Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS

HUBUNGAN MASYARAKAT

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Farid Hasan K 12030115130153

Panca Maulana Kaswanda 12030115130167

Rahmat Septiandendi 12030115130143

Irine Tessa Koeswandini 12030115130206

Dosen Pengampu : Dra. Rini Nugraheni, M.M.

JURUSAN S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan,
direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah
lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam
menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada
pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi
kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang
sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,
mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya. Public relation
atau hubungan masyarakat masih merupakan bidang baru terutama di Indonesia. Lahirnya public
relations seperti yang dipraktekan sekarang ialah karena adanya kemajuan-kemajuan dalam
berbagai macam bidang itu. Kemajuan yang sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat, memisahkan manusia kedalam berbagai kelompok atau golongan, yang masing-
masing mempunyai tujuan sendiri dan berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka untuk menciptakan kerja sama, public relations
merupaka suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini, dimana orang-orangnya bergerak
diberbagai bidang, misalnya dalam bidang industri, perusahaan, pendidikan, pemerintahan,
kerokhanian, social ekonomi, politik perburuan dan sebagainya. Banyak orang tidak percaya dan
sulit mempercayai bahwa humas bermanfaat bagi organisasi atau lembaganya, anggapan itu
dikarenakan kesalahan penerapan humas itu sendiri, penerapan humas terkadang cenderung tidak
terintegrasi dengan bagian yang lain, dan tidak terencana dengan baik , padahal humas tidak beda
dengan fungsi manajemen yang lainnya, yang memerlukan perencanaan, pengorganisasian, aksi
dan evaluasi, dalam arti kerja humas haruslah terencana dengan baik, dan dirumuskan tujuannya
serta ditentukan tingkat keberhasilannya.
Pendekatan public relations memang tidak harus dilihat semata-mata sebagai aparat
kelembagaan, seperti dalam wujud Bagian Humas atau Biro Humas. Yang utama, memang,
penerapannya sebagai metode komunikasi oleh tiap karyawannya. Mengingat diperlukan waktu
panjang untuk mengusahakan tiap karyawan mampu menerapkan public relations sebagai metode
komunikasi dalam kehidupan dan kegiatan sehari-harinya, hadirnya public relations sebagai
lembaga di lingkungan pemerintah kabupaten dan kota masih diperlukan. Selain dua pendekatan
itu, masih dimungkinkan pendekatan ketiga yakni peran humas dirangkap top manager atau
perangkat pemerintah lain. Kemungkinan lainnya, pemerintah mempekerjakan konsultan jasa di
bidang public relations yang berada di luar struktur pemerintahan, terus-menerus atau secara
insidental.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Humas di Indonesia
Sejarah perkembangan Public Relations di Indonesia secara konsepsional terjadi pada
tahun 1950-an. Kala itu berdiri organisasi HUMAS pertama kali di perusahaan perminyakan
negara ( Pertamina). Peranan divisi HUPMAS ( Hubungan Pemerintah dan Masyarakat )
Pertamina ini sangat penting dalam upaya menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan
pihak klien, relasi bisnis, perusahaan swasta/BUMN/Asing dan masyarakat.

Kemudian pada tahun 1954, secara resmi HUMAS diterapkan pada jajaran kepolisian.
Dilanjutkan di berbagai instansi pemerintah dan perusahaan swasta pada tahun 1970-an.

Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka
istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala
Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi,
misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers
atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan
sebagai terjemahan dari public relations.

