Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

“ Proses Interpersonal : Interperative Competence”

Anisa Salsabila (1810862032)


Asyifa Luthfia (1810862034)
Naufaldo Besmah(1810863024)
Rahmadina Firdaus (1810862022)

Dosen Pengampu :
Dr. Elva Ronaning Roem, M.Si
Dr. Sarmiati, M.Si

Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komunikasi Interpersonal yang diampu oleh Ibu Dr. Elva Ronaning Roem,M.Si dan Ibu Dr.
Sarmiati,M.Si . Kami berharap Makalah ini dapat menjadi bahan untuk menambah ilmu
pengetahuan. Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua para pembaca makalah ini terutama dari Dosen Mata Kuliah Komunikasi Interpersonal
yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Padang , 26 Februari 2019

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................................................... 5
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 5
BAB III .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
Kompetensi Interpretatif..................................................................................................................... 6
PENUTUP ......................................................................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Setiap insan adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam
interaksi tersebut manusia bekerjasama dan membutuhkan keterampilan dan kemampuan
yang mendukung hubungan tersebut. Kompetensi interpretattif merupakan kemampuan yang
mendukung manusia dalam memahami lingkungan sosialnya, baik itu orang lain secara
individual, hubungan nya dengan orang lain, dan juga dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada pada lingkungan sosial.

1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kita dapat menyimpulkan rumusan masalah yaitu:

a. Apa itu kompentensi interpretatif


b. Bagaimana kita mengartikan dan menafsirkan individu
c. Bagaimana kita mengartikan dan menafsikan Relations (hubungan)
d. Bagaimana kita mengartikan dan menafsirkan Social Event (kegiatan sosial)
e. Apa studi kasus yang berkaitan dengan kompetensi interpretatif?

1.3.Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah kita dapat menyimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini
ialah untuk :
a. Mengetahui apa itu kompentensi interpretatif dalam proses komunikasi interpersonal.
b. Mengetahui bagimana memandang diri orang lain dalam proses antarpribadi.
c. Memahami bagaimana memandang hubungna dengan orang lain.
d. Memahami bagimana pandangan terhatap kegiatan soial disekeliling kita.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Trendholom dan Jansen menyebutkanuUntuk melakukan interaksi sosial, maka


permasalahan yang ada harus disederhanakan dengan memperhatikan empat proses presepsi
sehingga orang-orang akan tertarik sebelum, selama dan sesudah interaksi sosial. Persepsi itu
adalah ; (1) apa situasinya, (2) siapa orangnya,(3) siapa anda dan apa yang anda miliki dengan
orang tersebut, dan (4) kenapa kalian bisa terbuka.

Semakin kita mengetahui situasi dimana kita berinteraksi maka akn semakin efektif
pesan yang diproduksi. Keterampilan interpretatif memungkinkan identifikasi dan pengakuan
berbagai situasi, masalah, proposisi, grafik, peta, skema, dan lainnya. Semua ini untuk
memahami maknanya dan membangun posisi untuk atau menentang apa yang diusulkan
dalam teks (Consuelo, 2010). Dengan kata lain, keterampilan interpretatif memungkinkan
rekonstruksi situasi dengan cara tertentu dan umum.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kompetensi Interpretatif


Kekuatan Interpretasi atau keterampilan membaca adalah keterampilan yang
memungkinkan kita mengenali dan memahami ide-ide paling penting yang terkandung dalam
sebuah teks. Istilah interpretasi, menurut Aleksandr Luria (salah satu penulis neurolinguistik
pertama), memainkan peran mendasar dalam proses kognitif manusia. Ini juga merupakan
cara proses psikis yang lebih tinggi diatur dalam otak manusia.

Penafsiran dilakukan melalui bahasa, dan ini adalah refleksi dari visi individu yang
dimiliki setiap orang di dunia. Dalam pengertian ini, interpretasi menggunakan penggunaan
bahasa menentukan bagaimana kita memahami dan memahami kenyataan. Jadi, ketika makna
kata itu diubah, ia kehilangan tanda linguistik dan cara pembaca memahami konteksnya.

