Anda di halaman 1dari 15

1

Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Allah SWT. penyusun panjatkan, karena berkat rahmat
serta bimbingan-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang penulis
beri judul "Public Relation/humas: Periodisasi Kristalisasi Opini Public dan
Citra Positif". Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Publik Relation.

Penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Penulis yakin Makalah ini masih jauh dari nilai
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan makalah ini bisa lebih baik
lagi.

Semoga makalah ini memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat
serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.





Jakarta, Maret 2014



Penyusun,







2

DAFTA ISI

PUBLIC RELATION / HUMAS : Periodisasi Kristalisasi Opini Publik
dan Citra Positif

a. Periodisasi Public Relations (humas)...3
b. Corporate Secretary.....7
c. Model Praktik Humas..10
d. Opini publik.11
e. Kristalisasi Opini Publik.11
f. Faktor penilaian sikap (attitude)12
g. Faktor Konsensus (consensus)14
h. Pencapaian Citra Positif.15












3

A. Periodisasi Public relations ( Humas )

Periode I :
Tahun 1700 1800, periode dimana public relations muncul dalam bentuk
aktivitas tidak terorganisasi dengan baik (PR as non organized activity
periode), misalnya dalam bentuk acara yang sederhana, penyelenggaraan
pidato, pertemuan tertentu, dan korespondensi antar individu. Sebutan
tersebut bersumber dari kegiatan Humas yang berkaitan antara lain sebagai
berikut.
Penyatuan pendapat rakyat untuk kemerdekaan/kebebasan dari perbudakan
dan system kolonialisme yang melanda dunia pada waktu itu.
Public Relations drives ( harmonisasi, councel ).
Declarations of Independence, sebagai suatu pernyataan PR/Humas
mengenai deklarasi/kemerdekaan.

Periode II :
Tahun 1801-1865, aktivitas public relations mulai terorganisasi dengan baik
(PR as a organized activity), sejalan dengan adanya peningkatan hubungan
perdagangan baik secara lokak, nasional, maupun internasional. Periode ini
disebut masa-masa aktivitas pengembangan PR (PR of expansion), karena :
Adanya kemajuan atau perkembangan bidang industri, keuangan,
perdagangan dan teknologi yang sekaligus mempengaruhi aktivitas PR/
Humas untuk masa-masa selanjutnya.
Penghapusan perbudakan yang merupakan wujud keberhasilan aktivitas
PR/Humas dan pers yang mengkampanyekan anti perbudakan di kawasan
negara-negara Eropa, Amerika, dan negara-negara maju lainnya.

Periode III :
Tahun 1866-1900, aktivitas public relations berubah bentuk menjadi suatu
kegiatan professional (PR as professional). Publc relations dalam masa ini
juga terjadi atau disebut dengan masa the public to be damned periode
(1811-1900). Sebab, di samping adanya kemajuan bidang industri dan
teknologi, tapi dalam kegiatann bisnis berlaku asas Laissez Faire, pada
robber barons (yaitu tuan tanah perampok) memberlakukan system
ekonomi monopoli yang tidak memperdulikan nasib rakyatnya sehingga
mendapat kecaman (the public be damned).

Periode IV :
Tahun 1901-1919, yakni disebut Public be informed periode. Aktivitas PR
atau Perspada saat itu adalah melakukan insvestigative reporting (reportase
investigasi), yaitu melawan mereka dengan tulisan (laporan) mengenai
keburukan para pengusaha atau mengupah wartawan untuk membalasnya
(press attack) melalui pengaruh berita yang dimuat di media massa.

4

Periode V :
Tahun 1920-saampai sekarang, disebut The PR and mutual understanding
periode. Bahkan tahun 1923 PR/Humas dijadikan bahan studi, pemikiran dan
penelitian di perguruan tinggi sebagai sebuah profesi baru.


