KOMUNIKASI POLITIK
OLEH:
LATHIFA KAMILA
0802518156
MD 18 B
Jenis propaganda:
Teknik-teknik Propaganda
1. Nama Calling (memberi label buruk agar orang menolak tanpa menguji kenyataannya)
2. Glittering Generalities (menggunakan kata yang baik untuk mendapat dukungan tanpa
menyelidiki ketepatan asosiasi tersebut)
3. Card Stacking (memilih penyataan yang akurat, tidak akurat, logis, tidak logis)
4. Plain Folks (imbauan bahwa pembicara berpihak pada khalayaknya secara kolaboratif)
5. Band Wagon (usaha untuk meyakinkan khalayak agar gagasannya diterima dan banyak
yang turut serta dalam gagasannya tersebut)
6. Testimonial (perkataan manusia yang dihormati/dibenci mengenai ide baik/buruk)
Dalam mekanisme propaganda terdapat dua model yaitu yang pertama adalah di mana
ketika suatu negara ingin mempengaruhi negara lain dengan melakukan propaganda melalui
kelompok sosial atau organisasi dalam negara tersebut sehingga masyarakat di sana dapat
mendesak pemerintahnya untuk mengubah kebijakan terhadap negara yang melakukan
propaganda sesuai keinginan. Kemudian pada model kedua adalah ketika proses propaganda
terdapat tindakan sebaliknya dari negara yang menjadi target propaganda dan jika masyarakat
negara yang melakukan propaganda melakukan propaganda langsung terhadap negara yang dituju.
Di mana jika negara yang dilakukan propaganda melakukan perubahan maka negara yang
melakukan propaganda juga diharapkan akan mengubah kebijakannya terhadap kelompok dan
organisasi dalam negaranya sendiri.
Teknik propaganda telah dipakai sejak lama di mana penguasa zaman dahulu merasa harus
membangun citra dirinya dihadapan rakyatnya. Meskipun gambaran tertulis menyatakan bahwa
sifat penguasa zaman dahulu adil dan jujur, namun nyatanya sifat otoriter dan kejam masih sering
muncul dalam diri penguasa lama sehingga mirip dengan penguasa modern yang ingin dilukiskan
sebagai penguasa yang baik. Studi mengenai propaganda di Athena berkembang pada tahun 500
SM yang saat itu disebut sebagai retorika dan teknik para orator. Di mana retorika disimpulkan
sebagai pembuat argumen orator lebih persuasif, mendesign propaganda sebagai tandingan dari
musuh, dan mengajari siswa bagaimana mendeteksi logika salah dan seruan emosional demagog.
Sedangkan pada teori modern yang muncul kembali setelah Revolusi Industri dimulai
dengan studi tentang pemanfaatan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Dimulai tahun 1930-
an lah survey konsumen dan opini publik muncul di mana setiap variabel mempengaruhi opini,
keyakinan, sifat, dan perilaku konsumen. Kemudian Harold Lasswell menganalisa propaganda
secara besar-besaran yang dilakukan berbagai negara pada Perang Dunia I di mana mulai puncul
studi propaganda komunis dan berbagai bentuk komunikasi. Pada Perang Dunia II dan Perang
Dingin, banyak peneliti dan penulis yang melakukan propaganda.
Perjalanan sejarah teori propaganda ini memiliki satu benang merah di mana terdapat satu
pihak yang berusaha membentuk pikiran massa demi keuntungan penguasa dan merekalah yang
merancang teori serta konsep propaganda. Di pihak lainnya terdapat objek sasaran propaganda
yang menjadi kelinci percobaan teori lama dan teori modern. Meskipun banyak kritikan mengenai
mereka yang memanfaatkan rendahnya pendidikan masyarakat demi keuntungan penguasa.
Kesimpulan dari review di atas ialah bahwa propaganda adalah bentuk komunikasi yang
erat kaitannya dengan politik dan memiliki tujuan untuk mempengaruhi dan memanipulasi orang
lain agar dapat menerima suatu ideology dan pandangan tertentu sesuai keinginan propagandis.
Melalui propaganda, propagandis dapat mengatur opini serta tindakan publik. Sehingga hal inilah
yang membuat propaganda sering digunakan untuk kepentingan segelintir pihak saja tanpa
mempedulikan pihak lainnya. Kegiatan propaganda telah dilakukan sejak zaman dahulu yang
mana teori propaganda terus berkembang hingga zaman modern saat ini. Pada teori lama,
propaganda erat kaitannya dengan retorika dan penyampaian argument secara logis dan humor.
Sedangkan teori modern berfokus pada keuntungan satu pihak penguasa dengan cara membangun
dan mempengaruhi pikiran serta perilaku publik.