Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FILSAFAT KOMUNIKASI
Mata Kuliah : Komunikasi Efektif dalam Pendidikan

Oleh:
Kelompok 3

Fitra Syadza Zahira


Paradiba Q.A Idrus
Rolyke Gonie
Surtiwi

DOSEN PENGAMPUH
(Dr. Muhammmad Yusri Bachtiar, M.Pd)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kemudian tak lupa pula kami mengirim salawat beriring salam pada
Nabi besar Muhammad SAW karena beliau telah berhasil membawa umatnya dari
alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini, pada
kesempatan kali ini, kami dapat menyelesaikan salah satu tugas yang berjudul
“Filsafat Komunikasi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Efektif
Dalam Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa tentunya selalu ada kesalahan, baik dari segi
penggunaan kasa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan yang lainnya.
Oleh karena itu, penulis meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah
ini sehingga pada masa yang akan datang, penulis mengharapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, Februari 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Manfaat penulisan........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORITIS...................................................................................4

A. Hakikat Filsafat Komunikasi.......................................................................4


B. Filsafat Komunikasi.....................................................................................6
C. Implementasi Komunikasi dalam Pembelajaran.......................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

A. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Semua orang menyadari akan dirinya
sebagai makhluk sosial dan tidak dapat membantahnya pula. Manusia terlahir
dari melalui kerjasama antara sepasang suami istri, dan dari sanalah bermula.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam hidup bersosial manusia melakukan
banyak komunikasi dengan manusia lainnya, entah itu komunikasi bersifat
verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi secara
langsung melibatkan untaian huruf yang membentang dan berstruktur
membentuk sebuah paragraf. Misalnya dalam kegiatan berbicara dan
mendengar.
Manusia juga sering, bahkan selalu melakukan tatanan komunikasi kepada
diri sendiri. Komunikasi yang utama dan harus diutamakan adalah
komunikasi intrapersonal, dimana jiwa kita tengah beribadah dan berdoa
kepada Yang Maha Kuasa. Ketika sedang menyemangati dan mengintropeksi
diri secara tidak langsung kita telah melakukan komunikasi dengan diri
sendiri dan tentunya hanya diri sendiri pula yang akan mengerti.
Komunikasi verbal kadangkala diiringi dengan komunikasi nonverbal
yang sifatnya bermakna. Misalnya saat mengatakan ‘iya’ diiringi dengan
anggukan untuk memperkuat pendengar bahwa itu adalah kata ‘iya’. Namun,
dalam beberapa kasus orang-orang sering menggantikan apa yang hendak
mereka katakana dengan sebuah gerakan. Misalnya saat hendak mengatakan
‘tidak’, mereka mungkin akan menggeleng atau menyilangkan kedua tangan.
Bahkan dalam beberapa jenis komunikasi, seragam bisa dijadikan sebuah
komunikasi nonverbal.
Kuswarno mengatakan bahwa , “Manusia senantiasa memiliki naluri untuk
mengungkapkan sesuatu dibalik dunia nyata, atau menginginkan sebuah
penampakan realistis yang jauh lebih dalam dari sekedar mengungkapkan
realitas empiris secara artifisial melalui panca indra.”
Buku yang kami baca bahkan memperjelas (Rahyono dalam Curse, dalam
Alex Sobur) bahwa dalam komunikasi penutur menyampaikan maksudnya
melalui tuturan dalam daya ilokusi tertentu. Daya ilokusi terwujud dalam
jenis-jenis tindakan, seperti pemberitahuan, janji, dan peringatan. Bahkan
secara tegas Curse menyatakan bahwa tidak ada komunikasi tanpa daya
ilokusi.
Komunikasi berasal dari mana saja dan dalam bentuk apa saja, tidak ada
yang bisa menebak bagaimana cara orang orang berkomunikasi. Namun, hal
paling jelas adalah bahwa komunikasi dapat bersifat verbal dan nonverbal.
Dan penggunaannya, semua tergantung keinganan, kebutuhan, dan kondisi
pengguna.
Dalam hal ini, beberapa penderita tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan
lainnya melakukan komunikasi dengan cara mereka sendiri. Melalui
sentuhan, gerak, kata-kata, dan sebagainya.
Bukankah komunikasi itu sangat penting? Memang. Wiggershaus dalam
Alex Sobur mengatakan komunikasi boleh dibilang tema hidup Habernas, dan
menjadi benang merah karya-karyanya. Bagi Habernas, komunikasi bukanlah
teknik atau komunikasi seperti yang biasa terjadi dalam media. Baginya,
komunikasi adalah sesuatu yang demikian khas dan dasariah melekat pada
masyarakat hingga tanpanya, masyarakat taka ada.
Rogers (dalam Alex Sobur, lagi) menjelaskan berbagai manfaat
komunikasi dengan gaya bertutur yang sederhana layaknya sebuah penjelasan
ringan tetapi dengan garis-garis pelangi yang menyejukkan.
Secara tidak langsung Rogers menggambarkan mengenai betapa perasaan
dan emosi adalah hal yang utama dalam sebuah komunikasi. Meskipun
banyak kesamaan kata atau pertukaran bahasa, akan berbeda jika disampaikan
dengan emosi dan perasaan yang berbeda pula. Rogers juga menjelaskan
bahwa sebelum mengemukakan pendapat sendiri dengan gaya sendiri,
penting bagi kita sekalian untuk memahami kerangka berpikir orang lain.