Perkembangan Humas/PR Indonesia
Perkembangan Humas di Indonesia masih tergolong baru jika di bandingkan
dengan negara-negara maju lainnya, tetapi fungsi kehumasan sudah di
kenal secara formal dan terorganisasi dengan baik, serta mulai diterapkan
pada tahun 1950-an. Sejarah mencatat Humas pertama berdiri di
perusahaan perminyakan negara (Pertamina). Organisasi ini berfungsi
secara terbatas untuk hubungan masyarakat dengan pihak perusahaan
rekanan, pemasok, penyalur dan penggunga/ pemakai jasa produknya
(konsumen).

Kemudian pada tahun 1954, secara resmi humas diterapkan pada jajaran
kepolisian, dengan nama Hubungan Masyarakat (Humas). Pada decade
tahun 1970-an peranan Humas telah diterapkan di berbagai instansi
pemerintah serta lembaga/perusahaan swasta sebagai upaya menjembatani,
berkomunikasi dan menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari
lembaga/organisasi yang diwakilinya itu kepada pihak
public/masyarakatnya. Berikut adalah periode perkembangan PR/Humas di
Indonesia :

Periode I :
Tahun 1962, cikal bakal pembenukan Humas di Indonesia secara resmi lahir
melalui Presidium Kabinet PM Juanda, yang menginstuksikan agar setiap
instansi pemerintah harus membentuk bagian/devisi Humas. Secara garis
besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah :
Tugas Strategis : Ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh
pimpinan hingga pelaksanaannya.
Tugas Taktis : Upaya memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan
komunikasi timbal balik dua arah, hingga mampu menciptakan citra atas
lembaga/institusi yang diwakilinya.

Periode II :
Tahun 1967-1971, disebut dengan periode humas kedinasan pemerintahan.
Hal tersebut dengan terbentuknya suatu wadah/organisasi berbentuk Badan
Koordinasi Kehumasan (Bako-Humas) Pemerintah di Indonesia. Pada tahun
1967 didirikan koordinasi antar Humas Departemen/Lembaga Negara yang
disingkat Bakoryang secara ex officio dipimpin oleh pimpnan pada setiap
departemen. Kemudian tahun 1970-1971, Bakor diubah menjadi
Bakorhumas (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah) yang melalui SK
5

Menpen No.31/Kep/Menpen/tahun 1971, sebagai institusi formal dalam
lingkungan Departemen Penerangan RI. Maka sesuai dengan SK Menpen
tersebut; lahirlah Pedoman Tata Kerja Bakohumas yang berisi antara lain:
Ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan,
khususnya di bidang penerangan dan kehumasan.
Melakukan pembinaan dan pengembangann profesi kehumasan.
Menyempurnakan fungsi dan kedudukan Humas dalam perilaku menuju
pada suatu kepribadian yang sama di Indonesia, dalam rangka menunjang
kebijaksanaan pemerintah.
Memelihara hubungan kerja sama yang baik dan menciptakan hubungan
yang efektif dan harmonis dengan organisasi dan lembaga resmi serta
masyarakat.

Periode III:
Tahun 1972 dan 1993. Periode ini ditandai dengan munculnya Public Relatios
(Purel) kalangan professional pada lembaga swasta umum. Indicator
tersebut dapat kita lihat pada pertama : didirikannya suatu wadah profesi
Humas, yaitu Perhumas (perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia)
pada 15 Desember 1972 oleh kalangan praktisi swasta dan termasuk
pemerintahan. Pendirinya, antara lain yaitu Wardiman Djojonegoro (mantan
Mendikbud), Marah Joenoes (sebelumnya Kahupmas Pertamina), Nana
Sutresna ( Deplu), M. Alwi Dahlan ( mantan Menpen RI dan ketua BP7),
Feisal Tamin (Depdagri), Wisaksono Noerhadi (Matahari), Imam Sajono
(Konsultan PR) dan lain sebagainya.
Kemudian dalam acara Konvesi Nasional Humas di Bandung pada akhir
1993, telah ditetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia (KEKI). Perhumas
juuga tercatat sebagai anggota International Public Relations Association
(IPRA) dan ASEAN Public Relations Organization (FAPRO).
Kedua, pada anggal 10 April 1987 di Jakarta, dibentuk suatu wadah profesi
Humas lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations
(APPRI). Tujuannya adalah sebuah wadah profesi berbentuk organisasi
perusahaan-perusahaan public relations independen (konsulta jasa
kehumasan). Saat ini ketuanya adalah Maria Wongsonagoro (Praktisi Humas
dan Presenter TVRI).

