Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

Wan Malik Husein

122106128

Komunikasi media dan masyarakat

1.) Media Sosial hari ini telah memunculkan berbagai bentuk komunikasi massa yang baru dan lebih
beragam. Orang dapat mengakses segala betuk informasi di media sosial sesuai kebutuhanya dengan
sangat mudah. Informasi di media sosial juga sudah menjadi seperti sebuah “Information Food” atau
kebutuhan pokok di masyarakat. Namun saayangnya terkadang informasi yang hadir justrul berupa
“Partial Truth” atau kebenaran parsial . Yang sengaja di distribusikan oleh oknum – oknum yang tidak
bertanggung jawab, untuk memanipulasi kesadaran publik demi kepentingannya. Bagaimana tanggapan
anda terkait dengan fenomena tersebut? Tolong berikan penjelasannya

2.) Media sosial juga memunculkan era yang disebut dengan istilah “Post-Truth” atau paska kebenaran.
Dimana orang lebih percaya terhadap keyakinan dari pada fakta objektif dari dari sebuah informasi
ataupun pemberitaan.Namun terkadang keyakinan yang di percaya itu teryata salah atau tidak benar
hingga menyebabkan cacat berpikir atau “Logical Fallacy”. Sebutkan contoh 3 bentuk logical fallacy di
media sosial yang pernah kita bahas? Serta berikan contohnya.

3.) Tolong jelaskan apa itu Misinformation, Disinformation dan Malinformasi kemudian berikan
contohnya.

4.) Jelaskan apa itu teknik propaganda Firehouse of Falsehood? Tolong jelaskan dan berikan contohya
kasusnya.

5.) Media sosial terkadang memunculkan fenomena perlombaan pengerjaran status sosial dan
pengakuan. Feneomena tersebut sering disebut dengan istilah“FOMO” atau efek takut ketinggalan di
media sosial. Bagaimana anda memandang fenomena tersebut dan berikat contohnya

6.) Di pertemuan terakhir kita telah membahas tentang bentuk ekonomi politik media yang kaitanya
dengan Oligarki Media Mainstream. Jelaskan apa istilah Oligarki tersebut dan apakah bentuk ancamanya
dari Oligarki Media terhadap system Demokrasi dan kebebasan Pers kita?

7.) Bagaimana pandangan anda tentang trend munculnya Media Alternatif di Indonesia saat ini? Apakah
media alternatif bisa memunculkan narasi/wacana baru yang lebih baik atau justrul sebaliknya,
Bagaimana tanggapan anda tentang hal ini?
JAWABAN!

1. Seperti yang diketahui, dengan kemajuan teknologi dan informasi, masyarakat menjadi lebih
cepat mendapatkan informasi. Salah satu sumber penyebaran informasi yang populer adalah
media sosial. Namun, sayangnya, rata-rata masyarakat Indonesia tidak selalu mampu memilih
informasi dengan benar. Beberapa faktor penyebabnya adalah penyebaran berita yang tidak
lengkap oleh oknum tertentu, kurangnya upaya masyarakat dalam menggali kebenaran
informasi sebelum menyebarkannya, dan masih banyak faktor lainnya. Terkait dengan
kebenaran sebagian informasi (partial truth), saya percaya bahwa hal ini sulit untuk dihentikan.
Oknum yang menyebarkan informasi tidak lengkap mungkin memiliki tujuan politik, bisnis, atau
bahkan untuk memecah belah masyarakat. Untuk mencegah hal ini, diperlukan tingkat
kesadaran yang tinggi dari masyarakat terhadap informasi yang mereka terima. Tanpa
kesadaran untuk menjadi lebih teliti dalam menerima informasi, penyebaran berita palsu (hoax)
dan informasi yang tidak sepenuhnya benar (partial truth) akan terus berlanjut.

2. Contoh bentuk-bentuk logical fallacy yang sering terjadi di media sosial:

 Serangan personal (Ad Hominem): Ketika pengguna media sosial menyerang pribadi
penulis suatu artikel sebagai tanggapan terhadap pendapat yang mereka sampaikan,
bukan berfokus pada argumen yang relevan. Misalnya, "Pendapatnya tidak bisa
diandalkan, dia hanya seorang penulis amatir tanpa pengalaman di bidang tersebut."
 Pemindahan beban bukti (Burden of Proof): Ketika seseorang menuntut pembuktian
kepada penulis suatu klaim, tetapi mereka sendiri tidak menyediakan bukti yang cukup
untuk menggoyahkan klaim tersebut. Contohnya, "Jika kamu mengatakan perubahan
iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, maka tunjukkanlah bukti ilmiah yang
meyakinkan!"
 Penyimpangan isu (Red Herring): Ketika dalam sebuah percakapan tentang kebijakan
pemerintah, seseorang mengalihkan perhatian dengan membicarakan kesalahan
individu tertentu yang tidak relevan dengan topik yang sedang dibahas. Misalnya, "Tapi
bagaimana dengan kasus korupsi politikus XYZ? Masalah itu jauh lebih serius daripada
kebijakan yang sedang dibicarakan."
3. Misinformation adalah penyebaran informasi yang tidak akurat atau salah tanpa adanya niat
jahat atau upaya sengaja untuk menyesatkan. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan, kurangnya
informasi yang memadai, atau ketidaktahuan yang tidak disengaja. Misinformation sering kali
menyebar melalui berbagai platform media sosial dan pesan berantai. Sebagai contoh di
Indonesia, terdapat berita palsu terkait kesehatan, seperti klaim bahwa minum air kelapa dapat
menyembuhkan COVID-19.

