Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PROPAGANDA

IPAS

Guru Pembimbing :
Dra. Nefoyati, MM

Disusun oleh :
Kelompok 1
Ferrel Yulius Putra
Hana Ratna Ayu (Koordinator)
Isak Herdiansyah
Muhammad Ryan Alghifari
Rizky Surya Agustian
Saskia Nurul Ismi

SMK NEGERI 1 CIMAHI


JURUSAN INSTRUMENTASI DAN OTOMASI PROSES X-B
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha esa,karena rahmat an hidayatnya kami
bisa menyelesaikan makalah berjudul “Propaganda” ini

Propaganda (dalam bahasa Latin modern: "propagare" diartikan "mengembangkan" atau


"memekarkan")[1] merupakan serangkaian pesan dengan tujuan agar dapat memengaruhi pendapat
seseorang, tindakan masyarakat atau sekelompok orang. Informasi dari propaganda tidak
disampaikan secara obyektif, melainkan informasi yang diberikan dibangun dengan tujuan agar dapat
memengaruhi pihak-pihak yang mendengar maupun yang melihatnya.

Source : Propaganda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang…………………………………………...…...1

BAB II PEMBAHASAN
1. Kajian Propaganda.................................................................. 2

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan…………………………………………………..3

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang Masalah

Istilah propaganda dan perang urat syaraf mungkin sering kita dengar dari percakapan
dan kita baca dari surat kabar, buku atau sumber lain. Propaganda seringkali ditafsirkan
sebagai suatu kegiatan atau tindakan yang negative. Istilah propaganda acapkali membentuk
pola pikir (mindset) sebagai tindakan yang buruk.

Mungkin kita sering mendengar ungkapan seperti, “Si A telah berusaha


mempropagandai si B.” Atau ungkapan lain seperti, “Jangan sampai kamu terpropaganda
oleh ucapan si Polan.”

Sama halnya dengan istilah “Perang Urat Syaraf” yang diterjemahkan dari istilah asing,
Psychological Warfare, juga dianggap sebagai suatu kegiatan yang cenderung negative, atau
kegiatan yang sekedar menakuti orang lain.

Masing-masing istilah tersebut, bisa saja menggambarkan suatu hal negative di dalam
pikiran seseorang. Apalagi jika keduanya dipadukan menjadi Propaganda dan Perang Urat
Syaraf. Akibatnya, banyak orang yang enggan mempelajari kedua hal tersebut.

Propaganda dan Perang Urat Syaraf (Psychological Warfare) atau Psywar merupakan
istilah-istilah yang sering diartikan sebagai suatu kegiatan yang negatif. Harold D. Lasswell
melakukan penelitian kegiatan propaganda pada perang dunia pertama yang kemudian
dituangkan dalam sebuah buku pada tahun 1927 yang berjudul Propaganda Technique in The
World War. Namun, banyak para pengulas yang menginginkan buku tersebut dihancurkan
karena adanya semacam ketakutan memandang teknik-teknik propaganda setelah perang
dunia I.

Propaganda dan Psywar menjadi dua hal yang ditabukan dan seringkali berkaitan dengan
kepentingan politik. Misalnya saja propaganda Hitler dalam memengaruhi bangsa Jerman
dengan paham Nazi (Nazional socialism). Propaganda ini dilakukan secara intensif bersama
dengan menteri propagandanya yakni Joseph Goebbels. Untuk menyebarkan ideologi fasisme
(nazi) terutama untuk merebut, meraih, memperluas, dan mempertahankan kekuasaannya,
Hitler melakukannya dengan berbagai kebohongan dan ancaman. Sejak saat itu, menurut
Ardial (2009) propaganda dikotonosikan sebagai hal negatif karena propaganda yang
dilakukan Hitler tersebut memakan banyak korban jiwa. Bahkan Amerika serikat dan semua
negara demokrasi yang dipeloporinya sangat anti terhadap kegiatan propaganda.
Dalam ilmu komunikasi, ilmu tentang propaganda dan psywar dianggap tidak memiliki
manfaat yang berarti. Propaganda nampaknya lebih cocok untuk orang yang mendalami
kegiatan perang dan dunia kemiliteran. Lasswell dalam Severin dan Tankard Jr. (2007)
berpendapat bahwa tujuan utama propaganda adalah

1. Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musuh

2. Untuk melestarikan persahabatan sekutu

3. Untuk mempertahankan persahabatan, menjalin kerja sama

4. Untuk menghancurkan semangat musuh

Dari tujuan yang telah diuraikan Lasswell tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
propaganda hanya dilakukan disaat terjadi konflik, permusuhan ataupun peperangan antara satu pihak
dengan pihak lainnya

Namun, bila dilihat lebih dalam, propaganda tidak hanya dilakukan ketika perang. Propaganda
dapat dilakukan disituasi apa pun untuk memengaruhi pihak lain agar melakukan sesuatu sesuai
dengan keinginan si propagandis. Lasswell pun kemudian menguraikan definisi propaganda secara
luas,yaitu “propaganda dalam arti yang paling luas adalah teknik memengaruhi tindakan manusia
dengan memanipulasi representasi (penyajian). Representasi bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar atau
musik.” (Severin; Tankard Jr, 2007).