Periode IV:
Tahun 1995 sampa sekarang, Public Relations (PR) berkembang di kalangan
swasta bidang professional khusus (spesialisasi PR/Humas bidang industri
pelayanan jasa). Beberapa indikatornya adalah sebagai berikut:

Pertama, ditandai dengan terbentuknya Himpunan Humas Hoter
berbintang (H-3) tanggal 27 November 1995.himpunan tersebut
diperuntukkan sebagai wadah organisasi profesi Humas bidang professional
Jasa Perhotelan, berkaitan sangat erat dengan organisasi yang sudah
6

dikenal sebelumnya bidang perhotelan, yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel dan
Restoran di Indonesia).
Kedua, disusul dengan berdirinya Forum Komunikasi Antar Humas
Perbankan (Forkamas), yang merupakan forum resmi bagi para pejabat
Humas (Public Relations Officer) bidang jasa perbankan di Indonesia, baik
bank pemerintah (Himbara), swasta (Perbanas), asing dan campuran yang
beroperasi di Indonesia. Tujuan utama Forkamas adalah membina hubungan
komunikasi antarhimpunan bank-bank milik negara (Himbara) dengan
orgaisasi persatuan perbankan swasta nasional khususnya dalam bidang
kehumasan melalui berbagai macam kegiatan operasional dan jasa
perbankan.
Ketiga, sesuai dengan SK BAPEPAM No.63/1996, tentang perlunya
pihak Emitmen (perusahaan yang go public) di Pasar Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya memiliki lembaga Corporate Secretary.
Keempat, yaitu berdirinya PRSI (Public Relations Society of Indonesia) pada
11 November 2003 lalu di Jakarta, dan idenya sama dengan nama PRSA
(Public Relations Society of America) yan telah berdiri lama sejak ahun
1940-an sebagai organisasi professional yang bergengsi dan sekaligus
berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR Professional
(APR) di Amerika yang diakui secara internasional.
























7

B. Corporate Secretary

Kelembagaan Corporate Secretary, dalam sebuah perusahaan public yang
bersifat terbuka berfungsi sebagai communicator atau mediator, pengatur
arus informasi antara perusahaan/Emiten dan investor/nasabahnya. Dan
oleh karena kemampuan pokoknya lebih mengarah kepada Public Relations
Manager , maka sesuai dengan SK Bapepam No.63/1996, secara garis besar
fungsi utamanya adalah :
a. Dalam bidang legal (aspek hukup keperdataan, perjanjian, notariat
dan hokum bisnis).
b. Dalam bidang ekonomi berupa marketing dan audit/analisis laporan
keuangan/akuntansi, serta memahami laporan keuangan secara
periodic dan manajemen perusahaan/keuangan lain sebagainya.
c. Dalam bidang public relations fungsinya diwujudkan dalam bentuk
melakukan publikasi melalui Annual Report (Laporan
berkala),menyebarkan profil perusahaan (company profile) di majalah,
bulletin, jurnal dan media massa lainnya, mempublikasikan laporan
keuangan dan mengeluarkan publikasidalam bentuk Prospektus
perusahaan/Emiten yang ingin go public dalam rangka menarik calon
investor.
d. Membina hibungan dengan calon investor dan investor (investor
relations). Termasuk melakukan hubungan baik dengan pihak kreditor,
perbankan, lembaga keuangan, relasi bisnis dan sebagainya.
e. Sedangkan fungsi Compliance Officer, merupakan tugas pemenuhan
atau ketaatan dalam aturan main, seperti peraturan perundang-
undangan Pasar Modal, dan sebagainya.

Yang membedakan antara fungsi PR/Humas biasa dengan Sekretaris
Perusahaan (Corporate Secretary) adalah siapa yang menjadi public
sasarannya. Public atau sasaran secretariat perusahaan (target audience)
bersifat lebih khusus, misalnya para investor, nasabah, kreditor, dan lain
sebagainya.

Fungsi Investor Relations

Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-63/PM/1996, yang
berkenaan dengan pembentukan Sekretariat Perusahaan (corporate
secretary) maka perannya adalah sebagai penghubung atau contact person
antara emiten (perusahaan public) dengan Bapepam atau masyarakat.
Pada tahun 1997 jumlah perusahaan public telah mencapai lebih kurang 335
perusahaan dan cukup besar jumlahnya jika dibandingkan 10 tahun yang
lalu tercatat sedikitnya 24 perusahaan yang go public. Kemampuan khusus
Praktisi Humas (PR Practioner) yang harus dimiliki oleh pihak perusahaan
yang bergerak pada jasa investor relations companyserupa dengan
8

peranan corporate secretary yang mewaliki direksi perusahaan public
(emiten) terhadap kepentingan para investornyaantara lain:
a. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku di bidang pasar modal Indonesia.\
b. Memberikan pelayanan pada masyarakat atas setiap informasi yang
berkaitan dengan kondisi keuangan, prospek keuntungan dan kinerja
emiten atau perusahaan public bersangkutan.
c. Bertindak sebagai penghubung atau contact person antara emiten
dengan Bapepam, atau perusahaan public dengan masyarakat
(investor relations).
d. Selain berfungsi sebagai investor relations yang bertujuan
memberikan informasi yang benar, juga memiliki fungsi compliance
officer yang bertujuan untuk pemenuhan dan ketaatan mengenai
aturan main di pasar modal.
e. Memberikan masukan pada direksi emiten untuk memenuhi ketentuan
UU No.8/1995, tentang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya.


Pengertian Investor Relations

Definisi Investor Relations menurut NIRI ( National Investor Relations
Institue), Standards of Practice for Investor Relations, (2
nd
edition, Virginia,
2000:11), yaitu merupakan kegiatan pemasaran korporat yang
menggabungkan disiplin lintas komunikasi dan pemasaran untuk
memberikan gambaran yang tepat mengenai kinerja dan prospek
perusahaan kepada investor dan calon investor.

Menurut Cultip, Center & Broom (2000:21) pengertian investor relations
adalah; Investor relations is a specialized part of corporate public relations
that build and maintains mutually benefical relationship with shareolders and
others in financial community to maximize market value.

Maksud dan Tujuan Investor Relations

Kegiatan investor relatons tersebut memiliki tujuan dan maksud sebagai
berikut:
a. Menyediakan informasi bagi pasar modal, sehingga harga /nilai saham
perusahaan dapat mencerminkan nilai dan harapan (prospek) lebih
baik atas pendapatan di masa mendatang.
b. Memelihara kepercayaan, citra dan likuiditas saham perusahaan
(Emiten) yang diperdagangkan di pasar bursa modal.
c. Memelihara komunikasi yang positif antara perusahaan emiten
denganpara investor melalui media financial report publication secara
periodic dan kontinyu.
9

d. Menjaga hubungan baik atau akses dengan pasar modal (BEJ & BES)
dan Bapepam (Regulator), rekan bisnis (bussines relations), kreditor
(Pihak perbankan), para pedagang perantara, penjamin serta
pengamat perbankan/pasar modal.
e. Memberikan sumbang saran bagi pihak manajemen mengenai
penilaian dari perkembangan pasar modal, sebagai upaya rencana
penyusunan strategi perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.

