Anda di halaman 1dari 9

Propaganda Politik

Modul 9 dan 10

Definisi Propaganda

Propaganda adalah suatu bentuk komunikasi berupa seni permainan kata-kata yang
digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi dengan tujuan menciptakan partisipasi
aktif atau pasif untuk menyampaikan kebenaran menurut versi sang propagandis
dengan menggunakan cara-cara persuasif untuk mengubah atau memengaruhi
pendapat, sikap, dan perilaku masyarakat atau massa yang menjadi targetnya, atau
memperkenalkan hal-hal baru.

Istilah propaganda berasal dari bahasa Neo Latin, yaitu propagandus atau propagare
yang artinya penyebaran, mengembangkan atau memekarkan. Kata propaganda
pertama kali muncul pada tulisan CONGREGATIO DE PROPAGANDA FIDE pada tahun
1622 ketika Paus Gregorius XV mendirikan organisasi yang bertujuan mengembangkan
dan memekarkan agama katolik Roma baik di Italia maupun di Negara-negara lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata propaganda berarti penerangan (paham,
pendapat, dan sebagainya) yang benar atau yang salah, yang dikembangkan dengan
tujuan meyakinkan orang banyak agar menganut suatu aliran paham, sikap atau arah
tindakan tertentu; biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk) (Shoelhi, 2012).

Menurut Enclyclopedia International, propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang


berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mempedulikan tentang nilai
benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan. Sedangkan menurut Enclyclopedia
Everyman’s, propaganda adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu
kepercayaan, khususnya suatu kepercayaan agama atau politik.

Berikut definisi dan pengertian propaganda dari beberapa sumber buku:


Menurut lrawanto (2004), propaganda adalah seni permainan kata-kata dalam
berkomunikasi yang rumusan pesannya dirangkai tanpa pertimbangan benar atau salah,
yang disebarkan secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu serta rencana
yang matang melalui berbagai alat komunikasi untuk memengaruhi pendapat, sikap, dan
perilaku masyarakat atau massa.

Menurut Heryanto dan Farida (2010), propaganda adalah komunikasi yang digunakan
oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif
dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu- individu, dipersatukan
secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu
organisasi.

Menurut Jacques Ellul (Nimmo, 1989), propaganda adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, partai politik, dan kepentingan untuk mencapai tujuan politik (strategis dan
taktis) dengan pesan-pesan yang lebih khas yang lebih berjangka pendek. Propaganda
digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif
atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu,
dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam
suatu organisasi.

Menurut Harold D. Lasswell (Nurudin, 2004), propaganda adalah semata-mata kontrol


opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan
pendapat yang konkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-
gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial.

Menurut Ralp D. Casey (Nurudin, 2004), propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sengaja dan sadar untuk memantapkan suatu sikap atau merupakan suatu
pendapat yang berkaitan dengan suatu doktrin atau program dan di pihak lain,
merupakan usaha yang sadar dari lembaga-lembaga komunikasi untuk menyebarkan
fakta dalam semangat objektivitas dan kejujuran.

Tujuan Propaganda

Menurut Liliweri (2011) tujuan propaganda adalah:


1. Mempengaruhi Opini Publik. Propaganda tidak saja sekadar bertujuan untuk
mengkomunikasikan fakta-fakta kepada publik, tetapi juga fakta-fakta yang
mempengaruhi opini publik terhadap suatu isu tertentu. Perubahan pendapat umum itu
bisa positif bisa juga negatif.

2. Memanipulasi Emosi. Propaganda dapat dilakukan melalui beberapa teknik


manipulasi emosi, bahkan sering dilakukan dengan cara yang membahayakan. Melalui
teknik propaganda para propagandis memanipulasi kata, suara, simbol, pesan non
verbal agar dapat membangkitkan emosi audience.

Jenis-jenis Propaganda

Menurut Sastropoetro (1991), berdasarkan sifatnya propaganda dibagi menjadi tiga


jenis, yaitu:

1. Black propaganda, yaitu propaganda terbuka dimana menyerang narasumber yang


dikenai propaganda secara terang-terangan atau terbuka.

2. White propaganda, yaitu propaganda tertutup atau dilakukan secara sembunyi-


sembunyi. Dimana progandis tidak secara terang-terangan menyerang orang yang
dikenai propaganda.

3. Grey propaganda, yaitu propaganda yang tidak diketahui pasti sumbernya maka dapat
menimbulkan keraguan.

Menurut Shoelhi (2012), berdasarkan sumber isi pesannya propaganda dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:

1. Propaganda Tertutup, sumber propaganda ini tertutup sehingga tidak diketahui siapa
sumbernya.

2. Propaganda Terbuka, sumber propaganda ini disebutkan dengan jelas dan secara
terbuka.

3. Propaganda Tertunda, sumber propaganda ini pada mulanya dirahasiakan, tetapi


lambat laun terbuka dan jelas.
Menurut Ellul (Nurudin, 2004), berdasarkan media yang digunakan propaganda dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:

1. Propaganda vertikal, yaitu propaganda yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang
banyak dan biasanya mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.

2. Propaganda horizontal, yaitu propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu


organisasi atau kelompok kepada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap
muka/komunikasi antar personal dan biasanya tidak menggunakan media massa.

Menurut Shoelhi (2012), berdasarkan metodenya propaganda dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:

1. Coersive Propaganda, yaitu propaganda yang dilancarkan dengan metode ancaman


atau kekerasan. Target propagandanya akan melakukan sesuatu sebagai akibat rasa
takut, rasa terancam, rasa ngeri. Perasaan yang timbul karena ada sanksi-sanksi tertentu
melalui pesan yang diterimanya.

2. Persuasive Propaganda, yaitu propaganda yang menggunakan metode penyampaian


pesan-pesan yang menimbulkan rasa tertarik sehingga target propaganda senang dan
rela melakukan sesuatu.

Berdasarkan sistemnya, propaganda dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Symbolic interaction Propaganda, yaitu propaganda yang menggunakan simbol-


simbol. Propaganda jenis ini menggunakan lambang-lambang komunikasi yang penuh
arti, yaitu bahasa lisan atau tulisan, serta gambar- gambar dan isyarat-isyarat yang telah
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang jiwa target propaganda untuk
menerima pesan dan kemudian memberikan respons seperti yang diharapkan
propagandis.
2. Propaganda by the deed, yaitu propaganda yang menggunakan perbuatan nyata
untuk memaksa target menerima pesan dan melakukan tindakan sebagaimana yang
dikehendaki.

Menurut Heryanto dan Farida (2010), berdasarkan tujuannya propaganda dibagi


menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Propaganda Sosial. Tipe propaganda ini berlangsung secara berangsur-angsur, sifatnya


merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik. Melalui propaganda
orang disuntik dengan suatu cara hidup atau ideologi. Hasilnya, suatu konsepsi umum
tentang masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa
orang yang dianggap sebagai penyimpang (deviants).

2. Propaganda Politik. Merupakan propaganda yang dilakukan oleh pemerintah, partai


politik dan kelompok kepentingan untuk membentuk dan membina opini publik dalam
mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan khas yang lebih
berjangka pendek. Propaganda politik berupa kegiatan komunikasi politik yang
dilakukan secara terencana dan sistematik dengan menggunakan sugesti
(mempermainkan emosi) untuk memengaruhi, membentuk, atau membina opini publik.

3. Propaganda Agitasi. Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia


memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa
mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu
rangkaian. Biasanya propaganda jenis ini diisi dengan sejumlah doktrin bahkan upaya
cuci otak guna mendapatkan loyalitas dari target atau sasaran propaganda.

4. Propaganda Integrasi. Merupakan propaganda untuk menggalang kesesuaian di dalam


mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang mengabdikan diri
kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.
Propaganda ini biasanya berorientasi pada loyalitas jangka panjang. Propaganda ini
mirip jenis propaganda sosial yang bekerja tidak dalam hitungan hari atau minggu
melainkan dalam suatu rentang yang panjang dan bertahap.
Teknik-teknik Propaganda

Menurut Decker, dalam melakukan propaganda diperlukan teknik-teknik agar tujuan


propaganda dapat diterima oleh pihak yang dimaksud. Adapun teknis-teknik
propaganda antara lain adalah sebagai berikut (Heryanto dan Farida, 2010):

1. Name calling. Teknik ini memberi cap buruk pada individu, kelompok, bangsa, ras,
kebijakan-kebijakan, para praktisi, kepercayaan, dan cita-cita tertentu. Tujuan dari
teknik ini adalah agar pembaca atau pendengar dapat menolak atau mengutuk objek
dari propaganda tersebut. Propagandisnya berusaha membangkitkan kebencian dan
ketakjuban masyarakat terhadap sesuatu.

2. Glittering Generalities. Teknik propaganda ini menyamakan sesuatu yang


dipropagandakan dengan tujuan-tujuan mulia, luhur, dan biasanya selalu menggunakan
pernyataan-pernyataan yang mengesankan kebajikan. Pelaku propaganda berusaha
membangkitkan perasaan cinta, keikhlasan, dan perasaan terlibat langsung kepada hati
masyarakat terhadap program atau kepentingan tertentu.

3. Testimonial. Teknik ini memberi suatu kesaksian mengenai kebaikan atau keburukan
sesuatu. Dengan memberikan kesaksian yang dimaksudkan tujuannya untuk
memengaruhi massa agar mengikutinya.

4. Transfer. Teknik propaganda yang menggunakan pengaruh dari seseorang tokoh yang
paling berwibawa di lingkungan tertentu. Teknik ini memanfaatkan wibawa,
kesepakatan, dan kehormatan sebagai sarana untuk memperkuat penerimaan
masyarakat dalam propaganda. Biasanya dalam teknik ini berlaku sistem simbol, seperti
bendera melambangkan bangsa.

5. Card Stacking. Teknik ini mengarahkan masyarakat kepada keadaan pemikiran yang
dikehendaki. Dalam teknik ini digunakan seni mengelabui demi kepentingan kelompok,
bangsa, perbuatan, kepercayaan, atau cita-cita.

6. Plain Folkz. Teknik semacam ini adalah dilakukan dengan usaha merakyat dan
menyederhana guna merebut kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini para politisi,
pemimpin suatu organisasi, usahawan, pejabat-pejabat negara atau bahkan guru tampil
di tengah-tengah masyarakat seolah-olah sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.

7. Band Wagon technique. Teknik yang bertujuan untuk membuat orang agar mengikuti
tindakan banyak orang yang sudah sesuai dengan kehendak pembuat propaganda.

8. Reputable Mouthpiece. Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang


tidak sesuai kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seorang yang menyanjung
pemimpin, akan tetapi tidak tulus.

9. Using All Form of Persuations. Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain
dengan rayuan, himbauan, dan iming-iming. Teknik propaganda ini sering digunakan
dalam pemilu.

Propaganda dalam Perspektif Politik

Sebagai sebuah upaya untuk mengkooptasi masyarakat dengan kemampuan narasi dan
persuasi maka propaganda memerlukan beberapa pendekatan agar apa yang
dikampanyekan efektif. Dalam merumuskan kampanye persuasi, propagandis
menggunakan beberapa pendekatan dan melakukan kajian analisis terkait dengan
segmen kampanye, kahalayak yang dituju, pesan dan dikosntruksi serta apa yang
diinginkan oleh khalayak.