Bapak Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan public relations di Indonesia


dalam 4 periode sebagai berikut :
1) Periode 1 ( Tahun 1962 )
Secara resmi pembentukan HUMAS di Indonesia lahir melalui Presidium Kabinet PM
Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian/divisi
HUMAS. Dijelaskan pula garis besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah : Tugas strategis
yaitu ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan hingga pelaksanaaannya. Dan
tugas taktis yaitu memberikan informasi, motivasi, pelaksanaaan komunikasi timbal balik dua arah
supaya tercipta citra atas lembaga/institusi yang diwakilinya.
2) Periode 2 ( Tahun 1967 – 1971 )
Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja
badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam pembangunan,
khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan
profesi kehumasan.
Tahun 1967, berdiri Koordinasi antar Humas Departemen/ Lembaga Negara yang
disingkat “Bakor” yang secara ex officio dipimpin oleh pimpinan pada setiap departemen.
Tahun 1970- 1971, Bakor diubah menjadi Bako-humas (Badan Koordinasi Kehumasan
Pemerintah ) yang diatur melalui SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971. Yang menjelaskan
sebagai institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bakohumas tersebut
beranggotakan Humas departemen, Lembaga Negara serta unit usaha negara/BUMN. Kerjasama
antara Humas departemen/institusi tersebut menitikberatkan pada pemantapan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan.
3) Periode 3 ( Tahun 1972 – 1993 )
Periode ini ditandai dengan munculnya Public Relations kalangan profesional pada
lembaga swasta umum. Dengan indikator sebagai berikut:
a. Tanggal 15 desember 1972 didirikannya Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (
Perhumas ) sebagai wadah profesi HUMAS oleh kalangan praktisi swasta dan pemerintah.
Seperti wardiman Djojonegoro ( mantan mendikbud), Marah Joenoes (mantan kahupmas
Pertamina), pada konvensi Nasional HUMAS di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik
Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas juga tercatat sebagai anggota International Public
Relations Association ( IPRA) dan ASEAN Public Relations Organization (FAPRO).
b. Tanggal 10 April 1987 di jakarta, terbentuklan suatu wadah profesi HUMAS lainnya yang
disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations ( APPRI ). Tujuannya adalah sebuah
wadah profesi berbentuk organisasi perusahaan – perusahaaan public relations yang
independen (konsultan jasa kehumasan ).
4) Periode 4 ( Tahun 1995 – sekarang )
Periode ini Public Relations berkembang di kalangan swasta bidang profesional khusus (
spesialisasi PR/HUMAS bidang industri pelayanan jasa). Dengan indikator sebagai berikut:
a. Tanggal 27 November 1995 terbentuk Himpunan Humas Hotel Berbintang ( H-3). Himpunan ini
diperuntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS bidang jasa perhotelan, berkaitan erat
dengan organisasi PHRI ( Perhimpunan Hotel dan Restoran di Indonesia).
b. Tanggal 13 september 1996 diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan (
FORKAMAS) oleh Gubernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para pejabat
HUMAS ( Public Relations Officer ), baik bank pemerintah ( HIMBARA), swasta ( PERBANAS),
dan asing yang beroperasi di bidang jasa perbankan di Indonesia.
c. Keluarnya SK BAPEPAM No.63/1996, tentang wajibnya pihak emiten (perusahaan yang go
public) di Pasar Bursa Efek Jakarta ( BEJ) dan Bursa Efek Surabaya memiliki lembaga Corporate
Secretary.
d. Berdirinya PRSI ( Pulic Relations Society of Indonesia ) pada tanggal 11 november 2003
di Jakarta. ini menyerupai PRSA ( Public Relations Society of Amerika), sebuah organisasi
profesional yang bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi
akreditasi PR Profesional (APR) di Amerika yang diakui secara internasional.
e. PRSI atau Masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali dipimpin oleh August
Parengkuan seorang wartawan senior harian Kompas dan mantan ketua Perhumas-
Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian,
kebersamaan, pemberdayaan serta pastisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR
professional dalam aktivitas secara nasional maupun internasional.

2.2 Definisi Humas


Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang
diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun
organisasi yang nonkomersial. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita
menyukainya atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan
kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi
terpecaya kian terasa pada era globalisasi dan “banjir informasi” seperti saat ini.
Humas, yang merupakan terjemahan dari istilah Public Relations atau PR. Kedua istilah
ini akan dipakai secara bergantian. Itu terdiri dari beberapa bentuk komunikasi yang terselenggara
antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya.
Menurut definisi kamus Institute of Public Relations (IPR), sebuah lembaga humas
terkemuka di Inggris dan Eropa (November 1987),“humas adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya”. Jadi, humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa
sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara
berkesinambungan dan teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak bisa dilakukan secara
sembarangan atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik
dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan (atau, lazim disebut sebagai seluruh “khalayak” atau publiknya).
Menurut kamus Fund and Wagnal, American Standard Desk Dictionary (1994),
istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh
organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang
baik dari pihak luar terhadap keberadaaan dan sepakterjangnya. Istilah “kiat” dalam definisi ini
mengindikasikan bahwa humas harus menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan
(Management By Objectives).
Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City (Agustus 1978),
ditetapkan definisi humas, “Humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang
menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari
setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan
mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan
organisasi dan kepentingan khalayaknya”.
2.3 Ruang Lingkup Humas
2.3.1 Humas Pemerintahan
Humas Pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis. Bagian humas di pemerintahan
dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka. Mereka
memberi informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja
institusi serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan segala sesuatunya
yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Selain keluar humas pemerintahan dan politik
juga harus memungkinkan untuk memberi masukan dam saran bagi para pejabat tentang segala
informasi yang diperlukan dan reaksi atau kemungkinan reaksi masyarakat akan kebijakan
institusi, baik yang sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan ataupun yang sedang diusulkan.
2.3.2 Humas Industri dan Bisnis
Kesadaran masyarakat tentang pengaruh keputusan industri dan bisnis terhadap hal-hal di
atas dan masyarakat sebagai sasaran market industri dan bisnis di sisi yang lain, menimbulkan
kesadaran kalangan industri dan bisnis untuk memperhatikan dan melibatkan peranan masyarakat
terhadap keputusan mereka. Sehingga ada hibungan timbal balik yang merupakan ciri dan konsep
humas. Mereka berdua pada akhirnya memiliki kesadaran dan tanggungjawab dalam memelihara
ketertiban, pertahanan, konservasi alam dan ekonomi. Dari sisi manajemen (perusahaan),hal ni
memerlukan perhatian yanh lebih untuksenantiasa memberitahu masyarakat terhadap masalah-
masalah,alasan-alasan dan pembenaran atas keputusan-keputusan manajemen. Sebaliknya, mereka
juga harus mengetahui lebih banyak tentang masyarakat dam kepentingan mereka atau
kepentingan golongan –golonagn khusus, yakni yang dapat mempengaruhi dampak terhadap
industri dan bisnis.
2.3.3 Humas Sosial
1. Humas Penegak Hukum
Termasuk dalam hal ini humas yang berada dalm kepolisian karena kepolisian telah
menjadi perhatian masyarakat dalm hubungannya terhadap kelompok minoritas, hak warga
Negara, penyalahgunaan obat bius, kejahatan, ketertiban umum dan sebagainya. Sebagai hasilnya
banyak golongan penegak hokum merasa perlu untuk membentuk grup-grup penasihat warga
Negara dan merangkap sebagai pejabat humas untuk bekerjasama dengan mereka dan para
media massa. Singkatnya, penegak hokum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan
umum supaya mereka dapat membantu masyarakat dengan baik.
2.Humas Profesi
Maksud penerapannya adalah untuk mendapat pengakuan dan keprofesionalan dan
publikasi tentang apa yang telah mereka lakukan bagi kepentingan umum. Kampanye kesehatan,
sadar hokum, massa information, perngumpulan dan, publikasi perkembangan teknologi
kedokteran dan terobosan-terobosan baru hasil penelitian, pengalaman dramatisdalam
mencariberita,produksi dan pemutaran film-film profesi adalah contoh penerapan humas profesi
dokter, pengacara, waatawan, artis dan sebagainya.
3. Humas Organisasi Sukarela
Peranannya untuk merancang suatu program humas yang progresif, termasuk di dalamnya
mengadakan hubungan dengan pers.
4. Humas Organisasi Internasional
Lahirnya humas Internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam
segala bidang, misalnya perkembangan di bidang pariwisata, komunikasi, tukar-menukar di
bidang pendidikan dan sebagainya. Semua itu memungkinkan terjadinya kontak atau hubungan
antarnegara.Dengan demikian, untuk memelihara hubungan yang baik antara satu Negara dengan
Negara yang lain humas memegang peranan penting.
2.4 Perkembangan Kelembagaan Humas di Indonesia
Tidak ada catatan yang pasti, mulai kapan profesi humas mulai berkembang di Indonesia.
Namun yang jelas, praktek humas dalam pengertiannya yang paling hakiki sudah ada di Nusantara
sebelum kedatangan Belanda.
Secara kelembagaan atau institusional, profesi humas diakui sejak terbentuknya
Bakohumas (Badan Kordinasi Hubungan Masyarakat) pada tanggal 13 Maret 1971. Bakohumas
ini menghimpun para pejabat dan staf humas di lingkungan departemen, lembaga-lembaga
pemerintahan dan BUMN. Perkembangan humas di Indonesia cukup pesat, dan tiga faktor yang
melatarbelakanginya, yaitu : 1) Kemajuan teknologi, 2) pertumbuhan ekonomi dan 3) kian
hausnya masyarakat akan informasi yang akurat.
Agenda kerja di Bakohumas ditekankan pada pemantapan koodirnasi, integrasi,
sinkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan. Organisasi ini ada di pusat dan di daerah-
daerah (Dati I dan Dati II). Keanggotaannya bukan individual, melainkan fungsional kelembagaan.
Sampai sekarang, anggotanya tercatat sebanyak 136 lembaga. Secara ex officio, pimpinan
Bakohumas pusat dijabat oleh Direktur Pembinaan Humas Departemen Penerangan. Sedangkan
wakilnya adalah Kepala Biro Humas Departemen Dalam Negeri. Di Dati I, kepala Bakohumas
Daerah dijabat oleh Kepala Kanwil Departemen Penerangan setempat.
Lembaga pertama di Indonesia menghimpun para praktisi humas (individual)
adalah “PERHUMAS” (Perhimpunan Hubungan Masyarakat). Lembaga ini didirikan (berbadan
hukum) pada tanggal 12 Desember 1972. Pendirinya dari kalangan swasta dan pemerintahan.
Perhumas dibentuk dengan tujuan meningkatkan keterampilan prosesional humas,
memperluas dan memperdalam pengetahuan teknis humas dan sebagai wahana pertemuan para
praktisis humas. Perhumas telah tercatat sebagai anggota IPRA (International Public Relations
Association) yang berpusat di Jenewa, Swiss, serta turut merintis pembentukan FAPRO
(Federations of ASEAN Public Relations Organizations)pada awal 1980-an.
Pada tanggal 13 September 1996, terbentuk Forkamas (Forum Komunikasi Hubungan
Masyarakat Perbanas) yang khusus menghimpun para pejabat humas di lingkungan
perbankan. Penggagasnya adalah Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono. Sampai
dengan akhir tahun 1996, lembaga tersebut baru menghimpun para pejabat humas dari sekitar 30-
an bank, sedangkan jumlah bank yang ada di Indonesia saat itu mencapai sekitar 240-an.
Sebelumnya, perusahaan atau biro-biro konsultan humas telah membentuk asosiasi
tersendiri pada tahun 1986 dengan nama APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations
Indonesia). Sampai pada tahun 1995, anggotanya telah mencapai sekitar 55 perusahaan. APPRI
sejak awal telah aktif dalam ikut menangani proyek-proyek kehumasan berskala besar, seperti
humas untuk keluarga berencana dan pamera kedirgantaraan internasional (Indonesia Air Show).
Diluar itu masih banyak asosiasi-asosiasi humas yang relatif independen. Misalnya, H3
(Himpunan Humas Hotel), yang terbentuk pada tanggal 23 Februari 1995, atau Jayakarta PR
Club. Perkembangan kelembagaan humas ini turut memberi andil yang penting bagi
perkembangan profesi humas di Indonesia.
2.5 Hubungan Masyarakat (Publik Relations)
2.5.1 Kegiatan-kegiatan Humas
Kegiatan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam
simbol komunikasi,verbal maupun nonverbal. Kegiatan komunikasi verbal,sebagian besar adalah
pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel, progress report, menulis untuk presentasi,menulis
untuk pers (press release),membuat rekomendasi dan sebagainya.Sedangkan verbal lisan antara
lain jumpa pers, guest guide/open huose, announcer,presenter, desk informations dan sebagainya.
Kegiatan komunikasi nonverbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event,
riset/peneliian, pers kliping dan sebagainya.
Kegiatan terbesar humas adalah menulis,editing,media relations,special event, berbicara,
produksi, riset, programming dan konsultasi. Sedangkan penggunaan kegiatan yang menggunakan
waktu terbesar adalah untuk koordinasi,perencanaan dan negosiasi
Kegiatan-kegiatan kehumasan meliputi :
a. Customer relations seperti membangun hubungan baik dengan pihak luar,maksudnya menjalin
hubungan baik antara perusahaan dengan public dan hubungan dengan konsumen.
b. Employee relations, seperti membangun hubungan antara pimpinan dengan bentuk kerjasama dan
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.
c. Government relations, seperti menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang humas adalah
a. Menyalahgunakan kepercayaan, ini dapat berupa membocorkan rahasia, korupsi dll
b. Memberikan informasi-informasiyang tidak dapat dipertanggung jawabkan, yang sumbernya tidak
jelas dan tidak dapat dicek.
c. Mengadakan kerja sama dengan individu atau kelompok yang dapat merugikan individu-individu
lainnya, baik dari segi moral maupun segi lainnya.