Kegunaan Kompetensi Interpretatif

Keterampilan interpretatif memungkinkan identifikasi dan pengakuan berbagai situasi,


masalah, proposisi, grafik, peta, skema, dan lainnya. Semua ini untuk memahami maknanya
dan membangun posisi untuk atau menentang apa yang diusulkan dalam teks (Consuelo,
2010). Dengan kata lain, keterampilan interpretatif memungkinkan rekonstruksi situasi
dengan cara tertentu dan umum.

Proses interpretasi dilakukan melalui bahasa dan cara individu memahami kenyataan.
Oleh karena itu, penafsiran tidak dapat dipahami sebagai proses decoding, tetapi sebagai
peristiwa kompleks dari peristiwa mental yang digunakan untuk merekonstruksi suatu
peristiwa dan untuk memahami informasi yang didapat darinya.

Titik awal dari kompetensi interpretatif adalah mengajukan pertanyaan yang


memungkinkan untuk memahami makna dari suatu situasi. Di sisi lain, interpretasi situasi
sepenuhnya tergantung pada individu itu sendiri, karena itu adalah orang yang bertanggung
jawab untuk memahami maknanya. Pemahaman makna seperti itu terkait dengan representasi
mental seseorang dari konsep, dipengaruhi oleh pengalaman mereka sebelumnya.

6
3.1. Sizing in People (Individu)

Saat kita berinteraksi, kita sampai pada pemahaman seperti apa orang lain itu.
Mengetahui bagaimana mengukur individu adalah cara lain untuk mengurangi ketidakpastian
kita dalam berkomunikasi, kami akan membahas empat faktor ini;

1. Penggunaan Konstruksi Pribadi Untuk Menilai Orang Lain

Konstruksi pribadi adalah tolak ukur mental untuk mengevaluasi objek, peristiwa, dan
orang karena konstruksi "pribadi" tidak ada dua orang yang akan menggunakannya dengan
cara yang persis sama. walaupun kita masing-masing menggunakan konstruksi yang berbeda
untuk menilai orang lain, kita menggunakannya dengan cara yang sama. Steven Duck telah
mencatat pola khas dalam penggunaan empat jenis konstruksi. Ke empat jenisnya adalah:
konstruksi fisik, Konstruksi peran, konstruksi interaksi, konstruksi psikologis.

2. Teori Kepribadian Implisit: Pengorganisasian Tayangan Karakter

kita tidak hanya membentuk opini terisolasi dari orang lain, melainkan, kita mengatur
semua persepsi individu kita menjadi gambaran yang lebih lengkap dengan mengisi banyak
informasi yang hilang. Salah satu cara kita melakukan ini adalah melalui apa yang disebut
sebagai teori kepribadian implisit. Ini adalah kepercayaan kami bahwa sifat-sifat individu
tertentu terkait dengan sifat-sifat lain. Kita masing-masing memiliki catatan kita sendiri
tentang ciri-ciri apa yang berjalan bersama. Bagi beberapa orang, sifat-sifat (konstruksi kita)
"cerdas", "tenang", dan "ramah" dapat berkumpul bersama. Jika kita mengamati perilaku yang
kita tafsirkan sebagai ramah dan tenang, maka kita dapat menghubungkan kecerdasan dengan
orang itu tanpa bukti langsung.

3. Nubuat yang Terpenuhi dengan Sendirinya (Interpersonal Self-Fulfilling Prophecies)

Kecenderungan persepsi penting lainnya adalah ramalan yang terpenuhi dengan


sendirinya. Berbeda dengan teori kepribadian implisit yang lebih pasif (di mana sifat terkait
dalam pikiran), ramalan yang dipenuhi sendiri melibatkan persepsi dan perilaku. Tindakan ini
mendorong target untuk berperilaku sesuai dengan harapan pengamat. Jika Anda yakin teman
Anda "sensitif", Anda cenderung menghindari topik sensitif dan lebih ragu dengan apa yang
Anda katakan. Efek dari perilaku Anda? teman Anda menjadi terlalu sensitif karena Anda
bertindak terlalu berlebihan. Tidak sadar bahwa Anda telah membantu menciptakan suasana

7
berduri, Anda berkata pada diri sendiri, "Ya Tuhan, itu benar. Anda tidak bisa mengatakan
apa pun kepadanya.

