A. Sejarah Humas/PR
3
Gambar 1.2. Edward Bernays, “The Father of Modern Public Relation”.
(Sumber: https://www.google.co.id/
Dan bagaimana pula perkembangan PR/Humas di Indonesia?
PR/Humas di Indonesia mulai di akui pada tahun 1950 secara konseptual, pada saat
Indonesia mendapat pengakuan dari Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kala itu Indonesia masih sangat muda dan tidak berpengalaman. Indonesia butuh bantuan
secara materi dan moral dari dunia. Maka dari itu dunia harus mengetahui dan paham dengan
kondisi Indonesia. Sehingga dunia mau berempati pada Indonesia. Untuk itu dibuatlah
Departemen Penerangan. Setelah berjalan beberapa tahun, dirasa Departemen Penerangan
belum menyeluruh, maka kemudian pemerintah membentuk Divisi Humas pada tahun 1962.
Dengan dibentuknya Divisi Humas, PR/Humas di Indonesia mulai terorganisir.
Sampai pada tahun 1972, tepatnya pada tanggal 15 Desember, Perhimpunan
Hubungan Masyarakat (PERHUMAS) resmi didirikan. Perhumas didirikan oleh
Marah Joenoes yang merasa perlu adanya perhimpunan untuk profesi ini.
Secara kelembagaan atau institusional profesi PR diakui kberadaannya sejak
terbentuknya BAKOHUMAS pada tanggal 13 Maret 1971. Bakohumas ini menghimpun
para pejabat dan para staf PR di lingkungan departemen, lembaga pemerintah, dan
BUMN. Perkembangan PR di Indonesia cukup pesat ada 3 (tiga) yang melatarbelakangi,
yakni kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan kian hausnya masyarakat akan
informasi. Selanjutnya, lembaga pertama di Indonesia yang menghimpun pra praktisi PR
(individu) adalah Perhumas (Public Relations Associatos of Indonesi). Pendirinya dari
kalangan swasta dan pemerintah antara lain: Wardiman Djojonegoro, Brigjen
Soemrahadi, Marah Joenoes, Nana Sutrisna, Feisal Tamin, R.M. Hadjiwibowo, Dr. Alwi
Dahlan, Drs. Soemadi, Uman Soedjon, Isaksono Noeradi, dan beberapa tokoh lainnya.
Pada tanggal 13 September 1996 dibentuklah Forkamas (Forum Komunikasi
Humas Perbankan) yang khusus menghimpun pejabat PR di lingkungan perbankan,
Penggagasnya Gubernur Bank Indonesia saat itu, Soedrajad Djiwandono.
Namun, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “PR” sejati, sebab
berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh Ivy Ledbetter Lee yang mempunyai posisi pemimpin
dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam menyiapkan secara bebas serta terbuka. Tidak
heran jika di periode pertama PR di Indonesia secara struktural belum banyak ditempatkan dalam
top manajemen. Hal ini sangat ironis, padahal dalam kenyataannya
Gambar 1.3. Prita Kemal Gani, Pendiri London School of Public Relation
(Sumber: https://www.google.co.id/)
Sekarang bagaimana dengan kalian sebagai generasi penerus bangsa yang
nantinya melanjutkan estafet kemajuan negara tercinta? Tentunya wajib ikut
berperan sebagai humas di era global saat ini.
Di samping ini semua sejarah perkembangan Public Relations bisa dilihat dari
beberapa gambaran kronologi seperti berikut ini:
1. Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri
didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. 1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh.
3. 1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani.
4. 1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai.
5. 1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi.
6. 1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai
mata kuliah wajib. Di samping itu banyak diadakan kursus-kursus yang
bermutu.
7. 1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8. 1968: Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena
penelitian yang rutin dan kontinu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1. 1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya
satu aspek saja.
2. 1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan
mental dan kualitas
Kehumasan 5
3. 1990-sekarang: Perkembangannya antara lain:
a. Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap
dan pola perilaku secara nasioal/internasional.
b. Membangun kerja sama secara lokal, nasional, dan internasional.
c. Saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi.
C. Fungsi Humas