Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HOAX (PRO)

Dosen Pengampu : Widio Rahardjo, S.H., M.Kn.

Disusun oleh Kelompok 6 :

Churiyati Ulfah Desinta (151911913018)

Celine Dyah Alfina (151911913020)

Dewi Ayu Insiyatul L. (151911913038)

Ifat Tasnim (151911913051)

Wildatus Sholikhah N. R. (151911913054)

Mega Maulidia Rochmania (151911913116)

KELAS 1A - GRESIK

VOKASI DIII KEPERAWATAN KAMPUS GRESIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali
pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta
berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu
contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu
barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan
barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu berbeda dengan misalnya
pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton tidak sadar
sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru
mengharapkan supaya ditipu. Hoax bertujuan membuat opini publik,
membentuk presepsi dan juga untuk having fun yang menguji kecerdasan dan
kecermatan pengguna internet dan media sosial.
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat
menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada hoax. Orang lebih
cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap
yang dimiliki (Respati, 2017). Contohnya jika seseorang penganut paham
bumi datar memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori
konspirasi mengenai foto satelit maka secara naluri orang tersebut akan
mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya. Secara
alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau
keyakinannya mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah
saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini
dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang
dalam memanfaatkan internet guna mencari informasi lebih dalam atau
sekadar untuk cek dan ricek fakta.
Untuk mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang HOAX
tersebut di dalam perkembangan teknologi dan penyebarannya di lingkungan
masyarakat dan integrasi bangsa oleh karena itu, kami akan membuat

1
makalah hoax yang bermaksud juga untuk menambah wawasan para
pembaca.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan
penyusunan makalah ini maka diperlukan rumusan masalah seperti yang
diuraikan dalam bentuk pertanyaan dibawah ini :
1) Apakah penyebaran hoax dapat memengaruhi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat ?
2) Bagaimana perkembangan bisnis hoax di masyarakat indonesia?
3) Apa tujuan pembuat hoax menyebarkan hoax dimasyarakat?
4) Bagaimana cara menyikapi hoax yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui tentang apa itu hoax, bagaimana cara penyebaran kedua
nya, apakah kedua nya /mempengaruhi kehiduapan bermasyarakat
masyarakat Indonesia, dan bagaimana bisnis hoax yang terjadi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu sebagai berikut :
a) Mahasiswa, pendidik, maupun masyarakat mampu memahami dan
memantapkan pengetahuannya tentang hoax serta dapat menentukan sikap
yang tepat dan sesuai norma yang berlaku dalam penangananya.
b) Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan tentang materi hoax di era
masa kini.
c) Mengerti sikap yang bijak dalam penggunaan teknologi masa kini.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber buku ataupun
media massa yang berkompeten dalam penjelasan bebagai hal yang
berhubungan dengan hoax.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Hoax


Hoaks atau yang lebih dikenal dengan hoax, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sebuah berita bohong (KBBI,2017). Sedangkan
menurut Oxford English Dictionary Hoax diartikan sebagai “Malicious
Deception” (Oxford English Dictionary, 2017) atau sebuah kebohongan yang
dibuat dengan tujuan jahat, baik itu demi keuntungan seseorang atau disini
adalah sang si penyebar hoax atau dapat juga untuk menyebarkan kebencian.
Hoax sendiri sudah beredar sejak tahun 1943, tepat nya sejak
Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak. Hoax sendiri pun terdiri dari
beberapa jenis, antara lain :

1. Hoax proper
Sesuai dengan definisi KBBI diatas, hoax berarti adalah sebuah berita
bohong yang sengaja dibuat oleh seseorang dengan sengaja untuk tujuan
tertentu.
2. Judul berlebihan dan tidak sesuai dengan isi berita
Jenis hoax ini adalah yang paling sering digunakan, yaitu penulis
sengaja membuat judul headline atau suatu berita secara berlebihan
sehingga orang akan penasaran untuk melihatnya. Namun sebenarnya isi
dari headline tersebut tidak sesuai dengan judul yang ditulis oleh sang
penulis.
3. Berita benar namun memiliki konteks untuk menyesatkan
Yang dimaksud adalah, berita yang dibuat memang benar benar terjadi.
Namun waktu kejadian nya sudah sangat lama dan tiba-tiba diedarkan
kembali sehingga menyesatkan orang yang membaca berita tersebut
tanpa mengecek tanggal kejadian nya kembali
Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor. Namun,
hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalnya
melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang atau
kelompok.