2
Sehingga pada titik di akhir latar belakang yang tertera saat ini, biarkan
kami menyimpulkan bahwa, komunikasi adalah pembangun utama dalam
sosialisasi hidup manusia, tanpanya manusia bukan apa-apa. Dengan segala
pendapat yang terungkap, bahwasanya komunikasi verbal dan nonverbal
selalu bekerja beriringan.

B. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai apa itu
komunikasi dan betapa penting komunikasi tersebut dalam tiap aspek
kehidupan manusia. Pembaca disuguhkan banyak teori dari berbagai macam
kepala dengan argument serta perspektif yang berbeda, dalam menyampaikan
pendapat mereka. Pembaca akan dituntun untuk memahami pendapat lain
kemudian dituntun untuk berpikir mengenai “Filsafat Komunikasi dan
Implementasi dalam Pengajaran”.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini ialah
membagikan informasi mengenai “Filsafat Komunikasi dan Implementasinya
dalam Pengajaran”. Menyampaikan informasi tersebut kepada pembaca
melalui teks yang tersusun.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Filsafat Komunikasi


Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri dari dua
suku kata yaitu philos dan sophia. philos berarti cinta dan sophia berarti
kebijaksanaan. Filsafat pada hakikatnya berkaitan dengan menjaci kebenaran
yang menjadi pemicu manusia berfikir, melakukan pengamatan dan berbagai
penelitian.1
Praja (2003:2) dalam bukunya yang berjudul Aliran-Aliran Filsafat dan
Etika mengemukakan bahwa secara terminologis, filsafat mempunyai arti
yang bermacam-macam yaitu:
1. Plato (427-347 SM)
Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia Sendiri
berguru kepala Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk
mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (381-322 SM)
Mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu, metafisika, logika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika.

Filsafat yaitu hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.2

Menurut Louis O. Katsoff dalam jurnal Silvana yang berjudul Aplikasi


Filsafat dalam Ilmu Komunikasi mengemukakan bahwa kegiatan filsafat
1
Akhadiah, Sabarti. Filsafat Ilmu Lanjutan. Hal 104
2
Latief, Mukhtar. Filsafat Ilmu. Hal. 4

4
merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan
keraguan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan
yang satu dengan gagasan yang lainnya, menanyakan “mengapa”, mencari
jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. Filsafat
sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keruntuhan, dan keadaan
memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman. Tujuan filsafat
adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan
kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbirkan
serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat
membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada
tindakan yang lebih layak.