Disinformation adalah informasi yang sengaja dibuat atau disebarkan dengan tujuan
menyesatkan, menipu, atau mempengaruhi opini publik. Biasanya, disinformation disebarkan
oleh individu atau kelompok tertentu dengan niat untuk memanipulasi fakta atau narasi sesuai
dengan agenda mereka. Di Indonesia, contoh disinformation adalah berita palsu yang dibuat
untuk mempengaruhi opini politik atau menyebarkan fitnah terhadap seseorang.

Malinformasi adalah penyampaian informasi yang menyesatkan atau ambigu, yang dapat
mengakibatkan pemahaman yang salah atau penafsiran yang keliru. Meskipun tidak selalu
disebarkan dengan niat jahat, malinformasi dapat menyebabkan kebingungan atau
kesalahpahaman yang dapat merugikan individu atau kelompok tertentu. Contoh di Indonesia
adalah klaim palsu mengenai efektivitas obat tertentu dalam mengobati penyakit tertentu tanpa
didukung oleh bukti ilmiah yang cukup.

4. Firehouse of Falsehood adalah strategi propaganda yang digunakan untuk menyebarkan


informasi palsu atau menyesatkan dalam jumlah besar dan secara terus-menerus. Tujuannya
adalah menciptakan kebingungan, membanjiri publik dengan narasi yang berbeda-beda, dan
mengaburkan fakta sehingga sulit bagi masyarakat untuk membedakan antara kebenaran dan
kebohongan. Mereka akan menggunakan berbagai strategi manipulatif, seperti pengulangan
pesan yang sama, penggunaan sumber yang tidak valid, atau penggunaan narasi emosional
untuk mempengaruhi opini publik.

Contoh kasus di Indonesia terkait "Firehouse of Falsehood" adalah penyebaran informasi palsu
atau hoaks selama periode pemilihan umum. Misalnya, ada kasus di mana terdapat berbagai
klaim palsu mengenai calon kandidat, baik melalui gambar manipulatif, kutipan yang salah di
distribusikan kepada calon tersebut, atau kabar bohong yang menyebarkan informasi negatif
untuk mencemarkan reputasi calon tertentu. Tujuan dari penyebaran informasi palsu ini adalah
untuk mempengaruhi pandangan publik dan mengarahkan opini pemilih.

5. "Fear of missing out" atau yang lebih dikenal dengan sebutan "FOMO" adalah fenomena yang
sering terjadi di kalangan muda. Secara sederhana, FOMO mengacu pada rasa takut atau
kekhawatiran akan melewatkan sesuatu, seperti tren, informasi, ajakan berkumpul, dan
sebagainya. Menurut pandangan saya, perilaku FOMO ini dapat memiliki dampak negatif pada
seseorang. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang memiliki kapasitas yang sama untuk
mengikuti segala sesuatu. Terkadang, kegiatan FOMO dapat memaksa individu untuk
melampaui kemampuannya hanya demi mengikuti tren. Namun, di sisi lain, terdapat juga
dampak positif dari FOMO. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, FOMO dapat mendorong
perusahaan yang sedang berkembang untuk memiliki lebih banyak cara agar tidak tertinggal dari
pesaingnya.

Contoh kasus FOMO, seperti kegiatan "Citayem Fashion Week" di mana selebritis berlomba-
lomba untuk ikut serta dalam pergelaran Streetwear di sekitar daerah Soedirman. Tujuannya
untuk mengikuti trend dan memperoleh popolaritas lebih.

6. Oligarki mengacu pada pemerintahan atau kontrol yang dipegang oleh sekelompok kecil individu
atau entitas yang memiliki dominasi dalam kekuasaan ekonomi, politik, atau sosial. Dalam dunia
media, oligarki media merujuk pada situasi di mana sejumlah kecil pemilik atau kelompok
memiliki kekuasaan yang dominan atas media massa dan penyebaran informasi kepada
masyarakat. Oligarki media menghadirkan ancaman terhadap sistem demokrasi dan kebebasan
pers melalui beberapa cara, termasuk kontrol informasi dan pembatasan kebebasan pers.

7. Munculnya berbagai macam media alternatif membuat dua sudut pandang yang berbeda
menurut saya, yaitu negatif dan positif. Hal positif yang ditimbulkan dari munculnya media
alternatif ini yaitu mampu menyajikan informasi dengan cara yang lebih menarik sehingga
memacu masyarakat untuk membaca atau mengetahui suatu informasi. Dampak negatif dari
munculnya media alternatif ini adalah banyaknya media yang bermunculan dengan menyajikan
informasi tetapi tidak disertai sumber yang jelas dan terkadang menaruh opini pribadi yang
menyebabkan banyaknya masyarakat menerima informasi yang salah, hal lain yang menjadi
dampak negatif adalah banyak informasi tidak penting yang diangkat sehingga membuat banyak
masyarakat menirukan tindakan-tindakan yang menyimpang, saya ambil contoh adalah
masyarakat melakukan hal-hal bodoh dan disebarkan di media sosial agar mendapatkan
popularitas.

Anda mungkin juga menyukai