L. John Martin mendefinisikan propaganda sebagai kegiatan komunikasi persuasif sebuah


pemerintahan yang ditujukan kepada khalayak asing. Namun karena memiliki konotasi yang buruk,
istilah ini diganti dengan kata yang lebih halus seperti program informasi atau kegiatan kebudayaan
(Malik; Rakhmat; dan Soelhi, 1993). Edward Baynes bahkan menyebut kegiatan propaganda
bukanlah hal yang patut untuk dicela karena memengaruhi kita dengan kebohongan, karena
menurutnya propaganda merupakan suatu usaha terorganisasi untuk menyebarluaskan suatu
kepercayaan atau opini.

1.1 Pertanyaan
Dari latar belakang tersebut, timbul pertanyaan dalam benak penulis,diantaranya

1. Apa yang menjadi kajian pokok dalam kajian ilmu propaganda?


2. Bagaimana sejarah propaganda?
BAB II
2.A Kajian Pokok Propaganda

Istilah komunikasi bagi masyarakat umum sudah tidak asing lagi, bahkankomunikasi dianggap
sebagai hal yang rutin dalam kegiatan manusia.

Secara estimologi komunikasi berasal dari bahasa latin communication. Asal kata communis
yaitu sama, kesamaan arti atau makna mengenai sesuatu. Secara terminologi komunikasi adalah
proses penyampaian pernyataan oleh seorang kepada manusia lagi. Secara pragmatis komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau
untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
berbagai macam pengertiannya ditentukan berdasarkan cakrawala pandangan atau keahlian. Hal itu
terjadi karena masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda-beda sehingga para ahli
cenderung melihat fenomena melalui sudut pandang mereka sendiri, karena nilai-nilai yang mereka
miliki juga berbeda. Pengertian komunikasi yang mereka berikan bisa saja berubah dan berkembang
mengikuti peradaban, kebudayaan, keterampilan ilmu pengetahuan teknologi.

Mendefinisikan komunikasi sebagai proses sosial di mana individu-individu menggunakan


simbol-simbol untuk menciptakan atau menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Definisi West dan Turner memiliki lima kata kunci yaitu sosial, proses, simbol, makna, dan
lingkungan.

Komunikasi selalu melibatkan manusia dan terjadi interaksi dengan berbagai niat, motivasi, dan
kemampuan. Komunikasi juga bersifat dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah.

Simbol adalah label atau representasi dari fenomena, simbol biasanya sudah disepakati oleh
suatu kelompok tetapi mungkin tidak dimengerti oleh kelompok lain. Sedangkan makna adalah yang
diambil orang dari suatu pesan, pesan dapat memilih dari satu makna. Sedangkan lingkungan adalah
situasi atau konteks di mana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri dari beberapa elemen seperti
waktu, tempat, periode sejarah dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar.

Definisi komunikasi begitu banyak, salah satunya yang dikemukakan oleh A.M Hoeta Soehoet
(2002:2), “Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam
menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain.

Setiap orang yang melakukan tindak komunikasi pasti mempunyai alasan. Alasan atau yang
mendorong seseorang untuk menyampaikan isi pernyataannya disebut sebagai motif komunikasi.
Menurut Hoeta Soehoet ada enam macam gradasi intensitas (tingkat kekuatan) yang dapat dicapai isi
pernyataan, yaitu Pemberitahuan, Penerangan, Pembujukan atau persuasi, Propaganda, Agitasi dan
Indoktrinasi.
Dari paparan diatas terlihat bahwa propaganda merupakan tingkat gradasi ke empat, kandungan
propaganda dapat berupa fakta dan non fakta. Propaganda dilakukan untuk kepentingan komunikator
dengan tujuan agar komunikan melaksanakan isi pernyataan untuk kepentingan komunikator. Jadi
propaganda sama halnya sebagai komunikasi berisi fakta, ditambah dengan non fakta dan persuasi
atau bujukan.

