Dosen pengampu
Ahmad masrur firosad,S.Pd.I
2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya,sehingga penyusunan makalah ini yang berjudul “prinsip prinsip komunikasi” dapat
diselesaikan. Makalah ini disususn dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah ’’ilmu
komunikasi’’.Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Tidak lupa pula penulis
mnegucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad masrur firosad S.Pd,I selaku dosen
pengampu mata kuliah ’’ilmu komunikasi’’. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh
karna itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar akalah ini bias pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dan kami sangat bertrimakasih sekali,bila sipembaca dengan senang
hati memberikan saran yang bain berupa solusi yang mungkin tidak kami temui selama
pembuatan makalah ini berlangsung. Sekian, terimakasih kami ucapkan kepada semua
pembaca makalah.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................5
C. Tujuan penulisan .....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................6
A. Prinsip prinsip komunikasi......................................................................................6
1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik................................................................6
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi.............................................7
3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi hubungan ..................................8
4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan.....................8
5. Komunikasi terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu......................................9
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi.....................................10
7. Komunikasi Bersifat Sistemik...........................................................................11
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah ................11
9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial.................................................................12
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional...........................12
11. Komunikasi bersifat Irreversible.......................................................................13
12. Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah.............15
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan .............................................................................................................17
B. Saran .......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan manusia
lainnya. Dengan berkomunikasi kita dapat menyalurkan atau mengekspresikan apa
yang ada di pikiran kita kepada orang lain. Dengan komunikasi kita juga dapat
membentuk saling pengertian, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan
peradaban.
Manusia sebagai mahluk sosial sudah tentu memiliki kebutuhan untuk saling
berkomunikasi satu sama lain. Namun dengan keterbatasan kemampuan menangkap
pesan yang disampaikan, antara satu orang dengan yang lainnya akan berbeda.
Setiap manusia butuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini
dilakukan sebagai bagian dari kodrat manusia yang tak bisa hidup sendiri. Dasar dari
komunikasi interpersonal adalah adanya komunikasi antara dua orang atau lebih yang
membicarakan topik tertentu. Memang tidak semua orang bisa menjadi seorang
komunikator yang baik dan handal. Ada teknik-teknik komunikasi yang harus
dipelajari bila ingin bisa diterima dari berbagai kalangan sosial.
Pembahasan utama dan central dari komunikasi dalam proses pembangunan
yaitu faktor manusia dan perubahan sosial. Dua hal ini erat kaitannya dengan
keyakinan dan nilai sosial, budaya, struktur sosial, persatuan dan penyebaran
informasi dan pembaruan, dan sistem pengaturan kelembagaan politik, ekonomi dan
kemasyarakatan1.
Banyak bukti menunjukkan bahwa komunikasi memegang peran penting
dalam kehidupan manusia, sebab berhasil tidaknya seseorang dalam menjalani
berbagai bentuk kegiatan yang berhubungan dengan bidang muamalah, tidak terlepas
dari kemampuan seseorang dari caranya berkomunikasi. Dengan adanya pencapaian
dari komunikasi yang baik, maka tercipta orang-orang besar yang menjadi tokoh-
tokoh terkenal, misalnya Barack Obama, Ia tidak akan menjadi Presiden Amerika
Serikat apabila ia tidak mampu berkomunikasi menyakinkan rakyat AS. Begitu juga
1
Santoso S. Hamijoyo Landasan Ilmiah komunikasi. Diktat mata kuliah PPs Ilmu Komunikasi. Universitas Dr.
Soetomo. 2004
4
Soekarno yang dikenal sebagai proklamator dan pemimpin besar Indonesia, juga
karena kemampuanya berkomunikasi 2.
Sebagai makhluk sosial, manusia menduduki posisi yang lebih baik dan mulia.
Karena manusia merupakan makhluk yang diberi karunia bisa berbicara. Dengan
kemampuan berbicara itulah, memungkinkan manusia membangun interaksi
sosialnya. Kemampuan berbicara berarti kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi
adalah sesuatu yang dibutuhkan di hampir setiap kegiatan manusia. Dengan
komunikasi dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih-sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban.
B. Rumusan masalah
1. Apa prinsip prinsip komunikasi?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui prinsip prinsip komunikasi
BAB II
2
Erna kurniawati. Analisis Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Perspektif Al-Qur'an. JurnalAl-Munzir Vol. 12.
No.2 November 2019.
5
PEMBAHASAN
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk suatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata – kata
(pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek maknanya di sepakati bersama,
misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan kehormatan atau
kecintaan terhadap Negara kemampuan manusia menggunakan lambang verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan
objek baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat
di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan.
6
b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberi makna
pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri.
Persolan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang
sama pada suatu kata. Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang alami antara
lambang dengan referent (objek yang ditujunya).
c. Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke
tempat lain,3 dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga lambang
yang kita berikan pada lambang tersebut. Makna yang di berikan kepada sesuatu
lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun berubahan makna
itu berjalan lambat. Misalnya, panggilan Bung yang pada zaman revolusi lazim di
gunakan dan berkonotasi positif karena menunjukan kesederajatan kini tidak
pouler lagi, kecuali di gunakan oleh penyaji acara olah raga ketika berbicaranya
dengan nara sumbernya di studio TV.
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi4
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
7
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya
yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan
bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat ‘aku benci
kamu’ yang di ucapkan nada menggoda mungkin sekali jutru berarti sebaliknya.
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan
berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi isi
merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur
lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.
Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.
Cerita yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yang disajikan televisi boleh jadi
menimbulkan pengaruh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh anak anak
atau remaja, bila di bandingkan dengan penyajian cerita yang sama lewat majalah atau
radio, karena televisi memiliki sifat audio visual, sedangkan majalah mempunyai sifat
visual saja, dan radio mempunyai sifat audio saja.
