunikasi. Selain itu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang juga membuka akses kemudahan bagi individu dalam
berkomunikasi.
10
normatif. Mempedomani bagi manusia bahwa didalam berkomunikasi
tidak akan bebas dari nilai-nilai atau norma yang mengikatnya sehingga
terhindar dari perilaku-perilaku yang saling merugikan. Komunikasi
sebagai ilmu rohaniah yaitu mempedomani bagaimana menembus sentral
nilai-nilai kemanusiaan yaitu lubuk hati manusia yang paling dalam yang
tidak pernah ingkar dari sifat-sifat tercela, sekalipun perbuatna lahiriah
cenderung ke perilaku negatif, namun nilai-nilai rohaniah tidak pernah
merestui atau melegitimasi terhadap perbuatan salah yang dilakukan
lahiriah.10
Tiga faktor utama makna kebenaran
1) Titikad atau motif yang ada pada diri komunikator
2) Konsisten atau tidaknya terhadap ukuran-ukuran normatif :
- Menurut undang-undang
- Menurut nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
- Menurut kaidah agama
3) Faktor isi komunikasi
10
https://ilkomut.blogspot.com/2017/01/rangkuman-filsafat-dan-etika-komunikasi.html
11
Allah. Thales filsuf Yunani tertua yang berpendirian bahwa apa saja yang ada di
alam ini asalnya tersusun dari air, menaruh keyakinan bahwa alam kodrat
merupakan semacam makhluk hidup, sepertinya halnya hewan yang memiliki
jiwa. Sedangkan Anaximander memandang subtansi terdalam sebagai sesuatu
yang ia namakan “ketakterbatasan” yang digambarkannya bahwa hal tersebut
tidak terhingga jumlahnya dan tidak tertentu sifatnya. Ia juga berpendapat bahwa
atas dasar “ketidakterbatasan” tersebut maka timbulah bebagai dunia yang tidak
terbatas jumlahnya.11
Leucippos pencetus teori atom, menjelaskan bahwa penciptaan alam
semesta bermula dari beberapa atom yang berbeda bentuknya saling memisah dari
masa yang tidak berbentuk dan berkumpul di dalam suatu ruang kosong yang
maha luas. Setelah berkumpul, maka atom-atom tersebut membentuk suatu
pusaran. Kemudian atom-atom tersebut saling berdesak-desak dimana atom-atom
cahaya menetap pada bagian luar sedangkan atom-atom selebihnya tetap tinggal
bersama. Atom-atom terakhir ini membentuk rangkaian yang tidak terputus,
berbentuk seperti sabit dan membuat sejenis kulit luar yang disebut dengan langit.
Pada pusatnya terdapat benda-benda yang terbentuk disana disana dan sekarang
sudah saling memisahkan diri dimana sebagian ada yang terbang ke atas dan
berkedudukan pada kulit luar. Inilah yang disebut dengan benda-benda langit.
Sekarang semuanya bergerak mengelilingi massa-sentral yaitu materi yang
darinya bumi dibentuk. Gerakan disebabkan karena mengeringnya massa sentral
ini dan menguapnya air sehingga bumi dan laut terpisah.12
Alam dalam sistem Aristoteles, terbatas oleh ruang tetapi tak terbatas oleh
waktu, karena gerak alam seabadi Penggerak Tak Tergerakan. Keabadian alam,
dalam pemikiran Islam ditolak karena Islam berpendirian bahwa alam diciptakan.
Filsuf-filsuf Muslim dalam mengahadapi masalah ini mencoba mencari
pemecahan yang sesuai dengan agama. Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dituduh atheis
karena mereka sependapat dengan Aristoteles. Mereka berpendapat bahwa alam
ini kekal (Syarif, 2013).
11
Kattsoff, Louis O. 2014. Elements of Philosophy. New York: The Ronald Press
Company.
12
Djamarah. S. B, Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan salah satu akar dari ilmu komunikasi. Oleh karena itu
filsafat komunikasi merupakan suatu pengetahuan yang menelaah secara
mendasar mengenai keilmuan komunikasi dari historisnya, teori-teorinya,
metodemetodenya, prinsip-prinsip metodologi yang digunakan, sampai pada
semua hal yang terkait pada cakupan komunikasi. Terdapat perbedaan yang
mendasar tentang alam antara pandangan filsafat Barat dengan pandangan Filsafat
Islam. Dalam pandangan Filsafat Barat, alam terjadi dengan sendirinya (by
nature).
Segala sesuatu yang ada di bumi ini mampu berkomunikasi. Baik biotik
(tumbuhan, hewan, manusia) maupun abiotik (tanah, air, udara, dan sinar
matahari). Namun, cara dalam berkomunikasinya berbeda. Berkomunikasinya
alam ini dijelaskan melalui penelitian ilmiah dan dipertegas lagi dari Alquran dan
Hadis. Hal ini membuktikan bahwa ternyata alam semesta (makrokosmos)
melakukan komunikasi.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Kultur disimpulkan sebagai kelompok kebudayaan dari berbagai suku-
suku yang berbeda. Keberagaman ini tidak hanya terletak disatu Negara saja
namun juga keberagaman dari berbagai Negara tetangga yang secara kebudayaan
mungkin serumpun dengan Indoensia dan disebut sebagai etnis budaya. Sebut saja
Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, yang memiliki banyak pulau
tersebar luas menghasilkan kultur atau kebudayaan yang berbeda-beda antar
masyarakatnya.
13
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumbe-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan, juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan
memakluminya, karena Saya adalah hamba Allah SWT yang tak luput dari salah,
khilaf, Alfa dan lupa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, E.S. (2010). Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cet.VII
2010
Salam, B. (2010). Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bina Aksara, Cet. II,
https://ilkomut.blogspot.com/2017/01/rangkuman-filsafat-dan-etika-
komunikasi.html
Kattsoff, Louis O. 2014. Elements of Philosophy. New York: The Ronald Press
Company.