Anda di halaman 1dari 8

Hoax

Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya.


Dengan kata lain hoax juga bisa diartikan sebagai upaya penutarbalikan fakta menggunakan
informasi yang seolah-olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Hoax
juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara
membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar.
Tujuan dari hoax yang disengaja adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak
nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan, masyarakat akan mengambil keptusan yang
lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah. Perkembangan hoax di media sosial semula
dilakukan untuk sarana perisakan. Namun, perkembangan selanjutnya, para spin doctor
politik melihat efektivitas hoax sebagai alat black campaign di pesta demokrasi yang
mempengaruhi persepsi pemilih (Indonesia Mendidik, 2016).

Hoax, menurut Lynda Walsh dalam buku "Sins Against Science", istilah hoax
merupakan kabar bohong, istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak era industri,
diperkirakan pertama kali muncul pada 1808. Chen et al (2014), menyatakan hoax adalah
informasi sesat dan berbahaya karena menyesatkan persepsi manusia dengan menyampaikan
informasi palsu sebagai kebenaran. Hoax mampu mempengaruhi banyak orang dengan
menodai suatu citra dan kredibilitas. Selanjutnya hoax menurut hoaxes.org pengertian hoax
sebagai aktivitas menipu. Dari pengertian diatas hoax dapat diartikan HOAX adalah istilah
untuk menggambarkan suatu berita bohong, fitnah, atau sejenisnya Menurut Zarella, (2010:
2-3).

Hoax bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik, membentuk
persepsi juga untuk hufing fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet
dan media sosial. Tujuan penyebaran hoax beragam tapi pada umumnya hoax disebarkan
sebagai bahan lelucon atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi
dengan penipuan, ataupun ajakan untuk berbuat amalan – amalan baik yang sebenarnya
belum ada dalil yang jelas di dalamnya. Namun ini menyebabkan banyak penerima hoax
terpancing untuk segera menyebarkan kepada rekan sejawatnya sehingga akhirnya hoax ini
dengan cepat tersebar luas.

Jenis-jenis Informasi Hoax

1. Fake news : Berita bohong: Berita yang berusaha menggantikan berita yang asli.
Berita ini bertujuan untuk memalsukan atau memasukkan ketidakbenaran dalam
suatu berita. Penulis berita bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak
benar dan teori persengkokolan, makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah
komentar humor terhadap suatu berita.
2. Clickbait : Tautan jebakan: Tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu
situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam
tautan ini sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar
yang menarik untuk memancing pembaca.
3. Confirmation bias : Bias konfirmasi: Kecenderungan untuk menginterpretasikan
kejadian yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.
4. Misinformation : Informasi yang salah atau tidak akurat, terutama yang ditujukan
untuk menipu.
5. Satire : Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-
besarkan untuk mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir dapat
dijumpai di pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This Hour has
22 Minutes”.
6. Post-truth : Pasca-kebenaran: Kejadian di mana emosi lebih berperan daripada
fakta untuk membentuk opini publik.
7. Propaganda : Aktifitas menyebar luaskan informasi, fakta, argumen, gosip,
setengah-kebenaran, atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini publik.
Penelitian yang memeriksa bagaimana hoax bekerja di Indonesia belum banyak
dilakukan. Hal yang membuat horizon kajian tentang hoax di Indonesia masih terbilang
minim basis epistemologinya. Sebagian peneliti masih berupaya melakukan pemetaan
bagaimana hoax tersebar di Indonesia. Ismail Fahmi misalnya, dengan drone emprit –
software engine yang dibuat – mencoba memetakan bagaimana hoax tersebar di internet,
secara khusus di media sosial. Survey yang dilakukan oleh Fahmi mengungkap 92,40% hoax
di Indonesia diakui tersebar melalui media sosial (facebook, twitter, Instagram dan Path),
berturut-turut 62,80% hoax tersebar melalui aplikasi chatting (whatsapp, line, telegram) dan
menempati nomer tiga, berturut-turut 34,90% hoax tersebar melalui situs web. Sedangkan
bila didasarkan format-nya hoax, 62,10% yang tesebar berbentuk tulisan, sedangkan 37,50%
berbentuk gambar dua dimensi. Riset Fahmi (2017), menemukan hoax paling populer di
Indonesia 91,80% merupakan isu sosial politik, yang secara spesifik membahas terkait
Pilkada dan Kebijakan atau Kinerja Pemerintah. Menyusul berturut-turut di nomer dua, yaitu
isu SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan) sebanyak 88,60%, berada di nomer ketiga,
yaitu isu kesehatan.

Untuk mengenali hoax, masyarakat perlu terus diedukasi untuk bisa mengidentifikasi
secara sadar perihal berita sesat alias "hoax" yang kini masih tersebar luas di dunia maya.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Suwarjono, menyatakan bahwa "ada lima
ciri berita hoax yang perlu kita ketahui supaya kita bisa membentengi diri, (dikutip dari
anatranews.com). Ciri pertama, berita hoax cenderung mengandung judul yang provokatif,
"mengompori" yang tujuannya untuk mendorong pembaca mengklik berita itu di media sosial
(Medsos). Kedua, nama situs media penyebar berita biasanya mirip dengan media besar yang
sudah ada, seringkali juga dengan nama yang baru dan tidak jelas. Ketiga kontennya
cenderung berisi opini, tidak jelas sumber beritanya dan minim fakta, ciri keempat, berita
hoax seringkali menggunakan foto yang menipu. Meski itu tujuannya sebaga foto ilustrasi,
namun sering tidak relevan atau tak nyambung dengan caption dan keterangan fotonya dan
yang kelima, akun tersebut biasanya baru dibuat, klonengan, abal-abal dan tak jelas
sumbernya.
Daftar pustaka
Gumilar, G., Adiprasetio, J., & Maharani, N. (2017). Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
Literasi Media: Cerdas Menggunakan Media Sosial Dalam Menanggulangi Berita
Palsu (Hoax) Oleh Siswa SMA, Vol. 1, No. 1, 35 - 40.
Juliswara, V. (2017). Jurnal Pemikiran Sosiologi. Mengembangkan Model Literasi Media
yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media
Sosial, Volume 4 No. 2.
Pakpahan, R. (2017). Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST). Analisis
Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial Dan Cara Menanggulangi Hoax, 479-484.
Rahadi, D. R. (2017). Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Perilaku Pengguna Dan
Informasi Hoax, Vol. 5, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai