KEHIDUPAN SOSIAL
PAPER
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Referensi Digital
Dosen pengampu:
Adi Permana S., S.I.Kom., M.I.Kom
Disusun oleh:
3112191032 Moch Daryanto I
3112191212 Moch Yusuf Alviano
3112191212 Widi Wijaya Fadilah
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis bisa
menyelesaikan laporan paper Perspektif Komunikasi Dalam Kehidupa Sosial dengan baik.
Laporan paper ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Referensi Digital
yang mana merupakan tugas kelompok dari salah satu komponen yang harus dipenuhi pada
perkuliahan semester VII di Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.
Selain daripada melaksanakan tugas laporan makalah, pada hakikatnya penulis
belajar serta menambah wawasan akan pengetahuan Perspektif Komunikasi dalam
Kehidupan Sosial yang bisa memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi
para pembaca.
Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan sehingga penulis
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sehingga pada penulisan selanjutnya
bisa lebih sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
B III SIMPULAN.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1.1. Latar Belakang
Pendapat awam mengatakan bahwa komunikasi adalah berbicara. Pendapat itu tidak
sepenuhnya salah, akan tetapi tidak semudah itu mendefenisikan komunikasi. Dalam
keseharian kita kata “komunikasi” lazim digunakan orang, baik itu di dalam buku-buku,
percakapan, bahkan dalam ilmu-ilmu alam pun “komunikasi” sering disebutkan. Seperti,
“mereka masih mengkomunikasikan permasalahan itu”, “semut mempunyai cara
komunikasi tersndiri”, “alat komunikasi” dan sebagainya. Sebagai bahasa, tentu kata
“komunikasi” tidak dilarang untuk menggunakannya. Tetapi komunikasi sebagai ilmu,
jangan dianggap sederhana. Saking rumitnya dalam dunia ilmu komunikasi banyak sekali
ilmuwan yang mendefenisikannya, bahkan tidak sedikit yang saling bertentangan.
Terlepas dari semua perbedaan pendapat – hal ini lazim dalam ilmu sosial – di kalangan
ilmuwan karena mengingat latar belakang dan tujuan dari ilmuwannya.
Sudah menjadi prosedur kita sebagai akademisi dalam mendalami suatu ilmu untuk
‘membedah’ kembali kelaziman (proposisi) yang telah diterima umum lewat filsafat, guna
mendapatkan suatu pemahaman yang mantap bukan dengan maksud meragukan proposisi
itu sehingga kita mengkajinya kembali dari awal. Pemahaman yang mantap inilah yang
diperlukan khususnya bagi pemula pada suatu jurusan agar dikemudian hari lebih mudah
mempelajari bidangnya secara mendalam. Dan juga bisa menjadi solusi pada
permasalahan klasik di kalangan mahasiswa yang akan melakukan penelitian, yang
bisasanya ‘buta’ untuk memulai penelitian.
Sulit dimengerti kalau seseorang mengatakan tidak mau berhubungan dengan orang
lain, entah dengan alasan apapun. Sejak kecil kita semua telah terbiasa tergantung pada
lingkungan sosial kita, orang-orang disekitar kita. Walau ketergantungan ini semakin
berkurang pada waktu manusia meningkat dewasa, tetapi tetap ada dalam bentuknya yang
sangat bervariasi. Manusia selalu membutuhkan manusia yang lain hampir dalam segala
hal. Oleh karena itu, ia selalu membutuhkan kontak dengan sesamanya. Interaksi antara
individu dengan sesamanya inilah yang disebut dengan interaksi sosial. Dengan kata lain
interaksi sosial merupakan suatu bidang studi mengenai bagaimana seseorang
memengaruhi orang lain dan bagaimana orang lain tersebut bereaksi terhadap pengaruh
yang dirasakannya. Salah satu faktor yang sangat memengaruhi aksi dan reaksi dalam
situasi sosial adalah persepsi sosial.
Dalam berbagai kesempatan, komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan
bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang kehidupan manusia. Komunikasi
juga menyentuh aspek ilmu dalam bidang komunikasi. Komunikasi adalah sebagai suatu
kegiatan dalam pertukaran pesan sesuai dengan pertumbuhan isu atau informasi dalam
kehidupan masyarakat. Informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam
kehidupan masyarakat. Jika isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam
berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbullah konflik dalam setiap
proses pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok, maupun masyarakat.
Akibatnya, benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun
penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat
Ketika manusia sendirian, manusia berperilaku berbeda dari pada saat berada di
sekitar orang lain. Kelompok sosial memiliki serangkaian perilaku dan sikap unik
tersendiri. Hal-hal tersebut terangkum dalam teori interaksi sosial yang melihat pola
tindakan dan reaksi individu dalam menanggapi orang lain. Menurut teori interaksi sosial,
perilaku sosial masyarakat ditentukan oleh tekanan sosial yang dihadapi. Artinya, perilaku
diciptakan salah satunya sebagai respons terhadap lingkungan sekitar, khususnya
kelompok sosial. Cara manusia berinteraksi dalam masyarakat dapat menentukan
perilaku manusia tersebut.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup perspektif dalam ilmu komunikasi
2. Untuk mengetahui perkembangan perspektif komunikasi
3. Untuk mengetahui hubungan perspektif dengan realitas
BAB II
PEMBAHASAN
Perspektif adalah sistematika subjektif yang unik dan berbeda yang ada pada setiap
orang. Seperti sidik jari kita, perspektif mempunyai kedudukan yang sama dalam hal
keunikannya. Maka bisa jadi salah satu hal yang membedakan kita dengan orang lain
adalah perspektif yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh faktor
gen dan historis kita pada suatu lingkungan sehingga menjadikan kita individu yang unik.
Dengan kata lain perspektif adalah sudut pandang yang digunakan oleh seseorang untuk
menilai suatu fakta –bukan fakta itu sendiri – maka berdasarkan perspektif yang kita
gunakan akan menghasilkan penilaian yang berbeda dengan orang lain. Pengandaiannya,
ketika si A menilai buah durian sebagai suatu yang lezat dan harum maka akan berbeda
dengan penilaian si B yang menganggap durian adalah buah yang menjijikkan dan bau.
Dalam kasus ini sulit untuk mengutarakan alasan masing-masing terhadap penilaiannya
terhadap buah durian, si A mungkin pada masa kecilnya mendapat kesan pertama
(sensasi) pada durian sebagai buah yang enak berbeda dengan si B yang mungkin
mendapat sensasi berbeda.
Keunikan adalah salah satu sifat perspektif. Perspektif juga memiliki sifat samar,
maksudnya orang kadang-kadang menilainya sebagai suatu fakta, pada contoh diatas si A
akan benar-benar membantah penilaian si B begitu juga sebaliknya. Padahal faktanya
durian hanya buah yang kulitnya berduri, mempunyai daging lembek dan biji yang keras
dengan bentuk sedemikian rupa, soal rasa dan bau tidak lebih dari persepsi atau
pandangan. Karenanya seringkali ketika kita melakukan observasi, kita merasa bersikap
netral padahal sadar atau tidak secara teknis dan nonteknis kita melakukannya dengan
cara yang kita yakini pas dengan kita. Namun dengan sifat samarnya, perspektif tidak
dapat merubah fakta, seyakin apapun kita dengan perpektif yang kita gunakan tidak
akan merubah fakta bahwa kulit durian itu berduri. Jangan sampai kita tertipu dengan
persepsi kita sendiri dalam membahas ilmu-ilmu sosial yang sifatnya dinamis khususnya
Ilmu Komunikasi.
Mungkin sudah timbul pertanyaan,mengapa komunikasi – apabila dikatakan sebagai
suatu fakta – bisa banyak defenisi, lalu dimana letak fakta dari komunikasi? Saya tidak
akan menjawabnya secara gamblang, karena faktor ruang dari tulisan ini. Lagi pula inti
pembahasan kita adalah perspektif. Defenisi komunikasi yang paling terkenal dan
sederhana adalah source (sumber), message (pesan), dan destination (penerima/tujuan).