3
Unsur hoax sama dengan unsur "penipuan", akan tetapi tidak ada yang
perpindahan fisik yang terjadi. Penyebar hoax tidak harus memiliki tujuan
yang pasti. Oleh karenanya, hoax menjadi perbuatan yang dapat dimasukkan
kedalam ruang lingkup hukum pidana. Perbuatannya menyebarkan isu
kebohongan yang mempengaruhi pikiran individu yang terkumpul menjadi
pikiran masif. Ini sebenarnya ada "rantaian" kebohongan yang bersambung
dari individu ke individu lainnya. Adapun hoax dapat berkembang karena
kesalahan individu yang tidak meneliti informasi yang beredar. Oleh
karenanya dalam UU ITE, individu yang meneruskan hoax kepada individu
lainnya juga dianggap melakukan penyebaran informasi palsu.
Seperti itulah gambaran singkat Industri Kapital Hoax yang ada di
media sosial, percaya tidak percaya, tentunya kehadiran informasi hoax di-
support faktor ekonomi sebagai imbalan kerja untuk mencapai kepentingan
politik. Padahal hal tersebut melanggar hukum dan sudah ada ketentuan
hukum yang memikatnya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
No 28 Tahun 2009 tentang ITE Pasal 28 ayat 2. Secara hukum tindakan
penyebaran informasi hoax melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Namun, keberadaan informasi hoax akan selalu hadir di kehidupan
bermedia sosial, sedangkan penegakan aparat hukum akan selalu minindak
lanjut tindakan informasi hoax yang mencemarkan nama baik,
menyinggung, sara. Dan seebagaainya. Namun, hal tersebut belum lah
cukup, yang lebih efektif ialah bagaimana cara membangun masyarakat
yang terkoneksi dengan internet untuk sadar dan selektif dalam menerima
informasi di interenet atau di media sosial, untuk tercegahnya pengaruh
informasi hoax yang marak di dunia maya.

2.2 Sejarah Hoax


Menurut lynda walsh dari buku yang berjudul sins Against Science,
hoax atau kabar palsu, merupakan istilah dalam bahasa inggris yang masuk
sejak era industri, diperkitrakan pertama kali pada tahun 1808.
Alexander Boese dalam bukunya Museum of xoaxes mencatat , hoax
yang pertama kali dipublikasikan adalah almanak atau penanggalan palsu
yang dibuat Isaac Bickerstaff (jonathan swift) pada tahun 1709.

4
BAB 3
PEMBAHASAN

Pernah ada yang mengikuti seminar dengan tema ‘membangun kebiasaan


berpikir negatif…?’ Tampaknya tidak, atau mungkin belum ada. Dan jika pun
ada motivator yang menyelenggarakan seminar atau pelatihan demikian,
julukannya mungkin bukan motivator, melainkan provokator. Bagi banyak
orang, bahkan mungkin bagi semua orang, berpikir negatif merupakan hal
yang mengemuka secara alamiah tanpa perlu proses pembiasaan,
pembelajaran, atau pelatihan. Masalahnya, berpikir negatif acap kali
menimbulkan efek yang juga negatif. Tidak selalu, namun lebih sering
berdampak negatif. Referensi mengenai berpikir negatif juga tampaknya tidak
banyak, mungkin karena hal tersebut bukan merupakan sikap atau cara
pandang yang penting untuk dipelajari dan dikembangkan. Referensi yang
mudah kita temui adalah mengenai bagaimana mengembangkan cara
pandang, pola berpikir, secara positif dan konstruktif.

Faktanya, berpikir positif perlu dipelajari dan dikembangkan. Dalam


beberapa seminar, pelatihan, dan sejumlah buku yang mudah kita temui,
berpikir positif perlu dikembangkan pada pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar. Berpikir positif, secara otomatis mereduksi bahkan diharapkan
mengeliminasi cara pandang dan pikiran negatif. Melalui pengembangan dan
pembiasaan berpikir positif, seseorang diharapkan akan lebih optimis,
bahagia, sehat, sukses, serta memberi manfaat luar biasa bagi lingkungan
sekitarnya.

Nah, bersandar pada pendekatan berpikir positif tersebut, maka tulisan ini
akan berupaya menerapkan cara pandang positif terhadap masifnya peredaran
berita bohong atau hoax. Hoax dalam konteks ini, hoax yang tidak terbatas
pada pemberitaan politik, melainkan juga terkait masalah kesehatan,
teknologi, sains, pendidikan, dan entah apalagi, karena hoax ternyata telah
menjalar dengan sangat jauh ke berbagai lini kehidupan kita. Sebagian kita
ketahui sebagai sebuah kebohongan, sebagian lagi sangat mungkin kita yakini

5
sebagai kebenaran. Manusia dan hoax, memang sangat akrab, dekat, bahkan
mungkin sudah menyatu hingga sulit dipisahkan.

