Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“AGENDA SETTING, PROPAGANDA ISU, DAN OPINI PUBLIK”


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Poling Politik & Opini publik

Disusun Oleh:
1. Mashanum Dwi Aprilia
2. Aryanti Nur Zaimah

Dosen Pengampu:
Masduri, S.Fil.I, M.Ag

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemampuan media untuk bertindak tidak hanya sebagai ‘anjing penjaga’, tetapi
juga sebagai actor politik tidak bisa dilepaskan dari sifat dan karakteristiknya. Pertama,
media massa mampu menyebarkan pesan ke khalayak yang luas dalam waktu yang
hampir bersamaan. Kedua, media mampu membangun imaji atau citra yang
memengaruhi cara pandang seseorang. Media bukanlah cermin realitas tetapi secara
aktif mengkonstruksi realitas. Ketiga, berkaitan dengan dua hal di atas, media mampu
menciptakan apa yang sering disebut dengan sebagai agenda setting. Melalui proses
penajaman atas suatu isu dengan menegasikan isu lain, media telah membantu khalayak
Menyusun agendanya. Agenda setting mengarahkan perhatian kita pada tahap awal
proses opini publik, suatu tahap Ketika isu tersebut muncul. Artinya, kemampuan media
dalam menonjolkan suatu isu akan sangat menentukan bagaimana publik menerima isu
tersebut sebagai sesuatu yang penting dan akhirnya akan diterima sebagai agenda
publik.

Hubungan opini publik dan propaganda sangatlah erat sekali dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Laswell (1927) pernah mengatakan bahwa propaganda
semata-mata adalah kontrol opini. Ini artinya, suatu propaganda dilakukan untuk
mempengaruhi dan mengontrol opini pihak yang menjadi sasaran propaganda. Misanya,
propagandis mempropagandakan bahwa demi keadilan dan kebenaran maka demokrasi
harus ditegakkan. Awal kegiatan yang dilakukan jelas mempersiapkan opini terlebuh
dahulu dan kemudian dilontarkan untuk mempengaruhi opini publik. Jika opini publik
sudah terbentuk secara baik bahwa memang perlu ditegakkan demokrasi itu baru
kemudian akan akan terpengaruh pada sikap dan perilaku masyarakatnya. Dengan
demikian, opini publik bisa dikatakan menjadi perantara perubahan sikap dan tingkah
laku sasaran propagandis. Dengan kata lain pula, opini publik menjadi alat yang baik
dalam mewujudkan propaganda. Propaganda bertujuan untuk mempengaruhi opini
publik. Perkembangan selanjutnya, opini publik yang sudah terbentuk untuk
mendukung tujuan propaganda itu sendiri. Dalam hal ini bisa dikatakan, opini publik
merupakan alat yang dijadikan perantara propaganda. Namun begitu, propaganda juga
bisa dijadikan sasaran antara opini publik. Ini didasarkan pada asumsi bahwa
propaganda dimulai terlebih dahulu dengan menyiapkan seperangkat apa yang akan
dinyatakan. Dan apa yang dinyatakan ini adalah opini. Tetapi dalam hal ini belum
dianggap sebagai opini publik. Jadi, dimulai dengan sebuah opini, dipropagandakan,
menjadi opini publik dan perubahan sikap dan perilaku sasaran propaganda. Tulisan ini
mengkaji mengenai: 1. Teori Propaganda politik 2. Desain Isu Politik 3. Setting Opini
Publik 4. Pertarungan Ruang Publik.

BAB 2

PEMBAHASAN

1. TEORI PROPAGANDA POLITIK


Propaganda adalah metode komunikasi politik yang baik, sehingga banyak
caleg menggunakan teknik propaganda untuk kesuksesannya dalamkampanye
politik. Tidak hanya pada saat ini, pada masa lalu propaganda sering dijadikan
pilihan untuk menyebarkan ide, gagasan dan untuk memenangkan perang.
Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan oleh komunikator. Tujuan utama dalam melakukan propaganda
menurut Harold Laswell (Servin dan tankard,Jr, 129) adalah1 :
1. Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musush.
2. Untuk melestarikan persahabatan sekutu.
3. Untuk mempertahankan persahabatan dan jika mungkin untuk menjalin kerja
sama dengan pihak yang netral.
4. Untuk menghancurkan semangat musuh.
Unsur – Unsur Propaganda Politik
Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang
dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan
tertentu.2
a. Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan
kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.