Apakah defenisi ini sebuah fakta dari komunikasi? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Kalau
jawabannya, defenisi di atas adalah sebuah persepsi, maka perspektif yang digunakan oleh
sang ilmuwan sangat pas dan menyentuh substansi dari komunikasi, yaitu minimal dalam
komunikasi terdapat sumber, pesan, dan tujuan. Tapi kalau kita menyebutnya sebagai
fakta, maka defenisi tersebut masih jauh dari komunikasi yang sebenarnya, yaitu tidak
adanya gangguan (noise) dalam prosesnya; komunikator dinilai sebagai sesuatu yang
stagman atau tetap sebagai si ‘source’ dan si ‘destination’, padahal dalam prosesnya
komunikasi tidak ditentukan siapa si ‘source dan siapa si ‘destination’ karena keduanya
bisa jadi menempati posisi ‘source sekaligus destination’; dan masih banyak lagi variabel
komunikasi yang diabaikan pada defenisi itu.
Supaya kita tidak bingung, dalam filsafat dikenal dengan kebenaran absolut (tetap)
dan kebenaran relatif (berubah-ubah), mari kita tempatkan persepsi sebagai kebenaran
relatif dan fakta sebagai kebenaran absolut. Dalam buku ini dinyatakan bahwa bukan
benar tidaknya persepsi yang kita gunakan tapi bermanfaatkah persepsi itu bagi kita?
Diantara perselisihan persepsi dengan fakta, sebenarnya yang kita perlukan adalah suatu
konsep yang relevan dengan tujuan – dalam hal ini komunikasi – agar persepsi kita bisa
dinilai sebagai kebenaran (baca:relatif). Konsep ini merupakan prapersepsi yang
membentuk suatu mode rancangan yang dekat dengan substansi komunikasi sehingga kita
bisa memilih persepsi yang benar-benar perspektif. Proses terjadinya konsep ini, sebagai
berikut: dalam hal memilih persepsi untuk pendekatan suatu fakta kita terlebih dahulu
melihat fakta dengan segala variabelnya –kondisi zaman, kondisi masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan sebagainya – tersebut kemudian akan muncul suatu
gagasan yang kita sebut perspektif. Dalam buku ini terdapat jenis-jenis perspektif yang
mendasari ilmu komunikasi berdasarkan perkembangan zaman.
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Kalau saya ditanya manakah perspektif yang lebih relevan bagi ilmu sosial masa
kini, maka secara pribadi saya lebih memilih perspektif Kritis. Tetapi secara bijak saya
akan menjawab, bahwa diluar dari pas tidaknya suatu perspektif sesungguhnya perspektif-
perspektif ini hanyalah serentetan konsep yang tidak memiliki kebenaran mutlak, karena
didalamnya masih banyak terdapat kekurangan yang bisa di temukan maupun tidak. Dalam
kehidupan nyata kita, bersosialisai tentu tidak semudah konsep yang ditawarkan diatas,
karena memang itulah gunanya konsep, hanya menawarkan tidak menjanjikan. Namun kita
patut bersyukur, dengan konsep-konsep cerdas diatas kita bisa berpresepsi secara cerdas
dimana menurut kita yang paling relevan untuk digunakan.
Pertanyaan tentang kebenaran suatu fakta di dalam Ilmu Komunikasi pada akhiran
ini sudah terjawab. Dari sekian banyak banyak defenisi komunikasi menurut para ahli,
ternyata secara pribadi kita masing- masing sudah bisa menilai mana yang paling relevan
bagi kita dan mana yang tidak serta secara umum kita bisa menerima defenisi orang lain
tentang komunikasi, karena kita paham bahwa komunikasi adalah fenomena sosial yang
bebas dipersepsikan oleh siapapun selagi itu bersifat ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Ana Nadhya. 2002. Memberi Perspektif Pada Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Volume 6, Nomor 2, November 2002 (187-201).
M.A, Fairus. 2019. Mati Sebelum Mati: Perspektif Komunikasi Dalam Kehidupan
Manusia. Jurnal Al-Bayyan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu
Dakwah Vol. 25 No. 1 Januari – Juni 2019, 116 – 161