2.5.2 Fungsi Humas


Dalam buku Public Relations : Teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993)
disebutkan dua fungsi PR yaitu :
1. Fungsi Konstruktif
Dianalogikan sebagai “penata jalan “.Jadi, humas merupakan “garda” terdepan yang
dibelakangnya terdiri dari “rombongan” tujuan-tujuan perusahaan.Peranan humas dalam hal ini
mempersiapkan mental publik untuk menerima kebijakan organisasi untuk mengetahui
kepentingan publik,mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk direkomendasikan
kepada manajemen,menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian,percaya dan saling
membantu terhadap tujuan-tujuan publik atau organisasi yang diwakilinya.
2. Fungsi Korektif
Berperan sebagai pemadam kebakaran,yakni apabila sebuah organisasi atau lembaga
terjadi masalah-masalah atau krisis dengan publik,maka humas harus berperan dalam mengatasi
terselesaikannya masalah tersebut.
Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut :
o Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
o Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari
perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.
o Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
o Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik,baik internal maupun eksternal.
2.5.3 Peranan Petugas Humas
Peranan humas dapat dibedakan menjadi 2 yakni peranan manajerial yang dikenal dengan
peranan di tingkat messo (manajemen) dapat diuraikan menjadi 3 peranan,yakni expert pereciber
communication,problem solving process facilitator dan communicatoin facilitator dan juga
peranan teknis .Sehingga bisa dijelaskan lebih jauh terdapat 4 peranan yakni :
§ Expert Pereciber Communication.
Petugas PR di anggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati pimpinan
perudahaan/organisasi.Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.
§ Problem Solving Process Facilitator
Yakni petugas humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen/krisis.Dia menjadi
anggota tim bahkan bila tidak memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis
manajemen.
§ Communicatoin Facilitator
Petugas humas sebagai fasilitayor atau jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan
sebagai media atau penegah bila ada misscommunication.
§ Technician Communication
Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di
bidang humas.
2.5.4 Tugas Humas
Ada 3 tugas humas dalam organisasi yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi
humas yakni :
a) Menginterpretasikan , menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik,kemudian
direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi.
b) Mempetemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
c) Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga,khususnya yang berkaitan dengan publik.