Mufid (2009:83) dalam bukunya yang berjudul Etika dan Filsafat


Komunikasi mengemukakan bahwa proses komunikasi dapat dilihat dalam
dua prespektif besar, yaitu perspektif psikologis dan mekanis. Perspektif
psikologis dalam proses komunikasi hendak memperlihatkan bahwa
komunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang melibatkan komunikator,
komunikasi, isi pesan, lambang, sifat hubungan perspektif, persepsi, proses
decoding, dan encoding. Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses
komunikasi adalah aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang
sangat bersifat situasional dan kontekstual.
Dari proses komunikasi yang begitu kompleks dan tidak sederhana
tersebut, refleksi komunikasi di perlakukan untuk mendapatkan perspektif
yang lebih luas dan komperensif. Refleksi proses komunikasi tersebut sering
di masukkan dalam disiplin filsafat komunikasi. Menurut Prof. Onong
Uchjana Efendi dalam filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang
menelaah pemahaman secara lebih mendalam, fundamental, metodologis,
sistematis, analitis, kritis dan komprehensif teori daan proses komunikasi
yang meliputi segala dimensi bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan
metode-metodenya.

5
Bidang komunikasi, meliputi komunikasi sosial, organisasional, bisnis,
politik, dan internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan,
tradisional dan lain-lain. Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan
nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi,
kelompok, massa, dan media. Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal
mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu,
fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informative, persuasive,
pervasive, koersif, instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi,
meliputi jurnalistikk, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang
urat saraf, dan perpustakaan.
Dalam komunikasi sehari-hari

B. Filsafat Komunikasi
Mufid (2009:37) dalam bukunya yang berjudul Etika dan Filsafat
Komunikasi Stephen W. Littlejohn mengemukakan bahwa bahwa terdapat
sejumlah isu filosofis tentang studi komunikasi, yang disebut sebagai “meta
teori”. Sesuai dengan namanya, imbuhan “meta” merujuk pada spekulasi
yang menyertai sebuah teori. Metateori mengajukan sejumlah pertanyaan
menyangkut sebuah teori, yakni' apa yang dibahas, bagaimana pengamatan
dilakukan dan bagaimana suatu teori terbentuk. Dengan kata lain, metateori
adalah teori dari sebuah teori. Selanjutnya, Littlejohn membagi isu-isu
filosofis studi komunikasi menjadi tiga tema, yakni epistemologi,
ontologi,dan aksiologi.
1. Ontologi
Sebagaimana telah dijelaskan, ontologi merupakan cabang filsafat
yang berkaitan dengan hakikat (nature of being) dari apa yang ingin
kita ketahui. Pada kenyataan nya epistemologi dan ontologi saling
berkaitan. Hal ini dikarenakan pemahaman kita tentang pengetahuan
tentu tergantung pula pada bagaimana kita memahami realitas. Dalam
ilmu sosial, ontologi membahas tentang hakikat eksistensi manusia,

6
sedangkan dalam ilmu komunikasi, ontologi memfokuskan pada
pemahaman hakikat interaksi sosial manusia. 3
Ontology yaitu cabang filsafat yang membicarakan esensi
kebenaran realitas, yang pembahasannya mencakup hakekat ilmu,
pembagian ilmu, karakter ilmu, dan hubungan filsafat dan agama.4
Isu ontologis menjadi penting untuk dibahas lebih lanjut karena
bagaimana seorang pakar mengkonseptualisasikan komunikasi
tergantung pada bagaimana ia melihat hakikat komunikasi. Menurut
Littlejohn, paling tidak ada empat isu ontologis penting, yakni:
a. Apakah Manusia Membuat Pilihan yang Sebenarnya?
Walaupun para teoretisi sepakat bahwa manusia
mempunyai pilihan, namun mereka tidak menyepakati
pertanyaan lebih lanjut yakni apakah pilihan yang sebenarnya
(real choice) merupakan hal yang mungkin untuk dicapai?
Golongan Determinis mengatakan bahwa perilaku manusia
merupakan respons dari kondisi yang ada, dan karenanya
sejatinya manusia bersifat reaktif dan pasif.
Pada sisi lain, golongan Pragmatis mengatakan bahwa
manusia merencakan perilakunya untuk tujuan di masa akan
datang. Golongan terakhir memandang manusia sebagai
makhluk yang membuat keputusan, dan karenanya bersifat
aktif sekaligus menentukan sendiri tujuan hidupnya. Selain
kedua kelompok tersebut, terdapat pula kelompok
pertengahan yang mengakui sekaligus baik pengaruh
lingkungan yang menentukan pilihan serta kebebasan
manusia untuk menentukan tindakan.

