NIM : 2230100161
Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya
aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil
menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya
ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu.
Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk
memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis,
totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan.
Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat
Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan
hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan
perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.
Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang
direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki
perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan
organisasinya. Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
1. Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri
didasarkan pada perkembangan pengetahuan dan teknologi.
2. 1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh
3. 1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayan
4. 1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai
5. 1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
6. 1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di
fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang
bermutu
7. 1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8. 1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena
penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
9. 1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu
aspek saja
10. 1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan
mental dan kualitas
11. 1990-sekarang :
a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan pola perilaku secara
nasioal/internasional
b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, sesuai dengan
kebutuhan era global/informasi
Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua
organisasi (non profit – komersial, publik- privat, pemerintah – swasta). Artinya Public
Relations jauh lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih
awal.
Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas
dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public
Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga
reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.
Public Relations mulai dipraktikkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Praktisi
Public Relations disebut publisis. Public Relations memiliki dua orang figur yang telah
memberikan kontribusi dalam hal teori maupun praktik. Kedua sosok tersebut adalah Ivy
Ledbetter Lee (1877–1934) dan Edward Bernays (1891–1995). Lee menganggap bahwa Public
Relations adalah seni yang memadukan kreativitas dan inovasi yang kritis. Sedangkan Bernays
mendapatkan pengaruh dari teori psikologi Sigmund Freud yang tak lain adalah pamannya
sendiri, bahwa Public Relations akan menjadi keilmuan praktis.
Adapun pengertian lain menyebutkan bahwa public relation sebagai interaksi dan upaya
untuk menciptakan opini public sebagai salah satu input untuk kedua belah pihak. Public relation
ini merupakan profesi yang profesional dalam bidang komunikasi dan mempunyai tugas untuk
mendorong terwujudnya tujuan organisasi secara tepat dan terencana serta terus menerus.
Bahkan seorang pakar public relation yang bernama Maria mengatakan bahwa public
relation adalah kelangsungan hidup suatu organisasi atau perusahaan. Pakar komunikasi
khususnya bidang public relation memang cukup banyak, dengan adanya berbagai pendapat dan
juga pemikiran mengenai public relation. Marston juga memberikan pendapat mengenai public
relation sebagai suatu perencanaan yang menggunakan komunikasi persuasif dengan tujuan
untuk mempengaruhi masyarakat.
Pendekatan yang hampir sama juga disampaikan oleh Alma. Ia mengatakan bahwa public
relation adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk membangun citra baik suatu
perusahaan ataupun organisasi. Dari penjelasan di atas, sudah bisa dibayangkan kan seperti apa
pekerjaan public relation? Public relation adalah penghubung perusahaan ataupun organisasi
dengan masyarakat. Sehingga profesi tersebut seringkali disebut dengan humas yang merupakan
singkatan dari hubungan masyarakat.
Public Relations memasuki era baru. Alat-alat baru, harapan baru, bentuk komunikasi
baru. PR kini tidak hanya berkutat pada komunikasi tradisional. PR Modern beradaptasi dan
berevolusi di era baru, memanfaatkan platform livestreaming seperti TikTok, aplikasi pesan
instan, hingga teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality untuk menciptakan hubungan
yang lebih mendalam dengan masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi, berita dan informasi kini dapat
disebar dalam hitungan detik melalui internet. Selain membawa dampak positif, internet juga
memiliki dampak negatif khususnya dalam konteks peran PR. Melalui internet, berita miring
dapat tersebar sama cepatnya dengan berita dan informasi yang sesungguhnya. Disinilah PR
berperan besar dalam menangkis pemberitaan miring terkait perusahan dimana praktisi PR
tersebut bekerja, yang sekiranya dapat berdampak buruk bagi citra perusahaan. Di era digital ini,
kecepatan dalam bekerja merupakan hal nomor satu yang harus dimiliki oleh seorang praktisi
PR.
Selain perkembangan teknologi komunikasi, praktisi PR era ini juga harus bersiap akan
pengaruh media massa yang memiliki kemampuan untuk menyebarkan pemberitaan dan
mempengaruhi paradigma masyarakat. Lagi-lagi, tugas PR disini adalah sebagai sumber
informasi yang dapat dipercaya oleh masyarakat dan terbukti kebenarannya. Dalam
menyampaikan informasi, praktisi PR juga harus menyesuaikan penggunaan tata bahasa yang
digunakan dengan tingkat pendidikan, sosial, dan demografis masyarakat yang nantinya akan
menerima informasi ini. Bahasa yang digunakan haruslah bersifat umum dan dapat diterima oleh
masyarakat luas. Setiap penyampaian informasi yang dilakukan juga harus selalu bersifat cepat,
mengingat praktisi PR harus dapat mengimbangi kecepatan informasi yang terjadi sekarang ini.
Oleh karena itu, pendidikan yang disertai dengan pengetahuan teknologi komunikasi
mengenai praktik PR sangat dibutuhkan demi menjaga kualitas praktisi PR di masa depan.
Memilih institusi pendidikan yang tepat juga merupakan langkah awal yang sangat berpengaruh
terhadap kualitas praktisi PR di masa depan nantinya.