1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi melaju dengan begitu pesat. Salah satu hasil
perkembangan teknologi ini adalah lahirnya social media. Sosial media adalah sebuah media online
(daring) yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara online di internet. Di media
sosial, para penggunanya dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, networking, dan
berbagai kegiatan lainnya. Kini, Penggunaannya pun beragam, tidak hanya untuk berbagi
pengalaman pribadi, social media pun mulai digunakan untuk bisnis, advertising, reporting dan
lainnya.
Masyarakat modern kini seakan tidak bisa lepas dari social media. Berbagai social media dapat
dengan mudah diakses baik melalui computer maupun telepon pintar (smartphone). Pengguna social
juga bervariasi, mulai dari anak-anak , orang dewasa, hingga orangtua. Masyarakat modern seakan
tidak mau lepas dari social media. Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari
2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total
populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial
mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi.
Dengan masifnya penggunaan media social, kini setiap orang dapat menjadi jurnalis dan
komentator amatiran, Walaupun belum tentu orang tersebut memiliki dasar ilmu di bidang tersebut.
Setiap orang juga dapat merespon informasi yang tersebar dengan cepat. Bahkan menjadi seorang
jurnalis fotografi yang mampu menyebarkan informasi ataupun berita yang diperkuat dengan
dokumentasi gambar. Namun disamping itu, ada pihak-pihak yang justru menggunakan keuntungan
ini untuk menyebarkan propaganda demi keuntungannya pribadi. Pada tulisan ini, akan dibahas lebih
dalam mengenai propaganda, teknik, serta tujuan pelaksanaannya.
2. Pengertian Propaganda
Propaganda berasal dari bahasa latin modern, Propagare, yang artinya adalah mengembangkan
atau memekarkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), propaganda adalah penjelasan
mengenai suatu paham atau pendapat yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan
meyakinkan orang lain agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. berdasarkan
sumbernya, propaganda dibagi menjadi tiga, yaitu popaganda terbuka (White Propaganda) dan
propaganda terselubung (Black Propaganda).
a) Propaganda terbuka atau sering disebut sebagai White Propaganda adalah propaganda yang
mengungkapkan sumber, kegiatan, dan tujuannya secara terbuka. Propaganda ini sering
digunakan untuk menyebarkan informasi atau ideologi dengan menyebutkan sumber dan
dilakukan secara terang-terangan sehingga bisa dengan mudah diketahui sumbernya.
Beberapa ahli juga mendefinisikan propaganda. Garth S Jowett dan Victoria O’Donnell dalam
bukunya Propaganda and Persuasion, mendefinisikan propaganda sebagai usaha sengaja dan
sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakukan untuk
mendapatkan reaksi yang diinginkan oleh propagandis (penyebar propaganda). Sedangkan Jacques
Ellul mendefinisikan propaganda sebagai bentuk komunikasi yang digunakan oleh suatu
kemlompom yang terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-
tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis dan
tergabung dalam suatu komunitas atau organisasi. Menurut Leonard W Dobb., propaganda
merupakan usaha yang dilakukan oleh orang-orang yang memunyai kepentingan untuk mengontrol
sikap kelompok.
Propaganda kadang berisi pesan yang benar. Namun mayoritas pesan propaganda seringkali
hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang menciptakan suatu opini tertentu sehingga
menyesatkan apabila masyarakat tidak mengetahuinya secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk
mengubah pikiran kognitif suatu masyarakat terkait suatu isu untuk kepentingan tertentu. Dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam propaganda, yaitu:
a) Metode koersif
Propaganda dilakukan dengan cara menimbulkan rasa takut bagi orang-orang yang menjadi
sasaran propaganda agar bertindak sesuai dengan harapan propagandis
b) Metode persuasif
Propaganda dengan metode persuasif dilakukan dengan cara menimbulkan rasa sukarela
orang-orang yang menjadi sasaran propaganda untuk melakukan hal yang diinginkan
propagandis tanpa adanya paksaan. Propaganda dengan metode persuasif menggunakan cara
halus tanpa adanya paksaan untuk mengajak orang lain melakukan sesuatu.
c) Metode pervasif
Propaganda yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan secara terus menerus atau
berulang sehingga orang-orang yang menjadi sasaran propaganda melakukan imitasi atau
melakukan hal-hal yang diinginkan.
Tujuan propaganda berubah karena digunakan dalam konteks yang berbeda. Ketika digunakan oleh
pemerintah, tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan dari warga negara dan untuk
membentuk opini, emosi, sikap, dan perilaku mereka untuk memberi manfaat bagi bangsa Ketika
digunakan oleh orang kebanyakan, itu hanya untuk mempengaruhi pola pemikiran dan pendapat
yang lebih besar. Dalam pemasaran, menurut Goebells, propaganda memiliki banyak alat berbeda
yang digunakan untuk meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan barang tertentu .Namun,
jika diberi tahu bahwa mereka dihadapkan pada propaganda, kebanyakan orang akan bereaksi
dengan ngeri dan jijik, karena konotasi negatifnya (O'Hughnessy, 1996). Propaganda sering dilukis
sebagai alat yang tidak etis dan tidak bermoral untuk digunakan, tetapi juga bisa bersifat mendidik
dan informative.