2.6 Prospek Profesi Humas di Era Globalisasi


Pada era globalisasi saat ini sangat dibutuhkan adanya sumber daya manusia yang memang
benar-benar berkualitas. Hal ini untuk mendukung adanya persaingan yang sangat ketat baik dalam
dunia karir, pendidikan dan yang lain.
Tidak terlepas pula dalam hal profesi. Semuanya harus dituntut menjadi profesional. Agar tidak
tersingkir oleh adanya persaingan. Seperti halnya profesi public relations (PR) yang
keberadaannya sangat penting. Selain itu, profesi public relations merupakan suatu profesi yang
menantang dan memiliki prospek yang baik untuk kedepannya. Baik untuk sebuah perusahaan,
organisasi, ataupun dalam sektor yang lain seperti dalam pemerintahan.
Public Relation sebenarnya suatu bidang yang sangat potensial di masa yang akan datang
karena posisinya yang sangat strategis. Public relations yang dahulu dengan sekarang sangat
berbeda. Dahulu, seorang public relations identik sebagai event organizer, membawakan tas
direktur, atau menemani ibu pejabat berbelanja. Namun, kini seorang public relations atau humas
harus bisa membuka ruang dalam menjembatani investasi dan ruang pasar penjualan produk.
Dalam bidang komunikasi dan public relations atau humas kini menjadi salah satu ujung tombak
sektor industri untuk bersaing dalam era globalisasi. Seperti contoh pada bidang dunia kerja atau
untuk sebuah perusahaan. Dalam era globalisasi, profesi public relations atau bidang kehumasan
ini akan sangat berperan karena merupakan ujung tombak dari suatu perusahaan yang
dipegangnya. Perusahaan yang tidak memanfaatkan bidang tersebut akan tertinggal karena tidak
menguasai perolehan dan penyebaran informasinya. Keberadaan bidang komunikasi dan public
relations atau hubungan masyarakat bukan hanya perlu untuk membina hubungan dengan pihak
luar. Namun pula, ini sangat penting untuk memberikan informasi ke dalam, baik kepada pimpinan
maupun sesama karyawan sendiri. Suatu perusaan yang nyaman harus melakukan suatu
keterbukaan antara karyawan dengan atasannya. Agar tidak terjadi adanya suatu kesalahpahaman
yang akan menimbulkan suatu kesenjangan dalam perusahaan tersebut. Hal inilah yang menjadi
suatu tugas dari seorang public relations dalam perusahaan.
Dalam sebuah pemerintahan, public relations atau bidang kehumasan juga sangat
diperlukan. Pada saat yang sekarang ini, pemerintahan harus terbuka. Tidak seperti zaman dahulu.
Dalam era keterbukaan ini masyarakat bisa mempertanyakan kebijakan pemerintah dan
pemerintah harus mengkomunikasikan atau menginformasikan kebijakannya kepada masyarakat.
Di sinilah Public Relations dibutuhkan untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan semua
kebijakan pemerintah kepada semua masyarakat. Agar tercapai semua tujuan yang akan
dicapainya.
Profesi public relation pada zaman sekarang atau pada era globalisasi ini sangat
memanfaatkan adanya fasilitas penyebaran informasi yang sangat canggih yaitu internet. Kini
internet semakin memasyarakat. Siapa saja boleh untuk mengaksesnya. Hal ini memudahkan
seorang public relations untuk menyebarluaskan segala informasinya. Karena antara instansi yang
satu dengan yang lain sangat memerlukan tukar informasi seluas-luasnya demi mewujudkan visi
misi yang diembannya.
Kesimpulannya, profesi public relations atau bidang kehumasan untuk era globalisasi ini
sangat dibutuhkan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan sumber daya
manusia atau publik yang semakin cerdas pula. Baik untuk perusahaan yang berfungsi untuk
menyebarkan informasi, ataupun untuk bidang pemerintahan dan yang lain yang berfungsi untuk
menginformasikan kebijakannya kepada masyarakat. Dalam menjalankan profesinya, menjadi
sarana utama bagi seorang public relations masa depan.
2.7 Citra Sebagai Sasaran Humas
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai
macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu. Perkembangan komunikasi
memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta.
Ada 5 jenis citra (image), sebagai berikut :
1. Citra Bayangan (mirror image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah
pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra
yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini
cenderung positif, bahkan terlalu positif karena kita bisa membayangkan hal yang serba hebat
mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang-orang lain juga memiliki pandangan
yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.
2. Citra yang Berlaku (current image)
Citra ini kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang
melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra
bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan semata-
mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang
biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif karena humas memang
menghadapi dunia yang bersifat memusuhi, penuh prasangka, apatis dan diwarnai keacuhan yang
mudah sekali menimbulkan suatu citra yang tidak fair.
3. Citra Harapan (wish image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama
dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan
daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa
merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang
berkonotasi lebih baik. Citra harapan biasanya dirumuskan dan diperjuangan untuk menyambut
sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.
4. Citra Perusahaan (corporate image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk
dan pelayanan saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat
meningkatkan citra suatu perusahaan.
5. Citra Majemuk (multiple image)
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai. Masing-masing unit
dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak
mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan.
2.8 Citra Positif dan Negatif
Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku (current images) yang
bersifat dan negatif. Citra humas yang idelah adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.
Itu berarti tidak seyogianya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru
dapat mengacaukannya. Suatu citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja, termasuk
ditengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya adalah dengan menjelaskan secara
jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.
Pemolesan citra (yang tidak sesuai dengan fakta yang ada) pada dasarnya tidak sesuai
dengan hakikat humas itu sendiri. Kalangan manajemen dan pemasaran yakni mereka yang sering
membeli dan menyalahgunakan humas sehingga merusakkan nama baik dunia kehumasan, suatu
pemikiran yang keliru bahwasanya pemolesan citra itu merupakan suatu usaha yang sah-sah saja.
Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Dalam rangka menegakkan kredibilitas humas maka
segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari.
2.8.1 Perbedaan Antara Humas Nyata dan Humas Semu
Perbedaan pokok antara humas yang nyata dan yang semu (tidak nyata) terletak pada ada-
tidaknya tujuan-tujuan tertentu, atau bisa-tidaknya hasil humas itu di ukur. Para pengkritik humas
sering mengatakan bahwa humas itu adalah sesuatu yang tidak nyata sehingga hasilnya pun
mustahil diukur. Satu-satunya alasan mengapa hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan humas tidak bisa
diukur adalah tidak adanya tujuan yang menjadi pedoman atau patokan pengukuran.
Humas yang tidak nyata pada dasarnya bersumber dari kegiatan-kegiatan kehumasan yang
tidak terencana dan tanpa tujuan yang pasti. Hal ini tidak dapat dielakan jika pihak yang
mengerjakannya hanya menginginkan suatu citra yang hebat atau peliputan media massa yang
penuh pujian. Peliputan media massa yang luas atau citra yang positif itu pada dasarnya hanyalah
alat bagi suatu organisasi untuk memungkinkannya mencapai tujuan-tujuan berikutnya yang lebih
konkret. Bahkan kadang-kadang humas hanya diartikan sebagai kegiatan pengumpulan kliping
koran, tentu saja hasilnya absrak dan tampak tidak berarti. Sedangkan humas yang nyata
sesungguhnya adalah hums yang mampu menghasilkan suatu manfaat berarti sehingga senantiasa
