Anda di halaman 1dari 7

PENYALAHGUNAAN INFORMASI HOAX DI MEDIA SOSIAL

OLEH:NAZTIA AFIFAH/2001125089

A. Pendahuluan
Hoax adalah informasi palsu atau berita yang tidak benar. Istilah tersebut sudah cukup
popular di telinga masyarakat Indonesia selama beberapa tahun belakangan ini. Hoax
dibuat dengan berbagai tujuan, mulai dari untuk lelucuan hingga untuk tujuan yang
serius. Penyebaran hoax saat ini sangat cepat seiring dengan maraknya penggunaan
media sosial di Indonesia
Maraknya penggunaan smartphone membuat masyarakat dapat mengakses internet
dengan mudah, kapan dan dimana saja. Penggunaan media sosial telah menjadi rutinitas
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Banyak kegiatan yang tidak lagi harus
dilakukan dengan komunikasi langsung (tatap muka), melainkan cukup hanya dengan
komunikasi secara online melalui media sosial. Penyebaran informasi dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat melalui media sosial, tetapi terkadang informasi yang
disebarkan tersebut merupakan informasi yang tidak benar.
Hoax terkadang dibuat secara sengaja untuk meningkatkan popularitas sesorang. Pihak
yang terkait dengan berita hoax turut berpatisipasi dalam pembuatan berita hoax
tersebut. Pembuatan berita hoax cara sengaja tersebut bertujuan agar pihak yang terkait
dengan berita hoax tersebut menjadi buah bibir di masyarakat. Hal ini akan
meningkatkan populartitas dari pihak tersebut. Sesorang yang sebelumnya kurang
dikenal di masyarkat menjadi terkenal, atau seseorang sudah tidak popular menjadi
popular karena namanya banyak dibicarakan di masyarakat.
Hoax terkadang dibuat oleh seseorang tanpa sepengetahuan pihak yang terkait dengan
berita hoax tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencemarkan nama baik
dari pihak yang terakit dengan berita hoax tersebut. Politik sering menjadi faktor
pendorong utama dari hal tersebut. Seseorang berusaha untuk mendapatkan kekuasaan
atau simpati dengan cara menjatuhkan reputasi lawannya melalui pembuatan berita
hoax.
B. Pembahasan
Bagaimana Hoax Bekerja?
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang
cenderung mudah percaya pada hoax. Orang lebih cenderung percaya hoax jika
informasi sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Contohnya jika seseorang
penganut paham bumi datar memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori
konspirasi mengenai foto satelit maka secara naluri orang tersebut akan mudah percaya
karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya. Secara alami perasaan positif
akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannnya mendapat afirmasi
sehingga cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar
dan bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut.
Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memliki pengetahuan yang kurang dalam
memanfaatkan internet guna mencari informasi lebih dalam atau sekedar untuk cek
fakta. Media penyeberan berita hoax dilakukan melalui portal-portal berita dan media
sosial. Portal berita memproduksi konten hoax dengan beberapa tujuan, antara lain yang
paling sering ditemui adalah alasan politik sekaligus ekonomi. Beberapa portal yang
ditengarai memproduksi konten berbau hoax punya alasan kuat secara politik untuk
mengkritik pemerintah. Begitu pula sebaliknya, ada yang situs yang sengaja
memproduksi konten untuk menyerang oposisi. Keduanya mempunyai pembaca loyal
masing-masing. Ini sekaligus membuat portal berita banyak diakses dan menghasilkan
keuntungan materil. Media sosial, yang banyak dipakai untuk menyebarkannya adalah
Facebook dan Twitter. Berita, grafis, dan video hoax disebarkan secara sistematis dan
masif lewat akun-akun media sosial.
Terdapat empat mode dalam kegiatan penemuan informasi melalui internet, diantaranya
adalah:
Pertama, Undirected viewing. Pada undirected viewing, seseorang mencari informasi
tanpa tahu informasi tertentu dalam pikirannya. Tujuan keseluruhan adalah untuk
mencari informasi secara luas dan sebanyak mungkin dari beragam sumber informasi
yang digunakan, dan informasi yang di dapatkan kemudian disaring sesuai dengan
keingannya.