4. Kepuasan Kognitif: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kesan

Tidak semua orang membentuk kesan dengan cara yang sama. Pengamat berbeda
dalam jumlah dan kualitas konstruksi pribadi (diferensiasi), termasuk kategori psikologis
yang lebih abstrak (abstraksi), dan memiliki cara yang lebih rumit dalam mengaitkan berbagai
konstruk (integrasi). Seseorang yang secara kognitif memiliki konstruk yang lebih sedikit,
kurang abstrak tentang orang, dan memandang konstruk tersebut sebagai kesan yang relatif
terisolasi. Mengingat perbedaan antara orang yang lebih kompleks, Anda mungkin
mendapatkan kesan bahwa semakin kompleks, semakin baik. Sebenarnya, itu tergantung pada
situasi dan orang lain.

3.2. Sizing Up Relationship

Ketika kita membaca situasi dan membentuk kesan orang lain, kita juga menghadapi
tugas persepsi untuk menentukan aspek relevan apa dari diri yang cocok dengan situasi dan
bagaimana hubungan yang muncul antara diri sendiri dan orang lain harus ditafsirkan.

Self mentoring

Sama seperti kita membentuk bayangan orang lain, kita membentuk dan
mempresentasikan gambar diri kita kepada orang lain. Kesadaran gambar diri dan
kemampuan untuk menyesuaikan gambar ini dengan situasi yang dihadapi disebut sebagai
pemantauan diri. Monitoring diri yang tinggi cenderung membaca situasi sosial terlebih
dahulu dan kemudian menyajikan wajah yang sesuai, bukan hanya menghadirkan citra diri
yang konsisten dalam setiap situasi

Fining Relationships: Self in Relation to Others

Ketika orang-orang berinteraksi, masing-masing menghadirkan citra diri kepada yang


lain. Namun gambar-gambar ini, biasanya cukup cair. satu proses persepsi yang penting
adalah identifikasi jenis hubungan yang berlaku dalam situasi tertentu. Pekerja kantoran di
sebuah perusahaan tidak merasa bahwa hubungan atasan-bawahan dengan atasan tidak
berlaku selama permainan softball. Perbedaan persepsi dapat menyebabkan perasaan negatif
yang tidak pernah dimaksudkan.

8
Berbagai label hubungan tersedia; kenalan-waktu, teman, teman dekat, hampir teman,
hanya teman, tetangga, rekan bowling, kekasih platonis, suami dan istri, suami dan istri,
saudara atau saudari darah, saudara lelaki dari saudara perempuan, rekan bisnis, straight and
funnyman , teman sekamar, penasihat dan penasihat, tuan dan budak, bahkan dipinjamkan dan
guru, daftarnya bisa berlanjut.

Begitu label relasional tertanam kuat dalam pikiran, ia cenderung membatasi persepsi
kita tentang apa yang bisa kita lakukan bersama. Robert Carson telah menggunakan istilah
kontrak utama untuk merujuk pada definisi hubungan yang berhasil yang memandu interaksi
berulang dari angka dua apa pun. Ini berarti bahwa ketika hubungan berkembang, persepsi
yang awalnya dipandu oleh pengalaman akhirnya memberi jalan kepada pemahaman
berdasarkan pada persetujuan lisan atau penerimaan diam-diam dari pola perilaku yang sudah
mapan. Penting untuk mengenali bahwa mengidentifikasi jenis hubungan yang Anda libatkan
mungkin sama pentingnya dengan mengetahui situasi atau membentuk kesan yang bermanfaat
bagi yang lain.

3.3. Social events

Semakin kita mengetahui di situasi mana kita sedang berinteraksi dengan orang lain,
semakin efektif kita dalam memproduksi pesan. Ada beberapa cara yang berguna untuk me-
manage situasi, yaitu, (1) identifikasi bagian, (2) mengetahui alur, (3) memeahami
konsekuensi dari bagian dan alur.

