Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

KEBUDAYAAN ISLAM DAN MODERN


Dosen pengampu : Achmad Fatichuddin, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh Kelompok 4:

Merlin Septiyanti (151911913033) Wildatus Solikhah N. (151911913114)


Asvia Ahmadasari (151911913036)
Al Fitri Zanuartanty (151911913040)
Dinda Reza Sugiarto (151911913040)
Sakisa Putri Lutfiana (151911913047)
Ifat Tasnim (151911913051)
Ervika Maulita (151911913064)

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS GRESIK


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah
Pendidikan Agama Islam ini. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan
Agama Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Kebudayaan Islam
juga untuk mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Universitas
Airlangga.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang
turut serta membantu dalam penyelasaian makalah ini. Kepada para orangtua dari kami yang
telah memberi support dan motivasi untuk pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami
sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing
kami, kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis makalah ini menyadari bahwa masih banyak
sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk perbaikan
makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebudayaan Islam .......................................................................


2.2 Konsep Kebudayaan Islam.............................................................................
2.3 Sejarah Intelektual Islam................................................................................
2.4 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam..........................................................
2.5 Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia...................................................

BAB 3 PENUTUP

1.1 Kesimpulan.....................................................................................................
1.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke
seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam telah
meletakkan nilai-nilai kebudayaannya. Yang harus dibiasakan dengan
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan itu melekat dengan diri
manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan sejak zaman dahulu hingga
sekarang.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia
yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk
berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah terseleksi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani, sehingga
akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
perdaban Islam.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam ?

2.    Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam ?

3.    Bagaimana sejarah intelektual Islam ?

4.    Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam ?

5.    Bagaimana nilai –nilai dalam budaya Islam ?

1.3 Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan Islam.

1.    Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.

2.    Mengetahui sejarah intelektual Islam.


3.    Mengetahui masjid sebagai pusat peradaban Islam.

4.    Mengetahui nilai –nilai dalam budaya Islam.


BAB 2
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Kebudayaan Islam


Kebudayaan merupakan perwujudan segala aktivitas manusia sebagai upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya . Kebudyaan akan terus perkembang, tidak akan berhenti
selama masih ada kehidupan manusia. Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh
nilai – nilai ketuhanaan disebut kebudayaan islam.
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya
merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang
berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses
realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya
“Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya,
karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya,
sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan
pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya
tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu
unsur kebudayaan..  
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu
sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah
dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam
firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah,
kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya” 
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai
pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan
kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu
sendiri,  
Kebudayaan muslim yang islami adalah kebudayaan atau karya budaya muslim yang
komitmen pada islam. Bukan yang malah keluar dari sumber nilai islam itu sendiri. Sebagai
contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari adalah fashion dimana model busana dan pakaian
lebih cenderung menampilkan gaya dan model dari pada nilai ibadah, padahal didesaign oleh
desaigner muslim tapi tidak bereferensi pada nilai-nilai Islam sehingga budaya yang
dihasilkan secara prinsipil bertentangan dengan Al-Qur’an.
2.2 Konsep kebudayaan Islam
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma.
Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah
semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering
dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan
dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang
politik, ekonomi, dan teknologi.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-
Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar
kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.

‫َش ِه َد هَّللا ُ أَ َّن ُه اَل إِلَ َه إِاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َك ُة َوأُولُو ْالع ِْل ِم َقا ِئمًا ِب ْالقِسْ طِ اَل إِلَ َه إِاَّل ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS Ali Imran : 18.
َ ‫َوما أَرْ َس ْلنا‬
َ ‫ك إِالَّ َرحْ َم ًة ل ِْلعالَم‬
‫ِين‬
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa
lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
sumber nilai-nilai Islam.
Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan
kepada umat. Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak.”
Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-
aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani
sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalammengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan
atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika
perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan
karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan
perlunya suatu bimbingan wahyu. Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena
yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia.
Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi
Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Mengawali tugas utamanaya, Nabi meletakkan dasar – dasar perkembangan Islam
yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dari
jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan
rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan nilai – nilai Islam yang kemudian
melahirkan budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal.