1
https://www.penalutim.com/2019/02/09/pengertian-propaganda-politik-dan-tujuannya/ di akses pada 01
Mei 2023
2
Ahmad Zakiyuddin, “Teknik-Teknik Propaganda Politik Jalaludin Rakhmat”, Vol. 1, Academia Praja, 2018, H.
44-45.
b. Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai
tujuannya dengan efektif.
c. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari
komunikan.
d. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang
hendak dicapai.
e. Dilakukan secara terus menerus.
f. Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.
g. Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku
individu/kelompok, dengan teknik - teknik memengaruhi.
h. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda
yang bersangkutan.
i. Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, propaganda seperti halnya
komunikasi, sangat membutuhkan teknik. Sebab dengan teknik yang tepat akan
menghasilkan capaian yang optimal seperti yang diharapkan oleh propagandis.
Ini juga sangat berkait erat dengan objek sasaran yang dituju. Dalam menghadapi
masyarakat yang tingkat pendidikannya belum begitu tinggi, teknik
berkomunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif disbanding dengan
komunikasi lewat media massa. Sama saja ketika orang tua sedang melakukan
komunikasi dengan anaknya. Jika komunikasi itu akan menghasilkan sesuai yang
diharapkan orang tua, ia harus melihat keadaan objeknya. Tentu ini akan
mendasari pula pemilihan teknik berkomunikasi jika yang dihadapi anak remaja
dan kanak-kanak. Fakta inilah yang mendasari pula bahwa propaganda
membutuhkan sebuah teknik yang tepat. Jika diamati secara lebih dalam, ada
beberapa teknik yang bisa digunakan dalam melancarkan propaganda. Efektif
tidaknya dan pilihan mana yang digunakan sangat bergantung pada kondisi
komunikan, kemampuan komunikator (propagandis) dan lingkungan sosial
politik dan budaya masyarakatnya. Berikut beberapa teknik propaganda
tersebut.
TEKNIK-TEKNIK PROPAGANDA POLITIK

Ada beberapa teknik propaganda (politik) yang dikenal sejak lama, yaitu
sebagai hasil penelitian Lembaga Analisis Propaganda, tentang propaganda yang
berlangsung selama perang dunia II. Lembaga tersebut merangkum tujuh macam
teknik propaganda, yang memanfaatkan kombinasi kata, tindakan, dan logika
untuk tujuan persuasif (negatif). Sementara Dalam bukunya Dan Nimmo juga
mengulas 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi kata,
tindakan dan logika untuk tujuan persuasif sebagai berikut :

1.Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan
agarorang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh
lawan pemilihan sebagai penjahat.

2.Glittering generalities, menggunakan kata yang baik untuk melukiskan sesuatu


agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu.
Misal AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai
Operasi Keadilan Tak Terhingga, dengan misi Hukum Tanpa Batas begitu juga
saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan
untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.

3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas,


misalnya Pilih Kembali Mega di Pemilu 2004.

4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk


mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam
dukungan politik oleh surat kabar, tokoh terkenal dan lain-lain.

5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada


khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah
seorang dari anda, hanya rakyat biasa”.

6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,
logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-
kata pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan
penghinaan terhadap partai kita.
7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan
kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan turut naik. Prinsip satu- kepada-
banyak yang menjadi pegangan propaganda, semakin menemukan
momentumnya seiring dengan berkembangnya media massa. Orde Baru
misalnya, secara terus menerus memanfaatkan TVRI sebagai ideological state
aparatus. Dengan mengusung propaganda “pembangunan”, dalam waktu yang
relatif lama mampu bertahan melakukan korporasi terhadap hampir segenap
lapisan masyarakat.

KOMPONEN PROPAGANDA

Propaganda akan terjadi jika ada komponen propaganda dalam sebuah


komunikasi. Adapun mengenai komponen yang terdapat pada propaganda
sehingga terbentuk sebuah komunikasi adalah sebagai berikut:3

1. Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang


dilembagakan /lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan
tertentu.

2. Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan
kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.

3. Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai


tujuannya dengan efektif.

4. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari
komunikan.

5. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang
hendak dicapai.

6. Dilakukan secara terus menerus.

7. Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.

8. Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku


individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.

3
Andi Youna Bachtiar, Didin Hikmah Perkasa, Mochamad Rizki Sadikun, “PERAN MEDIA DALAM PROPAGANDA”,
Jurnal Komunikologi, Vol.1, 2016, H. 82.
9. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda
yang bersangkutan.

10. Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.

2. Desain isu Politik


Isu politik merujuk pada topik atau masalah yang berkaitan dengan
politik dan menjadi perhatian publik. Isu politik dapat berkaitan dengan
kebijakan pemerintah, pemilihan umum, partai politik, gerakan sosial, hak asasi
manusia, dan sebagainya. Isu politik dapat muncul dari berbagai sumber, seperti
media massa, kelompok masyarakat, partai politik, atau pemerintah. Isu politik
dapat mempengaruhi opini publik dan menjadi faktor penting dalam
pengambilan keputusan politik.4
Partai politik seringkali menggunakan isu politik untuk memenangkan
dukungan publik dan memenangkan pemilihan umum. Strategi politik yang
dilakukan oleh partai politik dapat mencakup membuat isu politik yang relevan
dengan kepentingan publik, mengamati kemampuan partai politik pesaing,
melakukan pendekatan secara agama, suku, dan budaya, serta mengedepankan
isu mayoritas dan minoritas untuk menarik simpati dari masyarakat. 5
Media massa juga dapat memainkan peran penting dalam produksi dan
penyebaran isu politik. Pemerintah dapat memproduksi konten isu politik dan
ekonomi di media siber untuk membangun opini publik melalui dialog yang
terbangun di dalamnya. Namun, media massa juga dapat menjadi sumber isu
politik yang tidak akurat atau bias, tergantung pada kepentingan dan orientasi
politik dari media tersebut.6
Isu politik dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dan
menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan politik. Oleh karena itu,
penting bagi masyarakat untuk memahami isu politik dengan baik dan

4
Mohd Zamirul Bin Mohd Dzaki, “Kelestarian Pakatan Rakyat dalam Politik Malaysia: 2008 - 2015,” Malaysian
Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH) 5, no. 6 (June 14, 2020): 53–60,
https://doi.org/10.47405/mjssh.v5i6.431.
5
Annisa Rengganis, Multahibun Multahibun, and Sarip Sarip, “SAYAP PARTAI POLITIK DALAM PELAKSANAAN
DEMOKRASI DESA,” Jurnal De Jure Muhammadiyah Cirebon 4, no. 1 (July 25, 2022): 51–66,
https://doi.org/10.32534/djmc.v4i1.3050.
6
DKK Ega Eugenia Naomi, “Faktor-Faktor Ambisi Politik Imigran Korea Utara Di Korea Selatan (Studi Kasus:
Keterlibatan Thae Yong-Ho Dan Ji Seong-Ho Sebagai Kandidat Dalam Kontestasi Pemilu Legislatif Di Korea
Selatan Tahun 2020),” n.d.
melakukan penilaian yang kritis terhadap informasi yang diterima dari berbagai
sumber.

Latar belakang terbentuknya isu politik


Isu politik dapat terbentuk dari berbagai hal, seperti usulan masyarakat,
kepentingan politik, konflik antar elit, dan isu-isu sosial. Berikut adalah beberapa
contoh terbentuknya isu politik dari hasil penelitian yang ada:
1. Munculnya isu pemekaran Kecamatan Sukamaju Selatan di Kabupaten
Luwu Utara berasal dari usulan masyarakat yang kesulitan dalam hal
akses pelayanan publik dikarenakan secara geografi medan yang cukup
jauh dan juga berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. 7
2. Konflik perebutan jabatan kepala desa di Rimba Makmur Provinsi Riau
muncul ketika salah satu calon yang kalah dalam pemilihan kepala desa
tidak menerima kekalahannya. Calon tersebut kemudian menggalang
dukungan ke desa-desa eks Unit Pemukiman Transmigrasi yang lain dan
mengangkat isu tentang sejarah awal terbentuknya desa-desa ini.8
3. Komunitas Punk Taring Babi ikut serta terlibat dalam aksi penolakan
pembangunan PT. Semen Indonesia di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa
Tengah bersama masyarakat Rembang yang tergabung dalam JMPPK
(Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) dan beberapa
lembaga lainnya seperti LBH Semarang, Walhi (Wahana Lingkungan
Hidup), YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), HuMa,
eLSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), ASC, ISS (Indonesia
Speleological Society), SCA (Semarang Caver Association), Desantara,
JATAM (Jaringan Advokasi Tambang), PI, Epistema, Pilnet, Akademisi, dan
Mahasiswa.9
4. Isu pemulihan pasca konflik di Aceh juga memiliki andil besar dalam
gerakan separatis masyarakat Aceh. Perempuan anggota Inong Balee
memiliki peran dan posisi yang sentral bagi masyarakat. Namun, dengan
adanya berbagai kepentingan politik dan diskriminasi yang mengabaikan
7
Era Yunita, “Politik Pemekaran Wilayah (Studi Terhadap Pemekaran Kecamatan Sukamaju Selatan Di
Kabupaten Luwu Utara),” n.d.
8
Surya Ningsih, “Konflik Politik Elit Desa: Perebutan Jabatan Kepala Desa Di Rimba Makmur Propinsi Riau,” n.d.
9
Febrian Vino, “ADVOKASI POLITIK KOMUNITAS PUNK TARING BABI DALAM AKSI PENOLAKAN PENDIRIAN
TAMBANG SEMEN DI KABUPATEN REMBANG PROPINSI JAWA TENGAH,” n.d.
perjuangan mereka, perempuan mantan anggota Inong Balee justru
menjadi kelompok yang harus menanggung risiko berkepanjangan dalam
proses pemulihan pascakonflik yang tidak sepenuhnya melibatkan dan
mengutamakan posisi mereka saat menjalani integrasi ke dalam
masyarakat secara umum.10