Menggunakan pendekatan teori komunikasi Harold Lasswel (Siapa mengatakan apa,


menggunakan saluran apa, kepada siapa dan menghasilkan apa) komponen utama
dalam merumuskan narasi kampanye atau propaganda adalah:

1. Komunikator (who)

Komunikator memiliki peranan yang sangat vital dalam menyampaikan informasi kepada
khalayak. Penerimaan public tidak hanya pada pesan yang disampaikan tetapi juga
melihat siapa yang menyampaiakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa
kriteria yang harus dimiliki oleh komunikator.
a. Status Komunikator, setiap orang memiliki identitas tersendiri dengan tingkat
pengaruh yang berbeda serta membawa prestise yang berbeda pula. Semakin tinggi
status maka akan berbanding lurus dengan dampak persuasi yang ditimbulkan. Seorang
professor misalnya Ketika memberikan analisis politik serta pendapatnya akan memiliki
dampak persuasi yang lebih luas karena pengakuan pada status akademiknya yang
tinggi.

b. kredibilitas Komunikator, khalayak mempersepsi komunikator dengan berbagai cara.


Sejauh komunikator mempersiapkan diri dengan baik berupa keahlian,kompetisi, track
record yang bagus, dapat dipercaya maka akan lebih dari cukup untuk mempersuasi
public. Semakin kredibel seorang komunikator maka akan semakin persuasive.

c. Daya Tarik komunikator, identitas dan kredibilitas komunikator membuatnya lebih


mudah diterima oleh public, tetapi daya Tarik berupa kepribadian, wajah menawan,
kepercayaan diri dan kesempurnaan fisik juga membantu dalam proses penyampaian
propaganda tersebut.

2. Pesan

Pesan sebagai inti informasi persuasi yang disampaikan pada public harus disusun
dengan cermat dengan pertimbangan yang matang. Ada dua komponen utama yang
harus diperhatikan yakni:

a. isi Pesan, setiap pesan yang diproduksi harus memenuhi ekspektasi public karena
pesan yang tidak sesuai dengan keinginan public akan mudah tertolak. Pesan juga harus
memiliki ketegasan dan sederhana sehingga mudah dipahamai serta memiliki kesan
yang kuat. Isi pesan yang pendek dapat menjadi pilihan propagandis agar mudah diingat
oleh public. Beberapa isi pesan harus dilengkapi dengan data dan fakta atau argument
untuk semakin meyakinkan public. Isi pesan tidak boleh terlepas dari data dan fakta
apalagi melakukan blunder dengan pesan hoax.

b. Struktur Pesan, berbagai macam literatur memiliki perspektif berbeda tentang


penempatan pesan penting apakah diletakkan diawal kalimat atau diletakkan paling
belakang. Tentu hal ini disesuaikan dengan teks dan konteks dari pesan yang disusun.

3. media yang digunakan


Penggunaan media pada era ini hamper tidak bisa dielakkan dalam proses transfer
informasi (propaganda politik). Akan tetapi tidak semua media efektif digunakan dalam
menyebarkan propaganda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penyebaran
propaganda efektif dan efisien.

a. media favorit (media yang paling digemari oleh public)

pemilihan media perlu dilakukan kajian dan analisis sehingga isi pesan dapat disesuaikan
dengan paltfrom media. Decade ini ada penurunan minat pada televisi, radio dan surat
kabar sehingga penyampaian informasi pada kanal kanal tersebut menjadi kurang efektif
terutama pada kalangan millennial. Untuk generasi tua penggunaan media konvensional
masih cukup efektif, meski ada kecenderungan berpindah ke platform media sosial
seperti facebook.

b. kredibilitas media, banyak pesa propaganda tertolak karena media yang


menyampaikan bukanlah media yang kredibel. Oleh karena itu perlu dipilih dan dipilah
dalam menentukan media yang kredibel. Meskipun begitu terkadang kredibilitas itu
bersifat subjektif, sesuai dengan keinginan individu. Karena sebenarnya setiap individu
memiliki kecenderungan hanya ingin mendengarkan apa yang ingin didengarkan saja.

c. kesesuaian media, sesuaiakan media dengan segmentasi propaganda. Jika tujuan


propaganda untuk mengkoooptasi millennial maka yang diperlukan adalah media sosial
seperti Instagram, twitter dan tiktok misalnya. Jika hendak menyasar generasi paruh
baya maka media sosial fesbuk dan twitter akan lebih cocok.

Anda mungkin juga menyukai