Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Disusun Oleh:

Aditya Pratama (20011250990)

Almuhaimin Kembara Elmarbuni (2001114477)

Ami Koemala (2001125091)

Bill Qisti (2001114475)

Desi Iswanti (20011263030

Hafiedh Rahmadi (2001134809)

Hafiz Javier Mahardhika (2001135065)

Liza (2001125090)

M. Hisfi Alni Hamdan (2001135066)

Naztia Afifah (2001125089)

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan.

Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi.

Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapan kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun, demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru, Maret 2021

Penyusun

I
II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................I

DAFTAR ISI............................................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1. Latar Belakang..........................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1. Konsep Diri...............................................................................................4

A. Berikut ini beberapa pengertian konsep diri menurut para ahli.............4

B. Pembagian Konsep Diri.........................................................................5

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri...................................8

D. Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal........................9

E. Pentingnya Konsep Diri dalam Menentukan Perilaku.........................12

2.2. Atraksi Interpersonal...............................................................................13

A. Pengertian Atraksi Interpersonal.........................................................13

B. Faktor-faktor Timbulnya Atraksi Interpersonal...................................13

C. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal........17

BAB III..................................................................................................................18

PENUTUP..............................................................................................................18

3.1. Kesimpulan..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia di dunia ini memerlukan adanya komunikasi antara satu


dengan yang lain. Manusia di ciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang
berarti memerlukan orang lain. Dengan demikian, secara tidak langsung satu
dengan yang lainnya harus melakukan suatu komunikasi, baik verbal maupun non
verbal.

Komunikasi yang baik terjadi apabila antara komunikator dengan komunikan


memahami isi pesan yang disampaikan atau diterima dan komunikan memberikan
tanggapan (feedback) dari pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Jika
semua itu, berjalan dengan baik maka komunikasi pun akan berjalan dengan baik
pula.

Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai konsep diri interpersonal,
faktor-faktor personal, dan situsional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal.
Atraksi Interpersonal dapat mempengaruhi komunikasi Interpersonal karena
atraksi interpersonal dapat berpengaruh pada keefektifan komunikasi dan
penafsiran pesan oleh komunikan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian konsep diri serta bagaimana pengaruhnya terhadap


komunikasi Interpersonal?

2. Apa pengertian Atraksi Interpersonal serta bagaimana pengaruhnya terhadap


komunikasi Interpersonal?

2
1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri dan bagaimana pengaruhnya


terhadap komunikasi Interpersonal

2. Untuk mengetahui apa itu Atraksi Interpersonal dan bagaimana


pengaruhnya terhadap komunikasi interpersomal

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Diri

A. Berikut ini beberapa pengertian konsep diri menurut para ahli

1. Burns (1993:6)

Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan dan
pendapat orang lain mengenai diri kita.

2. Mulyana (2007:7)

Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita dan itu bisa diperoleh
lewat informasi yang diberikan lewat orang lain tentang diri kita. Pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki seseorang dapat
diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian, atau evolusi orang lain mengenai
diri orang tersebut. Individu akan mengetahui bahwa dirinya cantik, pandai, atau
ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya, individu
akan tidak tahu bagaimana ia dihadapan orang lain tanpa ada informasi atau
masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara
tidak langsung. Individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri
sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak,
dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

3. Hurlcok (1990:58)

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka
sendiri yang meliputi karakteristik fisiki, psikologis, sosial, emosional, aspirasi
dan prestasi.

4. William D. Brooks

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita (Rakhmat,
2005:105).

4
5. Centi (1993:9)

Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana
kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri kita
sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagaimana yang kita harapkan.

6. William James

Konsep diri adalah penilaian tentang diri kita (the I: diri yang sadar dan aktif &
the Me : diri yang menjadi objek renungan kita).

7. Jalanudin Rahmat (1996:125)

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita, persepsi ini boleh bersifat
psikologis, sosial, dan psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi
juga penilaian kita.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau


penilaian seseorang, perasaan, dan pemikiran individu terhadap dirinya yang
meliputi kemampuan, karakter maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu
cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan
yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya, jika individu
berfikir akan gagal, maka hal ini sama saja sudah mempersiapkan pintu kegagalan
bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya
yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik
maupun lingkungan terdekatnya.

B. Pembagian Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, pembagian Konsep diri


tersebut dikemukan oleh Stuart and Sundeen (1991), yang terdiri dari:

1. Citra Tubuh / Gambaran diri (Body Image)

5
Citra Tubuh adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang
secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.
(Stuart and Sundeen, 1998).

Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:

 Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja.
 Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi
citra tubuh.
 Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek
psikologis indivud tersebut.
 Cara tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain terhadap dirinya dan sebagian lagi oleh kecemasan dan meningkatkan
harga diri.
 Individu yang stabil, realitis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya
terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan.

2. Ideal Diri (Self Ideal)

Self ideal adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku


berdasarkan standart, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart and
Sundeen, 1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan
diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-nilai yang ingin di capai.

Faktor yang mempengaruhi ideal diri (Ana Keliat, 1998) yaitu:

 Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya


 Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
 Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realistis keingan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.

Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri yaitu:

 Pembentukan ideal diri pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak

6
 Masa remaja terbentuk mulai proses identifikasi terhadap orang tua,
guru dan teman
 Ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang di anggap penting
dalam memberikan tuntutan dan harapan
 Ideal diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma keluarga dan sosial

3. Harga diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah
atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

Cara-cara untuk meningkatkan harga diri seseorang:

 Memberinya kesempatan untuk berhasil


 Memberinya gagasan
 Mendorongnya untuk berpatisipasi
 Membantunya membentuk koping

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguang harga diri, seperti:

 Perkembangan individu
 Ideal diri tidak realistis
 Gangguan fisik dan mental
 Sistem keluarga yang tidak berfungsi
 Pengalaman traumatik yang berulang

4. Peran (Role Performance)

Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang

7
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. (Stuart and
Sundeen, 1998). Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharpkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 1992). Harga diri
yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memnuhi kebutuhan dan cocok
dengan ideal.

5. Identitas Diri

Identitas adalah pengorganisasiam prinsip dari kepribadian yang bertanggung


jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsitens, dan keunikan individu.

Beberapa hal terkait dengan identitas diri antara lain:

 Identitas personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan


pembentukan konsep diri
 Individu yang memiliki idenitas diri yang kuat akan memandang
dirinya tidak sama dengan orang lain. Unik ditimbulkan tidak ada
duanya
 Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap
 Kemandirian timbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri
sendiri, kemampuan dan penguasaan diri
 Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Orang lain

Gabriel Marcel, Filsuf Eksistensialis, yang mencoba menjawab misteri


keberadaan The Mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri kita. “The fact is that we can understand ourselves by starting
from the other, or from other, and only by starting from them.” Kita mengenal diri
kita dengan mengenal orang lain lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai
diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Harry Stack Sullivan (1953)
menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena
keadaan diri, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita.

8
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak, kita
cenderung tidak akan menyenangi diri sendiri.

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita.
Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri
kita. George Herbert Mead (1934) menyebut mereka significant others yang
artinya orang lain yang sangat penting.

2. Kelompok Rujukan (Reference Group)

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok


masyarakat. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok
yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep
diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini. Orang
mengerahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.

D. Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal

1. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi


interpesonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan
konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri
disebut sebagai nubuat yang dipenuhi diri sendiri. William D. Brooks (1976:42-
43) mengidentifikasi konsep diri manusia menjadi positif dan negatif

Adapun ciri-ciri konsep diri negatif, yaitu:

 Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya dan mudah marah.
 Reponsif terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura
menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya
pada waktu menerima pujian.
 Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak
diperhatikan. Karena itulah, ia bereaksi pada orang lain sebagai

9
musuh sehingga tidak dapat merasakan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
 Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Seperti terungkap dalam
keenganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan
dirinya.

Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif di tandai dengan lima hal,
yaitu:

 Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah


 Ia merasa setara dengan orang lain
 Ia menerima pujian tanpa rasa malu
 Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyakat.
 Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

2. Membuka Diri

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan
model Johari Window². Model ini menerangkan bahwa jendela yang satu tidak
terpisah dengan jendela yang lain, pembesaran pada satu jenis jendela akan
membuat jendela yang lain akan mengecil.

a. Open self, menyajikan informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan


motif, dan ide-ide yang diketahui atau disadari oleh diri kita dan orang lain.

b. Blind self, bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui
atau disadari lain namun tidak diketahui atau disadari oleh diri kita sendiri.

c. Hidden self, bagian ini berisikan tentang data-data yang kita ketahui atau
sadari dari dalam diri kita sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain, yang
kita simpan untuk diri kita sendiri.

10
d. Unknown self, bagian ini merupakan aspek dari diri kita yang tidak kita
ketahui ataupun orang lain mengetahuinya. Makin luasnya open self
seseorang, makin terbuka pula ia pada orang lain. Hal tersebut menjadikan
hubungan di antara keduanya semakin erat.