Menciptakan Good Corporate Governance (GCG)

Peranan Investor Relations Practitioner secara praktisi adalah melaksanakan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu terwujud dalam 4 prinsip,
antara lain sebagi berikut :
a. Accountability, pertanggungjawaban agar pihak manajemen
perusahaan emiten yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi
pertanyaan stake holder atas berbagai kebijakan yang telah
dilaksanakan oleh emiten.
b. Predictability, kemampuan dalam memprediksi prospek usaha
mendatang secara tepat dan rasional, yang terkait dengan kebijakan
yang efektif, efisien dalam operasi dan teknis pengembangan bisnis
sesuai aturan bisnis dan hokum yang berlaku.
c. Transparency, keterbukaan saluran informasi yang dapat dipercaya
dan terbuka kepada pihak stake holder, para investor, pengamat,
public yang terkait serta media pers.
d. Participation, diperlukan keikutsertaan stake holder dan para investor
dalam memperoleh informasi dan data, upaya pengecekan serta
proses pengambil keputusan bersama dalam perusahaan public.

Kegiatan Corporate Secretary (Investor Relations)

Program dari kegiatan Investor Relations, yang umum dilaksanakan oleh
secretariat perusahaan (Corporate Secretary), baik regular (rutin) mauupun
khusus (special events), adalah sebagai berikut:
a. Memenjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan pihak bursa
efek (BEJ & BES) dan Bapepam.
b. Melaksanakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara periodic
dan dalam kondisi-kondisi luar biasa. Termasuk rapat rutin untuk
menganalisis perkembangan saham/usaha dengan para analisis pasar
modal dan fund manager.
c. Menyelenggaraakan presentasi bisnis, internal public offering (IPO),
dan paparan public (public expose).
10

d. Menyelenggarakan seminar, diskusi dan road show ke berbagai
kalangan kampus, peminat (calon investor), investor, pengamat dan
pelaku bisnis (bussines relations).
e. Membina hubungan baik dengan pedagang perantara (broker),
Asosiati Emiten Indonesia dan profesi tekait lainnya di pasar modal.
f. Membentuk media komunikasi (publicatgion media) sebagai saluran
informasi dan data mengenai kegiatan perusahaan emiten melalui
laporan keuangan tahunan (annual report publication) yang ditujukan
kepada stake holder, investor, media pers dan pengamat serta dunia
kampus.


C. Model Praktik Humas

Menurut James E. Gruning, (1992) perkembangan public relations dalam
praktik terdapat 4 model, baik secara konseptual maupun secara praktisi
dalam manajemen komunikasi. Model-model tersebut adalah :


1. Model agensi pers atau model propaganda
Secara praktik PR/Humas pada tahap ini melakukan propaganda melalui
komunikasi searah untuk tujuan memberikan publisitas yang
menguntungkan, khususnya ketika berhadapan dengan media massa.
2. Model informasi public

Dalam hal ini PR/Humas bertindak sebbagai Journalist in residence, artinya
bertindak sebagai wartawan dalam menyebarluaskan informasi kepada
public dan mengendalikan berita atau informasinya kepada media maasa.
Kedua model tersebut diatasPress Agency dan Public Information
termasuk model simetris.

3. Model asimetris dua arah (two way symmetrical model)

Pada tahap ini, pihak PR dalam praaktiknya melalui penyampaian pesannya
berdasarkan hasil riset dan strategi ilmiah (scientific strategy) untuk
berupaya membujuk public, agar mau kerja sama, bersikap dan berpikir
sesuai dengan harapan organisasi.

4. Model simetris dua arah (two waay symmetrical model)

Model ini, PR/Humas melakukan kegiatan berdasarkan penelitian dan
menggunakan teknik komunikasi untuk mengelola konflik dan memperbaiki
pemahaman public secara strategic (Gruning, 1992: 18)
11

D. Opini Publik

Pengertian Opini Publik

Menurut Dra. Djonaesih S. Sunarjo, SU dalam bukunya opini public, terbitan
Liberty Yogyakarta, (1997), ciri-ciri opini public itu adalah:
Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya;
Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendaapat;
Memunyai pendukung dalam jumlah besar.
Untuk memahami opini seseorang dan public tersebut, menurut R.P. Abelson
(1968) bukanlah perkara mudah, karena mempunyai kaitan yang erat
dengan :
Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)
Persepsi (perception), yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar
dari berbagai factor, yakni:
Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat-istiadat yang dianut seseorang
atau masyarakat.
Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas
pendapat atau pandangannya.
Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat).
Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian
mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-
berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.


E. Kristalisasi Opini Publik

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif, dan verbal serta terbuka
melalui kata kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, bisa juga melalui kata
kata yang tersamar dan tidak secara lansung, sehingga dapat diartikan
sebagai konotatif.
Opini Publik atau perorangan menurut R.P. Abelson yaitu berkaitan dengan
sikap mental (attitude), tingkah laku (behaviour), persepsi (perception), dan
hingga kepercayaan tentang ssuatu (belief). Sedangkan opini (opinion )
tersebut secara garis besar definisinya adalah apa yang dinyatakan oleph
seorang dlam menjawab suatu pertanyaan what the individuals says or puts
on a questionnaire

Pendirian adalah apa yang dirasakan oleh seseorang (what the individuals
really feels) dan kemudian timbul attitude, sebagai the feeling one has for
self atau sikap yang dapat bersifat laten (laten opinion). Sikap tersebut
12

dapat muncul dalam bentuk symbol, bahasa tubuh, verbal, mimic muka,
ekspresi serta makna dari suatu warna yang dipakainya dan lain sebagainya.

Opini dari perorangan tersebut kemudian secara akumulatif dapat
berkembang menjadi suatu konsesus (kesepakatan) dan terkristalisasi jika
masyarakat dalam kelompok tertentu mempunyai kesamaan dalam visi, ide,
nilai nilai yang dianut, latar belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai
dikemudian hari akan terbentuk menjadi opini.


F. Faktor Penilaian Sikap (Attitude)

Menurut D.W Rajecki dalam bukunya Attitude, themes and advance (1982),
yaitu mempunyai tiga komponen, yang dikenal dengan istilah ABCs of
attitude
Komponen A : affect (perasaan atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci,
sedih dan kebahagiaan hingga muak atau bsan terhadap sesuatu, sebagai
akibat setelah merasakannya atau timbul setelah melihat dn
mendengarkannya. Kemudian komponen afektif tersebut merupakan
evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara emotif (aspek
emosional) untuk menghasilkan penilaian, yaitu baik atau buruk

Komponen B : Behaviour ( tingkah laku )
Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau prilaku seseorang,
misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkankan, menerima,
menolak, mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi merupakan
komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif (action element)
untuk melakukan tindakan atau berprilaku atas suatu reaksiyang sedang
dihadapinya.

Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar)
Kompnen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai
suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan
pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari
seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya
kognitif tersebut merupakan aspek kemam[uan intelektualitas seseorang
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Emory S. Bogardus berpendapat dalam praktiknya terdapat beberapa
macam pengertian tentang opini public antara lain :

Opini personal (personal opinion)
13

Opini berdasarkan penafsiran individu atau setiap orang akan berbeda
pandangan terhadap suatu masalah.
Opini pribadi (private opinion)
Opini ini merupakan landasan bagi opinion personal, karena
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari opini pribadi.
Opini kelompok (group opinion)
Opini kelompok ini terbagi menjadi opini mayoritas dan opini
minoritas, opini kelompok ini sangat dekat dengan opini public.
Opini koalisi (coalition opinion)
Opini adalah penggabungan dari beberapa kelompok opini minoritas,
dan menjadi opini mayoritas. Penggabungan opini tersebut dinamakan
opini koalisi.
Opini konsesus (concensus opinion)
Opini ini melalui suatu proses perundingan untuk mencapai
kesepakatan bersama (konsesnsus) dan merupakan opini berbentuk
opini mayoritas berdasarkan kesepakatan bersama (dealing)
Opini umum (general opinion)
Bentuk opini ini bersifat pendapat umum, yang berakar dari nilai nilai
yang berkembang dan berlaku di masyarakat/kelompok tertentu
berdasarkan adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan dan norma norma
yang dianut oleh masyarakat bersangkutan.