2.3      Sejarah Intelektual Islam


Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari
segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa,
yaitu masa klasik, antara tahun 650 -1250 M, masa pertengahan, antara tahun 1250 – 1800 M,
dan masa modern atau kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun 1800 M hingga
sekarang dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang Hukum Islam. Di bidang filsafat Islam seperti Al
Kindi tahun 801 M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin hendaknya menerima filsafat
sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir
tahun 870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula
filosof besar Ibnu maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138M, Ibnu
Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa pertengahan, yaitu antara
tahun 1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan
fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada
kecenderungan akal dipertentangkan dengan Wahyu, iman depertentangkan dengan ilmu, dan
dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih
terasa hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-
Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam
tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab Ibnu
Rusyd dengan tulisan “TahafutuTahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada
pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan oleh paraintelektual muda muslim. Mengapa
umat Islam tidak bisa mengusai ilmu danteknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana,
yaitu karena umat Islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para
ulama besar padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan
yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para
ilmuwan dan tokoh – tokoh caliber dunia dikalangan umat Islam dari Negara-negara kaya di
Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara bekas jajahan sangat
sulit membangun semangat kebangkitan intelektual Islam karena keterbatasannya.
Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa monumental yang
menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah pada abad ke 17 di Eropa Barat yang
menjadi “cikal bakal” munculnya sains moderns sebagai sistem pengetahuan “universal.”
Dalam historiografi sains, salah satu pertanyaan besar yang selalu menjadi daya tarik adalah:
Mengapa Revolusi Ilmiah tersebut tidak terjadi di peradaban Islam yang mengalami masa
kejayaan berabad-abad sebelum bangsa Eropa membangun sistem pengetahuan mereka?
Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang peradaban Islam dan
sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra dapat kita jadikan salah satu
pegangan untuk melihat kontribusi peradaban Islam dalam sains. Dalam pengamatannya,
peradaban Islam memang mengimpor tradisi intelektual dari peradaban Yunani Klasik.
Tetapi proses ini tidak dilakukan begitu saja secara pasif, melainkan dilakukan melalui proses
appropriation atau penyesuaian dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian peradaban Islam
mampu mengambil, mengolah, dan memproduksi suatu sistem pengetahuan yang baru, unik,
dan terpadu yang tidak tidak pernah ada sebelumnya. Ada dua hal yang dicatat Sabra sebagai
kontribusi signifikan peradaban Islam dalam sains. Pertama adalah dalam tingkat pemikiran
ilmiah yang diilhami oleh kebutuhan dalam sistem kepercayaan Islam. Penentuan arah kiblat
secara akurat adalah salah satu hasil dari konjungsi ini. Kedua dalam tingkat institusionalisasi
sains. Sabra merujuk pada empat institusi penting bagi perkembamgan sains yang pertama
kali muncul dalam peradaban Islam, yaitu rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi,
dan observatorium astronomi. Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh
dukungan dari penguasa pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan penghargaan terhadap
tradisi ilmiah.
Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil mempertahankan
kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan justru mengalami penurunan?
Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin Sadili. Seperti dijelaskan di atas bahwa
keunikan sains dalam Islam adalah masuknya unsur agama dalam sistem pengetahuan.
Tetapi, menurut Sadili, disini jugalah penyebab kegagalan peradaban Islam mencapai
Revolusi Ilmiah. Dalam asumsi Sadili, tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi oleh
peradaban Islam baru dapat menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses rekonsiliasi
dengan kekuatan agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama tersebut terjadi di peradaban
Eropa, tetapi tidak terjadi di peradaban Islam.

2.4 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam


Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam perjalanan
sejarah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama shalat
berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupan
masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam
dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid namun Masjid pada
umumnya hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat,
padahal masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak
awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.
Pada umumnya,disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai
pusat peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin,membina
sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras,hingga upaya –
upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru melaui Masjid. Masjid dijadikan symbol
kesatuan dan persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad
mendirikan masjid pertama,,fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat islam.
Belajar dari sejarah Islam, seharusnya eksistensi masjid pada masa kini harus lebih
mampu memberi makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim.
Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat
berbagai kegiatan sosial-keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan dan sebagainya kini
menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang
maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju,
ramah, mandiri, damai dan modern.

2.5 Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia


Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan
berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya
Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat sulit
membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam menyamakan
antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah
apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini
budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan
dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya,
sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah
dalam mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar
bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-hri mereka.
Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kebudayaan mereka.
Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa
Arab/ Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa
Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian
dari ajaran Islam.

ٍ ‫َّار َش) ُك‬ ٍ ‫ك آَل َ َي))ا‬


َ ‫ت لِ ُك) ِّل‬ َ )ِ‫َّام هَّللا ِ إِنَّ فِي َذل‬ َ ِ ‫الظلُ َم)ا‬
َ ِ ‫ت إِلَى ال ُّن‬ َ )‫ُوس)ى ِبآ َ َيا ِت َنا أَنْ أَ ْخ) ِرجْ َق ْو َم‬
ُّ ‫ك م َِن‬ َ ‫َولَ َق ْد أَرْ َس ْل َنا م‬
‫ور‬ ٍ ‫ص)ب‬ ِ ‫ور َوذ ِّكرْ ُه ْم ِبأي‬
)5:‫(ابراهيم‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami,
(dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". sesunguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur” (Ibrahim:5).

-‫ص))لى هللا عليه وس))لم‬- ِ ‫ورا َء َوأَنَّ َر ُس)و َل هَّللا‬


َ )‫اش‬ ُ ‫ُون َي) ْ)و َم َع‬ َ ‫ص)وم‬ُ ‫َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُع َم َر رضى هللا عنهما أَنَّ أَهْ َل ْال َجا ِهلِ َّي ِة َك))ا ُنوا َي‬
‫ورا َء َي) ْ)و ٌم‬ ُ ‫ « إِنَّ َع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ضانُ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ )‫اش‬ َ ‫ضانُ َفلَمَّا ا ْف ُت ِر‬
َ ‫ض َر َم‬ َ ‫ض َر َم‬ َ ‫ُون َق ْب َل أَنْ ُي ْف َت َر‬
َ ‫صا َم ُه َو ْالمُسْ لِم‬
َ
)‫ (رواه مسلم‬.» ‫صا َم ُه َو َمنْ َشا َء َت َر َك ُه‬
َ َ‫ء‬‫ا‬ َ
‫ش‬ ْ‫ن‬‫م‬ َ
‫ف‬
َ ِ ِ‫هَّللا‬ ‫َّام‬
‫ي‬ َ ‫أ‬ ْ‫ِن‬
‫م‬
Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa pada hari
Hari Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin pun mempuasainya
sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara Hari-Hari Allah. Siapa mau berpuasa
silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa”. (HR Muslim).
Banyak tradisi masyarakat indonesia yang bernuansa islami, biasanya tradisi tersebut
dilaksanakan untuk memperingati hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan sekaten
yang diselenggarakan untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan
untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan tabuik di Pariaman
( Sumatera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau
keislaman.

3.2 Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan
landasan konsep yang berasal dari islam pula.
DAFTAR PUSTAKA

http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html
http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan.html
http://pandidikan.blogspot.com/2010/10/islam-dan-kebudayaan.html
Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,Kairo;cetakan ke IV, 1978
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993
Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; LOGos, 1999
Harun Nasution
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga
modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004

Anda mungkin juga menyukai