3. Percaya Diri (Self Confidence)

Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai Communication


apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri, biasanya mereka akan menarik diri dari pergaulan,
berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila
terdesak saja. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang
sehat menjadi perlu

4. Selektivitas

“Konsep diri memepngaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri


mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita
memersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat.” Tulis Anita Taylor et al
(1977:112). Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective
exposure), persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective
attention). Selain itu konsep diri juga perngaruh dalam penyandian pesan
(penyandian selektif).

Konsep diri menyebabkan:

1. Terpaan selektif

2. Persepsi selektif

3. Ingatan selektif

Salah satu penentu keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri
(self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan

11
fungsi konsep diri sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang
dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut.

Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang, pada


akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu
yang bersangkutan.

Seseorang kerap pesimis merasa ia tidak mempunyai kemampuan padahal


segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap
kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang
seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki


mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu
hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.

E. Pentingnya Konsep Diri dalam Menentukan Perilaku

Ada tiga alasan pentingnya konep diri dalam menentukan perilaku seperti yang
diungkapkan Clara R. Pudjijogyanti (1995:5) :

1. Konsep diri mempunyai perasaan dalam mempertahankan keseluruhan


batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau
saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis yang
tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan dan menghilangkan
ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilakunya.

2. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempenaruhi


individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan
berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dikarenakan
masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda
terhadap dirinya.

12
3. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini
merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap
kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk
mencapai prestasi yang gemilang.

2.2. Atraksi Interpersonal

A. Pengertian Atraksi Interpersonal

Atraksi berasal dari bahasa latin “attrahere” (att : menuju) dan “trahere”:
menarik. Jadi atraksi interpesonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif
dan daya tarik seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain, maka makin besar
kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Daya tarik seseorang
sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seseorang,
maka kita cenderung melihat sesuatu dari diri seseorang tersebut secara positif,
sebaliknya, jika kita tidak menyukai seseorang, maka kita cenderung melihat
sesuatu dari diri seseorang tersebut secara negative.

Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik


kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus
komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang,
makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesekuaan pada
orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang kita sebut sebagai atraksi
interpersonal. Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin
membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa personal stimuli
menarik kita. Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, di sini
pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa.

B. Faktor-faktor Timbulnya Atraksi Interpersonal

1. Faktor Personal

1.1. Kesamaan Karakteristik Personal

Orang-orang yang memiliki dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat


sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Menurut teori

13
Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmay (2011),
manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes
kepribadian. Ditemukan mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat
dalam kepribadiannya. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan
korelasi yang erat dalam kepribadiannya.

Don Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara atraksi dengan


kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Persepsi
tentang adanya kesamaan mandatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak
mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan
kita dalam menafisrkan realitas sosial. Kita benar, kita mendapat dukungan. Kita
menyukai orang yang mendukung kita, “Am agreeable person,” kita Disreali, “is
a person who agrees with me.” (Tubbs dan Moss, 1974:93)

Atas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan


atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan
interaksi di antara individu. Walaupun begitu, bagi komunikator, lebih tepat untuk
memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta
komunikasi.

1.2. Tekanan Emosional (Stress)

Ia orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul


tekanan emosional. Ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schacter
(1959) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) membuktikan penyataan di atas dengan
sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada
kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen
yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok
kedua diberitahukan bahwa mereka akan hanya mendapat kejutan ringan saja.
Schacter menemukan diantara subjek pada kelompok pertama (kelompok yang
tingkat kecemasannya tinggi), 63% ingin menunggu bersama orang lain, dan
diantara subjek pada kelompok kedua hanya 33% yang memerlukan sahabat.
Schacter menyimpulkan bahwa situasi penyimpul cemas (anciety-producing
situations) meningkat kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah

14
mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang
bersolidaritas tinggi.

1.3. Harga diri yang Rendah

Menurut Elaine Walster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) membayar


beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang
keperibadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai,
subjek secara kebetulan ( sebetulnya tidak) berjumpa dengan seseorang
mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Si mahasiswa menunjukkan minat
yang besar pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit dan sang
perjaka berusaha untuk mengajak mahasiswi tersebut berkencan. Setelah itu,
subjek diberi tes kepribadian. Sebagian subjek diberi penilaian yang positif
(misalnya kepribadian dewasa, orisional, dan sensitif), setengahnya lagi diberi
penilaian negatif. Maksud kesimpulan Walster bila harga diri direndahkan, hasrat
afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk
menerima kasih sayang orang lain. Dengan kata lain orang yang rendah diri
cenderung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss, 1974).