Seseorang tidak dapat mengukur sikap dan prilaku orang lain secara
langsung. Yang terukur adalah ekspresi sikap apa dan bagaimana yang
muncul dalam bentuk prilaku.
Menurut Leonardo W. Doof (1945) suatu opini public yang dianggap
kompeten atau mampu memenuhi syarat opini public dalam arti khusus bila
terdapat
Fakta yang dipakai sebagai tolak ukur perumusan opini publik, yaitu
adanya unsure penilaian baik dan buruk dari masyarakat
Penggunaan fakta justru suatu sikap diambil karena tidak berdasarkan
fakta sampai pada suatu kesimpulan atau kesepakatan menhenai
tindakan yang harus diambil untuk memecahkan suatu
persoalantertentu yang dihadapinya.
Syarat syarat sebagai opini publik dalam arti khas itu dapat ditinjau
dari fakta, nilai nilai, opini publik dan kompetensinya.

Jadi Batas tolak ukur opini publik tergantung dari beberapa hal yaitu :
1. Tergantung pada pengetahuan dan tingkat pendidikan masing masing
pihak (publik)
2. Kebijaksanaan tergantung dari penilaian dan seleksi publik terhadap
fakta dan penilaiannya.
14

3. Kenyataan bahwa setiap persoalan berkaitan dengan berbagai aspek,
sehingga untuk hal hal kompeten yang menimpa masyarakat, maka
opini publik terdiri dari banyak orang (publik) dan sulit untuk diambil
keputusan sebagai acuannya.



G. Faktor Konsensus (Consensus)


Menurut Renald Kasali, perkembangan opini individual menjadi opini publik,
baik bersifat mendukung maupun menentang, secara garis besarnya melalui
beberapa tahapan tahapan :

1. Proses waktu
Memerluka proses waktu untuk membentuk consensus atau masing
masing individu, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan sangat
tergantung pada unsure emosi, kesamaan persepsi, kepercayaan atas
suatu isu beritayang tengah berkembang (diekspos), tingkat
pengalaman yang sama dan hingga tindakanyang diambil nara sumber
berita.

2. Cakupan (luasnya publik) consensus atas masing masing individu
terhadap pembentukan opini publik, biasanya berawal dari segmen
yang paling minor (kecil). Kemudian cepat atau lambat menjadi
segmen mayor atau berkoalisi dengan kelompok yang lebih luas.

3. Pengalaman masa lalu
Khalayak (audience) pada umumnya pernah memiliki pengalaman
terhadap isu tertentu yang sedang dibicarakan (diekspos)

4. Tokoh (actor pelaku )
Hampir setiap kasus termasuk bdidalamnya kasus kasus criminal yamg
terekspos keluar oleh meia massa sudah pasti akan selalu ada
tokohnya (actor) baik bersifat intelektual, politisi, eksekutif, tokoh
keagamaan dan masyarakat yang dapat membentuk konsenus
masyarakat.

5. Media Massa Pembentuk Opini Publik
Berita yang ditampilkan atau diekspos keluar oleh media massa
merupakan cara efektif pembentukan opini publik atau masyarakat
umum.


15

H. Pencapaian Citra Positif

Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasidan prestasi
yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau
public relation. Pengertian citra sendiri itu abstrak (intangible) dan tidak
dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil
penilaian baik atau buruk.

Penilaian atau tanggapan masyarakat dapat berkaitan dengan timbulnya
rasa hormat (respect) kesan kesan yang baik dan menguntungkan suatu
citra lembaga/organisasi atau produk jasa dan oelayanan yang diwakili oleh
pihak humas/pr.


Menurut Frank Jefkins ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal didunia
aktivitas hubungan masyarakat (publik relation) dan dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya antara lain sbb :

a. Citra atau cermin (mirror image)
b. Citra kini (current image)
c. Citra keinginan (wish image)
d. Citra perusahaan (corporate image)
e. Citra serbaneka (multiple image)
f. Citra penampilan (performance image)

Anda mungkin juga menyukai