Kedua, Conditioned viewing. Pada conditioned viewing, seseorang sudah mengetahui
akan apa yang dicari, sudah mengetahui topik unformasi yang jelas, pencarian
informasinya sudah mulai terarah.
Ketiga, Informal search. Mode informal search, seseorang telah mempunyai
pengetahuan tentang topik yang akan dicari. Sehingga pencarian informasi melalui
internet hanya untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang topik tersebut.
Dalam tipe ini pencari informasi sudah mengetahui batasan-batasan sejauh mana
seseorang tersebut akan melakukan penulusuran. Namun dalam penelusuran ini,
seseorang membatasi pada usaha dan waktu yang ia gunakan karena pada dasarnya,
penelusuran yang dilakukan hanya bertujuan untuk menentukan adanya tindakan atau
respon terhadap kebutuhannya.
Dan terakhir Formal search. Pada formal search, seseorang mempersiapkan waktu dan
usaha untuk menelusuri informasi atau topik tertentu secara khusus sesuai dengan
kebutuhannya. Penulusuran ini bersifat formal karena dilakukan dengan menggunakan
metode-metode terentu. Tujuan penelusuran adalah untuk memperoleh informasi secara
detail guna memperoleh solusi atau keputusan dari sebuah permasalahan yang dihadapi
(Choo, Detlor, & Turnbull, 1999).
Perilaku penyeberan hoax melalui internet sangat dipengaruhi oleh pembuat berita baik
itu individu maupun berkelompok, dari yang berpendidikan rendah sampai yang tinggi,
dan terstruktur rapi. (Lazonder, Biemans, & Wopereis, 2000) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara sesorang yang memiliki keahlian khusus dalam menggunakan
search engine dengan orang yang masih baru atau awam dalam menggunakan search
engine. Mereka dibedakan oleh pengalaman yang dimiliki. Individu yang memliki
pengalaman lebih banyak dalam memanfaatkan search engine, akan cenderung lebih
sistematis dalam melakukan penelusuran dibandingkan dengan yang masih minim
pengalaman (novice).
Berita hoax semakin sulit dibendung walaupun sampai dengan 2016 pemerintah telah
memblokir 700 ribu situs, namun setiap harinya pula berita hoax terus bermunculan.
Pada Januari 2017 pemerintah melakukan pemblokiran terhadap 11 situs yang
mengandung konten negative, namun kasus pemblokiran tersebut tidak sampai
menyentuh meja hijau. Beberapa kasus di Indonesia terkait berita hoax telah memakan
korban. Salah satunya berita hoax akan penculikan anak yang telah tersebar di beberapa
media sosial dan menyebabkan orang semakin waspada terhadap orang asing.
Faktor Penyebab Munculnya Konten Hoax
Berita hoax adalah berita bohong yang kebenarannya tidak dapat dipertanggung
jawabkan oleh siapapun bahkan oleh pembuatnya sendiri. Berikut, alasan mengapa
konten hoax tersebar luas di jejaring sosial
1. Hanya sebuah rumor demi kesenangan belaka, setiap orang memiliki cara
sendiri untuk membuat dirinya merasa senang. Dengan kecanggihan teknologi
zaman sekarang, orang bisa melakukan hal-hal yang aneh, langka dan tidak
logis. Namun, menimbulkan decak kagum yang lucu dan penuh fantasi
2. Ini hanyalah usaha untuk mencari sensasi di internet dan media sosial. Biasanya
untuk merebut perhatian lebih banyak user, pemilik website dengan sengaja
memberikan konten lebay sekedar untuk mencari perhatian public
3. Beberapa memang menggunakannya (menyebarkan hoax) demi untuk mendapat
lebih banyak uang dengan bekerja sama dengan oknum.
4. Hanya ikut-ikutan agar terlihat lebih seru. Ini juga merupakan salah satu strategi
internet marketing dengan menyuguhkan berita yang lebay maka akan semakin
banyak komentar dan like kesana sehingga kelihatan lebih hidup dan lebih
ramau
5. Untuk menyudutkan pihak terentu (black campaign). Keadaan ini sering terjadi
saat sedang berlangsung Pilkada/ Pilgub/ Pilpres.