1.4. Isolasi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, itu sudah diketahui orang banyak. Manusia
mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu, tetapi untuk waktu yang lama,
isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah
menunjukkan bahwa tingkat isolasi amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan
kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi narapidana, petugas rimba atau
penghuni pulau terpencil kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena
manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka
dalam konteks isolasi sosial, kecenderungannya untuk menyenangi orang lain
bertambah.

2. Faktor Situsional

2.1. Daya Tarik Fisik (Physical Attractiveness)

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang


sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Orang-orang yang cantik

15
atau tampan biasanya lebih disenangi. Mereka, biasanya sangat mudah
memperoleh simpati dan perhatian orang. Mereka cenderung dinilai lebih berhasil
dalam hidupnya dan memiliki sifat-sifat yang baik. Beberapa penelitian
menunjukkkan bahwa orang-orang yang cantik atau tampan biasanya lebih efektif
dalam mempengaruhi pendapat orang dan biasanya diperlukan lebih sopan.

2.2. Ganjaran (Reward)

Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran


ini berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga
diri kita. Menurut teori pertukaran sosial (sosial exchange theory), interaksi sosial
adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih
banyak dari biaya. Dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak
mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan anda sangat menyenangkan,
sangat menguntungkan dari segi psikologis dan ekonomis, kita akan saling
menyenangi (Thibault dan Kelly, 1959: Homans, 1974; Lott dan Loott;1974)
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011).

2.3. Familiarity

Konsep ini artinya adalah hal-hal yang sering kita lihat atau sudah kita kenal
dengan baik. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang, biasanya kita akan
menyukainya. Prinsip ini biasa diperluas. Pendapat dan sikap kita biasanya
dipengaruhi pesan yang diulang-ulang (repetisi). Prinsip ini misalnya sangat
dikenal dalam periklanan. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2001)
memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia
menemukan makin sering subjek melihat wajah tertentu maka ia akan
menyukainya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori
“more exposure” (terpaan saja). Hipotesisi itu dipakai sebagai landasan ilmiah
akan pentingnya repitisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.\

2.4. Kedekatakan (Proximinity)

Konsep ini erat kaitannya dengan familiarity. Hubungan kita dengan orang
lain tergantung dengan seberapa dekat orang tersebut dengan kita. Penelitian

16
menunjukkan bahwa orang cenderung menyenangi mereka yang tempat
tinggalnya berdekatan dan persahabatan lebih mudah tumbuh di antara
tetangga yang berdekatan. Disini perlu dipertanyakan apakah karena saling
menyukai orang berdekatan atau karena berdekatan orang menjadi saling
menyukai. Pada dasarnya, kedua hal itu benar.

2.5. Kemampuan

Menurut Aronson dalam buku Jalanuddin Rakhmat (1972:212) menemukan


dalam penelitian yang dilakukannya bahwa orang yang paling disenangi adalah
orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa
kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu :

 Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah


 Berkemampuan tinggi, tetapi tidak berbuat salah
 Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
 Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah

Orang yang pertama dinilai paling menarik dan orang ketiga dinilai paling
tidak menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua
dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki
urutan ketiga.

C. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal

1. Penafsiran Pesan dan Penilaian

Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional.
Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat
segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita
membencinya, kita cenderung melihat karakterisitiknya secara negatif. Atraksi
tidak saja memengaruhi keputusan dalam bidang politik, tetapi juga menentukan
pola komunikasi interpersonal.

2. Efektivitas Komunikasi

17
Kita dapat menyatakan bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para
komunikan menyatakan bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para
komunikan saling menyukai. Nelson dan Meadow dalam buku Jalanuddin
Rakhmat (2011) membuktikan dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa
yang mempunyai sikap yang sama membuat prestasi yang baik dalam
mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang
mempunyai sikap yang berlainan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Konsep diri adalah pandangan kita terhadap diri kita yang meliputi
karakteristik fisik, psikologis, dan sosial yang mana kita memperoleh informasi
tentang diri kita bisa melalui evaluasi dari orang lain maupun dari pembelajaran
terhadap diri kita sendiri. Pengaruh konsep diri bisa berasal dari orang lain
maupun kelompok rujukan.

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar
kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Faktor yang
mempengaruhi atraksi interpersonal di bagi menjadi dua yaotu Faktor personal
dan Faktor Situasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

2. Jalaluddin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja


Rosdakarya

3. Sarlito W. Sarwono. 2009. Psikologi Sosial,8 Jakarta: Salemba Humanika

19

Anda mungkin juga menyukai