efektif bila ditinjau dari segi biaya (cost-effective).
2.8.2 Perumusan Tujuan dan Penentuan Skala Prioritas
Tujuan yang tepat tidak muncul begitu saja. Kita bisa menemukan tujuan yang paling tepat
hanya dengan duduk dibelakang meja dan memerintahkan orang-orang lain untuk melakukan ini
dan itu. Ada dua cara untuk menetapkan tujuan. Cara pertama adalah dengan mengadakan riset
khusu guna mengindentifikasi masalah yang sekiranya memerlukan solusi humas. Misalnya saja
rendahnya antusiasme para pengecer untuk memasarkan suatu produk, atau sikap apatis staf atas
rencana perusahaan untuk menanamkan modal dalam sektor industri mesin secara besar-besaran.
Cara kedua adalah dengan mengadakan serangkaian diskusi atau konsultasi secara mendalam
dengan para pimpinan departemen atau kalangan staf inti guna mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan komunikasi paling mendasar yang mereka rasakan.
Ruang lingkup tujuan humas itu sendiri ternyata sedemikian luas. Namun sehubungan
dengan keterbatasan sumber daya, maka kita harus selalu membuat prioritas.
Penyusunan prioritas merupakan suatu hal yang mutlak perlu, mengingat tujuan yang lebih
banyak ketimbang sumber daya yang tersedia karena jenis sumber daya itu sendiri bervariasi, kita
perlu menyimak lebih jauh perumusan skala prioritas (seleksi tujuan) atas keterbatasan beberapa
sumber daya pokok. Yang pertama adalah sumber daya waktu. Semua organisasi dan individu
pasti menghadapi batasan waktu dalam mengejar tujuan-tujuannya.
Yang kedua adalah sumber daya dana atau uang yang tersedia untuk membiayai usaha-
usaha dalam mencapai suatu tujuan. Jumlah dana senantiasa menentukan jumlah dan kualitas staf
dari suatu perusahaan atau organisasi, serta nilai pekerjaan yang akan disajikan oleh para konsultan
humas.
2.8.3 Perencanaan Program Humas
Bagaimana suatu program humas, baik itu yang berjangka panjang maupun berjangka
pendek (untuk satu peristiwa tunggal), harus direncanakan dengan cermat dan hati-hati,
sedemikian rupa sehingga akan diperoleh hasil-hasil yang nyata. Tetapi mengapa kita perlu
menyusun program humas? Dari sekian banyak alasan, ada empat yang paling menonjol bagi
dilakukannya perencanaan humas.
Empat alasan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur atas
segenap hasil yang diperoleh.
b) Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
c) Untuk memilih prioritas-prioritas yang paling penting guna menentukan jumlah program dan
waktu yang diperlukan guna melaksanakan segenap program humas yang telah diprioritaskan
tersebut.
d) Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan jumlah dan kualitas personel yang ada, daya dukung dari
berbagai peralatan fisik, serta anggaran dana yang tersedia.
Tanpa adanya suatu program yang terencana, seorang praktisi humas akan terpaksa
beroperasi secara instingtif sehingga ia mudah kehilangan arah. Ia akan selalu tergoda
mengerjakan hal-hal baru, sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan. Pada akhirnya, ia
akan sulit memastikan sejauh mana kemajuan yang telah dicapai, dan apa saja hasil-hasil konkret
yang telah dihasilkannya.
2.8.4 Model Perencanaan Humas
Salah satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut sebagai “model enam
langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh para praktisi humas profesional. Adapun
keenam tahapannya yaitu sebagai berikut :
a) Pengenalan situasi
b) Penetapan tujuan
c) Definisi khalayak
d) Pemilihan media dan teknik-teknik humas
e) Perencanaan anggaran
f) Pengukuran hasil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan,
direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah
lembaga atau institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial
dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan
kepada pimpinan institusi atau lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat
memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang
sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,
mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapain

Anda mungkin juga menyukai