6. Sengaja menimbulkan keresahan. Saat situasi jelek atau rumit mulai tersebar
maka munculah kekuatiran di dalam masyarakat. Beberapa orang memanfaatkan
keresahanini untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Istilahnya adalah
“memancing di air keruh” dan “memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan”
7. Niatan untuk mengadu domba. Inilah yang sering terjadi pada saat ini yaitu ada
oknum yang tidak bertanggung hawab melakukan penyebaran hoax hanya untuk
mengadu domba tanpa kepentingan tertentu ataupun menjatuhkan kedua lawan.
Dengan contoh politik yang ada saat ini lebih kepada politik adu domba.
Berdasarkan penilitian yang dilakukan Ruri Rosmalinda (2017) penyebab munculnya
adalah karena beberapa faktor diantaranya: Kemudahan bagi masyarakat dalam
memiliki alat komunikasi yang modern dan murah, dalam hal ini adalah penggunaan
smartphone sebagai media pencarian informasi. Masyarakat mudah terpengaruh oleh
isu-isu yang belum jelas tanpa memverifikasi atau mengkonfirmasi kebenaran
informasi/berita tersebut, sehingga langsung melakukan tindakan share informasi yang
belum jelas kebenarannya. Kurangnya minat membaca,, sehingga ada kecenderungan
membahas berita tidak berdasarkan data data akurat, hanya mengandalkan daya ingat
atau sumber yang tidak jelas
Pengaruh Hoax Melalui Media Sosial
1. Membuang-buang waktu. Dengan melihat hoax di media sosial bisa
mengakibatkan kerugian bagi individu itu sendiri.
2. Sebagai pengalihan isu. Di media sosial ataupun internet khususnya para
penjahat internet atau biasa dipanngil cryber crime, hoax biasa dimanfaatkan
sebagai aksi kejahatan mereka di internet atau di sosial media. Sebagai
contohnya, para penjahat cyber mengirimkan sebuah hoax yang berisikan bahwa
telah terjadi kerentanan sistem dalam pelayanan internet seperti gmail dan ymail.
Lalu, para user atau pengguna yang berisikan saran mengklik tautan tersebut
agar akun pengguna terhindar dari kerentanan sistem gmail atau ymail. Padahal,
pada kenyatannya tautan tersebut meruakan virus yang bisa membajak gmail
maupun ymail para pengguna yang biasa kita sebut hacking.
3. Sebagai penipuan public. Jenis penipuan ini biasanya bertujuan untuk menarik
simpati masyarakat yang percaya hoax tersebut, lalu Ketika dianjurkan untuk
menyumbangkan sejumlah uang, dan anehnya ada saja yang mau
menyumbangkan uang tersebut tanpa mau berpikir lebih dalam ataupun detail
apakah berita tersebut terbukti benar ataupun salah. Banyak orang yang akhirnya
tertipu dengan hoax tersebut dan pada akhirnya terlanjur mengirimkan sejumlah
uang yang sangat besar.
4. Sebagai pemicu kepanikan publik. Biasanya hoax yang satu ini memuat berita
yang merangsang kepanikan khalayak publik, dan beritanya berisikan tentang
kekerasan atau suatu musibah tertentu. Salah satu contohnya adalah hoax
tentang kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta-
Palu. Hoax ini begitu cepat menyebar sampai media massa maupun media online
harus mengklarifikasi berita tersebut agar masyarakat tidak panik ataupun
percaya dengan hoax tersebut.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menanggapi Hoax melalui Media Sosial
A. Peran Pemerintah
Fenomena hoax di media sosial yang semakin merajalela membuat pemerintah
mengambil Langkah tegas dengan menerbitkan UU No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). UU ITE dalam pasal-pasalnya
mencakup aturan dan larangan apa saja yang harus dipatuhi masyarakat dalam
menggunakan media sosial seperti cara berinteraksi di media sosial, mengatur
apa yang boleh diposting ataupun dilarang untuk di tampilkan di media sosial
dan lain sebagainya agar tidak merugikan pihak manapun.

Pelaku penyebar berita palsu bisa dijerat dengan pasal-pasal lain terkait yakni
pasal 311 dan 378 KUHP, Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang No.40 tahun
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta para pelaku
penyebaran berita palsu juga dikenakan pasal terkait ujaran kebencian (hate
speech), dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.”
Lalu bagaimana pemerintah menyikapi hal ini, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Pemerintah bisa mengambil peran sebagai penengah dalam waktu sesegara
mungkin, dalam hal ini sebagai verfikator, baik lewat akun resmi pemerintah
maupun akun yang bisa di ajak kerja sama. Setiap berita hoax dan palsu yang
menyerang kebijakan sebuah instansi tidak lagi memerlukan waktu lama untuk
diklarifikasi. Klarifikasi tidak hanya dalam bentuk teks, tetapi juga dalam bentuk
grafis maupun video yang diproduksi dalam waktu singkat dan didistribusikan
lewat jalur tradisional maupun media sosial atau situs resmi.
2. Pemerintah melakukan pendekatan terhadap akun-akun berpengaruh,
memberikan pengertian sejauh mana bahaya isu-isu liar yang berkembang di
media sosial. Media sosial bekerja sebagai penggiring opini, sehingga akun-akun
berpengaruh mempunyai peran besar. Akun-akun berpengaruh ini bisa dalam
bentuk akun personal asli maupun akun kelompok
3. Bekerja sama dengan Google untuk menghapus konten hoax dari mesin pencari
mereka. Dengan kondisi Google bermasalah pajak, seharusnya pemerintah bisa
melakukan proses dengan posisi lebih kuat. Apalagi banyak web dan blog
penyebar konten hoax memakai platform berbasis blogspot atau blogger milik
google
4. Pemerintah membuat satu situs atau aplikasi resmi yang bisa menjelaskan pada
masyrakat mana saja situs yang berbahaya untuk dibuka, karena kontennya yang
hoax, atau berita-berita apa saja yang ternyata tidak benar. Ini menjadi rujukan
utama bagi masyrakat.
5. Melibatkan masyarakat umum secara langsung dengan membuat suatu
komunitas yang bertujuan untuk memerangi hoax karena peran serta masyarakat
juga dibutuhkan bagi pemerintah dalam persoalan ini. Komunitas ini dapat
membantu pemerintah dengan cara melaporkan berita-berita hoax yang beredar
dan menyampaikan kebenaran atas suatu berita hoax.

B. Peran Masyarakat
Hoax sendiri telah menimbulkan keresahan dan membuat sebagian masyarakat
merasa terancam bahkan dapat memecah belah persatuan bangsa. Solusi agar
tidak mudah terpengaruh oleh berita hoax tersebut adalah membangun daya pikir
masyarkat agar tidak mudah terprovokasi oleh hoax yang tidak dapat dipastikan
kebenarannya, berpikir kritis dalam menerima sebuah berita atau informasi,
tidak menelan mentah-mentah sebuah berita atau informasi dengan melakukan
pengecekan ulang sumber berita atau informasi yang didapat, serta tidak
berlebihan dalam menanggapi sebuah berita. Dengan cara ini masyarakat
diharapkan bisa mengambil peran dalam rangka menyikapi berita hoax melalui
media sosial.
Upaya Antisipasi Penyebaran Hoax
Cara mengatasinya dengan penegakan sistem, aturan, hukum dan literasi bagi publik.
UU ITE tetap relavan untuk menjerat pembuat dan penyebar berita hoax atau bohong di
media sosial. Disamping itu Kominfo bekerja sama dengan aparat hukum yang
berwenang dan kampus, untuk memetakan sumber berita hoax. Saya kira bisa di lacak.
Penegakan hukum bagi pelaku berita hoax kelas kakap tetap yang utama. (Awang
Darmawan, Wawancara, 2017).
Cara mengantisipasinya bisa dilakukan dari 2 sisi yaitu sisi khalayak virtual dan sisi
regulasi. Dari sisi khalayak, perlu adanya proses Gerakan literasi media baru. Ini
penting sebab tidak jarang audien yang tidak tau apa-apa menjadi bagian dari penyebar
hoax. Dari sisi regulasi perlu punishment yang kuat tidak hanya berfokus pada Si
Penyebar hoax tapi lebih menitik beratkan pada Si Pembuat isi hoax. Dari sisi hukum,
UU ITE tetap perlu, namun juga perlu disediakan wadah/aplikasi/web yang di dalamnya
masyarkat virtual bisa melapor, mengecek kebenaran berita, mengklarifikasi informasi
yang sudah didapat. Ini memang pekerjaan berat, tapi disinilah salah satu peran negara.
Negara hadir disaat masyarkat resah atau ragu terhadap informasi atau berita-berita
yang diterimanya. (Didik Haryadi, Wawancara, 2017).
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, untuk mengantisipasi berita
hoax dan ujaran kebencian di media sosial dan website, monitoring ataupun
penyaringan tidak bisa menggunakan cara yang sama. Untuk situs pemerintah, bisa
langsung dilakukan pemblokiran, namun untuk media sosial, Kerjasama dengan
penyedia layannya harus dilakukan terlebh dahulu.
Ryam Ariesta mengatakan solusi yang tepat untuk mengurangi dampak hoax adalah
pertama berhati-hati dengan judul berita atau informasi yan provokatif, karena setiap
judul yang memuat hal tersebut akan menyebabkan masyarakat mudah untuk
terprovokasi dengan cepat. Kedua, cermat dalam melihat sumber berita. Hal tersebut
penting untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar selalu melihat apakah
sumber berita tersebut terjadi pada masa lampau, atau hanya berasal dari sumber yang
tidak jelas asalnya. Ketiga, periksa fakta dan keaslian sebuah berita, karena berita
adalah suatu informasi yang memuat faktual dan actual, masyarkat diharapkan dapat
melihat bahwa berita itu mengandung sebuah fakta yang relavan dan dengan data yang
cukup. Keaslian juga merupakan hal yang penting dalam memilih berita yang hanya
merupakan aksi provokatif di media sosial (Ariesta, 2013)
C. KESIMPULAN

Hoax merupakan sebuah berita bohong yang dibuat dengan tujuan mengolok-
olok maupun menipu individu atau kelompok. Hoax disebarkan pada umumnya
bertujuan untuk bahan lelucon atau sekedar iseng menjatuhkan pesaing (black
campaign), promosi dengan penipuan, membuat dan menggiring opini public
yang negative seperti fitnah, kritik tajam, penyebar kebencian dan lainnya.
Penyebaran berita hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apa pun, dan
oleh siapa pun. Salah satu alat penyebaran berita hoax adalah media sosial.
Peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi berita hoax di media sosial
juga sangat penting. Pemerintah telah mengambil Langkah tegas dengan
menerbitkan UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yang diperbarui dengan UU No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
UU No.11 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik (ITE).

D. Daftar Pustaka
Prayitno, Budi, 2017. “Langkah Pemerintah Menangkal Diseminasi Berita Palsu”
dalam Jurnal Wacama Kinerja Volume 20 No.2 (hlm.25). Jakarta:Lembaga
Administrasi Negara
From:https://www.researchgate.net/publication/326407104_Langkah_Pemerintah_
Menangkal_Diseminasi_Berita_Palsu
Budiman, Ahmad.2017.”Berita bohong (HOAX) di Media Sosial Pembentukan
Opini Publik” dalam kajian singkat terhadap isu actual dan strategis
Vol.IX,No.01/I/Puslit/Januari. (hlm.17-20)
From: https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/info%20Singkat-IX-I-I-
P3DI-Januari-2017-181-pdf
Suryatni, Luh.2018.”Komunikasi Media Sosial dan Nilai-nilai Budaya
Pancasila(Social Media Communications and Cultural Values of Pancasila)” dalam
Jurnal Sistem Informasi Universitas Suryadarma Vol.5 No.1(hlm120-125)
From: http://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/isi/article/view/27
Juditha, Christiany,2018”Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta
Antisipasinya (Hoax Communication Interactivity in Social Media and
Anticipation) dalam Jurnal Pekommas, Vol.3 No.1 (hlm.31-44)
From: https://media.neliti.com/media/publications/261723-hoax-communication-
interactivity-in-soci-2ad5c1d9.pdf

Anda mungkin juga menyukai