1. Identifikasi bagian

Maksudnya adalah agar kita dapat berkomunikasi dengan baik kita harus mengetahui
bahwa kita sedang berada di bagian sosial yang mana.Terkadang kita tidak tahu sedang
berada di situasi apa dan apa yang harus dilakukan. Contohnya saat kita sedang berada di
tempat yang asing bagi kita. Cara terbaik dalam memecakan masalah ini adalah dengan
mengetahui situasinya. Ketika kita sedang memasuki suatu tempat kita harus mengetahui
terlebih dahulu dimana kita, seperti kita sedang berada di dalam mobil, atau sedang berada di
kebun binatang dan lain-lain.

Namun dengan mengethui lokasi dimana kita berada tidaklah cukup. Misalnya ketika kita
sedang berada di dalam mobil belum tentu kita hanya berkendara atau bercakap-cakap antara
kita dengan orang lain yang satu mobil dengan kita, mungkin saja terjadi kecelakaan selama
diperjaalan. Agar dapat berkomunikasi dengan benar kita harus tahu petunjuk apa saja yang
9
dapat menentukan kegiatan atau kejadian apa yang sedang berlangsung di suatu tempat. Jadi
untuk dapat berkomunikasi dengan baik kita harus memahami kejadian apa yng sedang
berlansung di sekitar kita.

2. Memahami alur

Maksudnya adalah ketika suatu peristiwa sedang terjadi tentu ada rentetan peristiwa
berikutnya yang dapat diprediksi. Misalnya ketika terjadi sebuah kecelakaan, peristiwa awal
setelah kecelakaan itu adalah adanya orang yang menolong korban kecelakaan, cek cok antara
siapa yang dirugikan dan yang harus bertanggun jawab atas kecelakaan tersebut, lalu solusi
atas masalah dari peristiwa tersebut. Menegethui kejadian yang sedang berlansung
mempermudah kita untuk mengambil langkah dalam bertindak dan memahami alur dari
sebuah peristiwa akan membuat sebuah peristwa lebih mudah diprediksi. Michael Brenner
membagi identifikasi ini menjadi 3 bagian, yaitu tertutup, terbuka, dan terdefinisi

a. Tertutup

Peristiwa dengan alur tertutup biasanya terjadi pada situasi dimana semua aktivitas
sudah memiliki aturan dan tata caranya sendiri. Identifikasi ini membuat seseorang
wajib mengikuti alur dari peristiwa tersebut. Contohnya adalah saat pendaftaran BPJS,
asuransi, dan lain-lain.

b. Terbuka

Peristiwa dangan alur terbuka biasanya terjadi ketika kita sedang sengang dan tidak
memiliki kesibukan sperti saat kita sednag jalan-jalan atau beristirahat. Peristiwa ini
membuat kita memiiki alur yang dapat kita ciptakan sendiri dan bersifat bebas.
Contohnya saat kita sedang senggang kita bebas ingin melakukan apa saja yang kita
mau, baik itu pergi keluar bersama teman-teman atau menikmati waktu sendiri.

c. Terdefinisi

Peristiwa ini terjadi ketika kita telah membatasi atau lebih seperti mengontrol kegiatan
dari peristiwa dengan alur terbuka. Peristiwa ini memberikan alternatif yang membuat
kegiatan di waktu senggang lebih tersusun. Seperti saat menentukan kegiatan yang akan
dilakukan saat sedang senggang.

10
Walaupun kita berpendapat bahwa pola peristiwa tertutp terkesan kaku dan pola terbuka
memberi kita pilihan yang bebas, bayangkan jika tidak ada pola peristiwa yang membantu
kita untuk mengontrol dan membatasi kegiatan kita. Tentu akan menjadi sebuah kekacauan
dala kegiatan kita sehari hari.