Faktor yang memperngaruhi adanya isu politik

Dari hasil pencarian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya


isu politik, antara lain:

1. Perbedaan ideologi politik dan perseteruan politik antara partai politik 11


2. Adanya perbezaan pendapat antara pemerintah dan masyarakat tentang
suatu kebijakan atau program pemerintah
3. Aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat atau komunitas yang
memperjuangkan isu-isu sosial dan politik tertentu12
4. Kepentingan politik dan diskriminasi yang mengabaikan perjuangan
kelompok tertentu13
5. Matlamat politik yang sama dan ketokohan kepimpinan dalam sebuah
gabungan politik
6. Pengelolaan konflik dalam sebuah gabungan politik

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


terbentuknya isu politik sangat beragam, mulai dari perbedaan ideologi politik,
aksi-aksi kelompok masyarakat, hingga kepentingan politik dan diskriminasi.
Selain itu, pengelolaan konflik dan matlamat politik yang sama juga menjadi
faktor penting dalam mempertahankan kelestarian sebuah gabungan politik.

Bab 3

10
DKK M. Ulfah, “INONG BALEE DAN PEMULIHAN PASCAKONFLIK DI ACEH: ANALISIS TEORI KEKERASAN JOHAN
GALTUNG,” n.d.
11
Mohd Dzaki, “Kelestarian Pakatan Rakyat dalam Politik Malaysia.”
12
Radian Syam, “MEMBANGUN SISTEM POLITIK KEAMANAN TATA KELOLA PUBLIK DARI SISTEM POLITIK YANG
TERSISTEMATIS, TERSTRUKTUR DAN MASSIF (PELAKSANAAN ISTITHAAH JAMAAH HAJI DI INDONESIA),” Hukum
Pidana dan Pembangunan Hukum 1, no. 2 (April 1, 2019), https://doi.org/10.25105/hpph.v1i2.5535.
13
Yunita, “Politik Pemekaran Wilayah (Studi Terhadap Pemekaran Kecamatan Sukamaju Selatan Di Kabupaten
Luwu Utara).”
3. Setting Opini Publik
 Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting menciptakan salah satu teori yang cukup populer dikalangan
peneliti media guna mendedah apa yang dilakukan media terhadap khalayak. Agenda
Setting menempatkan besarnya pengaruh media massa dalam mempengaruhi khalayak
mengenai prioritas kepentingan sebuah isu. Media disebutkan mampu mengarahkan isu
dalam masyarakat dan mampu membuat agenda dimana isu diramu untuk menjadi
sebuah diskursus di masyarakat.14Agenda Setting merupakan teori komunikasi massa
yang pertama kali diuji secara empirik oleh Maxwell Combs dan Donald L Shaw di tahun
1968 pada pemilihan presiden Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa prioritas
isu kampanye dalam media massa dianggap khalayak sebagai isu-isu yang penting. Ide
pokok teori Agenda Setting adalah media memberi atensi yang berbeda pada setiap isu
atau peristiwa. Apa yang dianggap penting bagi media menjadi penting dimata khalayak.
Agenda setting di media massa berfungsi untuk menseleksi dan menekankan beberapa
topik, menyebabkan publik menerima topik tersebut sebagai topik yang penting.Asumsi
dasar pada teori ini ada dua, Yang pertama adalah media menyaring dan membentuk
apa yang kita lihat, bukan hanya mencerminkan cerita kepada audiens. 15 Contohnya
adalah melihat cerita sensasional atau memalukan di bagian atas siaran sebagai lawan
dari cerita yang terjadi baru-baru ini atau yang mempengaruhi lebih banyak orang,
seperti badai yang mendekat atau reformasi pajak legislatif. Asumsi kedua adalah
semakin besar perhatian media terhadap suatu isu, semakin besar kemungkinan publik
menganggap isu tersebut penting. Cara lain untuk melihatnya : Organisasi media massa
tidak memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan atau bagaimana perasaan kita
tentang suatu cerita atau masalah, tetapi memberi kita cerita atau masalah tertentu
yang harus lebih dipikirkan orang. 16
Secara bahasa, pengertian agenda setting adalah “pengaturan agenda”. Agenda
sendiri, secara bahasa, artinya bukucatatan atau acara. Secara istilah, agenda bermakna
“tujuan”, sebagaimana dalam istilah “agenda tersembunyi” (hidden agenda) alias

14
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/6050/5064

15
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/2136-4473-1-SM.pdf

16
https://www.glngirwn.com/blog/teori-pengaturan-agenda/
maksud tertentu yang tidak dikemukakan secara eksplisit.Agenda Setting disebut juga
agenda media setting atau agenda media. Setiap media massa memiliki agendanya
sendiri, sesuai dengan visi dan misi top manajemen, perusahaan, organisasi, dan
khususnya pemilik media.Agenda setting ini berawal dari pemikiran dua orang
yaituWalter Lippman dan Bernard Cohen.Lalu teori agenda setting ini diperkenalkan
oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shawpadatahun 1972. Maxwell McCombs dan
Donald Shaw, mereka menemukan dalam survei pemilih Carolina Utara selama
pemilihan presiden Amerika Serikat tahun1968 bahwa apa yang dianggap orang sebagai
masalah terpenting adalah apa yang dilaporkan media massa sebagai yang paling
penting.
Teori agenda setting menyebutkan media memberi pengaruh kuat terhadap
masyarakat dalam isu tertentu. Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa,
atau salah satu peristiwa, maka media itu akan memengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Teori ini mengacu pada bagaimana liputan berita media
menentukan isu mana yang menjadi fokus perhatian publik.
Teori ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada isu
tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat
umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media
massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu
yang berbeda.
Dengan demikian, teori agenda-setting lahir, dibangun di atas gagasan bahwa media
massa menetapkan agenda tentang apa yang harus diperhatikan orang.
Kunci dari Agenda Setting adalah penentuan porsi atas suatu isu atau peristiwa dalam
proses gatekeeping. Pembentukan persepsi publik dapat diusahakan media dengan
memberikan porsi pada setiap masalah atau isu disekitar khalayak, misalnya dengan
menonjolkan suatu isu atau peristiwa tertentu dalam sajian media. Perbedaan porsi
penyajian tersebut menyiratkan perbedaan atensi, kemudian akan memberikan
pengaruh pada kognisi (pengetahuan dan citra) suatu peristiwa atau isu di mata
khalayak.17

17
https://www.researchgate.net/publication/
316833995_Opini_Publik_Agenda_Setting_dan_Kebijakan_Publik
 Kelemahan dalam Teori Agenda setting
Setelah McCombs dan Shaw, banyak eksplorasi dilakukan dengan menggunakan metode
kombinasi analisa isi dan survei. Hasil-hasil penelitian lanjutan adalah beragam. Ada
yang memperkuat, akan tetapi tidak sedikit yang memperlemah temuan McCombs dan
Shaw. Rogers (1997) dalam A Paradigmatic Hystory of Agenda setting Research,
berpendapat bahwa kurang diperhatikannya on going process dalam framing dan
priming agenda media; maupun on going process dalam agenda publik, seringkali
menyebabkan kesimpulan yang diperoleh dalam studi agenda setting tidak sesuai
dengan realita yang ada. Dengan begitu, bisa jadi hasil-hasil penelitian yang beragam itu
ada yang bersifat semu. Artinya, hubungan yang terjadi disebabkan karena pilihan
sampelnya kebetulan mendukung/ tidak mendukung hipotesis yang dikembangkan,
atau mungkin pilihan isu-nya kebetulan menyangkut/ tidak menyangkut kepentingan
kelompok responden. Kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi
belum tentu juga kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai
cerminan terhadap apa-apa yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat.
Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan dengan asumsi bahwa pekerja media
biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu dibandingkan dengan masyarakat
umum.
Coba kita lihat pada masalah mengenai keputusan untuk uji coba pembatasan
kendaraan berplat nomor ganjil/ genap yang telah dilakukan saat perhelatan Asian
Games tahun lalu. Beritanya tidak menjadi topik utama di semua media massa, padahal
masalah akan keputusan ini sangat berkaitan dengan orang banyak. Hanya beberapa
media saja yang menjadikannya topik bahasan. Itu terjadi karena tidak sesuai dengan
selera publik. Di sinilah kelemahan dari teori agenda setting.
 Opini publik
Opini publik sendiri adalah proses yang menggabungkan pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan, dan usulan-usulan yang dinyatakan oleh pribadi masyarakat negara terhadap
kebijakan yang diambil oleh pejabat pemerintah yang bertugas untuk mencapai
ketertiban sosial dalam situasi yang menyangkut konflik, sengketa, dan
ketidaksepakatan mengenai apa yang harus dilakukan, serta bagaimana harus
melakukannya (Riswandi, 2009:27).
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa opini publik adalah pendapat
yang sama yang dinyatakan oleh banyak orang yang diperoleh melalui diskusi yang
intensif sebagai jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang menyangkut
kepentingan umum. Persalahan ini tersebar melalaui media massa. Pendapat rata-rata
individu-individu itu memberi pengaruh terhadap orang banyak dalam waktu tertentu.
Oengaruh iut bersifat positif, netral atau bahkan negatif. Oleh sebab itu, opini publik
hanya akan terbentuk jika ada isu yang dikembangkan oleh media massa (surat kabar,
film, radio, dan televisi).
Agar tidak bias, biasanya media massa akan menganalisis terlebih dahulu sebuah isu
yang perlu ditonjolkan, bagaimana kira-kria nantinya dilemparkan ke publik apakah
akan berdampak secara luas atau hanya sementara saja. Biasanya mereka melakaukan
eksperimen kecil-kecilan dengan melempar isu tersebut itu melalui pemberitaan. Bila
isu itu memiliki dampak yang signifikan, maka isu itu akan ditonjolkan dan
mendominasi pemberitaan. Anda akan melihatnya terpampang di headline atau di
halaman depan surat kabar.
Adapun manfaat mempelajari pembentukkan pendapat umum dalam teori Agenda
setting adalah berkaitan dengan pencitraan. Sering kali politis, pejabat pemerintahan,
artis menginginkan citra yang positif sebab ketika citranya negatif di mata publik maka
dapat dipastikan “lahan” popularitasnya pun akan menurun. 18
 Pertarungan Publik
Menurut Firmanzah (2010: 33) konsep persaingan politik merupakan dapat
memenangkan kompetisi pemilu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku,
dimana partai politik perlu memonitor dan mengevaluasi setiap strategi dan aktifitas
yang dilakukan partai lain layaknya prinsip ‘zero sum’ setiap kemenangan dari satu
pemain merupakan kekalahan dari pihak lain.
Kita sama-sama tahu bahwa ruang publik kita sekarang kerap dikotori dengan narasi
tipu-tipu alias hoaks. Kabar bohong yang insinuatif, mengarah ke fitnah. Ini
menyesatkan, membodohi publik, maka itu juga berbahaya. Berbahaya untuk spirit
persatuan dan kesatuan. Juga berbahaya lantaran jalan “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,” bisa bengkok jadi
kerakyatan dan dipimpin oleh hoaks dan fitnah untuk merekayasa musyawarah demi

18
https://www.academia.edu/39149875/
PERAN_AGENDA_SETTING_DALAM_PEMBENTUKAN_OPINI_PUBLIK
mufakat yang palsu. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,”19
Maka “pertarungan” di ruang publik semata-mata adalah untuk menyediakan narasi-
tandingan. Dimana masyarakat secara bebas diberi kesempatan untuk melakukan
komparasi antar berbagai narasi yang berseliweran di ruang publik. Alam demokrasi
memang memungkinan berseliwerannya berbagai narasi di ruang publik. Jadi, publik
yang “sadar politik” seyogianya punya kewajiban moral, panggilan etis, untuk ikut
“menjernihkan” ruang publik dari polusi hoaks, kabar bohong dan apalagi fitnah yang
jahanam itu. 20
Terdapat 3 cabang dalam tata negara kita, ada eksekutif, yudikatif dan legislatif
(parlemen) yaitu mereka yang mewakili rakyat (disebut wakil rakyat). Tugas parlemen
adalah menyuarakan kepentingan rakyat. Optimalisasi ruang publik untuk merawat
memori publik tentang isu penting yang belum (selesai) dikerjakan eksekutif, yudikatif
bahkan juga legislatifnya.
Menurut Firmanzah (2010: 33) konsep persaingan politik merupakan dapat
memenangkan kompetisi pemilu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku,
dimana partai politik perlu memonitor dan mengevaluasi setiap strategi dan aktifitas
yang dilakukan partai lain layaknya prinsip ‘zero sum’ setiap kemenangan dari satu
pemain merupakan kekalahan dari pihak lain. 21
 Persaingan politik sebagai kewajaran
Dunia politik perlu melihat bahwa persaingan adalah segala sesuatu yang wajar dan
alamiah. Baik institusi maupun aktor politik dituntut untuk menerima normalnya
persaingan di dalam dunia politik. Dalam iklim demokrasi, persaingan tidak dapat
dielakkan. Menghilangkan persaingan berarti menyeret sistem politiknya menjadi
sistem otoriternya, absolut, dan meniadakan alternatif. Persaingan politik untuk
tingkatkan tertentu, merupakan suatu keadaan yang sehat demi kemajuan, sejauh
persaingan tersebut diatur oleh aturan main yang terlegitimasi. Artinya aturan main

19
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/admin,+JURNAL+SIMBOLIKA+1-5.pdf

20
https://www.jawapos.com/opini/01341575/mural-politik-dan-perebutan-ruang-publik

21
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/12228-29740-1-PB%20(1).pdf
tersebut mendapatkan basis pengakuan yuridis dan kultural dari masyarakat yang
bersangkutan.
 Persaingan Politik sebagai Pembelajaran
Persaingan politik akan mendorong semua pihak yang terlibat terus menerus dalam
proses pembelajaran politik. Dengan adanya persaingan masing-masing pihak akan
saling berlomba untuk menjadi yang terbaik. Kompleksitas kondisi masyarakat
membuat cara pemecahan yang berhasil di masa lampau menjadi cepat usam. Selain itu,
masyarakat pun tidak henti-hentinya memberikan ide dan gagasan mengenai
permasalahan tertentu. ini membuat kontestan politik membuat harus selalu belajar
dan mengamati setiap perubahan yang ada dalam masyarakat.
Ada dua jenis proses pembelajaran ini. Jenis pertama adalah pembelajaran ini ditujukan
untuk memperbaiki secara bertahap dan inkremental. Sementara jenis pembelajaran
kedua bertujuan untuk mengubah hal-hal yang mendasar. Pembelajaran ini tidak akan
berlangsung tanpa persaingan, untuk itulah persaingan merupakan sesuatu yang baik
untuk mendorong siapapun agar bersedia terus menerus belajar dalam meningkatkan
kemampuan, pengetahuan, skill, dan kompetensi dalam memecahkan permasalahan
dalam masyarakat.22
Persaingan adalah sesuatu yang bersifat harfiah dan terjadi dimana- mana. Kalau
Faucalt mengatakan bahwa “kekuasaan ada dimana- mana”, kita dapat mengatakan
bahwa persaingan untuk berkuasa juga ada dimana-mana. Menurut Nietszche, sudah
menjadi kodrat manusia harus mengusung kehendak untuk berkuasa dan
merepresentasikan diri dalam pola-pola persaingan di setiap level kehidupan. Antara
yang ingin berkuasa dan yang tidak rela di kuasai memberikan energi dan motivasi
untuk saling bersaing. Pihak yang berkuasa memiliki hak dan otoritas yang lebih
dibandingkan dengan yang tak berkuasa. Namun tentu saja, mereka memiliki kewajiban
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak yang tidak berkuasa. 23
Contoh pertarungan ruang publik di media sosial itu menampilkan isu-isu tentang
keunggulan kandidat calon presiden sudah ditetapkan oleh partai agar dapat di kenali

22
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/9181-23438-1-PB.pdf

23
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/75892
publik sehingga dapat meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Kalau di publik
secara langsung seperti persaingan menggunakan iklan baleho untuk media kampanye .

PENUTUP

KESIMPULAN

Hubungan opini publik dan propaganda sangatlah erat sekali dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana kita ketahui tentang definisi dan teknik-teknik
propaganda yang telah diterangkan dalam tulisan bahwa tujuan propaganda adalah
mempengaruhi sikap dan perilaku yang dijadikan sasaran propaganda. Dalam
kenyataannya, sikap dan perilaku itu hanya bisa dibentuk melalui keterpengaruhan
opini terlebih dahulu. Dengan kata lain pula, opini publik menjadi alat yang baik dalam
mewujudkan propaganda. Propaganda bertujuan untuk mempengaruhi opini publik.
Perkembangan selanjutnya, opini publik yang sudah terbentuk untuk mendukung
tujuan propaganda itu sendiri. Dalam Propaganda tentunya tidak lepas dari isu politik
Propaganda politik masa kini sering dilancarkan lebih halus dan terselubung, terutama
dengan menggunakan jalur internet dan berbagai platform media sosial.

Kunci dari Agenda Setting adalah penentuan porsi atas suatu isu atau peristiwa
dalam proses gatekeeping. Pembentukan persepsi publik dapat diusahakan media
dengan memberikan porsi pada setiap masalah atau isu disekitar khalayak, misalnya
dengan menonjolkan suatu isu atau peristiwa tertentu dalam sajian media. Dan juga
pertarunga di ruang publik semata-mata adalah untuk menyediakan narasi-tandingan.
Dimana masyarakat secara bebas diberi kesempatan untuk melakukan komparasi antar
berbagai narasi yang berseliweran di ruang publik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.penalutim.com/2019/02/09/pengertian-propaganda-politik-dan-
tujuannya/ di akses pada 01 Mei 2023
Ahmad Zakiyuddin, “Teknik-Teknik Propaganda Politik Jalaludin Rakhmat”, Vol. 1,
Academia Praja, 2018, H. 44-45.
Andi Youna Bachtiar, Didin Hikmah Perkasa, Mochamad Rizki Sadikun, “PERAN MEDIA
DALAM PROPAGANDA”, Jurnal Komunikologi, Vol.1, 2016, H. 82.
Mohd Zamirul Bin Mohd Dzaki, “Kelestarian Pakatan Rakyat dalam Politik Malaysia:
2008 - 2015,” Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH) 5, no.
6 (June 14, 2020): 53–60, https://doi.org/10.47405/mjssh.v5i6.431.
Annisa Rengganis, Multahibun Multahibun, and Sarip Sarip, “SAYAP PARTAI POLITIK
DALAM PELAKSANAAN DEMOKRASI DESA,” Jurnal De Jure Muhammadiyah
Cirebon 4, no. 1 (July 25, 2022): 51–66,
https://doi.org/10.32534/djmc.v4i1.3050.
DKK Ega Eugenia Naomi, “Faktor-Faktor Ambisi Politik Imigran Korea Utara Di Korea
Selatan (Studi Kasus: Keterlibatan Thae Yong-Ho Dan Ji Seong-Ho Sebagai
Kandidat Dalam Kontestasi Pemilu Legislatif Di Korea Selatan Tahun 2020),” n.d.
Era Yunita, “Politik Pemekaran Wilayah (Studi Terhadap Pemekaran Kecamatan
Sukamaju Selatan Di Kabupaten Luwu Utara),” n.d.
Surya Ningsih, “Konflik Politik Elit Desa: Perebutan Jabatan Kepala Desa Di Rimba
Makmur Propinsi Riau,” n.d.
Febrian Vino, “ADVOKASI POLITIK KOMUNITAS PUNK TARING BABI DALAM AKSI
PENOLAKAN PENDIRIAN TAMBANG SEMEN DI KABUPATEN REMBANG
PROPINSI JAWA TENGAH,” n.d.
DKK M. Ulfah, “INONG BALEE DAN PEMULIHAN PASCAKONFLIK DI ACEH: ANALISIS
TEORI KEKERASAN JOHAN GALTUNG,” n.d.
Mohd Dzaki, “Kelestarian Pakatan Rakyat dalam Politik Malaysia.”
Radian Syam, “MEMBANGUN SISTEM POLITIK KEAMANAN TATA KELOLA PUBLIK DARI
SISTEM POLITIK YANG TERSISTEMATIS, TERSTRUKTUR DAN MASSIF
(PELAKSANAAN ISTITHAAH JAMAAH HAJI DI INDONESIA),” Hukum Pidana dan
Pembangunan Hukum 1, no. 2 (April 1, 2019),
https://doi.org/10.25105/hpph.v1i2.5535.
Yunita, “Politik Pemekaran Wilayah (Studi Terhadap Pemekaran Kecamatan Sukamaju
Selatan Di Kabupaten Luwu Utara).”
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/6050/5064
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/2136-4473-1-SM.pdf
https://www.glngirwn.com/blog/teori-pengaturan-agenda/
https://www.researchgate.net/publication/
316833995_Opini_Publik_Agenda_Setting_dan_Kebijakan_Publik
https://www.academia.edu/39149875/
PERAN_AGENDA_SETTING_DALAM_PEMBENTUKAN_OPINI_PUBLIK
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/admin,+JURNAL+SIMBOLIKA+1-5.pdf
https://www.jawapos.com/opini/01341575/mural-politik-dan-perebutan-ruang-
publik
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/12228-29740-1-PB%20(1).pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/9181-23438-1-PB.pdf
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/75892
https://repository.unair.ac.id/17427/8/17427.pdf

Anda mungkin juga menyukai