3
Mufid, Muhammad . Etika dan Filsafat Komunikasi. Hal 40
4
Syukurdi. Filsafat Ilmu Komunikasi Islam. Hal 278

7
b. Apakah Perilaku Manusia Sebaiknya Dipahami Secara
Permanen atau Temporal?
Kondisi temporal manusia yang disebut juga state,
memberi pengaruh bagi pilihan tindakan manusia. State juga
yang menyebabkan manusia bisa bersifat dinamis. Sedangkan
kondisi permanen, yang disebut trait, menyebabkan tindakan
atau perilaku manusia bisa diprediksi. Trait berisi karakter
manusia yang bersifat konsisten. Sekalipun manusia bisa saja
berubah trait-nya, namun dipastikan perubahan tersebut tidak
mudah karena manusia pada dasarnya bersifat statis.
Littlejohn sendiri mengatakan bahwa baik state maupun trait,
keduanya secara bersama membentuk karakter dan
menentukan perilaku manusia.

c. Apakah Pengalaman Manusia Bersifat Individual atau Sosial?


Banyak pakar ilmu sosial mengatakan bahwa walaupun
manusia tidak bisa mengisolasi diri dari orang lain namun
mereka meyakini bahwa pada dasarnya bersifat individual.
Mereka mendasarkan unit analisis kajian pengembangan ilmu
pengetahuan pada individu. Namun demikian, menurut
Littlejohn, dalam konteks komunikasi manusia lebih baik
dipahami dalam konteksnya sebagai anggota kelompok
sosial. Karenanya unit analisis ilmu komunikasi adalah
lingkungan sosial. Isu ini menjadi penting karena komunikasi
adalah terkait dengan dengan interaksi.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki
asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang
bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran
dan kepalsuan.5

5
Silvana. Aplikasi Filsafat dalam Ilmu Komunikasi. Hal.5

8
Sebagaimana telah diielaskan, epistemologi merupakan cabang
filsafat yang mengkaji pengetahuan, atau bagaimana cara manusia
mendapatkan pengetahuan. Littlejohn menjelaskan bahwa paling
tidak ada lima pertanyaan yang harus dijawab terkait isu
epistemologi ini,yakni: 6
a. Apakah Pengetahuan Ada Karena Pengalaman?
Menurut Littlejohn banyak pakar meyakini bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman. Kita mengamati
dunia ini, karenanya muncullah pengetahuan tentang dunia.
Seorang manusia yang sejak lahir tidak diberi pengetahuan
tidak akan dapat mengetahui sesuatu pun dari dunia ini.
Pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman selanjutnya
akan menyatu dengan pola berpikir dan pola merasa.
Sebagai contoh, seorang anak tidak belaiar bahasa hanya
dari apa yang mereka dengar, tetapi dari penggunaan bahasa
yang ia dengar dalam kehidupan sehari-hari.
b. Apakah Pengetahuan Bersifat Pasti?
Terhadap pertanyaan apakah pengetahuan bersifat pasti,
dan karenanya siapa pun akan menemukan peugetahuan
tersebut, Littlejohn mengaitkannya dengan pertanyaan
apakah kebenaran bersifat absolut atau relatif? Perdebatan
tentang isu ini telah berlangsung selama ratusan tahun.
Namun demikian, lanjut Littlejohn, para teoretisi komunikasi
memegang teguh asumsi bahwa kebenaran bersifat pasti. Jika
pun terjadi kesalahan, maka sejatinya bukan dikarenakan
relativitas kebenaran tetapi karena memang kebenaran sejati
tersebut belum ditemukan. Hal ini berbeda dengan pandangan
kaum relativis yang memandang pengetahuan tidak akan
pernah bersifat pasti karena realitas universal memang tidak
pernah ada