Ilmu komunikasi teoritika ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi
pernyataan kepada manusia lain sedangkan ilmu komunikasi pratika adalah ilmu yang mempelajari
penggunaan ilmu komunikasi teoritika, digunakan untuk mencapai beberapa tujuan hidup lalu dari
ilmu komunikasi teoritika dapat disusun lebih dari satu ilmu komunikasi pratika (Hoeta Shoehoet
2002.16-17,) dengan ini lahir beberapa ilmu komunikasi pratika yang digunakan atau diaplikasikan
sesuai dengan beberapa tujuan hidup dalam usaha manusia untuk mencapai atau memperoleh
kebahagian. Di antaranya termasuk ke dalam ilmu perang urat syaraf, ilmu propaganda dan retorika

Ilmu tersebut digunakan untuk mencapai kebahagian dibidang politik dan militer, objek
kajiannya adalah bagaimana cara menyampaikan isi peryataan supaya musuh sudah menyerah
sebelum dilakukan kekuatan senjata hal ini memberikan kesan sekedar untuk menakuti pihak lawan
supaya takluk dan tidak melawan lagi.

Ilmu propaganda adalah salah satu ilmu komunikasi praktika, ilmu teoritika adalah ilmu
komunikasi teoritika, ilmu teoritika ini digunakan untuk mencapai kebahagian di bidang politik.
Objek kejiannya adalah bagaimana cara menyampaikan isi pernyataan agar komunikator memahami
isi pernyataan tersebut sebagaimana dimaksud oleh komunikator dan komunikan melaksanakan
kepentingan komunikator.

Ilmu retorika adalah imu salah satu ilmu komunikasi praktika, ilmu teoritikannya adalah ilmu
komunikasi teoritika. Ilmu teoritika ini digunakan untuk mencapai kebahagian di bidang komunikasi
lisan, objek kajiannya bagaimana cara menyampaikan isi pernyataan dengan lisan agar komunikan
memahami apa yang dimaksud oleh komunikator (Hoeta Shoehoet 2002.19). Retorika disebut sebagai
ilmu yang menyebutkan sebagai ilmu berbicara atau ilmu bertutur kata, tetapi ilmu ini sering diaggap
orang sebagai ilmu yang negatif, seperti yang dikemukakan Y.B Mangunwijaya 2002-V Retorika kita
anggap sebagai ilmu yang biasa dalam penyampaikan katanya tetapi jika kita lihat lebih dalam lagi
ilmu ini sangat mengepentingkan makna dan arti dalam kata itu.
2.B Sejarah Propaganda

Pengertian kata propaganda sangat erat hubungannya dengan sejarah perkembangan agama
Nasrani, yaitu kegiatan para Misionaris/Apostel yang memasuki segala pelosok dunia untuk
menyebarkan kebesaran dan kesucian Tuhan pada seluruh umat manusia. Penggunaan kata
propaganda secara popular pertama kali digunakan untuk penyebaran agama Kristen oleh Paus
Gregorius ke XV dalam dekritnya yang menirikan badan bernama: “Socra Congregatio de
Propaganda Fide atau Sacred Congregation for Propagation of the Faith”, yang dalam hal ini
penyebaran agama Kristen Roma Katolik. Badan tersebut diperuntukan untuk menumbuhkan
keimanan Kristiani di antara bangsa-bangsa lain, dimana para missioner ditugasi untuk menyebarkan
doktrin. Socra Congregatio de Propaganda Fide didirikan saat terjadinya reformasi, ketika berbagai
kelompok membelot dari Gereja Katolik dan jemaat tersebut adalah bagian dari gereka kontra-
Reformasi. Isu besar dalam periode ini adalah pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama
sebagai sumber ilmu tentang dunia. Salah satu tokoh utamanya adalah Galileo dengan argumennya
bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Nama lembaga yang didirikan Paus itu kemudian mempopulerkan kata propaganda. Adapun
tugas dari lembaga tersebut antara lain untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk penyebaran agama
katolik, mempersiapkan tenaga-tenaga untuk ditugaskan sebagai penyebar agama
katolik,mempersiapkan dan menentukan metode penyebaran agama katolik yang disesuaikan dengan
sasaran, menampung dan mempelajari laporan-laporan para penyebar serta mengevaluasi segala
kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat disempurnakan menjadi lebih baik.

Pada dasarnya, suatu propaganda sebagai bagian dari kegiatan komunikasi seharusnya
merupakan “symbolic interaction”dengan menggunakan lambang-lambang komunikasi yang penuh
arti. Hal tersebut sebaiknya telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang jiwa
komunikan untuk menerima pesan dan kemudian memberikan reaksinya yang pada akhirnya
menumbuhkan hasil/efek seperti yang telah direncanakan oleh komunikator. Dimana kegiatan ini
bersifat kejiwaan atau psikologis. Namun karena perkembangan dari ilmu itu sendiri sesuai dengan
zamannya, maka kenyataan itu merupakan fakta untuk diterima, bertujuan untuk merubah
sikap,pandangan, dan tingkah laku komunikan.