3. Konsekuensi dari ientifikasi peristiwa dan alur peristiwa

Disaat kita telah mengtahui suatu peristiwa dan serangkaian alurnya kita dapat
mengambil poin positif dan negatif dari suatu peristiwa tersebut. Contohnya disaat kita
berbelanja ke pasar dan mengetahui urutan lokasi berbelanja beserta watak dari penjualnya
kita dapat menghemat waktu dn uang karena kitatelah memahami alur dan kegiatan
berbelanja tersebut. Terkadang kita juga dapat memprediksi suatu kejadian apakah akan
berakhir baik atau buruk melaui alur dari peristiwa yang sedang berlangsung.

3.5. Studi Kasus

Penyandang autis mempunyai gangguan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan


orang lain. Salah satu cara untuk mengatasi gangguan komunikasi dan interaksi tersebut
adalah dengan mengikuti terapi piano. Autisme berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri.
Komunikasi secara interpersonal terjadi antara guru dan murid autis dalam proses pengajaran
materi les piano. Bagaimana guru berkomunikasi dengan murid autis yang mempunyai
kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain?
Budianto telah melakukan penelitian mengenai hal tersebut, ia memaparkan bagaiman
proses interpersonal terjadi antara guru dan muridnya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
guru lebih banyak menyampaikan materi dengan cara verbal namun ketika cara tersebut tidak
berhasil maka guru akan mengkomunikasikan kembali dengan verbal dan nonverbal sampai
murid mengerti. Murid lebih banyak menggunakan bahasa nonverbal untuk berkomunikasi,
namun dalam keadaan mendesak maka murid autis akan menggunakan bahasa verbal untuk
berkomunikasi. Hambatan psikologis dan hambatan semantik merupakan hambatan yang
sering muncul. Reward and punishment juga merupakan bagian dari pesan yang disampaikan
secara verbal maupun nonverbal, hal ini membantu guru dalam mengontrol muridnya. Pesan
dan saluran merupakan komponen komunikasi interpersonal yang penting dalam proses
penyampaian materi dari guru kepada murid autis. Dalam penelitian ini juga menemukan
bahwa komunikasi secara interpersonal membantu untuk dapat mempengaruhi kemampuan
berkomunikasi kearah yang lebih positif. (Budianto:2013,61-69)

11
Dalam penelitian tersebut, terlihat bagaiman guru memandang muridnya sebagai
seorang individu dan bagaimana ia membangun hubungan dengn muridnya tersebut. Ia
berusaha untuk memahami muridnya dengan berkomunikasi dengan verbal dan dibantu
dengan bahasa nonverbal. Ia juga berusaha agar pesannya kepada muridnya sampai denagn
mengontrol muridnya dengan memberikan reward maupun hukuman. Terlihat bahwasanya
guru berusaha untuk membangun hubungan dengan muridnya yang notaben memerlukan
perhatian khusus.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Kompetensi interpretatif merupakan hal yang harus ada pada manusia sebagai makhluk
soisal. Dalam berkomunikasi manusia harus dapat menentukan bagiamana ia bertindak
terhadap lingkungan sosialnya. hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalah pahaman. dengan
memahami lawan bicara dan diri sendiri, lalu memahami hubungan antara kita dan lawan
bicara, seterusnya memahami situasi

4.2.Saran
Dari pemaparan di atas maka kajian ini perlu kita pelajari, pahami dan aplikasikan agar
komunikasi berjalan efektiv.

13
DAFTAR PUSTAKA

Interpersonal Communication II, Lesson #14. Diakses di


http://academic.regis.edu/jgschwin/210lecoutline.14.htm pada tannggal 26 Februari 2019

What are Interpretive Competencies? Diakses di https://www.lifepersona.com/what-are-


interpretive-competencies pada tanggal 26 Februari 2019

Jemsen, Arthur dan Sarah Trenholm. How We Perceive Individuals, Relationships, and Social
Events. e-book.

Budianto, Immanuel. 2013. Proses Komunikasi Interpersonal antar Guru Piano dengan
Murid Autis di Kursus Piano Sforzand Surabaya. e-journal. Universitas Kristen Petra.Vol
2;61-69. (Diakses pada 26 Februari 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai