Anda di halaman 1dari 18

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Dilihat dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara pandang


dan perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari situs – situs yang ditemukan
oleh para arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal ini sudah
dilakukan. Pada masa Yunani dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide mengenai
"opini publik sudah muncul. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei (the voice of
the people is the voice of God). Public Relations sudah mulai digunakan berabad – abad lalu
di Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya konsep memerlukan pihak ketiga sebagai
fasilitator komunikasi dan penyelaras anantara pemerintah dan rakyatnya.

Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar tahun 1900 an
yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan " The Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap
sebagai " the father of Public Relations" karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian
sebetulnya konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850.( Broom, 2000;
102).

Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun1950. Perkembangan hubungan


masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada
waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyata Indonesia untuk mengetahui
segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan
Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan
dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih
banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12)

Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali


pemahaman terhadap perkembangan PR di Indonesia. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya,
PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di
Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan
konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan pengamatan
peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Anantao dalam Public
1
Relations In Asia an Anthology, Public Relations di Indonesia belum terlalu pesat
perkembangannya (Ananto, 2004; 265)

Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA,
sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan
baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations
dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman
dan berbagai macam bentuk implementasinya. Dari kasus – kasus yang ada sebetulnya
tampak bahwa PR adalah sebuah fungsi komunikasi yang terencana, tetapi memang
kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini.

Istilah Public Relation sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah
tampak pada abad-abad sebelumnya bahkan pada sejak manusia masih primitive. Dimana
unsur-unsur dasarnya adalah memberikan informasi, membujuk, dan mengintegrasikan
kepada khalayak atau public sudah terjadi pada kehidupan masyarakat zaman dahulu,
contohnya Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu menerapkan kegiatan Public
Relations sewaktu menyambut Marc Anthony ditepi sungai Nil. Selain itu, pada zaman
kejayaan Mesir kuno Public Relation dilaksanakan para pemimpin dan penguasanya malalui
seni dan sastra dalam bentuk pyramid, Obelisk, Candi, Spink, atau patung-patung lainnya
mengekeagungan dan keindahan raja.

Suatu langkah maju kegiatan Public Relation terlihat pada abad pertengahan dimana timbul
perserikatan-perserikatan dagang yang disebut Gilda yang merupakan suau organisasi dari
orang- orang yang bermata-pencaharian sama dengan tujuan untuk membatasi persaingan
dari dalam dan dari luar. Sejalan dengan itu, perkembangan public relation di dunia pun
semakin cepat dan pesat yang dapat dibagi menjadi beberapa fase perkembangan antara lain,
perkembangan demokrasi, revolusi industri, perkembangan Serikat-serikat Buruh dan public
relation modern.
Humas kependekan dari hubungan masyarakat. Hal ini seringkali disederhanakan sebagai
sebuah terjemahan dari istilah Public Relations (PR). Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih
relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan
termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah,
psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.

Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun
kualitasnya.Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat yang
kompleks.

PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsep


komunikasi (Kasali, 2005:1). Di masa mendatang PR diperkiraan akan mengalami
pertumbuhan yang luar biasa. Pemerintah AS mempekerjakan 9000 karyawan di bidang
komunikasi yang ditempatkan di United States Information Agency.

1.2 Tujuan

tujuan Public Relations secara umum adalah menciptakan dan memelihara saling pengertian,
maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh
pihak lain yang berkepentingan. Dengan adanya kata ‘saling’ maka organisasi pun harus
dapat memahami publiknya.

Menurut Charles S. Steinberg tujuan PR adalah menciptakan opini publik yang favourable
tentang kegiatan–kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan
(Abdurachman,II001:II6).

Tujuan PR untuk mengembangkan pengertian dan kemauan baik (goodwill) publiknya serta
untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan atau untuk menciptakan kerjasama
berdasarkan hubungan yang harmonis dengan publik (Soemirat dan ardianto,II00II:89).

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini berdasarkan generalsasi kebenaran yang dapat di berlakukan


kebenarannya dan secara logika atau teori deduktif dan induktif. Dan berdasarkan buku-buku
yang ada.

BAB 2

Pembahasan
3
2.1 Perkembangan Public Relations di Indonesia

a. Perkembangan Public Relation Pada Masa Kerajaan

Pada dasarnya praktik public relation sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan Belanda.
Hal ini terbukti bahwa, pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia yaitu pada masa kerajaan
Mataram dimana adanya usaha penembahan Senopati untuk menyebarkan ”gosip” bahwa
keturunannya akan menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul. Menurut salah satu
versi sejarah, usaha itu dimaksudkan untuk menyaingi pengaruh pada adipati di pesisir utara
Jawa yang kekuasaannya drestui oleh para Sunan atau Wali yang sangat disegani.

b. Perkembangan Public Relation Pada Masa Kemerdekaan

Ketika merumuskan konstitusi, ada banyak jurnalis atau wartawan yang menunggu
kelanjutan peritiwa setelah proklamasi kemerdekaan sehari sebelumnya. Akhirnya pertemuan
itu ditunda untuk memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan
kepada para jurnalis yang ada. Itu, fase media relations yang penting.

Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations
sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga
mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri. RRI
juga disebut sebagai bagian dari aktivitas public relation ketika mengeluarkan program siaran
luar negeri, yang kini pemancarnya ada di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ada pula
upaya untuk membantu India dalam mengatasi kelaparan dalam Program Rice for India,
sekalipun Indonesia belum memiliki surplus beras.

c. Perkembangan Public Relation Pada Masa Orde Baru

Setelah perang kemerdekaan, mulai berdatangan beberapa perusahaan minyak diantaranya


Shell, Stanvac, Caltex. Sebagai perusahaan multinasional, mereka memiliki organ bernama
public relation. Dimana S. Maimoen, R Imam Sajono dan Soedarso yang di tahun 1950-an
mulai dikenal sebagai PR Officer yang berlatar belakang dari kalangan jurnalistik. Tahun
1954, Garuda Indonesian Airways mulai mengembangkan unit public relation. Di tahun
1955, Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit public relation.
Kemudian diikuti oleh RRI. Sekalipun demikian, beberapa angkatan bersenjata juga memiliki
unit informasi yang dibawa kontrol presiden waktu itu. Di tahun 60-an, istilah ”purel”
sebagai akronim public relations makin populer digunakan ketimbang term kehumasan.

Konsultan public relation “Pertama” Adalah PT Inscore Zecha yang dipimpin M. Alwi
Dahlan tercatat sebagai konsultan public relation pertama yang berdiri di Indonesia tahun
1972. Kebanyakan mereka mengelola kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun
1970, sekitar 20 tahun national Development Information Office mendukung pengelolalaan
public relation pemerintah RI untuk dunia internasional.

Universitas Padjajaran menjadi universitas pertama yang membuka Fakultas Public Relations
di tahun 1964 dengan ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu, banyak
berkembang pendidikan public relation dalam bentuk program studi hingga pendidikan di
tingkat diploma. Tanggal 15 Desember 1972 merupakan momen deklarasi asosiasi public
relation Indonesia yaitu Perhumas yang dihadiri oleh beberapa PRO perusahaan minyak dan
konsultan serta akademisi term Asosiasi PR.

Di tahun 1974 posisi unit public relation dalam organisasi pemerintah sudah mulai dipegang
pejabat eselon III. Beberapa tahun kemudian meningkat menjadi eselon II. Karena itulah di
tahun 1974 ada Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) yang diketuai Direktur Humas
Pembangunan Menteri Penerangan.
Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977, Perhumas bersama asosiasi humas di
negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi Organisasi public relation ASEAN dan
menggelar Kongres PR Asean pertama di tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987,
Asosiasi Perusahaan public relation Indonesia dibentuk suatu wadah profesi Humas yg
disebut APPRI ( Assosiasi Perusahaan Public relation Independen ) yang mempunyai tujuan :

1. Mewujudkan fungsi PR yang jujur,Bertanggung jawab sesuai dengan kode etik

2. Memberi Informasi terhadap Klien bahwa APPRI memberi Nasehat dalam PR


3. Mengembangkan kepercayaan umum atas public relation
Dan kemudian tanggal 11 November 2003, tercatat sebagai kelahiran PR Society Indonesia.

5
d. Perkembangan Demokrasi
Kegiatan-kegiatan Public Relation pada abad pertengahan diperluas dengan adanya
perkembangan kehidupan demokrasi. Dimana sifat-sifat merdeka, sama derajat, dan mamiliki
harga diri dan pengaruh terhadap kehidupan perdagangan sangat penting. Perkembangan
Public Relation pada masa ini didorong oleh adanya Revolusi Amerika pada tahun 1775 yang
menyatakan dasar-dasar bagi demokrasi baru. Guna terwujud cita-cita itu diperlukan suatu
badan khusus yang bertugas memelihara hubungan antara kedua belah pihak, yaitu
pemerintah dan rakyat yang disebut Public Relation.

e. Revolusi Industri
Revolusi Industri diawal abad 19 ikut pula mendorong perkembangan public relations
terutama pada kemajuan perniagaan dan ekspansi perdagangan. Kegiatan Pulic Relation
dilaksanakan dilaksanakan secara langsung (face to face), atau kontak pribadi (personal
contact), yang sampai sekarang merupakan cara berkomunikasi yang baik dalam
melaksanakan Public Relation.

f. Perkembangan Serikat-serikat Buruh

Dengan perkembangan serikat buruh dan kesediaan majikan untuk menyesuaikan diri pada
perkembangan demokrasi, maka hubungan harmonis antara majikan dengan buruhnya dapat
terwujud sehingga kehidupan persahaan pun dapat terjamin, dan berdampak pada
tumbunhnya sikap positif dari publiknya. Dalam hal ini terwujudlah suatu Public Relation
yang terorganisir dan merupakan badan penghubung dalam kehidupan perusahaan terkait.

g. Public Relation Modern


Sejalan dengan perkembangan komunikasi, kegiatan public relation pun semakin banyak
digunakan, dipelajari, dan diteliti. Public relation dari berbagai badan, perusahaan, ataupun
instansi-instansi dalam masyarakat mendapat tugas untuk senantiasa mangikuti dan
menganalisa mesalah-masalah yang timbul, baik dari dalam badan itu sendiri maupun dari
Publiknya. Perkembangan tersebut mendorong lahirnya Public Relation dalam bentuk
moderrn di USA.

Perkembangan Public Relation sampai sekarang tidak terlepas dari dua orang bapak Public
Relation yakni Ivy Ledbetter Lee dan Edward L. Bernays. Kedua ilmuwan ini peletak dasar
munculnya Public Relation modern. Kegiatan yang dilakukan Lee pada tahun 1906
dinamakan Declaration of principles ( deklarasi asas-asas) yang pada hakikatnya menyatakan
bahwa keberadaan publik tidak bisa dianggap enteng oleh menajemen dan pers. Sedangkan
Edward (1891-1995) dikenal sebagai bapak Public Relation kerena menerbitkan buku-buku
public relation classic Cutlip-Center, Effective Public Relations, yang diacu sebagai Al kitab
public relation.

2.2 Perkembangan Humas di Dunia

Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya
aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil
menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas
upayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.

Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur


memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan
masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.

Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu.
Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi
ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat
magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.

Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan.
Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat
Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan
hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan
perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.

Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang
direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan
memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi
perkembangan organisasinya.

Berikut gambaran kronologis PR di dunia

Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri

7
didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh
1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata
kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena
penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu
aspek saja
1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan
kualitas
1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,
sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional

b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional


c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi

2.3 Asal Mula Istilah

Pengertian :

1. Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas khususnya fungsi-fungsi


organisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan opini publik dan citra
yang menyenangkan untuk dirinya sendiri (Webster’s New World Dictionary)

2. Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan


dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan
menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik
(Public Relations News)

3. Filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta


pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa
berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh
saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6).

Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai


dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique
of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of
communication (Abdurrahman, 1993: 10). Konsep Public Relations sebenarnya berkenaan
dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan
tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins, 2004: 2).

Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi
(non profit - komersial, publik- privat, pemerintah - swasta). Artinya Public Relations jauh
lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih awal.

Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari
apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations
dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami s

2.4 Tugas-tugas inti seorang Public Relation

"Public relations bukan hanya seorang juru siar," ujar Siska. Berikut Siska memaparkan
beberapa job description PR yang disebutnya sebagai "nature of work".

1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan, dapat


bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan target publik untuk mendukung tujuan dan
kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR specialiast menyajikan hal
tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non-profit,
universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga membangun dan
memelihara hubungan positif dengan publik.

2. Seorang PR mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media, komunitas dan


konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintah, mereka mengurus kampanye politik,
representasi para interest-group, sebagai conflict-mediation, atau mengurus hubungan antara

9
perusahaan tempat mereka bekerja dengan para investor. Seorang PR tidak hanya berfungsi
untuk "mengatakan sejarah organisasi", tapi mereka juga dituntut untuk mengerti tingkah-
laku dan memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain yang juga merupakan
bagian dari deskripsi kerjanya. Untuk meningkatkan komunikasi, seorang PR juga
membangun dan memelihara hubungan yang koperatif dengan wakil-wakil komunitas,
konsumen, karyawan dan public interest group, juga dengan perwalian dari media cetak dan
broadcast.

3. Seorang PR menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham,


mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas tersebut juga
berhubungan dengan mengupayakan pihak manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap
tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap grup-grup dan organisasi, dengan siapa
mereka biasa berhubungan.

4. Seorang PR menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di media, yang sekiranya
dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau
televisi, berita di koran dan artikel di majalah, bermula dari meja seorang PR.

5. Seorang PR juga mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan


mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik. Mereka mengatur speaking
engagement, pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat film, slide, atau
presentasi visual lain dalam meeting dan merencanakan konvensi. Sebagai tambahan, mereka
juga bertanggung jawab menyiapkan annual reports dan menulis proposal untuk proyek-
proyek yang beragam.

6. Dalam pemerintahan, seorang PR--yang kemungkinan akan disebut sebagai "sekretaris


pers", "information officer", "public affair specialist" atau "communications specialist",
bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen
pemerintah dan pegawai-pegawai resminya.

7. PR yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka yang menangani public
relations untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan dengan semua aspek pekerjaan.
Mereka akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan
menyiapkan material untuk distribusi. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau
sales promotion untuk mendukung kegiatan marketing.
uatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.

2.5 Peran Public Relation dalam Organisasi

Sebetulnya memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah hal yang mudah.
Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada dasarnya peran PR dalam sebuah
organisasi adalah sebagai berikut:

1. Communication Tehnician

Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap ini kemampuan
jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk berperan menulis, menulis
news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya
praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak
dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah
penulisan tools dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know"

2.Expert Prescriber

Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memeiliki


tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif.
Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi"
ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya.Tampaknya bangga
karena PR semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya
keterlibatan top manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia
sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat
tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas PR,
padahala seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang
ada dalam sebuah perusahaan,

Dalam hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit perlunya PR bagi
perusahaan menjadi rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan terburuk akan hilang
kepercayaan top manajemen akan fungsi PR bagi sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi

11
apabila top manajemen banyak merasa dikecewakan oleh PR yang dianggap mereka sebagai
pakar.

3.Communication Facilitator

PR sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter
dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola two way
communicationnya dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada/yang terjadi.
Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan
informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan minat keduabelah pihak.

Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai
kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda
yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap
kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan
publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way communication mampu
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur,
kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.

4.Problem Solving Facilitator

Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah.
Mereka menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan. Bergabung dengan konsultan
mulai dari awal direncanakan program hingga evaluasinya. Membantu manajemen
menerapkan PR sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen
yang lain.

PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam
pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki
power mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk
perubahan organisasi.

Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi maupun tujuan
mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport perubahan strategis organisasi,
keputusan yang sifatnya taktis dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program.

Mereka dimasukkan sebagai tim manajemen karena mereka mampu menunjukkan


kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen menangani serta menyelesaikan
permasalahan

2.6 Fungsi dan Model Public Relation

Secara turun temurun, fungsi PR dapat digambarkan sebagai pengontrol publik, mengarahkan
apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang lain dalam rangka memuaskan kebutuhan
organisasi, merespon publik, mereaksi pengembangan, masalah, mencapai hubungan yang
saling menguntungkan antara publiknya melalui hubungan yang harmonis. Fungsi ini dekat
dengan model PR yang dipaparkan oleh Grunig dan Hunt (1994) yaitu the press
agentry/publicity model; the public information model; the two way asymmetric model; the
two way symmetric model. Secara detail mengenai model tersebut adalah sebagai berikut:

Pada sejarah perkembangan konsep model Public Relations tampak bahwa pada mulanya
menurut Erc Goldman dalam Grunig menyebutkan bahwa Public Relations diawali dengan
the public be fooled era atau press agentry dan public be informed atau public information
era.

Pada awalnya Grunig mengadopsi ide ini tetapi mengelaborasinya dengan menambahkan
mengenai tujuan dan arah komunikasi . Grunig mengadopsi ide Thayer mengenai synchronic
dan diachronic communicationuntuk menggambarkan dua pendekatan dalam public relations.
Tujuan dari komunikasi sinkronis (synchronic communication) adalah mensikronisasi
perilaku publik terhadap organisasi sehingga organisasi dapat melakukan apa yang diinginkan
13
tanpa campur tangan dari publiknya. Tujuan dari komunikasi diakronik adalah untuk
menegosiasikan kebutuhan antara organisasi dengan publiknya.Pada akhirnya Grunig
mengganti istilah synchronic dan diakronik dengan assymetrical dan symetrical
communication.

Grunig and Hunt mengidentifikasi perkembangan sejarah Public Relations. Pada awalnya
Press agentry digunakan oleh praktisi PR di pertengahan abad 19. Pada awal abad 20 mulai
digunakan model the public information. Keduanya merupakan representasi dari one way
approaches dimana dengan model ini diseminasi informasi lebih banyak dengan
menggunakan media.

Di era berikutnya, dengan dipengaruhi oleh pandangan Perilaku dan ilmu – ilmu sosial
dikembangkanlah model two way asymetrical yang menekankan pada propaganda dan
manipulasi publik (meskipun dalam arti yang positif). Memanipulasi di sini berarti mengelola
serta mengarahkan publik kepada tujuan kita melalui cara memahami motivasi mereka.
Selanjutnya dikembangkanlah Two way symetrical model yang mengarah kepada "telling
the truth to public" . Model komunikasi ini diterapkan kepada publik dengan menggunakan
penelitian untuk memfasilitasi apa yang diharapkan oleh publik daripada untuk
mengidentifikasi pesan apa yang dapat digunakan untuk mempersuasi publik.

Grunig memaparkan Model two way symetric adalah pendekatan yang dapat dikatakan baik
dalam public relations. Sejalan dengan konsep yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
sebuah departemen dapat dikatakan baik dengan segala karakteristikanya dapat membuat
organisasi menjadi lebih efektif.

Grunig mengidentifikasi suatu teori normatif mengenai Public Relations yang menganut Two
Way Symetric adalah memiliki karakter

1.Adanya saling tergantung dan pembinaan hubungan;

2.Ketergantungan dan pembinaan hubungan tersebut memunculkan kurangnya konflik,


perjuangan, dan saling berbagi misi;

3.Adanya keterbukaan,saling percaya dan saling memahami;

4.Konsep kunci mengenai negosiasi,colaborasi dan mediasi;

5.Perlunya dikembangkan suatu aturan bagi proses dan strategi.

Pemahaman tersebut dapat disarikan bahwa komunikasi yang harmonis antara Public
Relations dengan publiknya akan berjalan baik jika didukung dengan komunikasi yang jujur
untuk memperoleh kredibilitas, keterbukaan dan konsisten terhadap langkah-langkah yang
diambil untuk memperoleh keyakinan orang lain,adanya langkah-langkah fair untuk
mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwill, komunikasi dua arah yang terus menerus
untuk mencegah keterasingan dan untuk membangun hubungan serta selalu melakukan
evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah atau penyesuaian yang
dibutuhkan bagi sosial yang harmonis. Pemilihan model yang tepat sangat tergantung dari
struktur sebuah organisasi dan bagaimana kondisi lingkungan dimana perusahaan tersebut
bertindak.

2.7 Aktifitas Public Relation

Pekerjaan PR dapat dikerjakan sendiri atau oleh konsultan, pemilihan ini sangat tergantung
dari polcy perusahaan. Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan konsultan dapat dilihat
lebih lanjut dalam tulisan Ida Anggraeni Ananda, Jurnal Visi Komunikasi.

Pada dasarnya aktifitas PR meliputi:

1. Komunikasi: perukaran ide, pendapat atau peasn melalui visual, lisan atau tulisan.

2. Publisitas: diseminasi pesan yang terencana melalui media tertentu, tanpa bayaran,
untuk meningkatkan minat terhadap perusahaan/organisasi.

3. Promosi: aktifitas mengkreasi atau menstimulasi perhatian terhadap produk, orang,


organisasi atau kasus.

4. Press agentry: melalui soft news stories.

5. Integrated marketing: fungsi PR pendukung pemasran, tujuan beriklan sebuah

15
organisasi.

6. Manajemen Isue: identifikasi, memonitor aksi publik atau reaksi publik terhadap
organisasi.

7. Manajemen krisis: menghadapi krisis, bencana atau kegiatan negatif yang tidak
terencana dan memaksimal ekses positif yang dapat diraih.

8. Public Information offcer: sebagai penghubung antara lembaga pemerintah, dan


media.

9. Public Affairs/lobbyist: bekerja mewakili perusahaan untuk menghadapi politisi,


perangkat pemerintah yang berperan menetukan kebijakan dan undang-undang untuk
mempertahankan statusquo atau mengubahnya.

10. Financial Relations: menghadapi dan mengkomunikasikan informasi kepada


pemegang saham atau masyarakat pemodal.

11. Community Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan antara organisasi


dan masyarakat.

12. Internal Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan orang – orang
yang berada dan memilki hubungan di dalam organisasi.

13. Industry Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan atau atas nama
perusahaan dengan industri.

14. Minority Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan group


minoritas dan individual.

15. Media Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan media.

16. Public Diplomacy: memantapkan dan meningkatkan hubungan untuk membuka jalur
perdagangan, pariwisata dan kerjasama antar negara.

17. Event management: menyiapkan, merencanakan, melakukan kegiatan yang


bermanfaat dalam suatu waktu.

18. Sponsorship: menawarkan atau menerima bantuan dana dengan imbalan public
exposure.
19. Cause/Relationship marketing: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan
konsumen.

20. Fund Raising: memantapkan dan meningkatkan hubungan atas nama sektor non profit
untuk mendorong terkumpulnya dana serta bantuan.

BAB 3

Penutup
3.1 Kesimpulan

Pengetahuan public relations wajib dimiliki oleh seorang sekretaris guna menghadapi
perannya sebagai figur public relations atau “pejabat humas” di mata masyarakat, yaitu
kemahiran sekretaris untuk mengahadapi atau sebagai citra perusahaan baik di pihak internal

17
maupun eksternal. Karena sekretaris mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu
sumber informasi bagi para pengambil keputusan. Dalam menghadapi situasi persaingan
yang semakin ketat saat ini, kemapanan citra perusahaan perlu terus-menerus dipertahankan,
salah satunya melalui kemantapan dan ketepatan cara kerja seorang sekretaris dalam
‘mengamankan’ perusahaan, yaitu dengan komunikasi yang tepat, profesional, dan strategis.
Karena peran sekretaris itu sendiri sebagai “secret” dari perusahaan.
Sekretaris harus menjalankan fungsi PR dengan baik, terutama dalam situasi krisis. Situasi
krisis datang secara mendadak dan perlu penanganan segera, sehingga seorang sekretaris
yang dekat dengan pengambil keputusan mempunyai peran yang cukup penting. Dalam
situasi yang cukup krisis, sekretaris akan bertindak sebagai “pasukan pemadam sukarela”
untuk meyelamatkan citra perusahaan. Situasi krisis sering diartikan sebagai saat yang dapat
mempengaruhi hidup matinya perusahaan.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai