Anda di halaman 1dari 6

Materi Pembelajaran

A. Sejarah Humas/PR

Sejarah perkembangan humas di Indonesia tidak lepas dari sejarah


perkembangan humas dunia. Humas merupakan kependekan dari Hubungan
Masyarakat. Istilah humas sering disebut dengan istilah Public Relations (PR).
Dalam sejarah perkembangan Public Relation dunia dipelopori oleh Ivy Ledbetter Lee yang
tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan
sukes. Saat terjadi kecelakaan kereta api yang menelan korban 50 orang tewas pada Oktober
1906, di mana Lee mengeluarkan pernyataan kepada masyarakat waktu itu, yang kemudian
dikenal dengan istilah Press Release, kemudian Lee mengeluarkan “Declaration of Principle”
sebagai pernyataan kepada publik tempat dia bekerja. Atas upayanya ini ia diangkat menjadi The
Father of Public Relations. Perkembangan Public Relations sesungguhnya berhubungan dengan
keberadaan manusia, yang di dalamnya meliputi unsur-unsur memberi informasi kepada
masyarakat, membujuk masyarakat dan mengintegrasikan masyarakat.

Gambar 1.1. Ivy Ledbetter Lee, The Father of Public Relations


(Sumber: https://www.google.co.id/)
Nah, bagaimana perkembangan PR/Humas selanjutnya?
Untuk perkembangan humas selanjutnya ditemukan dalam revolusi Amerika dengan
tokoh yang bernama Edward Bernays. Bernays memulai karir PR nya sebagai seorang
agen pers pada pertunjukkan teater, konser, dan balet pada tahun 1913. Saat perang
dunia I pecah di tahun 1917, Bernays bekerja untuk Komite Informasi, di mana Komite ini
berfungsi sebagai mesin propaganda Amerika untuk menarik simpati masyarakat dalam
berperang. Bernays mengemas, mengiklankan, dan menjual perang menjadi cara
“membuat dunia menjadi lebih baik”. Setelah perang dunia pertama berakhir pada tahun
1919. Bernays mulai membuka praktik PR nya sendiri, sebagai Konselor PR.
Pada tahun 1923, Bernays kemudian menulis buku yang berjudul Crystillizing
Public Opinion. Bernays juga orang yang pertama kali membuat mata kuliah Public
Relation di Universitas New York dan inilah titik awal PR sebagai ilmu pengetahuan
yang dipelajari. Setelah berhasil menyusun ilmu PR Bernays dikenal sebagai “The
Father of Modern Public Relation”.
Kehumasan

3
Gambar 1.2. Edward Bernays, “The Father of Modern Public Relation”.
(Sumber: https://www.google.co.id/
Dan bagaimana pula perkembangan PR/Humas di Indonesia?
PR/Humas di Indonesia mulai di akui pada tahun 1950 secara konseptual, pada saat
Indonesia mendapat pengakuan dari Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kala itu Indonesia masih sangat muda dan tidak berpengalaman. Indonesia butuh bantuan
secara materi dan moral dari dunia. Maka dari itu dunia harus mengetahui dan paham dengan
kondisi Indonesia. Sehingga dunia mau berempati pada Indonesia. Untuk itu dibuatlah
Departemen Penerangan. Setelah berjalan beberapa tahun, dirasa Departemen Penerangan
belum menyeluruh, maka kemudian pemerintah membentuk Divisi Humas pada tahun 1962.
Dengan dibentuknya Divisi Humas, PR/Humas di Indonesia mulai terorganisir.
Sampai pada tahun 1972, tepatnya pada tanggal 15 Desember, Perhimpunan
Hubungan Masyarakat (PERHUMAS) resmi didirikan. Perhumas didirikan oleh
Marah Joenoes yang merasa perlu adanya perhimpunan untuk profesi ini.
Secara kelembagaan atau institusional profesi PR diakui kberadaannya sejak
terbentuknya BAKOHUMAS pada tanggal 13 Maret 1971. Bakohumas ini menghimpun
para pejabat dan para staf PR di lingkungan departemen, lembaga pemerintah, dan
BUMN. Perkembangan PR di Indonesia cukup pesat ada 3 (tiga) yang melatarbelakangi,
yakni kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan kian hausnya masyarakat akan
informasi. Selanjutnya, lembaga pertama di Indonesia yang menghimpun pra praktisi PR
(individu) adalah Perhumas (Public Relations Associatos of Indonesi). Pendirinya dari
kalangan swasta dan pemerintah antara lain: Wardiman Djojonegoro, Brigjen
Soemrahadi, Marah Joenoes, Nana Sutrisna, Feisal Tamin, R.M. Hadjiwibowo, Dr. Alwi
Dahlan, Drs. Soemadi, Uman Soedjon, Isaksono Noeradi, dan beberapa tokoh lainnya.
Pada tanggal 13 September 1996 dibentuklah Forkamas (Forum Komunikasi
Humas Perbankan) yang khusus menghimpun pejabat PR di lingkungan perbankan,
Penggagasnya Gubernur Bank Indonesia saat itu, Soedrajad Djiwandono.
Namun, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “PR” sejati, sebab
berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh Ivy Ledbetter Lee yang mempunyai posisi pemimpin
dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam menyiapkan secara bebas serta terbuka. Tidak
heran jika di periode pertama PR di Indonesia secara struktural belum banyak ditempatkan dalam
top manajemen. Hal ini sangat ironis, padahal dalam kenyataannya

4 Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan Kelas XI untuk SMK/MAK


pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika
menghadapi publik eksternal, selain itu kegiatan PR masih banyak bersifat
penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.
Setelah terorganisir dan diresmikan himpunan keprofesiannya, seorang humas
sangat dicari di Indonesia yang masih dapat dibilang negara muda. Maka diperlukan
pendidikan yang lebih untuk para calon praktisi PR/Humas. Prita Kemal Gani
melihat peluang tersebut dan mendirikan London School of Public Relation.
Sebelum mendirikan sekolah, beliau juga sempat mengharumkan nama bangsa di
tingkat internasional dengan keprofesiannya dalam bidang PR/Humas.

Gambar 1.3. Prita Kemal Gani, Pendiri London School of Public Relation
(Sumber: https://www.google.co.id/)
Sekarang bagaimana dengan kalian sebagai generasi penerus bangsa yang
nantinya melanjutkan estafet kemajuan negara tercinta? Tentunya wajib ikut
berperan sebagai humas di era global saat ini.
Di samping ini semua sejarah perkembangan Public Relations bisa dilihat dari
beberapa gambaran kronologi seperti berikut ini:
1. Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri
didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. 1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh.
3. 1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani.
4. 1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai.
5. 1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi.
6. 1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai
mata kuliah wajib. Di samping itu banyak diadakan kursus-kursus yang
bermutu.
7. 1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8. 1968: Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena
penelitian yang rutin dan kontinu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1. 1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya
satu aspek saja.
2. 1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan
mental dan kualitas

Kehumasan 5
3. 1990-sekarang: Perkembangannya antara lain:
a. Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap
dan pola perilaku secara nasioal/internasional.
b. Membangun kerja sama secara lokal, nasional, dan internasional.
c. Saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi.

B. Definisi Humas/Public Relations (PR)

Pengertian Humas/PR menurut beberapa ahli:


1. Edward L. Bernays, berpendapat bahwa HUMAS (Hubungan Masyarakat)
atau Public Relations (PR) memiliki 3 pengertian yaitu:
1) Memberi penerangan kepada masyarakat.
2) Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan.
3) Usaha-usaha mengitegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan
dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.
2. Scott M. Cutlip dan Allen H. Center berpendapat bahwa, Humas merupakan
fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan
tata cara seseorang atau organisasi suatu program kegiatan untuk memperoleh
pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya.
3. The Public Relations Society of America, berpendapat bahwa HUMAS
membantu suatu organisasi adalah usaha organisasi dan publiknya untuk saling
beradaptasi secara menguntungkan. Humas adalah usaha organisasi untuk
memperoleh kerja sama dari kelompok orang lain. Humas membantu organisasi
berinteraksi secara efektif dan berkomunikasi dengan publik utama.
4. Dr. Rex Harlow, berpendapat bahwa Public Relations merupakan komunikasi
dua arah antara organisasi dan publiknya secara timbal bailk dalam rangka
mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan
kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa humas adalah
usaha untuk mempengaruhi masyarakat melalui komunikasi secara timbal balik dalam
rangka memperoleh kerja sama dalam upaya pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.

C. Fungsi Humas

Berdasarkan rumusan dari Departemen penerangan RI, fungsi humas adalah:


1. Melaksanakan hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala
hal mengenai departemen penerangan terhadap internal publik, yaitu karyawan.
2. Melakukan hubungan keluar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai
departemen penerangan terhadap eksternal publik, yaitu masyarakat pada umumnya.
3. Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan kehumasan
sebagai medium penerangan.

6 Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan Kelas XI untuk SMK/MAK


4. Menyelenggarakan koordinasi integrasi dan sinkronisasi serta kerjasama
kegiatan PR atau hubungan masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan
penerangan terhadap umum.
Sedangkan fungsi Humas menurut Edward L. Bernays adalah:
1. Menyediakan penerangan/pemahaman kepada publik
2. Melaksanakan persuasi kepada publik untuk menjadikan sikap dan tingkah laku
publik berubah
3. Usaha mempersatukan sikap dan perilaku lembaga sesuai dengan sikap dan
perbuatan masyarakat atau sebaliknya.
Fungsi humas menurut Djanalis Djanaid memiliki 2 fungsi yaitu:
1. Fungsi Konstruktif, yaitu humas mendorong untuk membuat aktivitas ataupun
kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif.
Termasuk di sini humas bertindak secara preventif (mencegah).
2. Fungsi Korektif, humas dapat mengatasi terselesainya permasalahan yang
terjadi dalam organisasi, fungsi ini sama halnya dengan suatu penyakit, ketika
orang sudah dalam keadaan sakit, maka upaya selanjutnya adalah upaya
mengobati menuju kesembuhan. Karena mengobati adalah salah satu upaya
penyembuhan, maka dapat jadi upaya ini gagal total sehingga menyebabkan
kematian. Pepatah mengatakan, “mencegah lebih baik daripada mengobati”.

Anda mungkin juga menyukai