Namun, untuk efektifnya tulisan ini, maka yang dibahas dibatasi pada dua
hoax yang cukup ‘populer’ dan banyak digemari alias rajin di-share. Karena
jika kita membahas hoax terlalu banyak, nanti kita bisa terlalu cerdas. Jika
kita terlalu cerdas, kasihan kreator hoax kehilangan kegiatan bahkan
pendapatan karena ditinggal penggemar. Padahal, mereka pun memiliki
kontribusi dalam upaya mencerdaskan bangsa.

Lambang PKI di Uang Seratus Ribu; Publik Kini Paham Istilah Rectoverso

Berkat hoax yang menyatakan bahwa pada uang pecahan seratus ribu terdapat
logo Partai Komunis Indonesia (PKI) berupa gambar palu arit, kini
masyarakat semakin memahami bahwa uang yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI) dilengkapi beragam fitur keamanan, termasuk fitur ‘gambar
saling isi’ atau rectoverso.

Mengutip pemberitaan di okezone.com (12/11), menurut Direktur Eksekutif


Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, rectoverso adalah suatu teknik
cetak khusus pada uang kertas di mana pada posisi yang sama dan saling
membelakangi di bagian depan dan bagian belakang uang kertas terdapat
suatu ornamen khusus seperti gambar tidak beraturan. Namun demikian,
apabila rectoverso pada uang kertas diterawang ke arah cahaya maka akan
terbentuk suatu gambar yang beraturan. Pada setiap pecahan uang kertas
Rupiah, rectoverso-nya membentuk ornamen lambang “BI” (singkatan dari
Bank Indonesia). “Pemilihan warna juga tidak disengaja seperti itu. Ini adalah
salah satu security feature dan desain tersebut telah dipakai sejak lama,”
ucapnya.

Selama ini, BI telah mengedukasi masyarakat untuk memastikan uang asli


melalui pendekatan yang dikenal dengan 3D, yaitu dilihat, diraba, diterawang.

6
Namun, BI tidak secara detail mengedukasi security feature yang jumlahnya
sampai belasan. Dan disinilah kemudian hoax hadir untuk ambil bagian dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dikenal luaslah istilah
gambar saling isi atau rectoverso. Ini hoax yang barokah.

Oh ya, untuk memastikan uang asli atau palsu, sebenarnya terdapat metode
sederhana yang selama ini tidak disosialisasikan BI namun sudah cukup
populer di tengah masyarakat kita. Cukup letakkan uang seratus ribu yang
akan dicek keasliannya di tengah keramaian. Jika ada yang mengambil,
berarti uang asli. Jika dibiarkan tergeletak demikian, besar kemungkinan itu
uang palsu.

Hoax Membantu Publik Lebih Cerdas; Ada Air Mineral Dalam Kemasan
‘Botol Anggur’

Publik sempat dibuat gaduh dengan beredarnya foto Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) bersama Kapolri Tito Karnavian, yang disertai caption bahwa
keduanya tengah mengonsumsi minuman keras. Tentu, pemberitaan tersebut
mengganggu kedua tokoh tersebut. Dalam beberapa pernyataannya, Ahok
menegaskan bahwa ia tidak mengonsumsi miras. Sementara Tito sebagai
seorang muslim yang taat, tentu akan membantah apabila ada tuduhan bahwa
ia meminum khamr, minuman yang terlarang dan diharamkan secara keras
dalam ajaran Islam.

Berkat hoax tersebut, diketahuilah bahwa minuman yang terletak di meja


tempat Ahok dan Tito duduk berdampingan, adalah Equil, sebuah merk air
minum dalam kemasan kelas premium. Equil yang dikemas dalam botol kaca
mirip desain botol anggur memang tidak sepopuler merk Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) lainnya, karena memang segmen pasar yang dibidiknya
sangat spesifik, yaitu antara lain restoran mewah, hotel berbintang lima, serta
acara resmi tertentu yang diselenggarakan istana atau lembaga/ perusahaan
dengan positioning yang spesifik. Dari hoax ini pun publik secara luas

7
mengetahui bahwa Equil merupakan merk lokal yang telah sukses menembus
pasar internasional. Publik teredukasi dengan bertambahnya satu referensi
terkait brand lokal yang dianggap produk luar. Brand Equil, kini dikenal amat
sangat luas, tanpa perlu merogoh kocek untuk biaya promosi yang fantastis.
Semua ini merupakan jasa hoax yang barokah.

Kembali mengenai konsep berpikir positif, ada baiknya kita melibatkan diri
dalam forum atau komunitas yang bersifat kritis terhadap pemberitaan,
khususnya yang bermuatan kebohongan, dengan tetap mengedepankan
pendekatan yang positif-edukatif. Bahwa dari hoax tersebut dapat di-generate
penjelasan logis dan berdasarkan fakta serta meluruskan kekeliruan/
kebohongan yang dilakukan. Lebih lanjut, kita bisa membantu masyarakat
luas untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berulang kali
membuat dan menyebarkan berita palsu tersebut agar kita bersikap kritis dan
tidak mudah termakan atau bahkan terprovokasi oleh hoax.

Ah, sebenarnya publik juga sudah tahu, mengenai media on line yang rajin
menyebarkan hoax. Beberapa media abal-abal yang secara lancang
melekatkan label agama tertentu, personil yang mengaku kader Parpol
tertentu, serta kelompok yang mengklaim sebagai ‘musuh’ pemerintah yang
sah, sudah teridentifikasi dengan cukup jelas. Motif penamaan portal yang
menyertakan agama serta Parpol tertentu, diduga untuk memudahkan aspek
marketing serta supaya fokus menyasar basis massa yang dituju. Dalam
konteks ini, sebenarnya masih banyak media on line berlabel agama yang
memiliki integritas, sehingga tidak fair jika dipukul rata. Motif pembuatan
dan penyebaran hoax ini memang masih memerlukan penelusuran lebih
lanjut, namun dari beberapa pemberitaan terakhir dan dilandaskan pada
argumen yang dapat diterima, motifnya tidak jauh dari kepentingan ekonomi
dengan mengejar viewer untuk tingginya perolehan iklan, disamping adanya
kepentingan yang bermotif politik untuk tujuan lebih spesifik. Biarlah, untuk
domain hukum, kita cukup mendukung langkah aparat penegak hukum untuk
mengusutnya. Pemerintah –melalui Departemen Kominfo– sebenarnya telah

8
melakukan tindakan berupa pemblokiran terhadap beberapa situs yang
ditengarai berbaru SARA.

Jadi, teruslah menyebar hoax. Karena pada saat yang sama, berita dusta akan
berhadapan dengan mereka yang terus berupaya untuk menjelaskan duduk
perkara dan fakta sebenarnya. Dan kelompok serta personil yang membuat
dan menyebarkan hoax, akan semakin tampak dan mudah teridentifikasi
eksistensinya, jelas wujudnya, terang kelompoknya. Meskipun, tidak semua
hoax bisa ditelusuri hingga tuntas. Forum dan komunitas anti hoax terus
bertambah, awareness publik terkait bahaya berita palsu juga semakin
meningkat. Sila tunjukkan dimana posisi kita berdiri; di pihak penyebar hoax,
atau di pihak yang berupaya mengklarifikasi hoax. Jika kita berpikir terlalu
positif, bisa jadi keduanya tampak sama saja. Keduanya tengah berupaya
mengedukasi demi mencerdaskan kehidupan bangsa, namun dengan metode
yang sangat-sangat berbeda.

Sudahkah Anda menyebar hoax hari ini…?

Seword adalah media opini terbuka. Seluruh opini dan material merupakan
tanggung jawab tiap penulis

v2.0.1. Copyright 2019 PT. Seword Media Utama

https://www.google.com/amp/s/seword.com/umum/hoax-mencerdaskan-
kehidupan-bangsa-kok-bisa

9
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, memang penggunaanya


sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Terutama penggunaan internet
dan social media. Peran internet dan social media menjadi sangat sentral dan
menjadikan wadah bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti
berniaga, sarana edukasi dan lainnya. Akan tetapi internet dan social media
yang sekarang semakin tidak terkendali, ada pihak-pihak atau orang-orang
yang menggunakan internet dan social media dengan cara yang tidak benar,
diantaranya yaitu Hoax dan Hate speech, dari kata Hoax dan Hate speech
memiliki keterikatan yaitu sama sama memberikan pengaruh negatif kepada
masyarakat. Jangan mau terperdaya oleh berita-berita hoax Karena si-
penyebar berita tersebut hanya mengincar keuntungan semata yaitu uang dari
hasil per-klik dari para pembaca berita tersebut.

4.2 Saran

Saran kami dalam menghadapi berita hoax dan hate speech, perlu
diketahui bahwa ada beberapa cara yaitu :
1. Jangan mudah percaya dahulu, periksa faktanya seperti sumbernya dari
institusi pemerintahan, jangan mudah percaya jika sumbernya berasal dari
ormas-ormas, tokoh politik, website-website yang mengatas namakan
agama.
2. Periksa alamat situsnya, informasinya akan meragukan jika bukan domain
website yang berbayar seperti blogspot.com, wordpress.com weebly.com,
dll. Contoh domain website yang terverifikasi/berbayar yaitu seperti
.com, .id, .go.id, .net, dll.
3. Cek keaslian foto/gambar bila berita tersebut disertakan dengan gambar,
biasanya para penyebar hoax mengedit fotonya agar masyarakat lebih
percaya.

10

Anda mungkin juga menyukai