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja
dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika
berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-
cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi
kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul
sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang
lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan
berita yang sangat menarik bagi kita.
5
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
8
Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-
asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai
contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering
menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut
kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan
bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari
contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-
Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan Solo
klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak yang
tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.6
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan
psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya orang
menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain, sebagai
konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi,misalnya dua
orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak ada orang,
namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
6
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
9
itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya
pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu.
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,
suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik
yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti
“lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang
sopan bila dikemukakan dimasjid.
7
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
10
sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peran sosialnya.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi
juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar
beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu: sistem internal (seluruh sistem nilai
yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia
serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem
eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu,
termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta, dan temperatur
ruangan).
Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem
eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita namun
persepsi kita atas lingkungan kita juga memengaruhi cara berperilaku. Lingkungan
dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem yang
lebih besar.
11
yang berlangsung lebih mudah, karena keberanekaragaman pesan dimengerti
keduanya.
Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang bersifat
linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi
beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam
suatu tatanan yang acak.
Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (Continous).
Bahkan kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil garam”
melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan
tersebut. Untuk lebih mesmudahkan pengertian, kita dapat megatakan bahwa
peristiwa itu dimulai kEtika orang A meminta garam dan berakhir ketika orang B
membirikan garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya
berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu.
Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk merumuskan
dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak.
12
keesokan harinya pada jam yang sama dan duduk dikursi yang sama sekalipun, maka
hakikatnya film itu bukanlah film yang sama, karena film yang anda tonton kedua
untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah anda tonton sebelumnya.
Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan peristiwa,
perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Misalnya para
pemimpin negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemudian jatuh dari
13
kekuasaan akibat ulah mereka, seperti Ferdinand Marcosdan soeharto, dan
menimbulkan efek tertentu berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap
para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita
berupaya meralatnya.
Apa lagi bila penyampaian pesan itu dilakukan untuk pertama kalinya. ketika
anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato, anda harus
mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak terhadap kinerja anda
akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan prinsip ini. Curtis et al
mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam kaitan ini, kita bisa
memahami pribahasa “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”.
Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan tapi
tidak bisa dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible ini adalah
implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogyanya
menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada
orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipun kita berusaha
meralatnya.
Contohnya ketika pembeli menawar harga sebuah baju yang awalnya 80.000
menjadi 60.000, pedagang tidak setuju dan menurunkan harga menjadi 70.000. Ketika
terjadi tawar menawar baju yang sukup alot antara pedagang dan pembeli, secara
tidak sengaja (keceplosan) pedagang menurunkan harga menjadi 60.000, tapi
kemudian ia meralatnya. walaupun perkataan tersebut diralat namun efeknya telah
terjadi yaitu pembeli tidak akan mau lagi jika harga baju dinaikkan. Ia tidak akan mau
membeli baju tersebut lebih dari 60.000 karena si pedagang tadi telah menurunkan
harganya.
14
dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana berita pencemaran nama baik
sumber berita dimuat sebelumnya.
Komunikasi antara berbagai etnik, baik antara warga tionghoa dengan warga
pribumi, antara suku madura dengan suku dayak di sambas (kalimantan) atau antara
warga pendatang (bugis makassar) dan warga pribumi di ambon, juga tidak akan
efektif bila terdapat kesenjangan ekonomi yang lebar diantara pihak pihak tersebut,
juga bila pihak pihak tertentu tidak memperoleh akses atau mengalami diskriminasi
dalam lapangan pekerjaan yang seharusnya juga terbuka bagi mereka. Hubungan
antara warga tionghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga tionghoa
pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI, tidak hanya sebagai
pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini
15
selesai walaupun pemerintah sudah berusaha melakukan komunikasi seefektif
mungkin apabila pemerintah tidak memenuhi janjinya untuk mensejahterakan rakyat
di daerah tetapi terus menerus hanya mengeruk kekayaan daerah guna memperkaya
pusat. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi.
BAB III
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
komunikasi menurut Dedddy Mulyana dibagi dalam 12 prinsip, yaitu komunikasi
adalah suatu proses simbolik; setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi;
komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan; komunikasi itu berlangsung
dalam berbagai tingkat kesengajaan; komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan
waktu; komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi; komunikasi itu bersifat
sistemik; semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi;
komunikasi bersifat nonsekuensial; komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan
transaksional; komunikasi bersifat irreversibel; dan komunikasi bukan panasea untuk
menyelesaikan berbagai masalah.
Terdapat 12 Prinsip komunikasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari agar komunikasi berjalan lancar dan efektif. Komunikasi mempunyai beberapa
prinsip - prinsip yangg penting yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan, dan
prinsip - prinsip ini mempunyai peran penting untuk seseorang yang melakukan
komunikasi baik secara individu maupun dengan orang lain, karena dengan berpegang
teguh kepada 12 prinsip ini kesalahan komunikasi dapat dihindari.
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat untuk dijadikan acuan atau referensi
dalam menambah ilmu pengetahuan, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini,untuk itupenulis mengharapkan saran dari semua pihak
agar makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Dan sebagai umat muslim
kita seharusnya bisa berdakwah kapan pun dan dimana pun karena keutamaan dakwah
sangatlah besar. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan
tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Santoso S. Hamijoyo Landasan Ilmiah komunikasi. Diktat mata kuliah PPs Ilmu Komunikasi.
Universitas Dr. Soetomo. 2004
Erna kurniawati. Analisis Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Perspektif Al-Qur'an. JurnalAl-
Munzir Vol. 12. No.2 November 2019.
Riswandi ilmu komunikasi edisi pertama Yogyakarta graha ilmu, 2009 viii hlm 26
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
18