Anda di halaman 1dari 5

Vinanda Cinta Cendekia Putri

E022211024/KOMINFO

Sejarah Perkembangan PR dan Humas di Indonesia

Sejarah perkembangan PR
Sejak abad ke-15, tapi baru berkembang dengan pesat pada abad 19 atau awal abad 20.
Para pakar Hubungan Masyarakat (humas) di Indonesia seperti Alwi Dahlan dan W. Noeradi
sepakat bahwa praktek PR atau humas di Indonesia sama usianya dengan usia Republik
Indonesia. Mengumumkan kemerdekaan merupakan kegiatan PR yang bertujuan untuk
memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dan juga untuk
mendapatkan pengakuan internasional. Tentu sebenarnya praktek PR sendiri sudah
dilakukan sejak zaman kerajaan- kerajaan yang ada di Indonesia dan juga sebelum
kemerdekaan di umumkan, tapi praktek ini tidak disebut kegiatan PR tapi lebih ke kampanye
informasi.

Periode kedua terjadi setelah pendeklarasian kemerdekaan tepatnya pada tahun 1950,
terciptanya era baru pada dunia PR dimana banyaknya perusahaan multinasional mulai
berdatangan seperti Caltex Pacific Internasional, Stanvac dan lainnya. Perusahaan-
perusahaan ini menganggap PR sangat penting dengan tujuan untuk memperkenalkan
perusahaan tersebut serta untuk membangun komunitas dan reputasi pada publik. PR juga
mulai berkembang dibidang pemerintah dengan dibentuknya bagian humas pada RRI dan
Kepolisian RI. Meskipun PR sudah masuk dalam struktur organisasi mereka, dalam
prakteknya keefektifan dari PR sendiri masih belum jelas.

Pada masa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, pemerintahan berfokus
pada pembangunan ekonomi negara sehingga banyak kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan adalah UU PMA 1967 yaitu kebijakan
pemerintah untuk menarik modal asing. Ini berkaibat banyaknya permintaan jasa konsultasi
termasuk konsultasi PR pada tahun 1970an. Perkembangan yang terjadi di Indonesia pada
periode yang sama adalah dibentuknya BAKOHUMAS (Badan Koordinasi Hubungan
Masyarakat) di tahun 1970. Kemudian dibentuklah PERHUMAS (Perhimpunan Hubungan
Masyarakat) pada tahun 1972. PERHUMAS sendiri didirikan sebagai usaha untuk
meningkatkan profesionalisme para praktisi PR.

Selanjutnya, pemerintah membuat kebijakan yaitu deregulasi (perbankan) 1983 dan adanya
privatisasi di berbagai sektor ekonomi yang mendorong semakin besarnya permintaan
praktek PR profesional. Namun tingginya permintaan akan PR profesional ini tidak diimbangi
dengan ketersediaan praktisi PR yang memiliki kualifikasi memadahi. Dengan keadaan
seperti ini, mulai bermunculan perusahaan di bidang PR dan kemudian dibentuklah APRI
(Asosiasi Perusahaan Public Relations) pada April 1987 yang merupakan tonggak penting
dalam perkembangan PR di Indonesia. APRI didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
profesionalisme humas di Indonesia.

Perkembangan PR di Indonesia juga berjalan sejajar dengan perkembangan pemerintahan


dan politik Indonesia. Pada masa ini yaitu Pasca Orde baru tahun 1998, adanya pengakuan
kebebasan berkomunikasi. Dengan ini muncul pula pengakuan jaminan terhadap hak untuk
memperoleh serta menyebarkan informasi sebagai hak masyarakat untuk mendewasakan
diri. Selain kebijakan tersebut, satu kebijakan penting yang muncul adalah kebebeasan pers.
Pada era ini praktek PR sudah mengarah pada model humas simetris dua arah yaitu cara
ideal meningkatkan reputasi organisasi diantara target audience dengan menggunakan
komunikasi dua arah yang terjadi antara kedua belah pihak. Ini tentu membuat PR di
Indonesia berubah menjadi lebih terbuka, dan secara otomatis komunikasi antara PR dan
publik juga menjadi komunikasi dua arah.

