Anda di halaman 1dari 23

Jurnalistik 7A & 7C

Propaganda
Sebagai pesan dalam
komunikasi politik
Kelompok 5:
Mila Pertiwi –
11190511000075
Muhammad Ilham Balindra
– 11190511000074
Muhammad Fahrur Rozi –
11190511000095
Nabilla Riyadi Pertiwi Putri -
11190511000103
Pembahasan:
01 02 03
Perbedaan Jenis-Jenis
Definisi Propaganda dengan
Kampanye
04 06
05
Teknik Prinsip Propaganda
Studi Kasus melalui Media Massa
Apa itu
Propaganda
01
Definisi
Propaganda
Propaganda
• Propaganda berasal (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan
untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok
orang.

• Secara etimologis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, propaganda


berarti penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau
salah, yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang banyak agar
menganut suatu aliran paham, sikap atau arah tindakan tertentu; biasanya
disertai dengan janji yang muluk-muluk. (Shoelhi, 2012: 34).

• Lebih lanjut, Josef Goebbels (1934) menyatakan bahwa propaganda


merupakan sarana komunikasi massa untuk mencapai tujuan; perubahan,
sikap, pendapat dan tindakan orang banyak yang menjadi target propaganda
sesuai dengan yang dikehendaki (pemimpin propaganda).
Propaganda
• Pada dasarnya suatu propaganda sebagai bagian dari kegiatan komunikasi yang
seharusnya merupakan “symbolic interaction”.

• Propaganda pada dasarnya bersifat persuasi. Metode persuasi menggunakan


“iming-iming”, namun ada penekanan efek buruk.

• Dalam perspektif komunikasi internasional, propaganda lebih ditujukan untuk


menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain atau masyarakat
internasional secara keseluruhan.
02
Perbedaan
Propaganda
vs Kampanye
Perbedaan Propaganda vs Kampanye
Secara garis besar sebenarnya antara kampanye dan propaganda tidaklah terlalu berbeda.
Faktor yang membuatnya nampak berbeda ialah faktor metode dan pendekatan yang
digunakan. Secara metodenya, kampanye sebagai salah satu budaya politik yang
berkembang di Indonesia bersifat lebih persuasif karena pasti setiap kampanye selalu
dibarengi dengan adanya bujukan serta iming-iming menarik. Sedangkan propaganda
sebagai contoh agitasi politik, walaupun sebenarnya juga bersifat sangat persuasif, namun
lebih sering dibarengi dengan penekanan pada efek buruk yang mungkin terjadi apabila
publik mengikuti ide propaganda.
Selain masalah metode pendekatan, faktor durasi dan masa pelaksanaan kampanye dan
propaganda juga berbeda. Kampanye berlangsung dalam waktu singkat karena terbatas
dalam masa tertentu misalnya masa jenis-jenis Pemilu atau Pilkada. Sedangkan propaganda
berlangsung sangat lama dan tidak berbatas waktu. Contoh indoktrinasi politik propaganda
konkret yaitu propaganda program KB atau Keluarga Berencana dengan slogan “Keluarga
bahagia sejahtera, dua anak cukup laki-perempuan saja” yang sudah berlangsung bertahun-
tahun lamanya. Penanaman ide program KB ada di mana saja dan kapan saja bahkan
menjadi ikonik.
Secara singkat, perbedaan kampanye dan propaganda hampir mirip dengan perbedaan
sosialisasi politik dan indoktrinasi politik, yaitu:

1. Kampanye melakukan pendekatan persuasif dengan iming-iming menarik saja.


2. Kampanye dibatasi oleh periode tertentu.
3. Kampanye mempunyai pola khusus.
4. Propaganda melakukan pendekatan persuasif dengan iming-iming sekaligus dampak
buruknya.
5. Propaganda tidak berbatas waktu.
6. Propaganda berujuan membuat perubahan cepat.
Jenis-Jenis
Propaganda
Jenis-Jenis
Menurut Metode:
a. Coercive Propaganda: Koersif Propaganda. Dengan metode ancaman atau
bahasa kekerasan.
b. Persuasive Propaganda: Persuasif Propaganda. Dengan metode
penyampaian pesan-pesan yang menimbulkan rasa tertarik.

Menurut Jenis Kegiatan:


a. Propaganda dagang: iklan, pertunjukan, presentasi, pameran.
b. Propaganda politik mencakup penyebaran doktrin, keyakinan tertentu
c. Propaganda perang:
-war mongering (semangat perang)
-defamatory (merusak nama baik pemerintah/ negara)
-subversive (agar pemerintah bahkan negara hancur)
-psychological warfare (menakuti lawan)
d. Propaganda budaya: film, pementasan seni/ tari, pagelaran atau inovasi ilmu
pengetahuan dan pertukaran misi-misi kebudayaan.
e. Propaganda agama: bentuk khotbah, ceramah akbar, pertemuan agama,
pagelaran kegiatan keagamaan secara besar-besaran dan terbuka, tablig akbar
serta pementasan drama landasan agama.

Menurut Wilayah:
a. Propaganda regional
b. Propaganda nasional
c. Propaganda internasional
Menurut sifatnya:
a. Black Propaganda, bersifat terbuka, dimana biasanya akan menyerang narasumber
yang dikenai propaganda secara terang-terangan atau terbuka.
b. White Propaganda, bersifat tertutup, dimana para propagandis tidak secara terang-
terangan menyerang orang yang akan dikenai propaganda.
c. Grey Propaganda, propaganda yang tidak diketahui pasti narasumbernya, maka hal
ini bisa menimbulkan keraguan.

Menurut media yang digunakan:


a. Propaganda Vertikal, dilakukan oleh satu pihak kepada banyak orang dan umumnya
akan mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.
b. Propganda Horizontal, dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi ataupun
kelompok kepada anggota organisasi ataupun kelompok tersebut melalui tatap
muka atau komunikasi antar personal dan biasanya akan menggunakan media
massa.
04
Teknik-Teknik
Propaganda
Teknik Propaganda
politik
1. Name Calling, diartikan sebagai teknik umpatan. Teknik ini memberikan
sebuah ide atau label yang buruk, bertujuan agar orang menolak dan
meragukan ide tertentu tanpa mengoresksinya terlebih dahulu.

2. Glittering generalities, menggunakan kata yang baik untuk melukiskan


sesuatu agar dapat mendapat dukungan.

3. Transfer, merupakan Teknik pemakaian pengaruh dari seorang tokoh yang


paling berwibawa dilingkungan tertentu, dengan maksud menarik
keuntungan-keuntungan psikologis dari pengaruh itu.
4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk
mempromosikan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik oleh
surat kabar, tokoh terkenal dan lain-lain.

5. Plain Folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berppihak kepada


khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif.

6. Card Stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,
logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun kasus.

7. Bandwagon, usaha untuk meyakini khalayak akan kepopuleran dan


kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan turut naik.
Studi Kasus
Contoh Studi Kasus Propaganda
1. Indonesia pernah melakukan propaganda dengan musik sebagai alat perjuangan
untuk melawan agresi militer Belanda periode 1945-1949. Pada umumnya masyarakat
dapat memahami keserasian antara syair dan musik lagu 'Maju Tak Gentar, bukan hanya
melodi, harmoni, irama mars yang bersemangat, tetapi juga karena syair lagu
kedengarannya sangat patriotis dan sugestif. Dalam lagu itu kehadiran musik berfungsi
mendukung syair sehingga dicapai suasana klimaks (Sukahardjana, 1983:90).

2. Lagu 'Maju Tak Gentar' berfungsi untuk memotivasi perjuangan pemuda Indonesia
membela tanah air. Secara realitas lagu itu menampilkan sebuah potret pertempuran
pemuda Indonesia melawan Belanda dan sekutu yang secara rasional tidak seimbang
dari segi peralatan senjata. Dalam pertempuran itu tampak senapan bekas peninggalan
penjajah, bambu runcing, keris, rencong, clurit melawan senapan otomatis dan meriam.
Dengan strategi perlengkapan seadanya serta perlawanan tidak seimbang, pada
kenyataan rakyat tidak gentar seirama dengan lagu 'Maju Tak Gentar' (Soemanto,
1992:51)
3. Propaganda dalam Konflik Rusia vs Ukraina:
Kedua pihak saling menjalankan propaganda dengan menggunakan media
konvensional bahkan media sosial. Disuarakan oleh orang-orang; influencer,
buzzer, dan lain-lain.

- Kasus Pulau Ular di Ukraina


- Kasus Bernie Gores.
06
Prinsip-prinsip Proganda
Melalui Media Massa
Prinsip-prinsip:
Menurut Nimmo (Heryanto, 2015), untuk mengefektifkan propaganda politik di media massa, maka
perlu memperhatikan beberapa prinsip umum yang diturunkan dari riset mengenai pengaruh
komunikator dalam keberhasilan usaha persuasif.

01 Status Komunikator.
Semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah masyarakat,
maka akan semakin mampu melakukan persuasi. Dengan
demikian, pemilihan propagandis terutama dalam media massa
yng diorientasikan mencapai khalayak yang heterogen
membutuhkan mereka yang memiliki status yang tinggi.
02 Kredibilitas Komunikator.
Sasaran dari propaganda menciptakan persepsi mengenai komunikator dengan
beberapa cara. Mereka menciptakan persepsi bahwa sang propagandis memiliki
keahlian, dapat dipercaya, memiliki otoritas, sehingga sasaran menganggap
bahwa komunikator memiliki kredibilitas.

03 Daya Tarrik Komunikator.


Hal ini untuk meningkatkan daya Tarik persuasif, terutama berlaku pada
masyarakat yang homofili, yakni tingkat kesamaan usia, latar belakang, dan
sebagainya. Persuasi berhasil bila sasaran menciptakan persepsi seperti yang
diinginkan komunikator.
Thanks
Wassalamualaikum
Warahmatullahi
Wabarakatuh

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by
Freepik and illustrations by Storyset

Anda mungkin juga menyukai