6
Mufid, Muhammad . Etika dan Filsafat Komunikasi. Hal. 38

9
c. Proses Apa yang Menyebabkan Tumbuhnya Pengetahuan?
Pertanyaan ini bersifat kompleks dan perdebatan tentang
jawaban dari pertanyaan ini merupakan jantung dari
epistemologi. Menurut Littlejohn, paling tidak ada empat
aliran yang menjawab isu ini.
Pertama, aliran mentalisme atau rasionalisme yang
memandang pengetahuan ada karena kekuatan manusia untuk
mengetahui kebenaran. Posisi ini meyakini penalaran
manusia untuk menentukan kebenaran.
Kedua, aliran empirisme yang menyatakan bahwa
pengalaman tumbuh dalam persepsi. Kita mengalami dunia
dan secara kasat mata kita melihat apa yang sedang terjadi di
dalamnya.
Ketiga, aliran konstruktivisme yang mengatakan bahwa
manusia menciptakan pengetahuan untuk keperluan
pragmatis dan karenanya manusia memproyeksikan dirinya
dalam apa yang mereka alami. Aliran konstuktivisme percaya
bahwa suatu fenomena di dunia ini dapat dipahami dengan
cara yang berbeda dan itulah yang disebut pengetahuan,
yakni ketika seseorang memaknai dunia walaupun berbeda
dengan orang lain.
Keempat, aliran konstruktivisme sosial yang
mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah produk
interaksi simbolis dalam suatu kelompok sosial. Dengan kata
lain, realitas merupakan hasil dari konstruksi sosial dan
karenanya merupakan sebuah produk dari kelompok atau
kultur tertentu.

d. Apakah Pengetahuan Sebaiknya Dipahami Secara Terpisah


atau Menyeluruh?

10
Ada dua aliran besar yang memberikan iawaban dari
pertanyaan ini. Pertama, aliran Gestalis yang mengajar kan
bahwa kebenaran ilmu pengetahuan bersifat general, dan
karenanya tidak dapat dipahami secara terpecah Aliran ini
percaya bahwa suatu fenomena tidak berdiri sendiri,
melainkan terkait dengan fenomena lain dalam suatu sistem
yang terbuka. Aliran kedua dikenal sebagai aliran Analis
yang lebih memercayai bahwa pengetahuan berisi
pemahaman tentang bagaimana suatu bagian beroperasi
secara terpisah.
e. Apakah Pengetahuan Harus Eksplisit?
Menurut Littlejohn, kebanyakan filsuf meyakini rumusan
bahwa Anda tidak akan mengetahui sesuatu kecuali Anda
dapat menyatakan apa yang dimaksud. Penge tahuan
karenanya bersifat eksplisit. Hanya beberapa dari mereka
yang menyatakan bahwa pengetahuan bersifat tersembunyi
dalam sensibilitas manusia, karenanya bisa jadi seseorang
memiliki suatu pengetahuan tertentu, namun ia tidak bisa
mengungkapkannya.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang fillsafat yang membahas tentang
nilai. Untuk disiplin ilmu komunikasi, ada tiga isu aksiologi
penting yang perlu dijabarkan pada kesempatan ini, yakni:
a. Dapatkah Teori Bersifat Bebas Nilai atau tidak?
Ilmu pengetahuan klasik mengklaim bahwa teori dan
penelitian bersifat bebas nilai (value free), netral, dan
berusaha menampilkan fakta apa adanya. Bila nilai yang
dimiliki ilmuwan turut serta dalam pekerjaan ilmiah yang ia
lakukan, maka yang dihasilkan adalah apa yang discbut
Littlejohn sebagai “sains yang buruk (bad science)”.

11
Namun demikian, terdapat pandangan lain atas
pertanyaan ini yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
memang secara substantif bisa bebas nilai, namun secara
teknis terdapat nilai-nilai yang turut memengaruhi
perkembangan suatu ilmu. Misalnya, pada saat seorang
ilmuwan menentukan metode penelitian yang digunakan,
maka pada hakikatnya pemilihan metode tersebut didasarkan
pada sejumlah kepentingan, yang pada gilirannya
menyebabkan suatu teori atau ilmu pengetahuan tidak lagi
bebas nilai.
Littljiohn memberi contoh lain yakni tentang pendanaan.
Pemberian sponsor pendanaan merupakan bentuk lain
intervensi yang terdapat dalam suatu teori, karena pemberian
pendanaan tentu juga didasarkan atas pertimbangan faktor
politis, ekonomis, dan ideologis.
b. Apakah Ilmuwan Memengaruhi Teori yang Dihasilkan
ataukah tiddak?
Mazhab tradisional lagi-lagi menjawab pertanyaan ini
dengan mengatakan bahwa seorang ilmuwan seharusnya
berhati-hati dalam melakukan suatu penelitian ilmiah
sehingga aspek akurasi bisa dipertahankan. Kritik terhadap
pandangan ini bersumber pada keniscayaan bahwa suatu
penelitian pasti menghasilkan distorsi dari apa yang hendak
diteliti. Distorsi tersebut kadang kala besar dan kadang kala
kecil, namun yang pasti akan selalu ada distorsi dan
karenanya teori pasti terdapat “campur tangan” terhadap teori
yang dihasilkan.
c. Apakah ilmuwan Memengaruhi Proses Sosial atau Tidak
Pertanyaan ini sejalan dengan pertanyaan apakah
ilmuwan harus tetap objektif ataukah harus berperan aktif
membantu masyarakat untuk berubah secara positif? Banyak

12
pakar mengatakan bahwa tugas ilmuwan adalah
memproduksi ilmu pengetahuan, sedangkan urusan
perubahan sosial diserahkan pada pihak lain seperti politikus.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa ilmuwan
memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan nilainilai
positif dalam masyarakat. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan tidak bebas nilai, tetapi sebaliknya sadar nilai
(value conscious)

C. Implementasi Komunikasi dalam Pembelajaran


Ada pun pendapat orang tentang komunikasi dan batasan apa pun yang
coba untuk diketengahkan dari seribu satu macam defenisi, namun ada satu
kata kiranya yang akhir-akhir ini menjadi sangat terkenal sebagai akibat
pemakaian secara berulang-ulang dalam banyak penelitian adalah bahwa
komunikasi itu ubiquitous, komunikasi itu selalu berada dimana pun dan
kapan pun.
Komunikasi berhubungan dengan seluruh kehidupan manusia, baik itu
dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Begitu pun dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, komunikasi adalah hal paling penting
hingga tidak berlebihan pabila kita menyebut hakekat manusia adalah seorang
komunikan.
Mari menengok kebelakang, hari pertama saat kita dilahirkan orang sekitar
telah melakukan komunikasi nonverbal pada kita, misalnya melalui sentuhan,
senyuman, dan jarak fisik. Contoh kecil pula, ada bahasa yang kerap disebut
sebagai bahasa bayi. Bayi akan menangis kala ia lapar, kala ia buang air
besar, tak lupa ia akan tertawa riang menampakkan gusi merahnya saat ia
merasa puas dengan perlakuan orang-orang sekitarnya.
“Di antara sekian banyak kehendak manusia yang terpenting adalah
kehendak untuk bermakna. Ia selalu ingin memberi makna kepada setiap hal

13
yang ada dalam dirinya. Bermakna adalah keinginan manusia yang alamiah.”
Victor Frankl.7
Komunikasi merupakan alat yang menghubungkan manusia dengan dunia
luar, juga merupakan cara seseorang untuk mengekspresikan dirinya,
mempengaruhi orang lain, serta merupakan cara untuk mempelajari dunia,
dirinya, dan orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan yang dilakukan oleh para pelaku komunikasi, yaitu komunikator
sebagai penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan. Pelaku
komunikasi yang dimaksud adalah manusia. Manusia dengan segala
keunikannya, kekhasan, dan kerumitannya selalu menarik untuk dibicarakan.
“Manusia adalah eksistensi yang menyerajah,” tulis Zayd, “dalam arti
bahwa manusia memahami dirinya sendiri—tidak melalui perenungan akal—
tetapi melalui pengalaman-pengalaman yang objektif dalam kehidupan
manusia.”8
Berikut akan dibahas mengenai berbagai implementasi komunikasi itu
dalam pengajaran juga tidak sedikit akan mengungkit dampaknya.
Pada skripsi Implementasi Komunikasi Pendidikan di TK Ummu Aiman
Kartasura, oleh Yunita menggambarkan bahwa bahasa yang disampaikan
oleh guru, merupakan peranan penting dalam menjalin hubungan dengan
siswa. Karena apabila guru menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa. Sehingga nantinya guru bisa melanjutkan materi
pembelajaran berikutnya. Dalam pembelajaran yang berlangsung, biasanya
guru menggunakan komunikasi verbal yaitu berupa kata-kata. Saat guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari pada hari itu, guru menjelaskan
dengan menggunakan komunikasi verbal. Penggunaan komunikasi verbal ini
diharapkan anak didik dapat mengerti penjelasan materi yang disampaikan.
Dalam kelas terdapat banyak sekali jenis komunikasi yang digunakan guru
dan siswa. Interaksi antar individu dengan induvidu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

7
Sobur Alex. Filsafat Komunkasi hal. 219
8
Sobur Alex. Filsafat Komunikasi hal. 246

14
1. Interaksi individu dengan individu
Sejauh masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
atau menimbulkan kesan dalam pikiran maka interaksi telah terjadi.
Dalam interaksi antar individu masing-masing pihak mewakili dirinya
sendiri dan melihat orang lain sebagai individu yang bebas, tanpa
memandang kelompok atau kelas asal masing-masing.
Contoh, seorang guru mengajar di sekolah inklusi dan menemui
ada beberapa siswanya yang tunarungu, beberapa temannya tidak
terlalu memperdulikan anak itu. Maka setelah selesai pembelajaran,
guru itu menyempatkan dirinya untuk mengajak anak tersebut
berbincang-bincang dengan cara yang dapat dipahami anak tersebut.
Guru itu memberi motivasi dan semangat kepada anak tersebut
dengan gestur dan raut wajah yang jelas. Meskipun anak tersebut
tidak terlalu paham, namun ia bisa tahu bahwa sang guru mencoba
menyemangatinya. Anak itu tahu karena selama pembicaraannya sang
guru selalu tersenyum dan beberapa kali mengepalkan tangannya
sambil mengayun-ayunkannya.
Dari contoh di atas dapat dilihat pengajaran yang dilakukan guru
tersebut tidak serta merta melalui kata-kata tentang materi
pembelajaran, tetapi mengenai pengajaran tentang kehidupan dan
manusia didalamnnya.
Ada pula contoh yang diutarakan dalam modul yang ditulis dalam
Sumorno dkk, seorang mahasiswa A berbincang-bincang dengan
seorang dosen B. Mahasiswa tersebut akan memperlakukan dosen
tersebut seperti dia memperlakukan dosen-dosen pada umumnya.
Semakin dekat hubungan keduanya maka baik mahasiswa maupun
dosen akan memperlakukan satu sama lain sebagai individu A dan
individu B yang masing-masing memiliki keunikan, kekhasan, dan
bukan lagi kelompok dosen dan kelompok mahasiswa.

15
Hubungan yang antara mahasiswa A dan dosen B kini telah naik
pada taraf dimana sang dosen memperlakukan mahasiswanya sebagai
anaknya. Tidak serta merta hanya mengajarkan mater tetaoi juga
berbagi pengalaman.

2. Interaksi Kelompok dengan Kelompok


Pada interaksi antarkelompok, setiap kelompok harus mengenal,
memahami aturan, nilai, norma yang berlaku pada kelompok lainnya,
agar komunikasi menjadi efektif. Apabila seorang komunikator
menyampaikan pesan yang bertentangan dengan nilai, norma
kelompok komunikan maka pesan tersebut akan ditolak. Pengaruh
norma kelompok sangat besar terhadap perilaku komunikasi
anggotanya termasuk pola berpikir, dan cara pandang tentang sesuatu.
Hal ini terjadi karena manusia akan mengenakan atribut kelompok,
terutama kelompok rujukannya sebagai alat ukur untuk menilai diri
sendiri dan membentuk sikap.9
Contoh, seorang guru BK beragama muslim sedang memberi
konsultasi kepada seorang murid Kristiani yang tengah mengalami
masalah di rumah dan berdampak pada cara ia berperilaku. Dalam
pembahasan yang panjang murid tersebut mengaku telah jarang
beribadah dan menganggap bahwa semua masalah yang ia temukan
adalah karena Tuhan telah menegurnya. Sang guru BK menejelaskan
culture agamanya mengenai persoalah beribadah 5 waktu dan
berpuasa, sekedar untuk menjadikannya acuan pada sang murid
bahwa dalam agamanya juga tengah diajarkan beribadah.
3. Interaksi Kelompok dengan Individu
Ketika dua pihak berkomunikasi di mana satu pihak mewakili
sebuah kelompok dan pihak yang lain berbicara atas nama dirinya
sendiri maka bentuk interaksi yang terjadi disebut interaksi antara
individu dengan kelompok.

9
Sumarno dkk Modul FIlsafat Etika Komunikasi bagian 4.16

16
Contoh, seorang mahasiswa Indonesua yang melanjutkan studinya
di Korea. Ia harus mencoba beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya, mencoba menyesuaikan makanan Korea dengan lidahnya,
juga mencoba untuk beradaptasi dengan musim. Namun bukan berarti
ia harus mengikuti segala culture yang ditetapkan odi Korea. Ia bebas
mendekorasi areanya dengan culture Indosia, berbicara dengan logat
Indonesia pula tanpa harus merecoki culture Korea.

17
BAB III
PENUTUP

A. Saran-saran
Steve Johnson dalam bukunya yang berjudul Everything Bad Is Good
Foor You Merincikan bagaimana hal-hal yang dianggap buruk sebenarnya
baik untuk kita. Steve mengajarkan kita cara berfikir positif. Maka dari itu
apa saja yang di ulas dalam makalah ini kiranya mampu ditangkap pembaca
melalui sudut positifnya saja. Tidak memungkiri bahwa kami juga kian
membutuhkan banyak saran dari pembaca.
Jadilah orang bijak dalam berkomunikasi biarkan setiap gerakan yang
dilakukan, setiap kata yang diutarakan, tiap sentuhan yang diciptakan, serta
gaya yang di beranikan mampu membuahkan pandangan posiitif kepada
komunikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Akhadiah, Sabarti. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: KENCANA

Latief, Mukhtar. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta: KENCANA

Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta:


PRENADAMEDIA

Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: KENCANA

Sobur, alex. 2014. Filsafat Komunikasi Tradisi Dan Metode Fenomenologi.


Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Jurnal

Silvana. Aplikasi Filsafat Dalam Ilmu Pendidikan

Sobur, Alex. 2004. Mitos dan Kenikmatan Filsafat Pengantar Ke pemikiran


Filsafat
Komunikasi. Mediator. Vol 5. No 1

Sumarno, dkk. 2016. Materi Pokok Filsafat dan Etika Komunikasi. Universitas
Tadulako. Cetakan 3. Edisi 2

19
Syukurdi. 2015. Filsafat Ilmu Komunikasi Islam. Analytica Islamica. Vol 4. No 2

Skripsi

Yunita Wibi Ayu. 2019. Implementasi Komunikasi Pendidikan DI TK Ummu


Aiman Kartasura. Fakultas Ilmu Tarbiyah. Institut Agama Islam Negeri
Surakarta. Surakarta

20

Anda mungkin juga menyukai