Propaganda pada dasarnya bersifat persuasi. Metode yang menggunakan himbauan, rayuan,
ajakan yang bertujuan agar komunikan dengan senang hati atau sukarela melakukan sesuatu sesuai
dengan pola yang ditentukan oleh komunikator. Persuasi merupakan suatu gejala psikologis, dimana
terjadi penggerakan jiwa untuk melakukan sesuatu dengan rela dan kehendak sendiri.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, propaganda pertama kali tercetus pada saat Paus
mendirikan lembaga Socra Congregatio de Propaganda Fide. Propaganda dianggap lahir sebagai
istilah dalam konteks penyebaran agama. Namun pada akhirnya propaganda lebih banyak dilakukan
untuk menanamkan suatu ajaran politik dalam rangka mencari dukungan dan kekuasaan. Hal inilah
yang membuat konteks propaganda memperoleh citra buruk.
Dalam meninjau kajian pokok propaganda, dari istilah propaganda itu sendiri dapat ditarik suatu
landasan mengenai objek kajian pokok propaganda. Dalam kaitan itu,R.M. Simatupang mengatakan,
beragam alasan orang melakukan berbagai kegiatan propaganda baik di bidang politik, ekonomi,
agama, dan lain-lain. Menurutnya persoalan pokok di dalam propaganda adalah bagaimana
mempengaruhi dan menguasai pikiran manusia (Deppen RI,1995:31). Mempengaruhi dalam hal ini
berarti adanya suatu kekuatan di dalam diri seseorang yang berperan sebagai propagandis untuk
mengarahkan atau menanamkan sesuatu pada orang lain (propaganda). Arahan ini bisa dalam bentuk
pengertian atau pemahaman mengenai suatu objek dalam pesan yang disampaikan. Sedangkan
menguasai berarti dapat mengarahkan pemahaman untuk ditindaklanjuti dalam propaganda. Tindakan
yang dimaksud tentu saja dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan propagandis. Dengan
demikian, propaganda mempunyai target sampai pada tingkah laku atau perbuatan orang yang
dipropagandai, sesuai dengan yang diarahkan, diinginkan,atau kepentingan dari orang yang
mempropagandai.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi jalan pikiran manusia. Bisa dengan kata
kata rayuan, menjanjikan suatu hal, atau bisa pula dengan cara mengungkapkan sesuatu sedemikian
rupa supaya dia merasakan sesuatu yang buruk terhadap dirinya dan ada rasa takut yang dapat
menekan tindakannya. Setelah jalan pikiran komunikan berhasil dikendalikan, dengan sendirinya
tindakan-tindakannya dikuasai komunikator. Dengan demikian, kegiatan propaganda dengan
hakekatnya mengehendaki sampai seseorang melakukan sesuatu seperti yang diarahkan atau yang
diinginkan, bukan hanya sekedar pesan diterima oleh komunikan. Sebuah propaganda dikatakan
berhasil terwujud ketika seorang komunikan telah memahami, menerima, menyetujui dan
merealisasikan tindakannya.

Lalu, sejak kapan propaganda dilakukan? Jawaban yang diberikan bisa bermacammacam dengan
alasan yang beragam. Namun, hakekat jawaban tersebut harus menggambarkan suatu awal tindakan
manusia yang dapat disebut sebagai tindakan atau kegiatan propaganda. Ada yang menyebutkan
propaganda pertama kali terjadi sejak Tuhan menciptakan manusia, Adam dan Hawa. Tuhan melarang
Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Ular yang cerdik
mempengaruhi Hawa, sehingga Hawa berhasil dibujuk kemudian mau memetik dan memakan buah
terlarang itu. Lalu Hawa mempengaruhi Adam, yang akhirnya Adam juga mau memakan buah yang
disodorkan Hawa. Apakah hal tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah propaganda?
BAB III
Ilmu Propaganda merupakan salah satu ilmu praktika dalam ilmu komunikasi. Begitu pula
dengan ilmu perang urat syaraf.

Propaganda memiliki kajian pokok,”How to influence and to control the mind’s of men”-
Bagaimana mempengaruhi dan menguasai pikiran manusia. Tindakan ini sebagai bagian dari upaya
membujuk orang lain agar mengikuti atau melakukan sesuai keinginan propagandis.

Propaganda telah dilakukan pada awal penciptaan manusia ketika Hawa berhasil mempengaruhi
Adam untuk memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Tuhan. Sedangkan sejarah propaganda
diawali pada lingkungan agama khatolik ketika Paus Gregorius XV mendirikan lembaga Sacra
Congregatio de Propaganda Fide pada awal abad ke 17. Jadi istilah propaganda lahir dalam upaya
penyebaran suatu keyakinan. Namun pada abad berikutnya propaganda justru lebih banyak digunakan
dalam tujuan politik, sehingga propaganda lebih berkembang di bidang politik.

Anda mungkin juga menyukai