Sejarah Perkembangan Humas di Indonesia


 Periode 1 Tahun 1962
Cikal bakal pembentukan humas di Indonesia secara resmi lahir melalui kabinet PM Juanda,
yang menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk divisi humas,
secar garis besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah:

Tugas strategis: ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan hingga
pelaksanaannya.
Tugas taktis: upaya memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan komunikasi timbal balik
dua arah, hingga mampu menciptakan citra atas lembaga yang diwakilinya.

 Periode 2 Tahun 1967 - 1971


Disebut dengan periode humas kedinasan pemerintah. Hal ini dimulai dengan dibentuknya
Bako Humas pemerintah. Pada tahun 1970- 1971 Bako diubah menjadi Badan Koordinasi
Kehumasan Pemerintah, yang melalui SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971, sebagai
institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bakohumas tersebut
beranggotakan Humas Departemen, lembaga Negara serta unit usaha Negara. Kerja sama
antar Humas departemen tersebut menitikberatkan pada pemantapan koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan.

 Periode 3 Tahun 1972 – 1993


Periode ini ditandai dengan munculnya humas dikalangan profesional lembaga swasta
umum, yaitu dengan didirikannya wadah profesi humas yaitu Perhumas (Perhimpunan
Hubungan Masyarakat Indonesia) pada tanggal 15 Desember 1972 oleh kalangan praktisi
swasta. Pada acara Konvensi Nasional Humas di Bandung pada akhir 1993 ditetapkan kode
etik kehumasan Indonesia (KEKI). Perhumas juga tercatat sebagai anggota IPRA dan FAPRO.
Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta, dibentuk suatu wadah profesi humas lainnya yang
disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations (APRI). Tujuannya sebagai wadah
profesi berbentuk organisasi perusahaan- perusahaan PR yang independen (Konsultan jasa
kehumasan).

 Periode 4 Tahun 1955 – Sekarang


PR berkembang di kalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi PR/Humas
bidang industry pelayanan jasa) beberapa indikatornya sebagai berikut:
- Terbentuknya Himpunan Humas Hotel berbintang (H-3) tanggal 27 November 1995.
- Berdirinya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan (Forkamas), tujuan utama Forkamas
adalah membina hubungan komunikasi antara himpunan bank-bank milik Negara melalui
kegiatan operasional dan jasa perbankan, juga melalui berbagai seminar diskusi, penerbitan
jurnal berkala dan tukar-menukar informasi. Selain itu juga bertujuan untuk membina
hubungan keluar dengan publiknya dan mampu menciptakan citra dan opini positif bagi
perbankan nasional.

- Berdirinya PRSI (Public Relation Society of Indonesia) pada 11 November 2003 di Jakarta,
idenya sama dengan PRSA yaitu sebagai organisasi professional yang bergengsi dan
sekaligus berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR Profesional.
Organisasi PRSI bertujuan meningkatkan kesadaran, kepedulian, kebersamaan,
pemberdayaan serta partisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional
dan aktivitasnya yang berkaitan dengan isu-isu secara nasional dan internasional.

Publik, Stakeholder dan Opini Publik

 Publik adalah khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda-beda atau
sekelompok orang yang menaruh perhatian pada suatu hal yang sama, mempunyai
minat dan kepentingan yang sama.

 Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan
yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan.

 Opini publik merupakan pendapat atau penilaian sosial (social judgment) dari
individu-individu yang berinteraksi mengenai suatu hal, opini publik baru dapat
menjadi sebuah opini bila hal itu telah dinyatakan. Opini publik dapat digunakan
sebagai strategi untuk mendukung atau juga menentang suatu isu

Publik merupakan bagian dari masyarakat, baik dalam jumlah kecil ataupun besar, kelompok
minoritas maupun mayoritas yang memiliki beberapa kesamaan kepentingan dan tujuan
dalam situasi tertentu.

Publik adalah sasaran komunikasi suatu organisasi dalam cakupan luas, sedangkan
Stakeholders merupakan kelompok orang-orang berkepentingan atau pemegang
kepentingan. Stakeholders memengaruhi kepentingan dan tujuan perkembangan suatu
perusahaan di masa mendatang. Stakeholders juga sebagai kelompok penekan (pressure
group). Semua PUBLIK adalah stakeholder makanya tidak ada opini stakeholder.

Opini publik dapat menjadi suatu keuntungan terhadap suatu organisasi.

Pengertian Publik

1. Frank Jefkins (1995:71): public adalah sekelompok atau orang-orang yang


berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal.
2. Menurut John Dewey (dalam Grunig & Hunt, 1984) publik adalah sebuah kumpulan
manusia yang (a) menghadapi masalah yang sama, (b) mengakui bahwa masalah itu
memang ada, dan (c) mengorganisir diri untuk melakukan sesuatu terhadap masalah
tersebut.
3. Menurut Ruslan (1997:49): Publik secara umum mempunyai konotasi sempit dan
spesifik yang merupakan sekumpulan individu-individu yang terikat suatu ikatan
solidaritas tertentu.
4. Djaja (1985:9): Publik adalah sekelompok individu yang terikat oleh satu masalah,
kemudian timbul perbedaan pendapat terhadap masalah tadi dan berusaha untuk
menanggulangi persoalan tadi dengan jalan diskusi sebagai jalan keluarnya
5. Dozier dan Grunig (1992) dalam Kriyantono (2014:61): public adalah individu yang
mendeteksi suatu masalah, membicarakannya, dan melakukan tindakan tertentu
yang memengaruhi organisasi

Pengertian Stakeholder

1. Grunig dan Repper dalam Putra (1999: 44) : bahwa terkategori sebagai stakeholder
karena mereka dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh organisasi atau
keputusan-keputusan yang diambil dapat memengaruhi organisasi.
2. Lattimore dkk (2010:52): stakeholder adalah konsumen, komunitas, lembaga
keuangan, dan pemerintah karena “mereka dan organisasi memiliki konsekuensi
satu sama lain.
3. Brody (1988:81) dalam Putra (1999:44) stakeholder adalah “groups of individual
whose interests coincide in one or more ways with the organization with which the
public relations practitioners is dealing.”
4. Rhenald Kasali (1994:63) stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam
maupun di luar organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
perusahaan.
5. Freeman (1984:25) dalam Putra (1999:44) stakeholders merupakan “any individual
or group who can affect or is affected by the actions, decisions, policies, practices, or
goals of the organizations.”

Pengertian Opini Publik

1. Frazier Moore (2004), Opini Publik adalah ungkapan keyakinan yang menjadi
pegangan bersama diantara para anggota sebuah kelompok atau public mengenai
suatu masalh kontroversial yang menyangkut kepentingan umum.
2. Leonardo W. Dood (2004), Opini public adalah sikap orang-orang mengenai suatu
persoalan, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.
3. Emory Bogardus (1951), Opini public adalah hasil pengintegrasian pendapat
berdasarkan diskusi yang dilakukan di dalam masyarakat demokratis.
4. Clyde L. King dalam tulisannya Public Opinion a Manifestation of the Social Mind,
yang artinya bahwa opini public adalah penilaian sosial (social judgement) mengenai
sesuatu hal yang penting dan berarti atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan
individu-individu dengan sadar dan rasional.
5. Cutlit and Cnter (1958), The term public opinion is a slippery one, out of ability to
measure it is greater than our ability to define or manipulate it.

Anda mungkin juga menyukai