Propaganda tidak digunakan secara formal sampai Gereja Katolik Roma, kembali ke 1622 dan
Paus Gregorius XV. Dia mulai mendistribusikan dan menciptakan propaganda untuk mendukung
Gereja Katolik setelah Kontra Reformasi. Ini adalah salah satu contoh pertama yang terdokumentasi
di mana persuasi digunakan untuk mempromosikan kepentingan pribadi seseorang. Paus menyadari
bahwa agama-agama non-Katolik lainnya menggunakan teknik yang menarik bagi individu,
daripada teknik takut ketakutan mereka sendiri. Agama-agama Protestan sering berfokus pada
individu pada tingkat pribadi dan memberi mereka lebih banyak kontrol dalam agama mereka
sendiri. Gereja Katolik harus melawan kekuatan pengaruh ikutan pada orang-orang yang
meninggalkan Gereja untuk agama yang baru dan menarik. Meskipun konsep ini tidak diketahui, itu
dapat diidentifikasi, dan Gereja melakukan yang terbaik untuk melawannya dengan membingkai
ulang pesan mereka kepada orang-orang.
Pada tahun 1949, sebuah penelitian menemukan bahwa semakin banyak orang terkena pada
sumber-sumber propaganda yang saling bertentangan, semakin besar kemungkinan mereka memiliki
pendapat yang moderat tentang suatu topik. Pada saat yang sama, Jewett sedang mempelajari
mengapa orang dapat dipengaruhi dengan cara ini. Disebut efek ikut-ikutan, peneliti menemukan
bahwa orang akan mengubah perilaku dan pikiran mereka menjadi seperti orang lain (Jowett &
O'Donnell, 2015) Jika orang merasa seperti banyak orang percaya pada satu hal atau akan melakukan
satu hal, mereka tidak akan mau percaya jika tidak, karena setiap orang takut diabaikan, manusia
adalah makhluk sosial (Jewett, 1940). Selain itu, dengan studi Bandura tentang kekuatan pemodelan,
psikolog menemukan bahwa orang sangat dipengaruhi oleh orang lain di sekitar mereka (Jowett &
O'Donnell, 2015).
Kemudian, ketika penelitian lebih lanjut dilakukan, Davison mempelajari efek orang ketiga pada
propaganda, yang merupakan kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh propaganda orang
lain pada pendapat orang lain (Davison, 1983). Para peneliti juga percaya bahwa orang lain yang
terpapar pada bentuk propaganda yang sama akan lebih terpengaruh daripada mereka (Davison,
1983).
4. Teknik-Teknik Propaganda
Lasswell Cangara dalam bukunya mengartikan Propaganda sebagai proses diseminasi informasi
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan notif
indoktrinasi ideologi. (who says what to whom in which channel with what effect). (Cangara, 2014).
Propaganda tidak menyampaikan informasi secara objektif, akan tetapi memberikan informasi yang
diranang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Adapun dalam konteks
hubungan internasional, propaganda dimulai sebagai usaha sisematis untuk mempengaruhi pikiran,
emosi, dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum dari pihak-pihak pembuat
propaganda. Cangara mengungkapkan dalam bukunya bahwa propaganda rawan terhadap praktik-
praktik penipuan. Cara-cara atau teknik yang biasa digunakan dalam melakukan propaganda, yaitu :
3. Pengalihan (transfer)
Teknik propaganda yang dilakukan dengan cara pengalihan pada objek lain.
4. Pengakuan (testimonial)
Teknik pengakuan dengan menggunakan nama-nama orang terkenal seperti bintang film dan
olahragawan, meskipun sebenarnya yang bersangkutan tidak memakainya.
5. Flain Folks
Teknik yang sering dipakai politisi untuk mempengaruhi orang banyak. Contohnya seperti,
walaupun tokoh tersebut sudah menjadi orang penting, namun tetap bermasyarakat seperti
orang-orang pada umumnya.
6. Bandwagon
Teknik ini ditujukan kepada orang-orang yang berpengaruh seperti kepala kantor, pemimpin
partai, kepala desa, dan lain sebagainya.
7. Card stacking
Digunakan untuk mencoba mengemukakan fakta untuk meyakinkan orang lain.
9. Retorika
Teknik yang dibunakan dengan memilih kata-kata yang bisa menarik seseorang sehingga
orang itu bisa menuriti kehendaknya.
6. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan keseluruhan isi dari tulisan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
keberadaan social , besarnya populasi masyarakat social media , dan tidak adanya
keberadaan “Information Gatekeeper” di social media menjadi salah satu alasan mengapa
social menjadi sarana propaganda.
Terdapat beberapa teknik yang biasa digunakan dalam propaganda yaitu, name calling,
glittering generalities, transfer, testimonial, Flain Folks, Bandwagon, Card stacking,
Emotional Stereotype, Retorika.
Propoganda di social media dapat dilakukan dengan melalui hoax, Framing atau
pembingkaian suatu peristiwa, dan melalui meme.
Referensi
[1] Maulidah. Propaganda Politik Di Media Massa Elektronik. Universitas Sebelas maret.
2015
[2] Pelajaran.Co.Id.2017.”Propaganda – Pengertian Menurut Ahli, Macam Jenis Bentuk dan
Contoh Propaganda Lengkap”, https://www.pelajaran.co.id/2017/04/pengertian-menurut-
ahli-macam-jenis-bentuk-dan-contoh-propaganda.html, diakses tanggal 19 Oktober 2019.
[3] Palupi,Rety. 2019. Penyalahgunaan Media Sosial Sebagai Alat Propaganda.Journal
BSI,10(1).
[4] Hamilton, Mindy. 2018. “Uses of Propaganda”, https://owlcation.com/social-sciences/Uses-
of-Propaganda , diakses tanggal 21 Oktober 2019.
[5] Wahjuwibowo, Indiwan Seto. Hoax In Social Media Propaganda .Universitas Multimedia
Nusantara.2016.