Anda di halaman 1dari 96

referensi

Halaman ini berisi berbagai referansi yang kami gunakan untuk menunjang kegiatan di Puskesmas
Bontang Selatan I (pkmbs1) baik berupa peraturan perundangan, buku pedoman, modul,
tutorial dan sejenisnya. Pengunjung yang memerlukannya bisa mengunduhnya dengan
mencantumkan sumbernya, dan akan lebih menyenagkan jika meninggalkan komentar sebelum
negunduhnya. Semoga bermanfaat.
Silahkan klik judulnya, Anda akan dibawa menuju halaman untuk medownloadnya.

I. PERATURAN PEMERINTAH - UU / PERMEN :

1. UU no.36/2009 tentang Kesehatan


2. UU no.36/2014 ttg Tenaga Kesehatan
3. Permenkes no.75/2014 ttg Puskesmas
4. KepMenkes n0.585/2007 ttg Pedoman Pelaksanaan Promkes di Puskesmas
5. Permenkes no. 92/2014 ttg Penyelenggaraan Komunikasi Data dalam SIK Terintegrasi
*SIK : Sistem Informasi Kesehatan
6. Kepmenkes no. 511/2002 ttg Kebijakan dan Strategi Pegembanagan SIKNAS
*SIKNAS : Sistem Informasi Kesehatan nasional)
7. Permenkes no. 1051 /2010 tentang Jenis penyakit menular ttt yang dapat menimbulkan wabah.
8. Permenkes NOMOR :374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor
9. Permenkes No.32 /2016 tentang Pakaian Dinas Harian
10. Permenkes No.92 tahun 2014 tentang SIK dan Komunikasi Data
11. SK Menkes N0.HK.02.02/ Menkes/589/2016 tentang Penetapan Logo Kemenkes

II. PERATURAN PEMERINTAH DAERAH

1. Perda Kota Bontang No. 6 tahun 2010 ttg Sistem Kesehatan Daerah
2. Perda Kota Bontang No. 5 / 2012 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
3. Perda Kota Bontang No. 5 th 2011 ttg RPJPD Kota Bontang
3. Perda Kota Bontang No. 8 th 2011 ttg RPJMD Kota Bontang

II. BUKU PEDOMAN

1. Buku Saku Posyandu


2. Buku Pembinaan dan Penilaian PHBS di Rumah Tangga
3. Buku Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
4. Buku Modul Penanganan BDB, Kemenkes 2011
5. Buku Pedoman Penggunaan insektisida untuk penanggualanagn vektor, Kemenkes 2012

III. ATURAN LAIN


1. Fatwa MUI No. 4 tahun 2016 tentang imunisasi.
2. Pengumuman Pemenang Lomba Logo Kemenkes 2016

Iskandar
This WordPress.com site is the cats pajamas

Menu
Skip to content

Home
About

Hubungan Masyarakat
Posted on October 25, 2012 by iskandarh3

Hubungan Masyarakat

Modul 1

Pengertian pengertian dasar hubungan masyarakat

Kegiatan belajar 1

Humas (public relations) dinyatakan oleh gruning adalah kegiatan manajemen komunikasi
antara sebuah organisasi dengan berbagai macam publiknya. Empat elemen dasar humas
adalah manajemen, komunikasi, organisasi dan publik.

Johnston dan zawawi mendefinisikan publik adalah sekelompok orang yang memiliki
kepentingan atau kepedulian yang sama. John dewey menyatakan ciri-ciri publik adalah : ada
permasalahan yang dihadapi bersama, permasalahan tersebut benar-benar ada dan harus
diselesaikan, dan mengorganisir diri untuk melakukan sesuatu serta mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Salah satu fungsi humas adalah mengindentifikasi siapa saja
yang menjadi publik organisasi yang diwakilinya.
Cutlip, center dan broom mendefinisikan humas sebagai salah satu fungsi manajemen yang
harus ada didalam sebuah organisasi. Fungsi manajemen kegiatan kehumasan bertugas untuk
: mengevaluasi sikap dan opini publik, mengindentifikasi serta menyesesuaikan kebijakan-
kebijakan organisasi dengan kepentingan publik, merencanakan serta melaksanakan
program/kegiatan kehumasan agar organisasi dapat mencapai saling pengertian serta diterima
keberadaannya oleh publik.

Tugas kehumasan meliputi : pengindentifikasian, perencanaan dan pelaksanaan.

Don barnes menyatakan ada 4 fungsi humas dalam organisasi : memberikan saran kepada
pihak manajemen, mengoordinasikan berbagai kegiatan komunikasi organisasi,
menyediankan sarana bagi upaya organisasi untuk berkomunikasi dan mencari tahu
ingormasi tentang opini publik terhadap organisasi.

2 fungsi dasar humas adalah : humas sebagai penyampai informasi dan humas sebagai
pencari informasi.

Kegiatan belajar 2

Profesi humas muncul pertama kali tahun 1830 di amerika serikat (gruning dan hunt), pada
waktu itu public relations belum terkenal yang populer adalah istilah press agents/press
agentry. Setelah seringnya muncul surat kabar penny press bertugas untuk memopulerkan
seorang calon bintang atau bintang yang sudah mulai pudar namanya. Phineas T. Barnum
adalah seorang press angent yang laris pada waktu itu.

Pratik humas di era modern adalah sebuah upaya menjalin komunikasi dua arah yang
seimbang antara sebuah organisasi dengan para publiknya. Era public information merupakan
evolusi kedua dari kajian kehumasan sifat komunikasinya masih satu arah, yang dimaksud
komunikasi satu arah adalah organisasi telah memulai komunikasi dengan publik namun
aliran pesannya hanya berjalan dari organisasi ke publik saja dan tidak sebaliknya.

Era berikutnya adalah era humas dua arah asimetris : pertama feedback dari publik telah
diperhatikan oleh pihak organisasi, kedua walaupun tipe komunikasinya telah dua arah,
namun belum sempurna.

Era terakhir adalah era humas dua arah simetris : di era ini komunikasi yang terbentuk telah
memenuhi persyaratan komunikasi dua arah yang seimbang.

Kegiatan belajar 3
Perbedaan humas dan pemasaran yaitu dalam hal kegiatan yang dilakukan, serta orang orang
yang menjadi publik humas maupun pemasaran. Pemasaran biasaya dipahami sebagai segala
kegiatan yang berhubungan dengan penjualan dan pembelian barang dan jasa, sedangkan
kehumasan tidak semata mata bertujuan untuk mencari keuntungan (johnston dan zawawi).
Kegiatan kehumasan lebih luas ruang lingkupnya daripadi pemasaran. Persamaan antara
humas dan pemasaran adalah keduanya sama sama merupakan fungsi manajemen sebuah
organisasi.

Periklanan merupakan bagian dari marketing mix/bauran pemasaran yang terdiri atas 4p yaitu
: product, placement, price, dan promotion. Iklan merupakan bagian dari promotion. Iklan
juga dipahami sebagai kegiatan membeli ruang dan waktu di media massa yang akan dipakai
untuk menyampaikan pesan tertentu kepada khalayak. Iklan tergolong metode komunikasi
yang bisa dikontrol hasil dan dampaknya oleh mereka yang beriklan (johnston dan zawawi).
Contoh metode komunikasi yang tidak bisa dikontrol adalah publisitas.

Cutlip, center dan broom (1985) : mendefinisikan publisitas sebagai informasi yang berasal
dari pihak luar yang digunakan oleh media massa berdasarkan nilai berita yang dimiliki oleh
informasi tersebut. Publisitas merupakan metode komunikasi yang tidak bisa dikontrol karena
diliput tidaknya sebuah berita oleh media massa tergantung dari layak muat tidaknya sebuah
berita. Dari aspek kredibilitas pesan publisitas biasanya dianggap memiliki nilai yang lebih
tinggi.

Istilah propaganda pertama kali digunakan pada tahun 1622 oleh gereja katolik untuk
menetapkan sacra congregatio de propaganda fide.

Istilah corporate communication biasanya digunakan oleh profesi humas di perusahaan besar,
istilah ini biasanya dipakai untuk membedakan peran humas dengan peran marketing,
berfungsi yang bertanggung jawab terhadap reputasi corporate atau organisasi sementara
marketing berfungsi yang berkaitan dengan citra merek. Reputasi mengandung aspek yang
lebih luas jika dibandingkan dengan citra. Dalam menjaga sebuah reputasi kita harus
memikirkan aspek kredibilitas, sejarah panjang perusahaan dan kultur organisasi.

Cutlip menyatakan public affairs dipandang sebagai sebuah fungsi khusus untuk menangani
kegiatan kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi pemberian informasi
tentang layanan publik, kampanye untuk mendukung program pemerintah dan semacamnya.
Istilah public affairs dipakai oleh organisasi profit perusahaan untuk fungsi goverment
relations yang mereka miliki. Public information officer biasanya bekerja di kantor
pemerintah pusat kepresidenan dan kantor pemerintahan daerah.
Istilah marketing communication (marcomm) atau marketing public relations (MPR)
biasanya digunakan oleh mereka yang bertugas melakukan kegiatan kehumasan dalam
sebuah departemen pemasaran. Kegiatan kegiatan tersebut adalah kegiatan teknis yang erat
kaitannya dengan promosi produk, mengorganisasikan event , mengurus publikasinya serta
kegiatan sponsorship.

Modul 2

Dimensi Historis pratek humas

Kegiatan belajar 1

Mulyadi (2000) menyebutkan bahwa manusia perlu berinteraksi dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis untuk mendapatkan sukses dan
kebahagiaan. Humas adalah kegiatan untuk membangun hubungan antara dua pihak didasari
oleh saling percaya, mengerti dan mempengaruhi. Gejala humas adalah hubungan yang
dibangun untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Newson, turk dan kruckerberg (1996) menyatakan bahwa pada awal keberadaan manusia
telah ada gejala kegiatan humas. Ia juga menyembutkan bahwa hasil karya seni seperti
pyramid, candi, prasasti merupakan bentuk media komunikasi untuk mempersuasif public
pada saat itu.

Gejala awal munculnya kegiatan humas dapat dilihat pada jaman romawi, yakni dengan
populernya sebutan rumores, box popul, res republic yang diterjemahkan sebagai peristiwa
umum republic. Puncak kejayaan romawi terjadi pada masa pemerintahan Julius Caesar,
ditandai dengan munculnya seorang ahli pidato Cicero dan munculnya surat kabar pertama
(acta diurna). Setelah runtuh baru pada abad pertengahan di eropa muncul gerakan
renaissance, gilda adalah perkumpulan para pengusaha yang berbasis home industry dan
bergerak dalam usaha kecil.

Ditemukan mesin uap oleh james watt (1769) menjadi tongak perubahan pada pola ekonomi.
Dampak dari penggunaan mesin adalah menurunnya kepercayaan public pada para produsen
dan hal ini menjadi ancaman serius bagi perusahaan.

Di amerika perkembangan humas dimulai sejak 1883. Baskin dan aronoff (1988)
menyebutkan bahwa perkembangan humas di amerika diawali oleh perusahaan AT&T
(American telephone and telegrah) yakni perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi.
George westhinghouse (1889) pendiri industry raksasa, pertama kali membentuk departemen
humas dan mengangkat E.H Heinrichs.

Perkembangan humas diamerika dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu :

1. manipulation period, pada periode ini humas masih dalam taraf sebagai press agents.
2. Information, periode ini dimulai pada tahun 1900 humas berkembang lebih maju
yakni sebagai alat perusahaan dalam menyampaikan informasi kepada public, pada
periode ini dikenal seorang pionir humas Edward L. bernays yang memelopori
perkembangan humas sebagai ilmu pengetahuan. Ivy Ledbetter Lee yang disebut
sebagai the father of public relations, ia adalah seorang wartawan, Lee juga pernah
menjadi penasehat utama raja minyak amerika john d rockefeler (1914). Prinsip-
prinsip lee adalah mengembangkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan
pegawai dan media, prinsip lee yang lain adalah menyediakan berbagai informasi
yang cepat akurat yang menyangkut kepentingan umum. Lee berhasil membangun
humas sebagai komunikasi yang berasaskan ketulusan (candor) dan kebenaran (truth).
Ia juga mendeklarasikan declaration of principles.
3. Mutual influence and understanding period, adalah periode dimana humas berperan
dalam membangun hubungan yang saling mempengaruhi dan saling memahami.
Jeffkins (1995) menyebutkan bahwa humas modern mulai diterapkan pertama kali di
eropa dan di amerika serikat justru bukan di lembaga bisnis namun di lembaga
pemerintah. Ia juga menyebutkan Lioyd George yang menjabat sebagai chancellor of
the exchequer atau bendahara Negara mengorganisir sebuah tim khusus bertugas
member penjelasan tentang rancangan pensiun untuk lanjut usia yang pertama di
dunia. Setelah perang dunia ke 2 antara tahun 1926 1933 di inggris berlangsung
upaya kehumasan terbesar, pada saat itu sir Stephen tallent menjadi presiden pertama
lembaga formal yang mengembangkan humas yakni institute of public relations
(1948) yang dibentuk di inggris dan amerika.

Fungsi humas yang menginternasional mulai dikenal sejak tahun 1980 1990. Newsom turk
dan kruckeberg (1996) menyebutkan bahwa pertumbuhan humas pada decade ini ditandai
dengan berubahnya masyarakat dunia yang tidak lagi terpisah oleh jarak sebagai akibat
berkembangnya teknologi komunikasi. Ia juga menyebutkan bahwa perubahan ekonomi
dunia mendorong para pelaku bisnis melakukan perubahan dalam berbisnis lebih efisien
dengan tingkat kompetisi tinggi disinilah praktisi humas berperan dalam perkembangan
bisnis. Humas berkembang pesat sejak pecahnya Negara komunis uni soviet. Tanpa opini
public humas tidak berfungsi. Pada tahun 1990 2000, fungsi humas tidak lagi mengenal
batas ruang dan waktu. Hal ini ditandai dengan melebarnya peran humas secara geografis
maupun fungsional. Secara geografis dengan lahirnya cyberspace (teknologi internet)
menjadikan hubungan antar Negara dan antar perusahaan tidak lagi dibatasi oleh batas batas
fisik.

Susanne elizabeth gaddis menjelaskan praktisi humas dapat melakukan survey, interview,
focus group, promosi melalui internet.
Kegiatan belajar 2

Sistem politik dicina menganut sistem tertutup. Dilembaga pemerintah humas berperan
sebagai penyampai informasi menyampaikan kebijakan kebijakan penguasa kepada
rakyatnya. Siramesh (2004) menambahkan bahwa dalam sistem yang demikian pers sangat
dikontrol pemerintah sehingga pers hanya berfungsi menyampaikan informasi satu arah dari
pemerintah kepada rakyat dan tidak sebaliknya. Faktor budaya menjadi salah satu faktor
penghambat perkembangan humas di indonesia. Budaya patenalistik, feodalistik, ewuh
pekewuh (sungkan), menjadikan fungsi humas tidak maksimal. Budaya paternalistik
menjadikan pola hubungan yang vertikal / atasan selalu benar. Sementara budaya feodalistik
adalah budaya yang menempatkan atasan bukan sebagai partner kerja namun sebagai
majikan. Budaya ewuh pekewuh adalah budaya yang menempatkan bawahan tidak berani
mengkritik dan menegor atasan sekalipun atasan melakukan kesalahan.

Humas di asia dapat kita telusuri dari negeri cina. Mark mcelreath, ni chen, lyudmila azarova
dan valeria ahdrova dalam heath (2000) menyebutkan bahwa sejarah humas dicina dimulai
sejak ribuan tahun lalu. Seorang filosof cina yang bernama conflucius mengajarkan bahwa
bagaimana menggunakan komunikasi yang harmonis sebagai jalan membangun relasi untuk
menyelesaikan konflik sosial. Sejak cina diperintah oleh pemerintahan komunis humas
berfungsi sebagai lembaga penyampai informasi dan komunikasi bersifat searah. Sriramesh
menyebutkan di india profesi humas dapat berkembang dengan pesat karena negara ini
menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis. Perkembangan humas di india dapat
dilihat dengan terbentuknya organisasi profesi kehumasan seperti PRSI (the public relations
society of india).

Pada saat pemerintahan soekarno konsep humas pertama kali dikenal di lembaga
pemerintahan. Bahasa indonesia menerjemahkan public relations sebagai hubungan
masyarakat. Humas di lembaga pemerintahan berfungsi sebagai penyampai informasi
pemerintah kepada rakyat, komunikasi yang berjalan adalah komunikasi satu arah.
Departemen penerangan juga berperan sebagai koordinator organisasi kehumasan yakni
bakohumas (badan koordinator kehumasan) yang dibentuk tahun 1971. Tahun 1972 humas
secara profesional mulai dikenal dengan dibentuknya Perhumas (persatuan humas) dan pada
tahun 1987 berdiri Asosiasi perusahaan public relations indonesia (APPRI). Ananto
menyebutkan bahwa semasa pemerintahan soeharto pertumbuhan ekonomi amat pesat hal ini
karena didukung oleh pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Humas pemerintah tidak
hanya sebagai penyampai informasi namun di beberapa lembaga bumn humas telah berfungsi
sebagai penghubung kepentingan perusahaan dan stakeholder.

Kegiatan belajar 3
Vercic, gruning and gruning dalam sriramesh (2004) menyebutkan bahwa perkembangan
humas dipengaruhi oleh variabel lingkungan masing-masing negara. Faktor faktor yang
mendorong perkembangan humas adalah : demokratisasi kehidupan politik, industrialisasi,
perkembangan teknologi komunikasi, privatisasi dan liberalisasi perekonomian dan
penerapan good governance.

Freedom dalam sriramesh (2004) bahwa sistem politik sebagai pendorong perkembangan
humas adalah demokrasi. Menurut sriramesh dalam pasar bebas dengan kompetisi yang
terbuka strategi humas diperlukan untuk memenangkan persaingan. Humas berperan dalam
membangun citra lembaga bisnis, citra produk dan citra corporate.

Ditemukannya mesin cetak oleh johan gutenberg, memacu perkembagan teknologi


komunikasi. Mesin cetak mendorong berkembangnya surat kabar. Pada era cyber, humas
semakin lebih mudah dan praktis. Komunikasi dan riset dapat dilakukan melalui internet.
Privatisasi dan liberalisasi perekonomian menjadikan peluang bisnis lebih terbuka dan
kompetitif.

Modul 3

Kedudukan dan peran humas dalam organisasi

Kegiatan belajar 1

Menurut grunig dan hunt (1984), sebuah sistem terdiri atas aspek aspek sebagai berikut :
environment (lingkungan), boundary (pembatas), input (masukan), output (keluaran),
throughput dan feedback (umpan balik). Organisasi sebagai sebuah sistem yang memiliki
batas batas wilayah yang jelas, hidup pada sebuah lingkungan tertentu.

Sistem tertutup adalah sebuah sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Ketika
sebuah sistem tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan serta menyerap keluarannya sendiri, atau
dengan kata lain ia memerlukan atau bergantung pada sistem yang lain atau lingkungannya
untuk bisa bertahan hidup, maka sistem tersebut secara otomotis telah berubah menjadi
sistem yang terbuka.
Humas adalah fungsi yang diperlukan oleh sebuah organisasi yang menganut sistem terbuka
untuk mengelola hubungan atau interaksi serta komunikasi antara organisasi dengan pihak
pihak luar tersebut. Grunig dan hunt (1984) menyebut humas dengan istilah boundary
spanner, karena posisinya yang mengantarai atau berada di perbatasan manajemen pusat
dengan bagian bagian lain yang ada di dalam organisasi serta antara organisasi dan
lingkungannya.

Kehadiran humas dalam organisasi menjadi sangat diperlukian karena humaslah yang
bertugas sebagai perantara atau penghubung antara organisasi dengan lingkungannya.

Kearney (1984) seorang antropolog menyatakan bahwa worldview adalah a set of images or
assumptions about the world. Sementara Kuhn (1970) menyatakan bahwa worldview adalah a
paradigm that stands for the entire constellation of beliefs, values, techniques and so on
shared by the member of a given community. Worldview adalah semacam paradigm yang
dianut oleh suatu masyarakat.

Menurut grunig (1989) ada dua jeni worldview yang bisa dianut adalah : symmetrical
worldview (paradigma simetris) dan asymmetrical worldview (paradigma asimetris). Sebuah
organisasi agar bisa bertahan dalam lingkungan dengan baik dan mampu menjalin hubungan
yang positif dengan lingkungan tersebut sebuah organisasi memerlukan paradigma yang
simetris. Sebaliknya sebuah organisasi tidak akan dapat bertahan lama dalam sebuah
lingkungan jika ia memiliki seperangkat paradigma yang asimetris.

Paradigma yang asimetris tersebut adalah :

1. Internal orientation (berorientasi ke dalam) : para anggota organisasi tersebut hanya


bisa melihat kepada dirinya sendiri namun tidak mampu membayangkan bagaimana
orang lain memandang organisasi tersebut.
2. Closed system : informasi hanya bergerak ke luar dari organisasi namun tidak ada
informasi yang masuk ke dalam organisasi.
3. Efficiency : efisiensi adalah segala galanya bagi organisasi.
4. Elitism : menganggap pimpinan organisasi sebagai yang paling tahu dan yang paling
bijak.
5. Conservatism : organisasi enggan untuk berubah
6. Tradition : tradisi turun temurun dalam organisasi tersebut dianggap sebagai pakem
yang tidak bisa diubah ubah lagi bahkan bila tradisi tersebut tidak sesuai lagi dengan
perubahan jaman.
7. Central authority : kekuasaan harus terkonsentrasi pada segelintir orang yang ada di
pucuk pimpinan perusahaan.

Paradigma yang simetris adalah :


1. Interdependence : organisasi menyadari bahwa ia tidak bisa mengisolasi diri dari
lingkungan sekitar.
2. Moving equilibrium : organisasi sebagai sebuah sistem bisa saja berupaya untuk
mencapai kondisi equilibrium yaitu kondisi yang stabil namun ia harus menyadari
bahwa kondisi stabil tersebut tidak akan selamanya bertahan.
3. Equity : organisasi beroperasi atas dasar persamaan hak antar manusia.
4. Autonomy : memberikan otonomi yang cukup luas kepada karyawan.
5. Innovation : organisasi bersikap fleksibel atau luwes dalam menghadapi adanya
gagasan gagasan baru dan tidak terpaku pada konsevatisme atau tradisi yang
ketinggalan jaman.
6. Decentralization of management : ada pendelegasian kewenangan yang memadai para
manajer berperan lebih sebagai koordinator dari pada diktator.
7. Responsibility : organisasi dan para anggotanya harus menyadari bahwa kehadiran
mereka dalam suatu lingkungan memiliki dampak bagi sistem lain yang ada di
lingkungan tersebut.
8. Confliet resolution : organisasi bersikap terbuka terhadap adanya konflik.

Kegiatan belajar 2

Secara fungsional humas tidak harus ada sebagai state of being atau sebagai sebuah bagian
tersendiri dengan segala konsekuensi sebuah bagian yang memiliki fasilitas ruang pimpinan
dan staf tersendiri. Secara struktural humas telah terlembagakan ke dalam bagian tersendiri.
Dalam hal ini djanaid (2000) mengklasifikasikan menjadi dua, yakni sebagai state of being
dan menthod of communication. Sebagai menthod of communication humas dipahami
sebagai sebuah aktivitas berhubungan dengan publik melalui pendekatan komunikasi yang
dilakukan oleh siapa saja yang berada dalam organisasi tersebut. Sedangkan sebagai state of
being humas telah terlembagakan ke dalam bagian bagian dalam struktur organisasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan humas dalam organisasi adalah :

1. Besar kecilnya organisasi : hal ini mencakup kemampuan sumber daya yang dimiliki
organisasi.
2. Kemauan pimpinan : beberapa kalangan memandang istilah media relation officer
lebih tepat daripada public relations officer apabila maksud pimpinan mengangkat
petugas humas untuk mengelola hubngan dengan media massa. Istilah jurnalist in
house lebih tepat digunakan untuk petugas humas yang diberi wewenang dan
deskripsi tugas mengelolah media internal. Cutlip, center dan broom (1985)
menggambarkan bagaimanan kedudukan humas dalam sebuah organisasi : bahwa
posisi humas idealnya diletakkan sejajar dengan fungsi fungsi penting organisasi
lainnya. Sebuah organisasi besar biasa memiliki tiga lini manajemen yaitu manajemen
lini atas, manajemen lini tengah (middle line management) serta manajemen lini
bawah (lower line management).

Grunig dan hunt (1984) yang merujuk hasi karya broom dan dozier mengidentifikasi peran
humas sebagai teknisi dan peran sebagai manajer. Tiga jeni peran manajer, yaitu :

1. Expert preciber : peran peran sebagai ahli dan penasihat bagi manajemen.
2. Communication facilitator : peran peran sebagai fasilitator komunikasi antara
organisasi dan publiknya.
3. Problem solving process facilitator : peran peran sebagai anggota tim yang dilibatkan
dalam memecahkan masalah masalah organisasi.

Selanjutnya, dozier mengidentifikasi dua peran ditingkat menengah, yaitu :

1. Media relations role : tugas pratiksi humas adalah memastikan media selalu mendapat
informasi dari organisasi/perusahaan dan menginformasikan kepada organisasi apa
saja yang dibuthkan dan dikhawatirkan oleh media.
2. Communication and liaison role : pratiksi humas bertidak sebagai perwakilan
organisasi pada acara acara tertentu dan secara posotif menciptakan kesempatan
kepada manajemen untuk berkomunikasi dengan para publik organisasi.

Kegiatan belajar 3

Tujuan kerja bagian SDM yaitu : terekrutnya pegawai baru sesuai kebutuhan dan kompetensi,
pelaksanaan pensiun pegawai dengan tepat dan pemutusan hubungan kerja yang rasional,
mutasi dan promosi jabatan dll. Kontribusi humas dalam program mutasi dan promosi jabatan
antara lain membantu pegawai tersebut dalam hal adaptasi terhadap budaya dan lingkungan
baru.

Kerja bagian hukum disebuah organisasi meliputi : kontrak kerja, kontrak kerjasama,
membuat tata aturan, mengontrol persoalan persoalan organisasi dari aspek pelanggaran
undang undang dan hukum yang berlaku dll.
Thomas L. Harris adalah salah satu contoh orang marketing yang melihat peluang kolaborasi
humas dengan marketing kedalam suatu konsep marketing publik relations (MPR).

Modul 4

Konsep publik bagi organisasi

Kegiatan belajar 1

Masyarakat (society) adalah wadah seluruh hubungan social dengan seluruh jaringannya
dalam arti umum tanpa ada batas tertentu. Dari perspektif sosiologi istilah publik diartikan
(Herbert Blumer dalam grunig dan hunt, 1984) sekelompok orang yang 1) dihadapkan oleh
sebuah isu, 2) memiliki pendapat yang kontroversial tentang bagaimana isu tersebut
diselesaikan, 3) mendiskusikan cara cara atau solusi yang tepat bagi penyelesaian isu
tersebut. Jadi, dalam sosiologi kata publik diartikan sebagai kelompok masyarakat yang
memiliki pendapat beragam terhadap isu tertentu.

Menurut Bernard Honessy (1989) publik adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan
pada persoalan tertentu. John Dewey dalam Henessy (1989) mengatakan bahwa publik terdiri
dari individu individu yang bersama sama dipengaruhi oleh kegiatan atau cita cita tertentu.
Dalam ilmu komunikasi (dalam hal ini ilmu humas) publik didefinisikan sebagai sekelompok
orang yang memiliki kepentingan dan perhatian yang sama. Moore (1981) publik adalah
sekelompok orang dengan kepentingan yang sama serta memiliki pendapat terhadap suatu isu
yang menimbulkan pertentangan atau kontroversial.

Newson, turk, kruckerberg (1996) publik diartikan sebagai sekelompok orang yang
mempunyai keterkaitan dengan suatu organisasi. Audiens adalah sekumpulan orang yang
lebih tertarik pada pesan pesan media dan bersifat pasif, sedangkan publik bersifat aktif.
Jefkins (1995) publik dalam public relations adalah kelompok orang yang berkomunikasi
dengan suatu organisasi, baik internal maupun eksternal. Dengan demikian pengertian publik
dalam public relations adalah sekelompok orang yang memiliki keterkaitan, kepentingan
yang sama dengan suatu organisasi dan bersifat aktif. Kepentingan publik terhadap organisasi
bersifat khusus dan spesifik.
Moore (1981) menyebutkan dalam publik terdapat ikatan berupa kepentingan yang
mempersatukan dan terciptanya suatu kesamaan pandangan yang mengarah pada kebulatan
terhadap suatu persoalan. Publik dalam organisasi secara umum dapat dikategorikan dalam
dua bagian yaitu :

1. Publik internal adalah orang orang yang berada di dalam organisasi.


2. Publik eksternal adalah orang orang yang berada diluar organisasi yang memiliki
kepentingan dan keterkaitan dengan organisasi.

Opini diartikan sebagai pernyataan atau ekspresi tentang sesuatu hal dengan menggunakan
bahasa verbal, yang disampaikan secara terbuka dengan kata kata yang dapat ditafsirkan
secara jelas ataupun dengan kata kata halus dan tidak secara langsung dapat diartikan. Opini
publik dapat adalah pernyataan atau ekspresi sekelompok orang yang mempunyai kaitan
dengan suatu organisasi tentang suatu isu atau masalah. Opini publik berpengaruh pada suatu
organisasi, dan sebaliknya organisasi bisa mempengaruhi opini publik.

Dari perspektif sosiologi massa diartikan sebagai sejumlah besar orang yang berkumpul di
suatu tempat yang sama dan tertarik pada suatu peristiwa. Dalam pengertian psikologi, massa
adalah sekelompok orang yang sangat banyak. Massa tidak selalu berada di tempat yang
sama. Massa dalam pengertia komunikasi adalah sejumlah besar orang yang tersebar secara
geografis, heterogen, anonim, yang menerima pesan pesan komunikasi melalui media massa
cetak dan elektronik (rahmat, 1997). Massa juga bersifat heterogen yakni terdiri dari berbagai
latar belakang sosial, ekonomi dan psikologis. Massa bersifat anonim yakni mereka tidak
saling mengenal satu sama lain. Bahwa yang mengikat sekelompok orang menjadi massa
adalah pesan pesan media. Massa memiliki karateristik antara lain sejumlah besar orang,
heterogen dalam latar belakang demografi, memiliki ketertarikan pada suatu peristiwa atau
masalah, ada sesuatu yang mengikat dan mereka tidak saling mengenal.

Kelompok menurut Rahmat (1997) adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan dan
ikatan yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai dua tanda psikologis, pertama
anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok yakni dalam sense of belonging (rasa
memiliki) yang tida ada pada orang yang bukan anggota kelompok, kedua adanya
ketergantungan antar anggota kelompok sehingga setiap orang terkait dalam cara tertentu
dengan hasil yang lain.

Moore (1981) bahwa dalam publik terdapat ikatan berupa kepentingan yang mempersatukan
dan menciptakan suatu kesamaan pandangan yang mengarah pada kebulatan terhadap suatu
persoalan.

Kegiatan belajar 2

Istilah publik sering disamakan dengan istilah stakeholder (kasali, 1994). Caroll dalam grunig
(1992) mengatakan dalam hubungan antara organisasi dan stakeholder terdapat unsur saling
memperhatikan atau saling berbagi. Stakeholder adalah individu individu yang tergabung
dalam suatu kelompok yang mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktik serta
tujuan organisasi (freeman dalam grunig, 1992). Kasali mengartikan stakeholder sebagai
setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Stakeholder dibagi kedalam
beberapa kategori dengan kriteria kepuasan yang diharapkan masing masing stakeholders.

Freeman dalam grunig (1992) mengatakan bahwa untuk mengetahui secara jelas siapa
stakeholder seorang praktisi humas perlu melakukan map (memetakan) siapa saja yang
termasuk dalam stakeholder organisasinya. Stakeholder dibedakan menjadi stakeholder
internal dan stakeholder eksternal. Freeman mengklasifikasikan stakeholder sebagai berikut :
owner (pemilik perusahaan), konsumen, pelanggan, kompetitor, media, karyawan, kelompok
kelompok yang memiliki kaitan dengan organisasi.

Stakeholder internal dirinci sebagai berikut :

1. Owner/pemegang saham. Stakeholder ini tidak selalu ada dalam setiap organisasi.
Kasali (1994) mengatakan bahwa dalam perusahaan yang masih menganut paham
paternalistik, yakni memberikan peran besar pada orang yang dianggap senior atau
tua.
2. Manajer dan top executif.
3. Karyawan. Karyawan adalah orang orang yang berada di dalam organisasi atau
perusahaan yang tidak mempunyai jabatan struktural.
4. Keluarga karyawan.

Stakeholder eksternal adalah unsur unsur yang berada diluar kendali organisasi (kasali,
1994). Klasifikasi stakeholder eksternal sebagai berikut :

1. Konsumen. Konsumen adalah para pemakai produk yang tersendiri dari berbagai
kelompok.
2. Penyalur. Penyalur disebut juga sebagai distributor, adalah mereka yang menangani
fungsi perantara antara produsen dan konsumen.
3. Pemasok. Pemasok adalah stakeholder eksternal yang berfungsi memasok bahan
baku, komponen produksi atau jasa bagi perusahaan.
4. Bank. Bank merupakan lembaga komersial yang memeberikan pinjaman pada para
produsen.
5. Pesaing. Kasali (1994) menyebut bahwa pesaing bisa mendorong produsen dalam
memperbaiki pelayanan, kualitas produk, harga dan sebagainya.
6. Komunitas. Komuinitas yakni masyarakat atau penduduk yang menetap atau tinggal
di sekitar lokasi perusahaan.
7. Pemerintah. Pemerintah adalah lembaga yang mengatur kegiatan usaha.
8. Kelompok pemerhati. Kelompok pemerhati atau bisa juga disebut kelompok penekan
(pressure group), kelompok ini pendapatnya bisa mempengaruhi masyarakat dan
berdampak pada organisasi.
9. Media massa. Media massa merupaka stakeholder yang secara fisik jauh di luar
organisasi. Pers merupakan lembaga yang dapat membentu pendapat publik.

Kegiatan belajar 3
Publik dalam kaitannya dengan humas adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan
dengan suatu organisasi. Publik kita kenal dalam dua bagian yakni publik internal dan publik
eksternal. Publik dapat dikategorikan sebagai publik aktif dan publik laten. Publik yang vokal
bisa kita sebut sebagai publik aktif dan publik yang diam disebut sebagai pulik laten atau
pasif. Grunig (1992) membagi publik berdasarkan aktifitasnya sebagai berikut :

1. Aal issue publics, yakni publik yang aktif pada keseluruhan masalah.
2. Apathetic publics, yakni publik yang tidak tertarik (tidak aktif) pada keseluruhan
masalah.
3. Single issue publics, yakni publik yang aktif pada bagian bagian tertentu dari suatu
masalah, mereka memiliki kepentingan yang berbeda beda.
4. Hot issue publics, yakni publik yang aktif pada satu isu tertentu menyangkut
kepentingan umum. Publik ini biasanya mendapat dukungan dari media massa.

Publik aktif adalah publik yang berani menyampaikan sikap dan Pendapatnya dalam bentuk
verbal. Konformitas adalah kondisi dimana orang akan mengambil resiko paling kecil dengan
mengikuti suara terbanyak. Publik laten adalah publik relatif tidak tertarik pada keseluruhan
masalah. Publik aktif menguntungkan organisasi karena opininya dapat menjadi indikator
citra dan reputasi organisasi. Sebaliknya publik laten karena tidak dapat diindentifikasi, hal
ini justru menyulitkan humas dalam mengelolanya. Segmentasi adalah kegiatan membagi
bagi pasar (konsumen) ke dalam kelompok yang lebih homogen dengan harapan akan
diperoleh respon. Segmentasi pasar dilakukan dengan mengindetifikasi perilaku yang
homogen pada kelompok tertentu atau publik (kasali, 1994). Grunig (1992) mengatakan
bahwa segmentasi berasal dari konsep marketing paling berpengaruh dar modern. Kasali
(1994) menyebutkan bahwa banyak praktisi humas langsung menyusun program komunikasi
berdasarkan perkiraan.

Pendekatan segmentasi diperlukan untuk lebih menajamkan sasaran dan membuat program
lebih terarah. Dalam pemasaran (Kotler & Andreasen dalam grunig, 1992) menyebut bahwa
segmentasi dapat digambarkan sebagai niche atau ceruk dalam konsep pemasaran. Kotler &
Andreasen dan Lovelock & Weinberg dalam grunig (1992) mengatakan bahwa dalam
segmentasi harus bisa didefinisikan, diukur, mudah dijangkau, tepat sesuai dengan misi
organisasi. Gruning menyebutkan bahwa dalam segmentasi perlu dibuat jala jala segmentasi
dengan menyusun map atau pemetaan bagaimana posisi masing masing unsur organisasi.
Urutan jala adalah sebagai berikut :

1. Perilaku dan efek komuinikasi perorangan. Sebagai pusat jala, mereka adalah yang
terlibat secara langsung dalam proses komunikasi. Menurut grunig ada tiga buah
variabel yakni : pengenalan masalah, pengenalan kendala dan tingkat keterlibatan.
2. Publik. Kita menentukan segmen mana dari stakeholder yang dikategorikan sebagai
segmen aktif dan pasif. Gruning mengatakan bahwa organisasi akan lebih mudah
berkomunikasi dengan publik aktif dibandingkan dengan publik pasif.
3. Komunitas. Komunitas merupakan pengelompokan publik yang bisa didasarkan pada
tempat tinggal yang sama atau bisa juga oleh hobi yang sama.
4. Psikografis, gaya hidup, budaya dan hubungan sosial. Psikografis adalah latar
belakang sosial ekonomi yang berupa tingkat sosial ekonomi dan gaya hidup. Faktor
psikografis dapat diukur dengan metode VALS yakni values, life style.
5. Geodemografis. Lapisan di sebelah luar yang digunakan untuk melihat kelompok
masyarakat menurut tempat tinggalnya. Konsep ini dari Jonathan Robin bahwa
manusia cenderung tinggal berkelompok dalam kelas yang sama seperti mereka.
6. Demografi dan kategori sosial. Kategori yang bersifat umum dan dipakai untuk
membaca ciri ciri masyarakat seperti penghasilan, pengeluaran, pendidikan, usia,
pekerjaan dll.
7. Massa Audiens. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para audiens media
seperti pembaca surat kabar, pendengan radio, dan penonton televisi.

Kegiatan belajar 4

Karyawan merupakan aset perusahaan. Suasana kerja yang menyenangkan jauh lebih kuat
dalam mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja dibangingkan dengan gaji yang tinggi.
Iklim komunikasi atau suasana kerja menjadi landasan hubungan dengan karyawan. Selain itu
hubungan dengan karyawan dapat berjalan jika didukung oleh tiga hal poko (Jefkins, 1995) :

1. Keterbukaan pihak manajemen.


2. Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi
dengan karyawan.
3. Keberadaan seorang manajer komunikasi (manajer humas) yang tidak hanya ahli dan
berpengalaman tetapi juga didukung oleh sarana teknologi yang modern.

Media yang digunakan untuk hubungan dengan karyawan dapat beruba media internal (radio,
televisi, internet) kotak saran, komunikasi tatap muka baik formal ataupun informal, meeting
dll.

hubungan yang dibangung dengan pemegang saham adalah hubungan untuk mendapatkan
kepercayaan dari pemegang saham. Pemegang saham adalah sumber investasi bagi organisasi
khusunya organisasi profit. Media yang digunakan untuk hubungan dengan pemegang saham
adalah laporan tahunan, informasi produk, informasi pemasaran, informasi sumber daya
manusia (personalia), serta berbagai informasi tentang kegiatan perusahaan.

Hubungan yang dibangun dengan konsumen tergantung pada pengelompokan konsumen.


Tujuan dibangunanya hubungan dengan komsumen adalah untuk menyakinkan para
konsumen dan calon konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan berkualitas baik dan
secara konsisten mudah diperoleh, dengan pelayanan yang baik. Hubungan dengan
konsumen dapat dilakukan dengan komunikasi lisan, open house, melakukan komunikasi
lewat majalah, audio visual, iklan kelembagaan dan mengadakan special event atau acara
khusus.
Hubungan dengan pemerintah adalah hubungan yang saling tergantung, yakni pemerintah
merupakan mitra dan pelingdung dunia usaha, sedangkan bagi pemerintah lembaga bisnis
merupakan partner, sebagai pemasukan pendapatan negara (pajak). Hubungan yang
dilakukan adalah melakukan komunikasi dengan menggunakan media cetak, elektronik,
bahkan di beberapa negara maju program humas yang penting adalah melakukan lobi (kasali,
1994). Lobi dilakukan untuk mempengaruhi kebijakan dalam pembuatan peraturan, undang
undang dan ketentuan lain.

Hubungan dengan komunitas dilakukan dengan membuka lapangan kerja, hidupnya roda
perekonimian masyarakat sekitar dan juga peningkatan kualitas saranan umum. Baskin dan
Aronoff (1988) menyebut bahwa lingkup komunitas tidak hanya mereka yang secara fisik
berdekatan dengan bangunan perusahaan namun komunitas meliputi lingkup regional,
nasional bahkan internasional. Baskin dan Aronoff (1988) mengatakan prinsip dalam
hubungan dengan komunitas adalah good neighbor , membangung hubungan bertetangga
dengan baik, saling tergantung, saling menguntungkan. Program hubungan komunitas
(community relations) antara lain : tidak mencemari lingkungan, memberi kontribusi
kesejahteraan pada masyarakat sekitar berupa meningkatkan sarana lingkungan sekitar,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat sekitar dll.

Hubungan dengan media massa. Teori agenda setting yakni tentang agenda publik yang
diciptakan oleh media. Media memiliki peran besar dalam membentu opini publik, sehingga
hubungan dengan media massa menjadi tugas utama humas. Hal yang perlu diketahui dalam
membangun hubungan dengan media adalah (Baskin dan Aronoff, 1988) :

1. Memahami cara kerja media.


2. Memahami kebijakan redaksional.
3. Perbedaan kepentingan antara humas dan media (conflict of interest).

Modul 5

Teori komunikasi, persuasi dan pendapat umu

Kegiatan belajar 1

Agenda setting. Asumsi dasar dari teori ini adalah dimana khalayak dianggap mudah
diarahkan oleh komunikator dengan penekan penekanan pemberitaan yang dilakukan melalui
media massa, sehingga model ini lebih fokus pada tujuan komunikator saja. Teori ini muncul
pertama kali dari hasil riset sistematis oleh M.E.Mc. Combs dan D.L. Shaw. Mereka meneliti
penentuan agenda (agenda-setting) dalam kampanye presiden tahun 1968 dan membuat
hipotesis bahwa media massa menentukan agenda untuk setiap kampanye politik, yang
mempengaruhi proyeksi sikap terhadap isu isu politik. Karena diasumsikan bahwa pemilih
ragu ragu akan mudah terpengaruh dengan dampak dari agenda-setting(Severin dan
Tankard,Jr. 2005:265). Dalam public opinion quarterly tahun 1972 dengan judul the agenda-
setting function of mass media, mereka mengatakan bahwa jika media memberikan tekanan
pada suatu peristiwa maka media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap peristiwa
tersebut sebagai sebuah peristiwa penting. Fungsi penentuan agenda (agenda-setting-
function) media mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang ulang,
untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak khalayak. Teori agenda-setting
menunjukkan bahwa media massa mampu mempengaruhi kognisi khalayaknya melalui dua
cara :

1. Media secara efektif menginformasikan peristiwa tertentu kepada khalayak.


2. Media mempengaruhi persepsi khalayak mengenai pentingnya peristiwa atau masalah
tersebut.

Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualisasi agenda yang pontensial untuk


memahami proses agenda-setting menyatakan bahwa agenda-setting meliputi tiga agenda,
yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan. Masing masing agenda
tersebut mencakup dimensi dimensi sebagai berikut :

1. Agenda media, meliputi : Visibility (visabilitas), audiens silence (tingkat menonjol


bagi khalayak), valence (valensi).
2. Agenda khalayak, meliputi : familiarity (keakraban), personal silence (penonjolan
pribadi), favorability (kesenangan).
3. Agenda kebijaksanaan, meliputi : support (dukungan), likelihood of action
(kemungkinan kegiatan), freedom of action (kebebasan bertindak).

Uses and gratification. Pendekatan ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator
(penyampai pesan) ke tujuan komunikan (penerima pesan). Pendekatan ini pertama kali
dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi atas pernyataan Bernard Berelson (1959)
yang mengatakan bahwa bidang penelitian komunikasi sudah mati. Katz berpendapan bahwa
bidang yang sedang sekarat adalah kajian komunikasi massa sebagai persuasi. Asumsi dasar
dari teori ini adalah khalayak dianggap aktif dan membutuhkan media. Used and gratification
meneliti asal mula kebutuhan khalayak secara psikologis dan sosial dimana menimbulkan
harapan tertentu dari media massa atau sumber sumber lainnya. Ada beberapa cara untuk
mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi khalayak. Ada gratifikasi langsung (informatif-
mendidik) dan gratifikasi terabai (khayali-Pelarian). Adapun kategori kebutuhannya adalah
sebagai berikut :

1. Kebutuhan kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman.


2. Kebutuhan afektif, emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.
3. Kebutuhan integratif personal, memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas
dan status.
4. Kebutuhan integratif sosial, mempererat hubungan dengan keluarga, teman, sahabat
dan sebagainya.
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan, pelarian dan pengalihan.

Difusi-inovasi. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana suatu ide, gagasan, praktik, atau
penemuan baru (inovasi)disebarkan kemudian diterima oleh para pemakai yang menjadi
sasaran komunikasi. Teori ini dimulai oleh Everett M. Rogers (1995) melalui bukunya, rogers
mendefinisikan innovation sebagai gagasan, praktik atau objek yang dipandang baru oleh
individu atau unit adopsi yang lain. Teori ini mencoba mengembangkan secara perlahan
lahan model alir dua langkah menjadi model alir multi langkah yang sering digunakan dalam
riset difusi (diffusion research), yakni penelitian proses sosial mengenai bagaimana inovasi
inovasi sosial. Dia menggunakan konsep ketidakpastian (uncertainty)dan informasi yang
dikemukakan oleh Shannon dan Weaver sebagai kerangka kerja teoritis. Adapun karateristik
inovasi yang memperngaruhi tingkat adopsi, adalah (rogers, 1995) :

1. Relative advantage (manfaat relatif), yakni sejauh mana inovasi tersebut dipandang
lebih baik.
2. Compatibility (kesesuaian), yakni sejauh mana inovasi dipandang konsister dengan
nilai nilai yang ada.
3. Complexity (kerumitan), yakni sejauh mana inovasi dipandang sulit untuk dimengerti
dan digunakan.
4. Trial-ability (kemampuan untuk dicoba), yakni sejauh mana inovasi dapat dicoba
secara terbatas.
5. Observ-ability (kemampuan untuk dapat dilihat), yakni sejauh mana hasil hasil
inovasi dapat dilihat oleh orang lain.

Difusi didefinisikan rogers sebagai jenis komunikasi khusus yang berhubungan dengan
penyebaran inovasi. Aspek lain dalam difusi adalah homophily dan heterophily. Homophily
adalah tingkat dimana pasangan individu yang sedang berinteraksi mempunyai kemiripan
dalam sifat sifat tertentu. Sedangkan heterophily adalah tingkat dimana pasangan individu
yang sedang berinteraksi memiliki perbedaaan dalam sifat tertentu.

Proses keputusan inovasi (innovation decision process) merupakan proses mental yang dilalui
individu atau unit lain yang membuat keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang
diperkenalkan padanya. Proses ini terdiri dari lima tahap, yakni :

1. Knowledge (pengetahuan), yakni penerimaan inovasi dan suatu pemahaman tentang


bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2. Persuasion (persuasi), yakni pembentukan sikap terhadap inovasi.
3. Decision (keputusan), yakni aktifitas yang menghasilkan pilihan untuk mengadopsi
atau menolak inovasi.
4. Implementation (implementasi), yakni penggunaan dan pelaksanaan inovasi.
5. Confirmation (konfirmasi), yakni mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang
dibuat.
Innovativeness, yaitu suatu kondisi dimana seseorang relatif lebih dini dalam mengadopsi ide
ide baru dari pada anggota anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Ada beberapa jeni
pengadopsi, yaitu :

1. Innovators (inovator), adalah orang yang berani mengambil resiko, bersemangan


untuk mencoba ide ide baru.
2. Early adopters (pengadopsi awal), orang yang memiliki tempat yang terhormat,
biasanya tingkat pimpinan opini yang tertinggi dalam sistem sosial.
3. Early majority (mayoritas awal), orang yang memiliki sifat tenang dan berhati hati,
sering berinteraksi dengan sesamanya.
4. Late majority (mayoritas akhir), orang yang memiliki sifat skeptis, sering mengadopsi
inovasi karena kebutuhan ekonomi atau tekanan.
5. Laggard (orang yang ketinggalan), tradisional, paling lokal/hampit terpencil.

Konsekuensi merupakan sebuah perubahan yang terjadi, pada diri individu atau sistem sosial
sebagai akibat adopsi atau penolakan pada inovasi. Ada beberapa jenis konsekuensi yang
terjadi setelah adanya keputusan :

1. Konsekuensi dikehendaki Vs tidak dikehendaki.


2. Konsekuensi langsung Vs tidak langsung.
3. Konsekuensi yang diantisipasi Vs yang tidak diantisipasi.

Dalam penerimaan inovasi ada istilah rate of adoption, dimana kondisi ini dimaknai sebagai
kecepatan relatif pada saat sebuah inovasi diadopsi oleh anggota anggota suatu sistem sosial.
Saluran komunikasi kosmopolit (cosmopolite) adalah saluran komunikasi yang berada diluar
sistem yang sedang diselidiki, sedangkan saluran lokalit (localite) adalah yang berasal dari
dalam sistem sosial yang sedang diselidiki. Dalam proses difusi-inovasi, saluran media massa
dan saluran saluran kosmopolit relatif lebih penting pada tahap pengetahuan, sedangkan
saluran hubungan antarpribadi dan saluran lokalit lebih efektif pada tahap persuasi. Dalam
difusi-inovasi, agen-agen perubahan memiliki peran yang utama, terlebih dalam tahap
percobaan dan evaluasi. Agen perubahan (change agent) adalah seorang profesional yang
berusaha untuk mempengaruhi keputusan adopsi dalam arah yang menurutnya dikehendaki.

Disonansi Cognitive. Teori yang berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap
dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang ini dimunculkan oleh Leon Festinger (1957).
Teori ini beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan merupakan hubungan yang disonan
(tidak harmonis) apabila, dengan mempertimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan
satu elemen akan mengikuti elemen satunya. Dalam disonansi kognitif elemen elemen yang
dipermasalahkan antara lain:

1. Tidak relevan satu sama lain.


2. Konsisten satui sama lain (harmoni).
3. Tidak konsisten satu sama lain (disonansi).

Teori disonansi juga merumuskan bahwa ketika seseorang ditempatkan pada sebuah situasi
dimana dia harus berperilaku didepan umum yang bertentangan dengan sikap pribadinya
maka dia akan mengalami disonansi dari pengetahuan tentang fakta tersebut. Situasi ini
terjadi karena adanya faktor reward dan punishment.

Darwin (1980) mencoba mengkritik hipotesis kesenjangan pengetahuan, yang menurutnya


teori ini menekankan pencapaian tujuan sumber dan percobaan untuk memanipulasi guna
mencapai tujuan tersebut. Menurut darwin, pendekatan ini menyebabkan sindrom
menyalahkan korban. Dalam membantu menjembatani kesenjangan pengetahuan dapat
melakukan beberapa langkah, diantaranya :

1. Membuat strategi strategi yang melibatkan orang orang dalam kelompok kelompok.
2. Mengindentifikasi khalayak yang menjadi target untuk kampanye komunikasi
tertentu.
3. Mendesain pesan pesan untuk menjangkau masing masing khalayak.

Ada beberapa faktor penyebab timbulnya kesenjangan pengetahuan, yakni :

1. Terdapat perbedaan keterampilan komunikasi antara mereka dari status sosial.


2. Terdapat perbedaan antara jumlah informasi yang disimpan.
3. Orang dari status sosial ekonomi lebih tinggi mungkin mempunyai lebih banyak
hubungan yang relevan.
4. Mekanisme pajanan, penerimaan, daya ingat selektif mungkin berfungsi.
5. Sifat dari sistem media massa itu sendiri disesuaikan dengan orang orang dari status
sosial ekonomi yang lebih tinggi.

Kegiatan belajar 2

Salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar adalah persuasi. Persuasi didefinikan
sebagai perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain. Menurut Aristoteles
persuasi dapat didasarkan pada sebuah sumber kredibilitas (ethos), emosional (pathos), atau
logika (logos). Howell (Larson, 2000) mendefinisikan persuasi sebagai sebuah kesadaran
berupaya untuk mengubah pemikiran dan sikap seseorang dengan memanipulasi motif
seseorang tersebut dalam menghadapi keputusan akhirnya.

Pace, Peterson dan Burnett (1979) mendifinikan persuasi sebagai tindakan komunikasi yang
bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi pandangan komunikator mengenai suatu
hal atau melakukan tindakan tertentu. Johnston (1994) memberikan definisi yang lebih
spesifik dengan menyatakan bahwa persuasi adalah proses transaksional di antara dua orang
atau lebih di mana terjadi upaya merekontruksi realita melalui pertukaran makna simbolis
yang kemudian menghasilkan perubahan kepercayaan, sikap dan atau perilaku secara
sukarela.

Kegiatan persuasi selalu ditandai oleh empat hal, yakni :

1. Melibatkan sekurang-kurangnya dua pihak


2. Adanya tindakan mempengaruhi secara sengaja
3. Terjadi pertukaran pesan persuasif
4. Adanya kesukarelaan dalam menerima atau menolak gagasan yang ditawarkan

Bila upaya mempengaruhi tersebut mengandung unsur unsur pemaksaan dan intimidasi maka
bukan lagi sebuah persuasi namun sudah mengarah pada koersi. Sedangkan jika dalam
mempengaruhi tersebut disertai dengan unsur unsur penyimpangan kebenaran isi pesan
secara sengaja dan sistematis maka hal tersebut mengarah pada praktik manipulasi.

Strategi persuasi. Teori-teori persuasi dapat membantu mengindentifikasi proses-proses yang


terjadi ketika pesan-pesan komunikasi diarahkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
komunikan. Menurut Devito (1997), ada beberapa strategi untuk memperkuat atau mengubah
sikap dan kepercayaan, yaitu :

1. Perkirakanlah dengan cermat tingkat sikap atau kepercayaan pendengar saat ini
2. Upayakanlah perubahan sedikit demi sedikit
3. Berikan alasan yang meyakinkan untuk membuat khalayak mempercayai apa yang
anda inginkan mereka percayai

Sedangkan dalam pratek kehumasan ada beberapa strategi persuasi yang dapat digunakan,
yakni (antar venus, 2004) :

1. Pilih atau jadilah komunikator yang kredibet. Kredibilitas merupakan persepsi yang
dimiliki khalayak (komunikan) tentang komunikator, dan bukan merupakan
karakteristik komunikator itu sendiri.
2. Kemaslah pesan sesuai dengan keyakinan khalayak.
3. Munculkan kekuatan pada diri khalayak. Keyakinan bahwa seseorang secara personal
mempunyai kemampuan untuk mengubah perilaku yang direkomendasikan disebut
dengan persepsi kemampuan diri (self-efficacy perception).
4. Ajak khalayak untuk berpikir.
5. Gunakan strategi pelibatan emosional.
6. Gunakan strategi pembangunan inkonsistensi.
7. Bangun resistansi khalayak terhadap pesan negatif.

Beberapa model yang sering digunakan dalam proses persuasi antara lain ;model respon
kognitif (greenwald, 1968), teori pemrosesan informasi (information processing theory
McGuire, 1968) dan dua model proses ganda yaitu model kemungkinan elaborasi
(elaboration likelihood model petty dan cacippo, 1986) dan model sistematik heuristik
(heuristic systematic model chaiken, liberman dan eagly, 1989). Model model tersebut
memiliki kesamaan sebagai berikut:

1. Mereka mempresentasikan perubahan sikap atau persuasi sebagai sebuah prose yang
terjadi
2. Mereka menekankan pada kognisi atau pemrosesan informasi
3. Mereka memberikan peran yang lebih aktif kepada penerima pesan sebagai agen
pemrosesan informasi
Penjelasan satu persatu teori tersebut :

1. Teori pemrosesan informasi menyebutkan bahwa perubahan sikap terdiri dari enam
tahap masing masing tahap merupakan kejadian penting dan menjadi patokan untuk
tahap selanjutnya. Tahap tahap tersebut adalah :

1. Pesan persuasif harus dikomunikasikan


2. Penerima akan memperhatikan pesan
3. Penerima akan memahami pesan
4. Penerima terpengaruh dan yakin dengan argumen argumen yang disajikan
5. Tercapai posisi adopsi baru
6. Terjadi perilaku yang diinginkan
7. Pemrosesan sistematik : merefleksikan pengamatan yang hati hati, analistik dan
sungguh sungguh terhadap pesan.
8. Pemrosesan heuristik adalah cara yang lebih sederhana yang menggunakan aturan
aturan atau skema prediksi untuk membentuk penilaian atau pembuat keputusan.
9. Rute sentral dipakai ketika penerima secara aktif memproses informasi dan terbujuk
oleh rasionalitas argumen.
10. Rute eksternal dipakai ketika penerima tidak mencurahkan energi kognitif untuk
mengevaluasi argumen dan memproses informasi di dalam pesan.

2. Model sistematik heuristik mendiskripsikan dua cara pemrosesan pesan pesan


persuasif secara sistematik dan heuristik.

3. Model kemungkinan elaborasi, merujuk pada dua rute perubahan sikap yakni sentral
dan eksternal.

4. Model respon kognitif, menyebutkan bahwa perubahan sikap dimediasikan oleh


pemikiran pemikiran yang terjadi dibenak penerima pesan.

Persuasi menggunak teknik lain seperti : teknik informatif, coersive, pervasif, dan human
relations. Komponen yang terlibat dalam persuasi adalah :

1. Komunikator, dalam hal ini seorang komunikator dituntut untuk memiliki kredibilitas
dan daya tarik, baik fisik maupun psikologis. Salah satu komponen daya tari
psikologis adalah adanya kesamaan(similarity). Selain itu juga didukung dengan
adanya keterbukaan (extrovension), ketenangan (composure), kemampuan
bersosialisasi (sociability), dan karisma.
2. Pesan, dalam hal ini pesan yang dirancang secara kreatif akan menjadikan komunikasi
persuasif lebih efektif. Ada tiga aspek yang terkait langsung dengan pengorganisasian
pesan dalam komunikasi persuasif, yakni : sisi pesan, susunan penyajian, dan
pernyataan kesimpulan.
3. Saluran, dalam hal ini saluran dianggap sebagai perantara dalam menyampaikan
pesan kepada komunikan. Media massa cenderung lebih sering digunakan sebagai
saluran komunikasi.,
4. Komunikan, dalam hal ini mereka adalah sasaran atau yang akan menerima pesan
pesan persuasif. Beberapa hal yang menentukan komunikan dalam merespons pesan
pesan persuasif antara lain : keyakinan, sikap dan nilai nilai yang dimiliki oleh
komunikan.
5. Efek, dalam hal ini efek yang ingin dicapai adalah adanya perubahan baik secara
kognitif, afektif maupun behavioral pada komunikan.efek kognitif berkenaan dengan
pendapat, pandangan dan opini komunikan. Efek afektif yang berhubungan dengan
emosi dan kondisi psikologis komunikan. Sedangkan efek behavioral berhubungan
dengan sikap dan perilaku yang timbul sebagai akibat dari penerimaan pesan.

Kegiatan belajar 3

Pendapat umum (opini publik) merupakan suatu akumulasi citra yang tercipta atau diciptakan
oleh proses komunikasi. Dalam pendapat umum sering terjadi pergeseran pergeseran citra.
Pegeseran citra sangan tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi.
Opini diartikan sebagai pendapat, ekspresi sikap, dan aktualisasi, artinya seseorang yang
sedang mengeluarkan sebuah opini tampak dari komunikasi verbal dan nonverbalnya. Cutlip
dan center pernah mengatakan bahwa opini adalah kecenderungan untuk memberikan respons
terhadap suatu masalah atas situasi tertentu. Respons adalah sesuatu yang sudah dikeluarkan
pada diri seseorang.

Ada beberapa perngertian yang dikemukan oleh beberapa pakar berkaitan dengan pendapat
umum, anntara lain berikut ini :

1. Berita berita yang banyak diketahui dan dipermasalahkan oleh masyarakat


2. Pendapat mayoritas rakyat
3. Pikiran orang banyak yang menjadi bahan perdebatan.
4. Pendapat orang banyak yang dikumpulkan menjadi satu setelah dimusyawarahkan
5. Apa yang dipikirkan oleh anggota masyarakat disampaikan melalui media komunikasi
6. Pendapat orang banyak yang disampaikan untuk kepentingan bersama

Pendapat umum dalam konteks kegiatan humas (dan yang perlu diketahui oleh seoran
gpetuga humas)adalah:

1. Pendapat pendapat yang disuarakan oleh orang orang pemerintahan dengan organisasi
yang berkenaan.
2. Pendapat kelompok elite yang disebabkan karena kompetensi pendidikannya.
3. Pendapat pendapat organisasi mengenai isu yang bisa memberikan pengaruh terhadap
proses pengambilan keputusan.
4. Pendapat pendapat yang disampaikan kepada pemerintah atau lembaga lembaga yang
berkenan.
5. Pendapat pendapat terhadap masalah yang berhubungan dengan pemerintah atau
organisasi.

Pendapat umum (Adnan dan Cangara, 1996) pendapat umum dimaknai sebagai gabungan
pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang dapat mempengaruhi seseorang serta
memungkinkan seseorang untuk dapat mempengaruhi pendapat pendapat tersebut. Faktor
faktor yang menyebabkan terbentuknya pendapat umum antara lain adanya realitas faktual
tertentu yang kemudian menjadi wacana dalam proses komunikasi. Faktor faktor komunikasi
tersebut adalah : faktor psikologis, faktor sosiologis, faktor budaya dan faktor media massa.
Syarat terbentuknya suatu pendapat umum dalam suatu negara ialah demokrasi, yakni
kebebasan menyatakan pendapat atau kebebasan bersuara. Timbulnya pendapat umum
meliputi dua sebab yakni direncanakan dan tidak direncanakan (Nuruddin, 2001). Sebuah
pendapat umum yang tidak direncanakan kemunculannya dikeluarkan karena memang tidak
mempunyai tujuan dan target tertentu. Sedangkan pendapat umum yang direncanakan ,
karena direncanakan maka keorganisasian, media dan target tertentu yang menjadi sasaran
sudah benar benar dipersiapkan.

Pembentukan pendapat umum melalui proses sebagai berikut :

1. Munculnya ketidakpuasan terhadap sesuatu yang memerlukan perbaikan.


2. Ketidakpuasan tersebut menjadi pembicaraan dikalangan masyarakat.
3. Masalah tersebut mendesak penyelesaiannya.
4. diperlukan pengambilan keputusan dalam penyelesaiannya.

Jackson Baur, seorang pakar pendapat umum amerika berpendapat bahwa proses
pembentukan pendapat umum melaui tiga tahap, yaitu : tingkah laku massa, situasi
kontrovesial, dan dilakukan secara melembaga. Tujuh langkah proses pendapat umum secara
konkret, yaitu : timbulnya kerisauan di kalangan anggota masyarakat, timbulnya gagasan
penyelesaian yang dikemukan oleh kelompok, apabila telah muncul pendapat menentang
yang dilakukan secara melembaga, apabila kelompok penentang tadi sudah mulai menyatu
dan mencari dukungan dari luar,melalui pembicaraan dan perdebatan yang kontroversial, efek
munculnya pendapat umum , dan akhirnya pihak yang merasa berwenang mengambil
keputusan yang sepantasnya.

Ada beberapa konteks kerja pendapat umum antara lain :

1. memperbaiki citra baru, membentuk citra baru sesungguhnya relatif mudah dilakukan
bagi produk produk inovatif yang sebelumnya tidak dikenal masyarakat.
2. Mempertahankan citra yang telah terbangun, mempertahankan citra lebih sulit dari
pada membangun citra.
3. Memperbaiki citra yang terpuruk, ketidakpercayaan publik pada kita membuat kita
menjadi tertuntut untuk tidak melakukan sesuatu.
4. Menguatkan citra karena kekuatan bersaing, citra ternyata bisa menurun bukan karena
apa yang diperbuat, tapi karena makin kuatnya citra pesaing.
5. Menguatkan atau mempertahankan citra ketika berada di puncak, dalam kondisi ini
yang perlu dilakukan adalah sekedar mengingatkan publik bahwa kita masih eksis.
Menurut Hadley Cantril, pakar humas dan pendapat umum amerika serikat, mengemukankan
beberapa prinsip pendapat umum sebagai berikut :

1. Pendapat umum amat peka terhadap kejadian kejadian yang sifatnya luar biasa.
2. Kejadian kejadian yang sifatnya luar biasa akan mengguncang pendapat umum untuk
sementara waktu.
3. Pendapat umum dinyatakan dalam bentuk ucapan atau sikap yang dapat
diinterpretasikan.
4. Orang mudah terpengaruh sepanjang anggota masyarakat belum berstruktur.

Ada beberapa implikasi dari pendapat umu, yakni :

1. Pendapat umum bisa mensejajarkan fungsinya dengan standar normatif.


2. Pendapat umum dapat menghilangkan karakter individu dalam lingkungan sosialnya.
3. Pendapat umum bisa menjadi sumber ketakutan bagi kalangan minoritas apalagi jika
jumlahnya sangat sedikit.

Pratek kerja humas adalah dimana aktivitas kehumasan selalu diawali dengan penelitian dan
diakhiri dengan penelitian pula. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam menganalisis
pendapat umum, yakni dengan melakukan penelitian dan promosi. Penelitian berusaha
mengetahui isu isu tertentu. Sedangkan analisis pendapat umum yang berhubungan dengan
promosi dimaksudkan untuk memberi pendidikan dan kesadaran seseorang tentang pendapat
umum tersebut. Jenis penelitian environmetal Monitoring, dimana riset ini dilakukan dengan
cara melakukan pemantauan lingkungan yang ditujukan untuk mengamati kecenderungan
kecenderungan yang ada di dalam pendapat umum dan berbagai peristiwa dalam lingkungan
sosial politik organisasi yang mungkin akan mempunyai pengaruh penting terhadap sebuah
organisasi atau perusahaan. Dalam penelitian tersebut selain dilakukan monitoring, juga dapat
dilakukan dengan scanning, yang meliputi tiga model dasar, yakni irregular model, regular
model dan continous model. untuk beberapa penelitian tentang pendapat umum yang berasal
dari teks berita dapat digunakan beberapa pendekatan studi seperti, analisis wacana
(discourse analysis), analisis framming (framming analysis), bahkan analisis semiotik
(Semiotic analysis) atau analisis isi (content analysis).

Modul 6

Proses kerja humas

Kegiatan belajar 1

Dasar berpikir perlunya sebuah penelitian adalah bahwa keputusan yang canggih berdasarkan
pada informasi. Salah satu pertimbangan manajemen terhadap suatu aktivitas adalah
pertimbangan efektivitas dan efisiensi. Kontes program PR tingkat dunia yang
diselenggarakan International Public Relations Association (IPRA) telah memasukkan unsur
riset sebagai dasar penilaian sebuah program PR yang baik. Penelitian adalah suatu tindakan
dalam rangka mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara sistematis
dan objektif.

Lerbinger (1988) dalam public relations review yang dikutip oleh Ngurah Putra (1999)
mengemukakan empat jenis penelitian dalam kehumasan yakni :

1. Environmental monitoring : pemantauan lingkungan dibuat untuk mengamati


kecenderungan kecenderungan dalam pendapat umum dan berbagai peristiwa dalam
lingkungan sosial politik organisasi yang mungkin akan punya pengaruh penting
terhadap sebuah organisasi. Baskin, Aronoff dan Lattimore (1997), ada tiga model
dasar scanning untuk mengetahui perubahan lingkungan, yaitu :

1. Irregular model yang menggunakan pendekatan ad hoc karena didorong adanya krisis
yang sedang dihadapi oleh sebuah organisasi.
2. Regular model yang lebih komprehensif dibandingkan model pertama. Biasanya
menggunakan penilaian tahunan pada situasi lingkungan.
3. Continous model yang menekankan pada pemantauan secara berkesinambungan
berbagai unsur lingkungan yang mungkin punya pengaruh pada organisasi temasuk
didalamnya.
4. Relevant public, berupa daftar siapa saja yang menjadi publik yang relevan bagi
organisasi.
5. The organizations standing with publics, berupa pandangan masing masing publik
terhadap organisasi.
6. Issues of concern to publics, berupa masalah masalah yang menjadi agenda masing
masing publik.
7. Power of public, berupa rekaman berdasarkan kekuatan ekonomis dan politis yang
dimiliki masing masing publik.
8. Readership survey, digunakan untuk melihat berapa orang yang membaca, mengikuti
program, memahami dan mengingat pesan yang didapatkan dari publikasi khusus.
9. Content analysis, yaitu sebuah metode untuk mengkoding dan mengklasifikasikan
secara sistematis pesan pesan khusus dalam aspek tema tema yang ada.
10. Readability studeis , digunakan untuk menilai keterbacaan sebuah artikel atau isi
media cetak.
11. Communication climate survery, yaitu pengukuran sikap yang biasa dipakai untuk
mengungkapkan persepsi publik terhadap tingkat keterbukaan dan ketersediaan
saluran komunikasi.
12. Network analysis, yang bertujuan untuk mengamati frekuensi dan pentingnya jaringan
interaksi.

2. Public Relations Audit : PR audit melibatkan sebuah studi lengkap untuk mengetahui
posisi humas sebuah organisasi sehingga dapat dirancang program program
komunikasi. PR audit yang lengkap meliputi :

3. Communication audit : audit komunikasi merupakan sebuah analisis lengkap tentang


komunikasi organisasi internal dan atau eksternal yang dirancang untuk memahami
kebutuhan, kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi. Metode yang digunakan
dalam audit komunikasi meliputi :

4. Social Audit : umumnya merupakan survey sikap dan pendapat yang mengukur
persepsi berbagai publik tentang keresponsifan sosial sebuah organisasi.

Reilly (1988) membedakan penelitian berdasarkan teknik pengumpulan data yaitu : penelitian
informal dan formal. Sedangkan Gregory (2001) menjelaskan bahwa berdasarkan jenis data
yang diperoleh dan disajikan maka penelitian dapat dibedakan kedalam penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian kontinyu atau pelacakan berdasarkan objek penelitiannya, serta
penelitian sekunder dan primer berdasarkan perolehan sumber datanya.

1. Penelitian informal, pada hakekatnya kita ini adalah peneliti. Untuk keadaan dan
kondisi tertentu, memperoleh data dari penelitian orang lain (data sekunder) bisa
menghemat waktu dan biaya daripada melakukan penelitian sendiri.
2. Penelitian formal, penelitian survey yang lebih formal mungkin akan banyak
membantu. Begitu pula dengan pooling. Pengujian media massa dan penelitian
induksi. Penelitian formal mensyaratkan adanya prosedur ilmiah. Penelitian survey
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Teknik survey melalui surat


2. Interview secara pribadi

Teknik tekni penelitiah humas lainnya menurut Greogory (2001) adalah sebagai berikut :

1. Penelitian kuantitatif, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang


kemudian dibuat statistiknya untuk mendapatkan hasil yang berupa angka angka atau
kuantitas.
2. Penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menyelidiki variabel variabel yang tidak
dapat di kuantifikasikan.
3. Penelitian kontinyu atau penelitian pelacakan, yaitu tekni penelitian yang dilakukan
dengan cara mengambil sekelompok orang yang sama atau sekelompok orang yang
memiliki profil yang sama sebagai objek riset.
4. Penelitian sekunder atau studi pustaka, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data data dari sumber sumber yang telah diterbitkan.
5. Penelitian primer, yaitu teknik penelitian yang digunakan untuk mencari informasi
yang kita butuhkan dengan segera melalui pengisian kuesioner.

Kegiatan belajar 2

Gregory (2001) menyatakan bahwa melalui berbagai survey, kurangnya keahlian para
praktisi humas dalam hal keuangan dan anggaran dianggap sebagai kelemahan para praktisi
humas. Kelemahan lainnya adalah kurangnya kemampuan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, penetapan tujuan, penetapan prioritas, perencanaan dan organisasi,
kemampuan analisis dan time management. Fungsi sebuah perencanaan adalah menyusun
kerangka kerja sebuah program humas. Praktek PR adalah usaha yang direncanakan serta
dilakukan secara kontinyu untuk menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan
kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publiknya. Secara teknis, pentingnya
perencanaan adalah dikarenakan keterbatasan waktu, sumber dana, dan tenaga disatu sisi dan
kompleksitas persoalan humas yang mungkin timbul disisi lain.

Sedangkan secara strategis, pentingnya perencanaan adalah kesadaran para praktisi


bahwasannya membangun reputasi yang baik bagi organisasinya bukanlah pekerjaan yang
baik dilakukan dalam semalam. Really (1988) dalam bukunya menyatakan bahwa, sebuah
perencanaan mungkin bertujuan positif, preventif atau perbaikan. Langkah langkah yang
diambil dalam unsur unsur perencanaan adalah :

1. Rumusan Masalah. Perumusan masalah di dapatkan setelah memperoleh fakta fakta


melalui hasil penelitian. Suatu keadaan dikatakan sebagai masalah apabila muncul
perbedaan antara kenyataan dan harapan (Broom dan Dozier, 1990). Sedangkan
menurut Wilcox, Ault dan Agee (1995) dalam putra (1999) pratiksi humas pada
dasarnya akan menghadapi tiga jenis masalah kehumasan yang harus ditangani.
Pertama, persoalan yang berkaitan dengan adanya persepsi negatif publik terhadap
organisasi atau sebuah produk. Kedua, pratiksi humas harus menyusun dan
melaksanakan sebuah program kehumasan dalam posisi organisasi yang netral.
Ketiga, pratiksi humas harus mengembangkan program program berkesinambungan
dalam usaha untuk membangun dukungan secara terus menerus dari berbagai publik
organisasi. Beberapa karakteristik perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah bisa dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan


masalah.
2. Pernyataan atau pertanyaan masalah harus spesifik dan jelas.
3. Memberikan fokus dan arah bagi orang yang akan mengembangkan strategi dan taktik
program.
4. Sebagai panduan bagi orang yang akan melaksanakan program.
5. Memberi rincian ukuran keberhasilan untuk memantau dan mengevaluasi program

2. Penentuan sasaran dan tujuan. Cutlip, Center dan Broom (1994) menyatakan fungsi
penentuan sasaran dan tujuan ini adalah :

Sasaran dan tujuan haruslah dipahami sebagai outcome objective. Cutlip, Center dan Broom
(1994) memberikan taksonomi sebagai berikut :

1. Knowledge outcome, yakni berupa pengetahuan atau pemahaman publik terhadap


organisasi dan sebaliknya.
2. Predisposition outcome, yakni berkaitan dengan sikap atau kecenderungan tindakan.
3. Behavior outcome, yakni berupa perilaku nyata yang nampak.

Beberapa kata kunci untuk menentukan tujuan humas antara lain :


1. Menginformasikan
2. Meningkatkan pengetahuan
3. Menciptakan kesadaran
4. Mendorong saling pengertian

Gregory (2001) ingatlah akronim SMART ketika menentukan tujuan yaitu : Stretching,
Measurable, Achievable, Realistic dan time bound.

3. Penentuan jadwal dan anggaran. Alokasi waktu bisa berdasarkan kebutuhan internal
dan eksternal (gregory, 2002). Hal yang perlu diperhatikan dalam merinci biaya
adalah pertimbangan efektif dan efisiensi. Sedangkan menurut Cutlip, Center dan
Broom (1994) anggaran program humas sebuah perusahaan biasanya ditentukan
berdasarkan salah satu dari faktor berikut ini :

1. Anggaran berdasarkan jumlah keseluruhan anggaran yang tersedia atau persentase


dari seluruh anggaran operasional.
2. Anggaran yang dialokasikan berdasarkan keperluan bersaing.
3. Anggaran berdasarkan seluruh keperluan untuk kegiatan yang ada.
4. Anggaran yang disusun berdasarkan keuntungan yang diperoleh.

Sedangkan anggaran untuk kegiatan humas biasanya dipilah menjadi biaya tetap dan biaya
tidak tetap.

Kegiatan belajar 3

Implementasi dalam program humas berupa suatu tindakan dan komunikasi (Burston, 1999).
Program humas tidak hanya sekedar program komunikasi, melainkan juga harus mampu
mendorong organisasi melakukan tindakan tindakan non-komunikasi. Bahkan Cutlip, Center
dan Broom (1999) menyatakan suatu hal yang masih belum banyak dipahami oleh
kebanyakan orang.

Menurut Cutlip, Center dan Broom (1999), tindakan kehumasan adalah tindakan tanggung
jawab sosial oleh departemen humas atau bagian lain dari organisasi kita. Strategi tindakan
yang dilakukan biasanya termasuk perubahan dalam kebijakan organisasi, prosedur, produk,
pelayanan dan perilaku organisasi.

Tugas utama humas, yakni membangun dan mempertahankan hubungan dengan publik
publik organisasi melalui serangkaian kegiatan komunikasi yang intensif. Inti dari keahlian
komunikasi adalah kemampuan dalam membingkai pesan, memilih media yang tepat, dan
kemampuan memahami penerima pesan. Pesan, Menurut Cutlip, Center dan Broom (1999),
prinsip pertama membingkai isi pesan adalah mengetahui posisi organisasi dalam suatu
persoalan. Kedua adalah mengetahui kebutuhan, perhatian dan kepedulian sasaran publik.
Putra (2000) beberapa bagian penting dari pesan dalam komunikasi meliputi : gaya pesan
(content Style), imbauan pesan (messages Appeals) yang biasanya berupa imbauan rasional
dan emosional (ethos, pathos dan logos), pengulangan pesan (messages repetition),
kesimpulan (implicit dan explicit), pengorganisasia pesan dan kejelasan pesan.
Memilih media. Menurut Pace dan Faules dalam Putra (2000), penggunaan media tersebut,
biasanya didasarkan pada sejumlah pertimbangan, seperti :

1. Biaya yang tersedia


2. Keterampilan dalam penggunaan saluran yang ada, baik pada perusahan maupun
publik
3. Dampak yang diinginkan
4. Relevansi saluran dan respon yang diharapkan terhadap informasi yang disampaikan
5. Berkaitan dengan pilihan media yang dapat dikontrol atau tidak
6. Tinggi rendah kemampuannya membawa pesa dan tinggi rendah kepercayaan publik
terhadap media tersebut.( Simmons, 1999)

Menurut Volkmann, masing masing saluran komunikasi yang ada memiliki tingkat
keefektifan yang berbeda beda, urutan keefektifannya adalah sebagai berikut :

1. Percakapan tatap muka antara dua orang


2. Diskusi atau pertemuan kelompok kecil
3. Pidato dihadapan orang banyak
4. Percakapan melaui telepon
5. Catatan atau tulisan pribadi

Penerima atau publik sasaran. Pembagian publik dalam humas bisa mengikuti pembagian
berdasarkan segmentasi tertentu. Hal ini kaitannya dengan penerima adalah pemahaman
praktisi humas tentang bagaimana penerima menggunakan suatu informasi atau pesan.
Kalangan praktisi humas percaya adanya efek teori domino (Grunig dan hunt, 1984)dalam
komunikasi.

Kegiatan belajar 4

Evaluasi program humas pada dasarnya adalah melihat erektivitas suatu program yang telah
dilaksanakan dan sumbangan program humas ini bagi organisasi. Broom dan Dozier (1990)
menyatakan : evaluation is determining the worth of something. Evaluasi program bagi
humas sendiri bermanfaat untuk menghindari kesalahan berulang ulang, pekerjaan lebih
terkonsentrasi, penentuan estimasi biaya maupun SDM, serta waktu lebih efisien. Manfaat
evaluasi menurut Gregory (2001), yaitu :

1. Memfokuskan usaha
2. Menunjukkan keefektifan
3. Memastikan efisiensi biaya
4. Mendukung manajemen yang baik
5. Memfasilitasi pertanggungjawaban

Watson seperti dikutip oleh Gregory (2001) dalam sebuah risetnya menunjukkan bahwa para
praktisi humas lebih suka bersikap defensive terhadap kegiatan mereka. Watson
menunjukkan alasan utama mengapa program tidak di evaluasi secara formal. Pertama,
kurangnya pengetahuan (mungkin tidak ada minat untuk mempelajari teknik evaluasi), kedua,
yaitu kurangnya anggaran.

Beberapa alasan lain mengapa evaluasi dianggap sebagai masalah adalah sebagai berikut :

1. Memahami apa yang harus dievaluasi


2. Memahami apa yang dapat dicapai
3. Agregasi
4. Cakupan teknik evaluasi yang dibutuhkan

Reily (1982) memberi pedoman beberapa faktor yang perlu dievaluasi, antara lain evaluasi
apa yang telah dikerjakan oleh masing masing anggota yang terlibat dalam program humas ;
evaluasi publik, evaluasi kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung program humas,
evaluasi anggaran dan evaluasi publisitas. Tingkat dan tahapan evaluasi dibedakan menjadi
dua, yakni evaluasi formatif atau evaluasi selama program berlangsung dan evaluasi sumatif
atau evaluasi setelah program humas dilaksanakan semua. Cutlip, Center dan Broom (1994)
mengemukakan tiga tingkat dan tahap evaluasi, yaitu :

1. Preparation evaluation. Evaluasi persiapan ini memiliki tahapan tahapan sebagai


berikut : pertama, menilai kecukupan informasi yang melatar belakangi sebuah
program humas. Kedua, melihat organisasi dan ketepatan strategi dan taktik program,
serta ketepatan pesan pesan yang direncanakan. Ketiga, menilai kualitas pesan dan
unsur unsur presentasi program lainnya.
2. Implementation evaluation. Adalah evaluasi tentang apa yang dikerjakan oleh praktisi
humas dalam melaksanakan program program humas. Cutlip, Center dan Broom
(1994) mengatakan inti tahapan pertama ini adalah pendokumentasian seluruh materi
materi komunikasi yang telah diproduksi dan disebarkan.
3. Impact evaluation. Evaluasi pengaruh bertujuan mengetahui outcome sesuai tujuan
program untuk masing masing sasaran publik maupun keseluruhan program yang
dapat dicapai.

Gregory (2001) tidak ada standar yang pasti untuk evaluasi program program dan kampanye
tunggal membutuhkan metode evaluasi yang khusus. Metode dan teknik penelitian secara
umum bisa diterapkan untuk mengevaluasi program humas. Berikut ini disajikan contoh
metode dan teknik evaluasi komunikasi :

1. Analisis isi. Evaluasi yang berkaitan dengan pesan pesan bisa menggunakan metode
analisi isi pesan.
2. Riset audiens. Evaluasi yang berkaitan dengan terpaan pesan terhadap khalayak bisa
menggunakan metode riset audiens. Jim Macnamara dalam Gregory (2001)
memberikan model makro sebagai berikut : model makro Macnamara tersebut
membentuk sebuah piramida.
Modul 7

Teknik komunikasi dalam humas

Kegiatan belajar 1

Komunikasi lisan merupakan proses komunikasi dua arah yang memungkinkan informasi
tersebut segera diterima dan mendapatkan feed back dengan segera.

Lobi. Lobi bisa dipahami sebagai suatu kegiatan komunikasi dengan tujuan mewujudkan
kepentingan orang yang melakukan lobi (pelobi) atau seseorang/organisasi yang
menggunakan pelobi dengan cara yang halus. Kegiatan tersebut lebih pada upaya informatif
dan persuasif daripada koersif (memaksa). Lobi juga bisa diartikan sebagai kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh orang orang atau kelompok dengan sasaran akhirnya adalah
memperngaruhi keputusan pemerintahan dan para pembuat undang undang. Seseorang yang
melakukan lobi disebut pelobi (lobbyist). Kasali (1994), di amerika para lobbyist ini telah
memiliki organisasi profesi , dimana keanggotaannya diikat oleh suatu kode etik profesi
sehingga kegiatan mereka (lobbyist) bisa dipertanggungjawabkan secara etis. Dalam dunia
kehumasan, lobi digunakan untuk mempengaruhi pengambil keputusan suapaya apa yang
diputuskan oleh pengambil keputusan tidak merugikan pihak pihak tertentu. Seitel dalam
Kasali (1994) membuat tahapan tahapan lobi sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dan fakta


2. Interpretasi terhadap langkah langkah pemerintah
3. Interpretasi terhadap langkah langkah organisasi
4. Membangun posisi
5. Melemparkan berita nasional. Publicity sprigboard yakni menggunakan tempat lobi
sebagai tempat yang selalu dikunjungi wartawan.
6. Mendukung kegiatan pemasaran

Negosiasi. Negosiasi secara awam adalah suatu upaya komunikasi dalam situasi konflik.
Sedangkan definisi dari negosiasi sebenarnya adalah pembicaraan dengan orang lain dengan
maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan untuk mengatur atau mengemukakan
(oxford dictionary).

Ludlow and Panton (1992) mengatakan bahwa negosiasi adalah pertemuan antara dua pihak
dengan tujuan mencapai kesepakatan atas pokok pokok masalah yang : 1, penting dalam
pandangan kedua belah pihak. 2, dapat menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak.
Dan 3, membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk mencapainya. Kunci utama
kegiatan negosiasi adalah win-win solution. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
negosiasi antara lain :
1. Kekuatan tawar menawa
2. Kepentingan kepentingan dalam negosiasi
3. Suasana negosiasi

Teknik negosiasi. Adapun tahapan negosiasi adalah :

1. Persiapan. Para negosiator yang sukses memiliki tujuan tujuan umum dan tujuan
khusus terlebih dahulu dan menyusun rencana bagaimana mencapai tujuan tujuan
tersebut sebelum melakukan negosiasi.
2. Proses negosiasi. Yang perlu diperhatikan selama negosiasi berlangsung adalah :

1. Strategi negosiasi. Faktor faktor yang harus diingat dan menjadi bahan pertanyaan
kita adalah mengenai : bagaimna kita dapat mengubah harapan pihak lain.
2. Taktik takti negosiasi.
3. Menyatakan tujuan kita dengan jelas dan tegas.
4. Membahas pokok persoalan secara objektif dengan sikap yang sopan dan dengan
praktis.
5. Hindari sikap membela diri atau perasaan tidak aman.
6. Hindari pilihan yang lunak karena dapat mengalihkan kita dari tujuan tujuan kita dan
menghasilkan penyelesaian yang kurang efektif.
7. Apakah semua pihak memahami dengan jelas apa yang telah disepakati?
8. Apakah semua pihak berkomitmen terhadap kesepakatan tersebut?
9. Apakah diperlukan pertemuan lain untuk membahas pokok pokok yang kecil
10. Bagaimana perasaan kedua belah pihak terhadap kesepakatan yang telah dibuat?

3. Mencari penyelesaian. Penyelesaian hanya dapat diperoleh apabila kedua belah pihak
mampu dan bersedia untuk mencapai kemajuan. Hal yang perlu kita lakukan adalah :

4. Mengakhiri negosiasi. Hal penting lainnya adalah perlunya diputuskan bersama kapan
dan bagaimana kesepakatan tersebut dipulikasikan. Sebelum mengakhiri negosiasi
pastikan hal hal berikut ini :

Presentasi. Presentasi adalah kegiatan menyampaikan sesuatu dengan tujuan tertentu. Ludlow
dan Panton (1992) menjelaskan beberapa tujuan presentasi antara lain :

1. Untuk mempertujukkan layanan, produk dan sistem


2. Untuk membentuk citra, strategi
3. Untuk menghibur kolega, orang luar
4. Untuk menjual konsep, produk, ide
5. Untuk mewakili kelompok, perusahaan, departremen
6. Untuk mempromosikan sikap, cara bekerja
7. Untuk mengusulkan penyelesaian, konsep baru

Hal utama yang berkaitan dengan persiapan presentasi, yaitu persiapan bahan dan
penampilan. Berikut ini, seperti disampaikan Hutabarat (1993) :
1. Persiapan. Langkah langkahnya berikut ini :

1. Susunlah teks berupa makalah beserta lampirannya


2. Tentukan media presentasinya
3. Buatlah gambar terawang bila memakai OHP
4. Bila kita mengerjakan persiapan ini untuk orang lain, tunjukkan apa yang telah kita
lakukan pada setiap langkah
5. Simpan bahan bahan presentasi tersebut dengan baik
6. Menguasai alat yang dipakai
7. Memastikan urutan yang benar dari bahan bahan yang akan dipresentasikan
8. Mencoba berbagai karakter suara yang kita miliki

2. Latihan. Hal yang perlu dianjurkan untuk kegiatan berlatih :

3. Presentasi. Ludlow dan kawan kawan (1996) dalam the essence of effective
communications, menyajikan teknik teknik presentasi sebagai berikut :

1. Penggunaan kata kata. Presentasi adalah penggambaran sesuatu ide melalui kata kata.
2. Penampilan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penampilan adalah : berpakaian
pantas, sesuaikan dengan situasi, penampilan necis, bersih dan rapi.
3. Penggunaan suara
4. Bahasa tubuh. Bahasa tubuh meliputi posisi tubuh kita, menjaga kontak mata,
pandangan yang merata keseluruh ruang, gerakan yang sesuai, sederhana, alami, dan
harus terkontrol
5. Penggunaan alat bantu/visual. Berikut ini beberapa cara menggunakan alat bantu
dengan efektif :
1. Pastikan bahwa bantuan visual harus kita pakai
2. Berdiam dirilah sejenak
3. Matikan atau sisihkan alat tersebut setelah kita memberi penjelasan
4. Bila kita menggunakan OHP maupun infokus :
1. Tatap pendengar
2. Bila menekankan sesuatu, jangan tunjuk pada layarnya
3. Pastikan semua hadirin dapat melihat layar
4. Tulisan cukup besar untuk hadirin yang duduk dibelakang
5. Letakkan transparan dengan benar
6. Matikan OHP bila ingin menganti transparan
7. Susunlah urutan transparan yang akan ditampilkan dengan benar
8. Menguasai apa yang akan dibicarakan
9. Bila menggunakan whiteboard/papan tulis :
1. Pastikan spidol yang tersedia tidak kering
2. Urutkan spidol dalam gemggaman tanggan lain yang leluasa
dan letakkan kembali dalam urutan itu
3. Berdirilah di sisi kanan tulisan
4. Menjawab pertanyaan.
5. Akhiri presentasi dengan diam dan duduk
Berbicara di muka umum. Atau lebih dikenal dengan public speaking dan pidato. Pidato
selain bersifat informatif, juga bisa digunakan sebagai upaya persuasif dalam rangka
mendapat dukungan. Karanjia yang dikurip Moore (1981) perencanaan dan penyusunan
pidato eksekutif harus menjadi bagian dari keseluruhan program humas suatu organisasi. Ia
menampilkan empat langkah untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut. :

1. Memilih kapan dan dimana


2. Putusan apa yang akan dibicarakan
3. Tulislah dulu siaran berita
4. Sekarang mulailah menyusun pidato

De Vito membagi metode penyampaian dalam public speaking ke dalam empat metode, yaitu
:

1. Impromptu. Kemampuan dalam menyampaikan pembicaraan impromptu bisa dipupuk


melaui kemampuan berbicara di muka umum
2. Manuskrip atau naskah. Pembicara membacakan naskah pidato bagi khalayak.
Metode ini paling aman digunakan dalam situasi yang menuntut ketepatan waktu dan
kata kata yang dipakai
3. Menghafal. Metode menghafal sering digunakan bila isi pembicaraan menyangkut
kasus kasus yang sensitif atau bila waktu yang disediakan sangat terbatas
4. Ekstemporer. Penyampaian dengan metode ini memerlukan persiapan yang
menyeluruh, mengingat gagasan gagasan pokok serta urutan kemunculan pesan yang
disampaikan. De Vito (1993) sangat menganjurkan metode ini untuk pembicaraan di
muka umum (public speaking). Kelebihan metode ekstemporer adalah persiapan yang
mendalam, dan pembicara tahu apa yang akan dia katakan, serta telah mematangkan
susunan penyampaiannya. Tips yang bisa digunakan dalam metode ekstemporer : a.
Hafalkan kalimat kalimat pembuka kurang lebih dua atau tiga kalimat pertama. B.
Hafalkan pokok pokok pembicaraan serta urutan penyajiannya. C. Hafalkan kalimat
penutup berulang kali dua atau tiga kalimat terakhir dari pembicaraan.

Kegiatan belajar 2

Ananto (1999) tehadap 292 responden yang terdiri dari pratiksi humus di indonesia, kegiatan
humas sebagian besar adalah menulis dan editing. Komunikasi lisan cenderung face to face,
sehingga respon penerima segera dapat diketahui. Pesan yang disampaikan secara tertulis
memiliki respon yang tertunda sehingga kita tidak bisa dengan segera memperbaiki
komunikasi yang sudah terlanjur disampaikan (secara tertulis).

Efek kegiatan komunikasi dibagi menjadi efek kognisi, efek afeksi dan efek psikomotoris.
Efek kognisi dapat diukur dari bertambahnya pengetahuan penerima. Afeksi diukur dari
penguatan ataupun perubahan sikap. Sedangkan efek psikomotoris dapat dilihat dari tindakan
yang dilakukan oleh penerima. Pesan pesan yang sifatnya informatif lebih mengharapkan
efek kognisi daripada efek yang lain. Contoh praktik penulisan informatif dalam dunia
kehumasan adalah penulisan press release. Dalam dunia kehumasan suatu pesan disebut
sebagai informatif apabila pesan tersebut memenuhi unsur unsur sebagai berikut : faktual atau
sesuai dengan fakta, bukan rumor, bukan kebohongan, bahkan bukan hanya cerita khayalan.

Persuasi menurut Kamus Istilah Komunikasi (1979) adalah proses mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku orang lain dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut berperilaku seperti atas kehendak sendiri. Dalam dunia bisnis, penulisan persuasif
biasa digunakan dalam surat permintaan, surat penawaran dan penanganan klaim atau
keluhan. Salah satu bentuk penulisan persuasif adalah iklan yang dimuat di media cetak. A-A
Procedur atau From Attention to Action yaitu penahapan persuasif yang dimulai dari usaha
menumbuhkan perhatian (attention) hingga pada menggerakkan suatu perbuatan (action)
tertentu. Prosedur A-A diuraikan menjadi formala AIDDA, yaitu akronim dari Attetion,
Interest, Desire, Decission dan Action.

Penuliasan persuasif juga memiliki sistematika sebuah tulisan pada umumnya yang terdiri
dari pembukaan, pembahasan dan penutup. :

1. Pembukaan. Berikut ini adalah cara cara yang bisa digunakan sebagai pertimbangan :

1. Menceritakan pengalaman pribadi


2. Mengutip pendapat pakar yang terkenal (testimoni)
3. Mengutip bait lagu yang cenderung populer
4. Mengutip teori yang diakui kebenarannya
5. Menghubungkan dengan kejadian mutakhir
6. Menghubungkan dengan konteks yang sedang melingkupi
7. Menceritakan suatu kisah nyata ataupun fiktif dan mitos
8. Membuat anekdot dan humor
9. Membuka dengan kalimat pertanyaan yang sifatnya provokatif
10. Menyimpulkan pesan
11. Ucapan terima kasi dan pujian kepada khalayak
12. Mengutip kata kata mutiara atau peribahasa
13. Mendorong khalayak untuk bertindak

2. Pembahasan. Sajikan fakta dan situasi dengan lebih rinci. Terutama yang berkaitan
dengan kebutuhan dan apa yang bisa dilakukan bersama. Ungkapkan rekomendasi
atau jalan keluar yang mungkin bisa dilakukan bersama.
3. Penuntup. Fungsi utama dibuat adalah untuk memberi kesan klimaks yang positif.
Kalimat penutup mestinya bisa memperkuat daya persuasi, yaitu : mendorong kearah
perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. Menutup sebuah pesan persuasi dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana sampai dengan cara yang lebih panjang, yaitu :

Kegiatan belajar 3

Pada dasarnya yang disebut media audio tidak hanya audio yang sifatnya pasif, seperti radio
saja. Tetapi juga media audio yang digunakan untuk komunikasi antar personal, seperti
telepon dan radio telepon. Media audio memiliki cirri pesan yang disampaikan bisa ditangkap
oleh indera pendengaran. Kelebihan dan kelemahan masing masing media audio :

1. Telepon. Keuntungannya adalah sifatnya yang personal, jauhnya jarak jangkauan dan
sifatnya dapat mengirim dan menerima pesan secara langsung. Namun, berbicara
ditelepon memerlukan etika tertentu.
2. Radio telepon. Alat komunikasi radio ini menggunakan gelombang radio, dimana
frekuensinya terbuka untuk public sehingga pembicaraannya tidak bisa dikatakan
personal. Penggunaan media radio telepon ini jauh lebih murah tetapi jangkauannya
tidak seluar media massa.
3. Radio. Radio sebagai media humas diartikan sebagai seluruh jaringan kerja alat alat
yang terlibat dalam proses penyiaran yang sifatnya audititif. Kelebihan radio siaran
antara lain (suhandang, 2004) :

1. Mempunyai daya penyampaian langsung


2. Siaran siarannya dapat dikutip dan dinikmati dalam lingkungan keluarga
3. Kombinasi dialog
4. Pesawat penerimanya relative murah dan merakyat
5. Sifatnya sepintas sehingga membutuhkan penangkapan dan pengertian pendengarnya
secara cepat dan akurat
6. Gangguan cuaca dan gangguan teknis merupakan faktor yang menyembabkan pesan
kurang efektif dan juga bias
7. Pendengar radio adalah khalayak yang sangat heterogen dari sisi demografi dan
psikografis.

Mensiasati kelebihan dan kelemahan radio siaran sebagai media komunikasi humas maka
praktisi humas perlu mempertimbangkan naskah siaran yang baik, yaitu naskah siaran ditulis
secara :1) Jelas (clearity), 2) lincah (vividness), 3) aneka ragam (variety)

Media audio visual merupakan gabungan media audio dan media visual. Contohnya adalah
media televisi dan film.

1. Televisi. Televisi dipahami sebagai serangkaian peralatan yang terlibat dalam


aktivitas penyiaran, namun penyampaiannya secara audio visual. Televisi merupakan
medium telekomunikasi yang memiliki jangkauan luas dan serempak menuju pada
khlayak yang banyak. Pesan melalui televisi bisa dimengerti oleh mereka yang buta
huruf, maupun berbeda bahasa. Fungsi media massa yang bersifat memberi informasi,
mendidik dan menghibur dapat dengan lengkap dijalankan oleh televisi. Kelemahan
televisi lebih pada perlakuan masyarakat yang memanfaatkan televisi lebih sebagai
media hiburan.
2. Film. Satu hal yang disenangai para praktisi humas terhadap film adalah kendali
pengontrolan yang kuat. Film bagi humas merupakan media komunikasi, instruksi,
riset dan sebagainya.melalui film, humas dapat menyampaikan pesanpesannya. Tidak
hanya film dokumenter, film cerita juga merupakan media yang efektif bagi tujuan
humas.
Modul 8

Penerapan humas dalam berbagai organisasi

Kegiatan belajar 1

Setelah orde baru tumbang. Orde reformasi tampaknya ingin mengembalikan kehidupan
politik yang dinamis dan demokratis di indonesia.

Humas di pemerintahan. Presiden amerika serikat Abraham Lincoln (1864) pernah


mengatakan. Let the people know the facts, and the country will be safe. (dikutip oleh
sulivan). Menurut lincoln pemerintah bertanggungjawab kepada rakyat untuk segala
kebijakan, peraturan serta berbagai keputusan yang dibuat. Mike McCurry, mantan skretaris
pers presiden Bill Clinton mengatakan, pemerintah punya begitu banyak informasi, sehingga
mereka perlu sebuah cara yang efektif untuk menyampaikannya kepada rakyat. Di negara
negara maju, bagian humas dipemerintahan biasa disebut dengan press office.

Stepen stockwell (2000) menyatakan bahwa pada prinsipnya kegiatan kehumasan di


pemerintahan merupakan pekerjaan pekerjaan untuk mengelola tiga hal, yaitu :

1. Mengelola hubungan dengan media guna menyampaikan informasi.


2. Mengelolah kegiatan kegiatan lobbying yang dilakukan oleh berbagai kelompok.
3. Mengelola teknik kampanye dalam pemilu sebelum sebuah pemerintahan baru
terbentuk.

Cutlip, Center dan Broom (1985) menyatakan bahwa tugas humas pemerintahan yang utama
adalah :

1. Active cooperation on action programs (mensosialisasikan program program


pemerintah agar dapat dukungan penuh dari rakyat.
2. Compliance in regulatory programs (mengkampanyekan peraturan peraturan
pemerintah serta perundangan undangan baru agar diketahui dan dipatuhi masyarakat.
3. Voter support fot the incumbent administrations policies (mengupayakan agar
pemilih mendukung kebijakan kebijakan pemerintah yang tengah berkuasa.

Seorang politikus, Mordecai Lee menyatakan bahwa praktik kehumasan yang profesional dan
kredibel di lembaga pemerintahan akan memberikan kontribusi yang cukup besar hal hal
berikut ini :

1. Penerapan kebijakan politik


2. Membantu media massa meliput kegiatan pemerintahan
3. Melaporkan kepada masyarakat akan berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah
4. Meningkatkan kerjasama dan rasa saling percaya antar bagian di dalam lembaga
pemerintahan itu sendiri
5. Meningkatkan sensitivitas pemerintah terhadap apa yang diinginkan publik
6. Memobilisasi dukungan terhadap pemerintah
Ada tiga macam kegiatan utama humas pemerintah, yaitu :

1. Segala hal yang berhubungan dengan bagaimana menjalin kerjasama yang baik
dengan pihak media
2. Segala hal yang berkaitan dengan penyampaian dan menggalang dukungan dari
masyarakat untuk berbagai program dari kebijakan serta peraturan dari pemerintah
3. Membantu pemerintah yang tengah berkuasa mendapatkan dukungan dari masyarakat

Perencanaan perencanaan yang harus segera disusun oleh pihak humas meliputi :

1. Membuat perencanaan program humas yang komprehensif tentang bagaimana agar


masyarakat mendukung program program
2. Membuat perencanaan program humas yang komprehensif yang berkenaan dengan
perubahan pemerintahan
3. Membuat program program humas yang komprehensif untuk menginformasikan
berbagai bentuk pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah

Humas di partai politik. Salah satu area yang cukup menjanjikan bagi perkembangan humas
komunikasi politik adalah apa yang biasa dikenal sebagai election campaign. Kampanye
semacam ini dilakukan di seputar waktu menuju pemelihan umum (general election) baik di
tingkat nasional maupun lokal. Sebuah kampanye politik biasa ditangani oleh profesional
profesional yang disebut sebagai campaign directors. Tugas tim sukses adalah menciptakan
sebuah citra yang positif bagi kandidat politik yang ditanganinya.

Stephen Stockwell (2000) membagi kampanye politik menjadi dua, yaitu : 1) insurgent
campaign adalah kampanye politik untuk calon/kandidat yang ingin memenangkan sebuah
kedudukan politik, dan 2) incumbent campaign adalah kampanye politik untuk calon atau
kandidat yang tengah memegang kedudukan politik tertentu dan ingi mempertahankannya.
Ada beberapa hal mendasar yang harus dilakukan yaitu :

1. Menciptakan positioning bagi kandidat. Positioning adalah sebuah upaya untuk


menciptakan citra tertentu bagi sebuah produk yang membedakannya dengan produk
lain. Menurut Witherspoon (dikutip dalam Stockwell, 2000) ada hal hal yang perlu
dicermati oleh tim sukses, yaitu :

1. Identifikasi. Identifikasi adalah menciptakan sebuah merek bagi kandidat sehingga


pemilih mudah mengidentifikasikannya.
2. Biografi. Dokumentasi yang komprehensif tentang diri kandidat dan keluarganya.
3. Definisi Isu. Menciptakan satu tema kampanye yang bisa merangkum semua program
program kandidat.
4. Serangan. Serangan diartikan dalam hal melakukan black campaign terhadap lawan
politik kandidat, melainkan berusaha menonjolkan kelebihan kelebihan program
program kandidat yang kita tangani.
5. Komparasi atau perbandingan. Disini tim sukses berupaya untuk membuat
perbandingan antara program program kerja yang ditawarkan kandidat kita dengan
program program kerja kandidat lawan.
6. Mengetahui perilaku memilih pada pemilu yang lalu
7. Mengetahui perilaku memilih pemilih pemula yang biasanya masih sulit ditebak
(swinging voters)
8. Mengetahui keinginan atau kepedulian dari para pendukung partai partai kecil
9. Melakukan penelitian terhadap kehidupan kandidat lawan
10. Mempersiapkan kandidat kutipan langsung (direct quote) yang pendek namun
menarik dan komprehensif untuk media massa
11. Membuat press release untuk media massa
12. Menjalin hubungan personal yang baik dengan wartawan khusunya wartawan politik
13. Memberikan nomor telpon yang bisa dikontak wartawan 24 jam dalam sehari
14. Menjalin hubungan baik dengan orang orang media yang lain (selain wartawan)
seperti editor senior
15. Menjalin hubungan baik dengan figur figur atau tokoh tokoh masyarakat lain yang
sering muncul di media massa
16. Dialog langsung dengan masyarakat
17. Menggunakan direct mail. Prinsip prinsip lain dalam penulisan direct mail adalah :
1. Surat hendaknya tidak terlalu panjang, satu lembar saja cukup
2. Gunakan pilihan kata kata yang sederhana
3. Gunakan pilihan kata yang personal
4. Sampaikan kepedulian anda pada isu isu lokal
5. Buatlah pesan anda konsisten dengan keseluruhan tema kampanye yang anda
lakukan
18. Menggunakan telemarketing. Telemarketing adalah upaya menawarkan produk
barang maupun jasa langsung kepada konsumen yang dikehendaki melalui telepon.
Karena kandidat tidak mungkin melakukan pembicaraan melalui telepon seorang diri
maka yang harus dilakukan adalah :
1. Memberikan training yang cukup kepada sukarelawan yang akan melakukan
telemarketing
2. Mendirikan posko informasi yang dilengkapi dengan sistem komputer yang
terintegrasi dengan telepon

2. Melakukan riset. Penelitian penelitian untuk kepentingan kampanye biasanya


bertujuan untuk :

3. Media management. Para pemilih adalah orang orang yang tidak mengenal mereka
yang dipilihnya secara personal. Beberapa hal yang mendasar yang harus dilakukan
tim sukses dalam mengorganisasikan liputan media massa adalah :

4. Mengelola upaya kontak langsung dengan pemilih (direct voter contact). Beberapa
cara yang bisa digunakan untuk menjalin kontak langsung dengan calon pemilih :

Kegiatan belajar 2

Organisasi bisnis atau yang bisa disebut dengan organisasi profit (profit oriented
organization) adalah salah satu bentuk organisasi yang semakin banyak menggunakan jasa
humas dalam kegiatannya sehari hari.
1. Isu, humas dan perusahaan. Menurut grunig dan Hunt (1984) isu adalah, topics
around which publics are farmed. Sedangkan Heath dan Nelson (1986) melihatnya
sebagai, a contestable question of fact, value or policy. Heath (1997) sendiri
berpendapat bahwa isu merupakan dispute between parties based on gaps in facts,
values or policies. Steve Mackey (2000) mengakui bahwa isu sulit untuk didefinisikan
karena banyak hal bisa disebut sebagai isu sosial. Dari Mackey kita mendapatkan kata
kunci ideas dan attitude atau ide ide dan sikap manusia terhadap suatu hal. Dalam
banyak literatur penanganan isu secara profesional oleh perusahaan kini disebut
sebagai penerapan management isu (issues management) yang manfaatnya mulai
banyak dirasakan. Menurut Grunig (1984) dan Heath (1997) penanganan isu bisa
dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :

1. Tahap 1 : issues identification. Mengindentifikasi isu isu apa saja yang tengah beredar
di masyarakat.
2. Tahap 2 : issue analysis. Menganalisis isu berdasarkan urgensinya.
3. Tahap 3 : issue classification. Mengklasifikasikan isu berdasarkan bentuk dan
jenisnya.
4. Tahap 4 : issue prioritization. Membuat daftar prioritas isu.
5. Tahap 5 : determine strategy options. Membuat beberapa alternatif pilihan
penanganan isu.
6. Tahap 6 : issue (s) action programs. Merencanakan dan melaksanakan penanganan isu
yang telah dipilih pada tahap lima.
7. Tahap 7 : issue management evaluation. Mengevaluasi langkah langkah yang telah
diambil.
8. Annual reports (laporan tahunan). Laporan tahunan adalah sebuah bentuk laporan
keuangan yang memuat segala transaksi keuangan dalam setahun.
9. Annual general meeting. Adalah pertemuan tahunan para pemegang saham

2. Humas dan tanggungjawab sosial organisasi. Isu tentang corporate social resposibility
atau yang di indonesia kan menjadi tanggungjawab sosial perusahaan (TSP).
Organisasi dan lingkungan yang ada di sekitarnya merupakan satu bentuk hubungan
yang saling tergantung, dalam beberapa hal lingkungan tergantung pada organisasi.
Dan begitu pula sebaliknya, sebuah konsep yang oleh Preston dan Post (1975) disebut
sebagai interpenetrating system. Menurut David C.H Johnston ada beberapa aspek
yang menjadi tanggung jawab sosial perusahaan karena kehadiran sebuah organisasi
di sebuah lingkungan tertentu : dampak ekonomi, kualitas produk, hubungan dengan
konsumen, dampak lingkungan hidup, konservasi energi, hubungan dengan karyawan
dan hubungan dengan komunitas.

1. Humas dan financial relations. Grunig dan Hunt (1984) bahkan mengidentifikasikan
empat publik lain yang tergolong dalam financial relations yaitu : a) current
shareholders, b) prospective shareholders (kelompok kelompok yang dianggap
potensial untuk menjadi pemegang saham di kemudian hari, c) the financial
community seperti bankir, d) financial media. Beberapa cara untuk menjalin
hubungan dengan para investor dan pemegang saham yang disampaikan oleh Harris
(2000) adalah :

2. Humas dan lobbying. Moloney (1997) mendefinisikan lobbying sebagai persuasive


activity to change public policy in favour of an organization by groups of people who
are not directly involed in a political process. Dengan lobbying perusahaan berupaya
untuk menyampaikan kepentingan kepentingan mereka sehubungan dengan akan
diberlakukannya sebuah peraturan baru atau perundang undangan. Kegiatan melobi
memerlukan data contact person dan orang berpengaruh di berbagai bidang yang
cukup lengkap serta harus selalu diperbaharui dari waktu ke waktu.

Kegiatan belajar 3

Organisasi sosial adalah organisasi yang bertujuan tidak mencari keuntungan (not for profit
organization). Baskin & Aronoff (1997) mengatakan bahwa salah satu kegiatan utama
organisasi sosial seperti asosiasi profesi, organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, rumah
sakit adalah berkomunikasi dengan para anggotanya, pemerintah, dan publik eksternal.

Humas asosiasi profesi. Asosiasi profesi (proffesional associations) merupakan organisasi


yang aktivitasnya tergantung dari anggota. Baskin dan Aronoff (1997) menyebutkan bahwa
keberadaan humas dalam organisasi semacam ini berfungsi untuk membangun komunikasi
antara organisasi dengan anggotanya dan juga mereka yang bukan anggota. Peran humas
dalam asosiasi profesi dapat dideskripsikan sebagai berikut (Baskin & Aronoff) :

1. Menyiapkan dan mendistribusikan bahan informasi kepada media


2. Menyiapkan dan menyebarkan bahan bahan untuk pendidikan masyarakat dalam
bentuk publikasi, film, audio visual
3. Menyelenggarakan kegiatan pertemuan profesi, seminar dan pameran
4. Mengelola hubungan dengan pemerintah, termasuk menerjemahkan aturan aturan
pemerintah
5. Mengumpulkan dan mempublikasikan data, hasil kajian organisasi profesi

Humas organisasi buruh. Baskin dan Aronoff (1997) menambahkan bahwa peran humas
dalam organisasi buruh diperlukan untuk menyebarluaskan publikasi, siaran pers, loby
dengan pihak pihak perusahaan atau pemerintah.

Humas rumah sakit. Publik rumah sakit menurut Baskin dan Aronoff (1997) dapat
dikategorikan sebagai berikut : pemerintah, lembaga bisnis, pekerja non profesional, pekerja
profesional, dokter, pasien.

Humas organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan memerlukan publikasi bagi


kegiatannya, karena itu humas menjadi bagian penting dari organisasi semacam ini.

Humas organisasi pendidikan. Publik internal adalah : pengajar (guru, dosen), murid atau
mahasiswa, pegawai administrasi, orang tua mahasiswa, alumni. Publik eksternal adalah :
pemerintah daerah atau pemerintah pusat, sekolah atau perguruan tinggi lain, perusahaan
perusahaan, lembaga keagamaan, lembaga hukum, organisasi guru, masyarakat sekitar.

Humas organisasi fund raising. Organisasi fund raising adalah organisasi yang kegiatannya
memberi bantuan pada masyarakat berupa bantuan dana, pendampingan, penyadaran,
pendidikan tentang suatu masalah atau bidang tertentu seperti hukum, lingkungan, kesehatan.
Fund raising lebih mengedepankan pada upaya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
untuk peduli pada berbagai persoalan seperti lingkungan, hukum, kesehatan, diskriminasi
pada kelompok seperti masyarakat miskin dan perempuan.

Modul 9

Profesionalisme dan etika humas

Kegiatan belajar 1

Professional adalah pelakunya dan profesionalisme adalah suatu sikap atau idealism. Profesi
berasal dari kata professues (latin) yang berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula
dihubungkan dengan sumpah dan janji. Masyarakat kita mengartikan profesi sebagai suatu
keterampilan atau keahlian khusus yang dimiliki seseorang sebagai suatu pekerjaan atau
kegiatan utama yang diperolehnya lewat jalur pendidikan atau pengalaman. Professional
adalah seseorang yang memiliki kemampuan teknis dan operasional yang diterapkan secara
optimum dalam batas batas etika profesi. Seseorang yang bisa digolongkan dan dikatakan
sebagai seorang professional adalah a person who does something with great skill.

Sikap dan kemampuan seorang professional bisa disebut sebagai profeionalisme, yakni
mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar dalam
memberikan pelayanan tertentu berdasarkan klasifikasi pendidikan dan pelatihan, serta
memiliki pengetahuan memadai dan dapat membedakan secara etis mana yang dapat
dilakukan dan mana yang tidak dapat dilakukan sesuai pedoman kode etik profesi (ruslan,
1002). Ciri cirri atau karateristik khusus tertentu, antara lain :

1. Memiliki skil atau kemampuan yang tidak dipunyai oleh orang umum lainnya
2. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi
3. Memiliki jiwa pengabdian pada public atau masyarakat dan dengan penuh dedikasi
4. Menjadi salah satu anggota profesi akan sangat membantu
Siebert dkk dalam Dahlan (1999) berpendapat bahwasannya suatu bidang disebut sebagai
profesi apabila : 1) memiliki body of knowledge, 2) memiliki kode etik profesi, 3) adanya
kontrol akses yang tertutup bagi orang yang ingin memasukinya. Body of knowledge atau
badan pengetahuan bisa ditunjukkan dengan terumuskannya suatu model kerja ataupun model
kerangka berpikir sebuah bidang kerja. Kode etik adalah suatu perangkat pedoman tingkah
laku yang mengikat semua anggota profesi. Kontrol akses yang tertutup adalah adanya upaya
yang dilakukan oleh utamanya organisasi profesi untuk menyeleksi dan atau member criteria
bagi orang yang ingin menjadi professional.

Mengevaluasi hal hal berikut ini :

1. Sebagai sebuah bidang kerja, humas telah memiliki body of knowledge


2. Memiliki kode etik
3. Kontro akses yang tertutup

Beberapa persoalan penting yang saat ini dihadapi humas adalah :

1. Masih sedikitnya organisasi yang member posisi humas di tingkat korporat


2. Evaluasi manajemen (eksekutif) puncak terhadap kerja humas yang masih buruk
3. Diragukannya pendidikan humas dalam menyiapkan atau mendukung humas yang
strategis

Kegiatan belajar 2

Organisasi profesi merupakan suatu wadah para professional di dalam mengembangkan dan
mengadakan suatu studi profesi. Berdasarkan organisasi yang sudah ada, organisasi humas
bisa dibedakan menjadi tiga. 1) organisasi yang menghimpun para praktisi humas secara
umum. 2) organisasi yang menghimpun perusahaan humas (konsultan humas). 3) organisasi
yang menghimpun para praktisi humas yang dibedakan berdasarkan jenis perusahaannya.
Tahun 1948 di amerika telah terbentuk suatu wadah yang dinamakan public relations society
of amerika (PRSA). Di Indonesia sendiri pada tahun 1972 yaitu perhimpunan hubungan
masyarakat Indonesia (PERHUMAS).
Para praktisi humas di Indonesia mendirikan perhimpunan hubungan masyarakat Indonesia
(PERHUMAS) di Jakarta pada tanggal 15 desember 1972. Tujuan perhumas adalah sebagai
berikut :

1. Meningkatkan perkembangan dan keterampilan professional hubungan masyarakat di


Indonesia
2. Memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai hubungan masyarakat
3. Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman di antara para anggotanya
4. Menyelenggarakan hubungan dengan organisasi organisasi serumpun dengan bidang
hubungan masyarakat, di dalam maupun di luar negeri

Pada tahun 1997 perhumas memprakarsai berdirinya organisasi humas di asia tenggara yakni
federation of ASEAN public relations organization (FAPRO) di kuala lumpur. Beberapa
kegiatan perhumas antara lain :

1. Menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi untuk bersama sama


mengembangkan pendidikan humas
2. Menjalin kerja sama dengan perusahaan perusahaan dan lembaga lembaga
3. Menerbitkan jurnal perhumas yang berisi tentang aktivitas organisasi dan tulisan para
pakar tentang humas dan komunikasi
4. Setiap tahun perhumas menyelenggarakan konvensi nasional

Asosiasi perusahaan public relations (APPRI). Berdiri pada tanggal 10 april 1987 di Jakarta
dan bersifat independent. Tujuan APPRI adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun, membina dan mengarahkan potensi perusahaan public relations


nasional
2. Mewujudkan fungsi public relations yang sehat, jujur dan bertanggung jawab sesuai
kode praktik dank ode etik yang lazim berlaku secara nasional dan internasional
3. Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan memberikan
kesempatan kepada para anggota untuk konsultasi dan kerjasama
4. Member informasi kepada klian bahwa anggota APPRI memenuhi syarat untuk
memberikan nasihat dalam bidang public relations dan akan bertindak untuk klien
menurut kemampuan profesionalnya
5. Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal soal kepentingan usahan dan
profesi
6. Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui mengenai pengalaman
dan kualifikasi para anggotanya
7. Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public relations

Organisasi organisasi humas di Negara eropa berkumpul dalam satu wadah organisasi di
tingkat eropa, yakni federation associated public relations organization (FAPRO). Berikut
beberapa organisasi profesi humas di amerika dan inggris (Black, 1992) :

1. Public relations society of amerika (PRSA). PRSA berkantor pusat di new York,
berdiri pada tahun 1047. Tujuan didirikan PRSA adalah :
1. Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang humas
2. Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi bidang kehumasan
3. Untuk merumuskan, memajukan, mejelaskan kepada kelompok kelompok usaha,
professional, dan lain lain
4. Untuk memperbaiki hubungan pelaksana humas dengan para majikan dank lien
5. Untuk memajukan dan berusaha mempertahankan standar yang tinggi mengenai
pelayanan umum dan tingkah langku

PRSA memiliki program tahunan, yakni pemberian penghargaan gold anvil award (GAW).

2. Institute public relations of british (IPR). IPR berada di inggris dan didirikan pada
tahun 1948 oleh sekelompok pegawai humas dari pemerintah pusat, local, kalangan
industry dan sector perdagangan. Tujuan IPR adalah sebagai berikut :

1. Untuk memajukan perkembangan humas demi kepentingan praktik tersebut di bidang


perdagangan, industry, pemerintah local dan pusat, perusahaan perusahaan nasional
professional
2. Untuk mendorong dan memupuk ketaatan pada standar professional yang tinggi bagi
para anggotanya dan untuk menetapkan serta merumuskan standar standar semacam
itu.
3. Untuk mengatur pertemuan, diskusi, konferensi dan lain lain mengenai masalah yang
menjadi kepentingan bersama dan secara umum untuk bertindak sebagai wadah bagi
pertukaran gagasan mengenai praktik kehumasan
4. Menyediakan jalur bagi pertukaran gagasan dan pengalaman professional antara
mereka yang berurusan dalam kegiatan humas mengenai kepentingan internasional
5. Mengadakan suatu rotasi / perputara apabila anggotanya setiap saat memerlukan
pemberitahuan dan bimbingan
6. Membantu mencapai kualitas tertinggi tentang praktik kehumasan
7. Meningkatkan praktik kehumasan di semua bidang kegiatan di dunia dan memajukan
nilai nilai dan pengaruhnya melalui promosi ilmu pengetahuan
8. Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang
mempengaruhi praktik kehumasan yang biasa terjadi di berbagai Negara

3. International public relations association (IPRA). IPRA merupakan organisasi humas


di tingkat internasional, terbentuk pada bulan mei tahun 1955 dalam suatu pertemuan
di Stratford upon avon dengan tujuan sebagai berikut :

Kongres pertama IPRA diselenggarakan di brussel pada bulan juni 1958.

Kegiatan belajar 3

Etika berbeda dengan moral. Menurut Ruslan (1995), moral adalah suatu system nilai tentang
bagaimana menjalankan hidup dengan membedakan antara yang baik dengan yang buruk
selaku individu dan anggota masyarakat. Kraf (1991) menyebut moralitas adalah tradisi
kepercayaan dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas
memberikan suatu petunjuk dalam bentuk bagaimana seharusnya bertindak (das sollen).
Sedangkan etika lebih banyak menyinggung nilai nilai atau norma norma moral yang bersifat
menentukan atau sebagai pedoman sikap tindak atau perilaku dalam wujud yang lebih konkrit
(das sein). Terdapat dua macam etika (Ruslan, 1995) :

1. Etika deskriptif. Yaitu etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap
dan pola perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai
2. Etika normative. Yaitu etika yang menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini (Keraf, 1991).

Kode etik profesi dikeluarkan oleh organisasi humas dan sifatnya mengikat para anggotanya.
Jadi apabila di tiap tiap Negara ada organisasi profesi maka masing masing akan memiliki
kode etik sendiri. Kode etik humas internasional inilah yang selanjutnya diratifikasi oleh
beberapa organisasi profesi humas di Negara Negara yang memiliki organisasi profesi. Hal
hal yang diatur dalam kode etik profesi humas berkaitan dengan hubungan antara humas dan
para publiknya, antara lain meliputi :

1. Sikap dan perilaku yang bermoral tinggi


2. Integrasi pribadi
3. Hal yang diperbolehkan dan yang dilarang atau hak dan kewajiban sebagai praktisi
humas

Kode etik memang lebih bersifat fakultatif (longgar) yang tidak secara apriori wajib dipatuhi
sehingga bila terjadi pelanggaran, suatu teguran atau sanksi dari organisasi yang
mengeluarkan kode etik tersebut sudah dianggap cukup.

Share this:

Twitter
Facebook

Bookmark the permalink.

Post navigation
Hello world!
Konsep Dasar Komunikasi Persuasif

Leave a Reply
Create a free website or blog at WordPress.com.

HUBUNGAN MASYARAKAT

Diposkan oleh Kuliah Yuuuu.... Rabu, 06 Oktober 2010

INISIASI 1

Konsep dasar humas

Menurut Grunig, humas adalah kegiatan manajemen komunikasi antara sebuah organisasi
denganberbagai macam publiknya, dari pengertian tersebut maka konsep humas akan selalu
berkaitan dengan konsep-konsep lainnya yaitu ;

1. Komunikasi

Pembahasan ke-humas-an merupakan bagian dari kajian ilmu komunikasi, karena semua kegiatan
yang menjadi pokok dari humas adalah komunikasi, khususnya komunikasi organisasi.

2. Publik

Publik adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan atau kepedulian yang sama.
Kepentingan publik terhadap organisasi bersifat khusus dan spesifik sehingga setiap organisasi
bersifat khusus dan spesifik.

3. Manajemen

Menurut Cutlip, Center dan Brom bahwa dilihat dari fungsi manajemen, kegiatan kehumasan
bertugas untuk mengevaluasi sikap dan opini publik, megidentifikasi serta menyesuaikan kebijakan-
kebijakan organisasi dengan kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program-
program humas agar organisasi dapat mencapai saling pengertian serta diterima keberadaanya oleh
publik.

4. Organisasi

Don Barnes, menyatakan bahwa dalam organisasi humas berfungsi untuk memberikan saran pada
pihak manajemen mengenai kebijakan dan kaitannya dengan publik, mengkoordinir kegiatan
komunikasi organisasi, melakukan upaya-upaya untuk menjalin hubungan antara organisasi dan
publik, dan mencari informasi mengenai opini publik terhadap organisasi.
Perkembangan konsep humas

Humas pada awalnya berkembang dari dunia hiburan dengan munculnya era press agentry. Pada
masa ini para press agent menggunakan segala cara termasuk memanipulasi informasi asalkan
pengguna jasa mereka menjadi terkenal. Era ini dikenal sebagai era dimana praktek humas dipakai
secara negatif, sebuah era manipulatif. Komunikasi digunakan masih bersifat satu arah (one way
communication).

Saat ini perkembangan humas menuju ke arah mutual understanding. Dimana pada era ini humas
berupaya menjalin komunikasi dua arah yang seimbang antara sebuah organisasi dengan publiknya.
Sehingga cara-cara yang digunakan memiliki etika untuk memperoleh dukungan dan kedudukan
yang baik di tengah-tengah masyarakat. Komunikasi yang dijalan antara organisasi dan publik pada
masa ini adalah two-way assymetrical model atau hubungan dua arah asimetris. Artinya, hubungan
yang ada telah mengenal feedback dari publik ke organisasi, namun umpan balik tersebut hanya
untuk keuntungan organisasi. Pada akhirnya, humas harus menjadi hubungan dua arah yang simetris
(two-way symtrical model), yaitu hubungan yang terjalin dengan baik antara kedua belah pihak
yang saling mempunyai umpan balik, sebagai keuntungan bersama-sama, baik organisasi maupun
publik.

Opini 1 : Humas (Hubungan Masyarakat ) adalah Salah satu bagian inti dalam suatu organisasi.
Karena, dengan adanya humas maka organisasi tersebut dapat di kembangkan dengan baik, lebih
terorganisir, dan ada upaya untuk peningkatan citra sesuai dengan tujuan humas ( untuk
membangun/ mengembangkan citra/image suatu organisasi) ,dan juga menjadi penghubung /
mediator eksternal ataupun internal dalam organisasi itu sendiri.

Tugas 1
PROFIL ORGANISASI

PT. Roman Shine adalah perusahaan yang bergerak dalam penciptaan paket bisnis khususnya bisnis
dalam bidang printing, merchandising & advertising. PT. Roman Shine merupakan business solutions
bagi para pengusaha untuk membangun bisnis berbasis design, printing & advertising.

Pangsa pasar khususnya pengusaha muda yang berkinginan kuat untuk memulai bisnis
atau pengusaha menengah yang ingin melakukan diversifikai produk.
KEBERADAAN HUMAS

Keberadaan Humas dalam organinasi PT. Roman Shine berada dalam posisi (bagian):

1. Departemen Promosi & Keluhan Pelanggan


Fungsi:

a. Melaksanakan kegiatan promosi (menyelenggarakan pameran, dan lain-lian)

b. Menciptakan image perusahaan (khususnya tentang produk) yang baik dan profitable

c. Melaksanakan kegiatan pelayanan purna jual (after sales) dan menampung serta
menindaklanjuti keluhan pelanggan.

d. Memelihara hubungan baik dengan pelanggan

2. Departemen Humas & Kepatuhan (Public Relation & Compliance Dept.)


Fungsi:

a. Memeriksa kelengkapan dan memastikan kebenaran/keabsahan dokumen-dokumen


perusahaan.

b. Memeriksa kelengkapan legalitas dokumen-dokumen perjanjian bisnis.

c. Melakukan updating data dan pengawasan atas system pengarsipan dokumen perusahaan.

d. Menampung, menyelesaikan dan menindaklanjuti setiap permasahan yang timbul baik internal
maupun eksternal untuk mempertahankan dan meningkatkan citra positif (image) perusahaan di
mata stakeholders & masyarakat.

FAKTOR FAKTOR PENTING KEBERADAAN HUMAS:

a. Produk & jasa perusahaan sangat perlu untuk diinformasikan (disosialisasikan) kepada
masyarakat (prospek pelanggan).

Contoh: pemasangan iklan, pemberitaan di media, konperensi pers, pameran, dll

b. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan pelayanan sebagai upaya untuk memberikan


informasi mengenai produk dan membangun image perusahaan

Contoh: memberikan santunan, bea siswa atau melaksanakan event-event tertentu


c. Membina hubungan baik secara internal maupun eksternal dengan pelanggan dan masyarakat.

Contoh: kegiatan kebersamaan sesama karyawan dan managemen utnuk menciptakan etos kerja
yang lebih baik; pelayanan purna jual yang memuaskan; proses produksi dan kegiatan perusahaan
memperhatikan / peduli terhadap kesehatan dan kenyamanan lingkungan sekitar.

d. Menindaklanjuti keinginan/kebutuhan pasar dan mengantisipasi serta melayani keluhan-


keluhan pelanggan yang mungkin timbul.

Contoh: customer care oriented

e. Pengangan secara khusus terhadap perselisihan yang mungkin timbul selama proses kegiatan
perusahaan berjalan.

f. Kepatuhan dan updating terhadap kelengkapan/keabsahan/legalitas dokumen perusahaan


sesuai peraturan pemerintah.

INISIASI 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan praktik humas.

Menurut Vercic, Grunic dan Grunic dalam Sriramesh (2004) perkembangan humas dipengaruhi oleh
variabel lingkungan negara masing-masing yaitu ideologi,sistem ekonomi, budaya dan sistem media.
Faktor-faktor tersebut terwakili dengan :

1. Demokratisasi kehidupan politik

Dalam negara yang menjadika demokrasi sebagai pilar utama maka suara rakyat menjadi dasar
negara, kebebasan berpendapat, beropini dijamin oleh undang-undang. Hal ini sejalan dengan
prinsip humas yang merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang seimbang antara organisasi dan
publiknya. Komunikasi tersebut bisa berjalan dengan baik jika dilandasi keterbukaan, prinsip
menghargai opini, atau pendapat yang berbeda.

2. Industrialisasi dan pasar bebas Industrialisasi


memunculkan pasar bebas, sehingga kompetisi yang terbuka menjadi strategi humas untuk
memenangkan persaingan. Karena humas berperan penting untuk membangun citra lembaga bisnis,
citra produk dan citra corporate.

3. Perkembangan Teknologi Komunikasi

Perkembangan pesat teknologi komunikasi saat ini menjadikan teknik humas semakin berkembang
pula. Jarak tidak lagi menjadi kendala sehingga informasi menjadi kebutuhan. Dengan kemajuan ini
tentu sangat menunjang kegiatan humas.

4. Penerapan Good Governance

Pemerintahan yang bersih menciptakan iklim usaha yang sehat, iklim sehat menciptakan persaingan
sehat. Sehingga mendorong munculnya berbagai teknik komunikasi untuk menunjang persaingan
bisnis, teknik tersebut salah satunya adalah humas.

INISIASI 3

Kedudukan dan peran humas dalam organisasi

Organisasi merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kompleks. Didalamnya terdapat berbagai
elemen yang saling berkaitan. Antara elemen memerlukan interaksi agar organisasi sebagai sistem
dapat mencapai tujuannya. Humas adalah salah satu aspek dari elemen organisasi untuk ikut serta
membantu mengelola interaksi organisasi dengan komponen-komponennya.

Menurut Grunig dan Hun, sebuah sistem terdiri dari aspek-aspek; lingkungan (Enveronment),
pembatas (Boundary), masukan (Input), keluaran (Output), proses (troughtput), dan umpan balik
(feedback). Selain itu, bentuk sistem organisasi terbagi menjadi tertutup dan terbuka. Organisasi
tertutup adalah sistem organisasi yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya, dalam artian semua
elemen dan kebutuhan organsiasi dapat dipenuhi oleh internal organisasi. Sedangkan organisasi
terbuka adalah sebaliknya, membutuhkan elemen dan interaksi dengan lingkungan luar.

Bagaimana keberadaan dan peran humas di dalam struktur organisasi ? ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberadaan humas dalam struktur organisasi; (1) besar kecilnya organisasi, dan (2)
kemauan pemimpinnya. Dalam organisasi Humas terdapat dua peran besar bagi humas, yaitu
sebagai teknisi dan manajer. Sebagai manajer humas berperan sebagai :
1. Expert preciber (ahli atau penasehat manajemen)

Praktisi humas dianggap sebagai seorang ahli yang bisa memberi solusi bagi permasalahan humas
sebuah organisasi dan manajemen.

2. Communications facilitator

Praktisi humas bertindak sebagai perantara, penghubung, penerjemah serta mediator, menjaga
terwujudnya komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya.

3. Problem solving process facilitator

Humas dilibatkan dalam memecahkan masalah organisasi, meskipun peranannya masih dalam
koridor komunikasi.

Sedangkan Dozier mengidentifikasi dua peran tingkat menengah, yaitu :

1. Media relations role. Tugas praktisi humas memastikan media selalu mendapat informasi dari
organisasi apa saja yang dibutuhkan dan dikhawatirkan media.

2. Communication and laison role. Humas bertugas sebagai perwakilan dari organisai dalam
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan peluang berkomunikasi antara organisasi dan publiknya.

INISIASI 4

Teori komunikasi yang minimal harus diketahui oleh seorang humas :

1. Agenda setting

Teori ini berasumsi bahwa khalayak dianggap mudah diarahkan oleh komunikator dengan
penekanan-penekanan pemberitaan yang dilakukan oleh media massa. Jika media memberikan
tekanan (pemberitaan dsb) pada suatu pristiwa maka media akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggap peristiwa tersebut sebagai sebuah pristiwa penting.

2. Uses and Gratification


Teori ini beramsumsi bahwa khalayak dianggap lebih aktif sehingga dalam teori ini yang menjadi
fokus adalah apa yang dilakukan oleh khalayak terhadap media. Pendekatan ini memberikan
gambaran bahwa khalayak tidak dipandang sepenuhnya pasif, sehingga penggunaan media oleh
khalayak dapat teridentifikasi dari motifnya. Seperti, apa yang mendorong individu membaca berita
tertentu, atau hanya menonton acara tertentu, dan sebagainya.

3. Difusi Inovasi

Adalah suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana suatu ide, gagasan, praktik atau penemuan
baru disebarkan kemudian diterima oleh sasaran komunikasi. Dalam proses inovasi keputusan
seseorang untuk mencari informasi yang dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu : pengetahuan,
pembentukan sikap, membuat keputusan, penggunaan, dan peneguhan atau penguatan keputusan.

Dalam proses difusi inovasi, saluran media berperan penting pada tahap pengetahuan, sedangkan
saluran hubungan personal (antarpribadi) lebih efektif pada tahap pembentukan sikap (persuasi). Di
bagian hubungan personal inilah humas dapat berperan menjadi agen untuk membentuk sikap
khalayak. Praktik yang sering digunakan agen (humas) adalah dengan menggunakan pemimpin opini
lokal, atau gate keeper (penjaga gerbang) informasi dari publik.

4. Disonansi Cognitive

Merupakan teori yang mempunyai pengertian ketidaksesuaian kognisi sebagai aspek sikap dengan
perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Dalam pengambilan keputusan, disonansi diprediksikan
akan muncul karna alternatif pilihan yang mengakibatkan ia diterima atau ditolak. Semakin sulit
sebuah keputusan semakin besar disonansi setelah keputusan diambil, demikian juga jika semakin
penting sebuah kebijakan semakin besar pula disonansi yang diakibatkannya.

Teori tersebut dirumuskan bahwa ketika seseorang ditempatkan pada situasi dimana ia harus
berprilaku di depan umum yang bertentangan dengan sikap pribadinya maka dia akan mengalami
disonansi dari pengetahuan tentang fakta tersebut. Hal tersebut terjadi karena ada reward dan
punishment atau karena tekanan kelompok untuk menyesuaikan norma yang disepakati.

Pendekatan tersebut diatas dapat digunakan seorang humas untuk menganalisa dirinya, media dan
publik dalam membuat agenda dan program humas yang terarah dan efektif. Karena perlakuan
terhadap publik memerlukan pengetahuan yang menyeluruh mengenai semua pihak yang terkait.
Sehingga humas dapat menentukan langkah-langkah tepat dalam proses komunikasi yang sedang
dan akan dibangunnya.
Opini 4 : Contoh dari teori_teori komunikasi tersebut diantaranya :

1. Agenda setting

Dalam hal ini media secara efektif menginformasikan peristiwa tertentu kepada khalayak dengan
liputan berita yang diulang-ulang,untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak khalayak.

Contoh kasus : Kasus money laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan
yang memiliki uang sebesar Rp 25 miliar dalam rekening pribadinya. Hal tersebut sangat mencuri
perhatian karena Gayus Tambunan hanyalah seorang PNS golongan IIIA yang mempunyai gaji
berkisar antara 1,6-1,9 juta rupiah saja.

2. Uses and Gratification

Contoh : Khalayak/penonton dianggap aktif dalam menentukan tayangan mana yang mereka kira
akan dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.

misal : Ani sangat menyukai acara berita di televisi karena menurutnya dengan tayangan tersebut
akan memberikan banyak pengetahuan. sedangkan Ana lebih memilih untuk melihat acara yang
dapat menghibur dirinya sepertiacara komedi, menurutnya pengetahuan dapat ia dapatkan dengan
membaca buku, dll.

3. Difusi Inovasi

Contoh : Online store/toko online pada suatu media yaitu website yang bisa diakses melalui internet
untuk memudahkan konsumen membeli suatu produk melalui internet (toko online). Namun tidak
semua inovasi dapat diterima, contohnya masih banyak konsumen yang tidak mau menggunakan
toko online untuk berbelanja dikarenakan takut adanya penipuan, dll. jadi, tidak semua dampak dari
difusi/inovasi dapat diterima oleh masyarakat.

4. Disonansi Cognitive

Contoh : Seseorang yang bekerja sebagai Intel , dia akan menemui bahkan melakukan beberapa hal
yang mungkin tidak sesuai dengan hati nurani nya atau dengan adat & keyakinannya. hal itu akan
menimbulkan disonansi dan efeknya akan mempengaruhi psikologi karena mau-tidak mau mereka
harus melakukan beberapa hal tsb dan harus profesional karena merupakan tugas/konsekuensi dari
profesi yang sudah ia pilih.

INISIASI 5
Dalam bekerja seorang humas mempunyai proses tahapan kerja yang idealnya harus dijalani.
Tahapan demi tahapan mempengaruhi keputusan humas dalam mengambil tindakan. Dengan fungsi
manajerial yang ada, humas dapat dengan tepat membaca kebutuhan organisasi. Humas yang baik
tidak sembarangan dalam mengambil program, diperlukan analisa, perencanaan, tindakan tepat,
dan dievaluasi dari semua program yang telah dilakukan. Fungsi manajemen tersebut
mengindikasikan bahwa tidak semua orang dapat menjadi humas yang baik. Sebab, tanggung jawab
humas adalah menggambarkan citra organisasi; dirinya adalah representasi yang diwakilinya.

Oleh karena itu humas harus mampu :

1. Melakukan penelitian

Beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan humas : enviromental monitoring, publik relations
audit, communications audit, dan social audit. Penelitian-penelitian tersebut dapat dilakukan dengan
teknik formal dan informal.

2. Melakukan Perencanaan dan pemrograman

Setelah humas memperoleh gambaran dari penelitian yang dilakukan, selanjutnya membuat
perencanaan dan program kerja. Unsur perencanaan meliputi : merumuskan masalah,menentukan
sasaran dan tujuan, membuat jadwal dan menentukan kebutuhan anggaran sebagai konsekuensi
program.

3. Pelaksanaan rencana dan program

Puncak dari kerja humas adalah realisasi program dan rencana. Dalam pelaksanaan program, humas
harus dapat menentukan strategi tindakan yang akan digunakan, selain itu humas juga harus
memperhitungkan strategi komunikasi yang akan diterapkan. Kedua strategi menjadi senjata
humas dalam realisasi program. Sehingga dapat dikatakan sukses dan tidaknya rencana dan program
yang telah tersusun ditentukan oleh keahlian humas dalam membuat strategi dalam bertindak dan
berkomunikasi.

4. Pelaksanaan rencana dan program


Terkadang ada yang beranggapan ketika sebuah program telah selesai dilaksanakan, evaluasi
menjadi tidak penting. Pun ada yang menilai bahwa suksesnya sebuah kegiatan adalah pesan telah
disampaiakn kepada audiens, atau ukuran sukses banyaknya audiens. Kedua hal itu hanya sebagian
kecil dari indikator baiknya pelaksanaan program, karena indikator yang sebenarnya adalah
tergantung dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi juga menjadi penting sebagai
gambaran untuk pelaksanaan program berikutnya, sehingga dari waktu ke waktu pelaksanaan
menjadi semakin baik.

Tugas 2
Contoh sebuah Program Humas yaitu :

Program Komunikasi Kesetaraan Gender

Gender atau peran social perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Indonesia belum
setara. Wanita sering diposisikan sebagai warga Negara kelas dua, diperlakukan tidak adil dan tidak
dipenuhi hak-haknya. Hal ini dikarenakan adanya budaya partilineal (laki-laki yang dominan),
penafsitan aturan agama yang tidak pas, tingkat pendidikan perempuan yang rendah serta
kurangnya memperoleh akses informasi yang benar.

Data yang terkait untuk menunjukkan parahnya masalah tersebut adalah jumlah
perempuan dan laki-laki berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah perempuan yang menduduki kursi
di pemerintahan, korban perempuan disbanding laki-laki pada kasus kekerasan rumah tangga,
pelecehan, dll.

* Jenis Penelitian yang kita gunakan adalah Environmental Monitoring .

* Teknik yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif.

* Rumusan Masalah :

Ketidaksetaraan Gender adalah masalah budaya. Karena itu, perlu penyampaian pesan yang
terus menerus dengan membuka orientasi berpikir pada hal-hal yang positif mengenai kesetaraan.
Misalnya membuat keluarga lebih sejahtera karena perempuan juga bekerja mencari uang,
perempuan lebih pintar dan mampu mendidik anak-anak lebih baik dan masa depan lebih baik.

* Sasaran dan Tujuan :

Melakukan pendekatan kepada kaum perempuan untuk mengetahui bagaimana sikap dan
perilaku mereka keseharian, terkait dengan kesadaran akanpentingnya kesetaraan gender.

Tujuan :Membentuk kesadaran, sikap, perilaku yang setara gender.


Perempuan yang memiliki kesetaraan gender akan berusaha memposisikan sama dengan laki-laki
dalam rumah tangga dan bidang lainnya. Begitu juga dengan laki-laki yang memiliki kesadaran
kesetaraan akan selalu mengikutsertakan perempuan dalam mengambil keputusan, menghargai
perempuan dan juga bisa lebih memperhatikan serta memperlakukan perempuan sebagaimana
mestinya. Dan diharapkan dengan adanya kesadaran akan kesetaraan ini, akan meningkatnya tingkat
pendidikan perempuan karena perempuan mempunyai peluang sama dengan laki-laki
untukmendapatkan pendidikan, meningkatnya aktivitas perempuan diluar sector domestic (kegiatan
rumah tangga) misalnya dalam kegiatan ekonomi, social dan politik.

* Pelaksanaan :

Sebelum menentukan Waktu pelaksanaan, ada baiknya kita membuat rencana


manajemen. Adanya kerjasama antara organisasi Kementrian Pemberdayaan perempuan dengan
mitra lembaga swadaya masyarakat, pemda,dll yang mempunyai peran dan tanggung jawab seperti
donator, coordinator pelaksana teknis, Lsm membantu dalam melakukan program kampanye,
pelaksana teknis,dll.Sehingga Pelaksanaan Program Kampanye bulan April s.d Agustus 2010.

* Anggaran :

Disesuaikan karena adanya donator yang turut membantu dalam program kegiatan ini.

* Strategi Tindakan :

Kita dapat menentukan jangka panjang dan positioning strategi tindakan. Identitas jangka
panjang adalah prilaku yang akan menjadi budaya pofitif. Misalnya Metode KB bila terus menerus
digunakan, maka masyarakat juga akan lebih sejahtera. Pada kesetaraan gender, maka prilaku
menghargai, menghormati dan memberikan peluang yang sama bagi kaum perempuan akan
memperkuat suatu bangsa dan perempuan dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

Positioning : Memberikan gambaran fisik, perempuan Indonesia yang percaya diri, pintar dan
mandiri.

* Strategi Komunikasi

Kita dapat mengidentifikasi poin-poin pesan utama yang akan disertakan dalam semua pesan
komunikasi diantaranya :

1. Kesetaraan gender menjadi kunci keberhasilan perempuan Indonesia menjadi percaya diri, cerdas
dan mandiri.

2. Sikap saling menghormati dan menghargai serta saling mendukung antara perempuan dan laki-
laki.

3. Pelayanan kesehatan serta penyediaan fasilitas bagi pemberdayaan perempuan menjadi prioritas.

Untuk pendekatan strategis untuk menyampaikan Pesan yang berkaitan dengan kesetaraan
gender yang dapat disampaikan melalui saluran komunikasi interpersonal berupa kunjungan ke
rumah, kampanye, pertemuan dengan komunitas seperti pertemuan, arisan, pengajian atau
pelatihan pemberdayaan perempuan, dll. Selain itu bisa juga menggunakan alat bantu berupa
hiburan, music ,dll.

* Tahap selanjutnya adalah Rencana Evaluasi

Untuk memastikan kegiatan tersebut dilaksanakan dan apakah tujuan yang ditetapkan telah
tercapai , dapat diukur dengan indeks kesehatan, pendapatan, dan pendidikan.

Penilaian dampak/hasil dapat kita lihat dari jumlah khalayak yang sudah mengubah prilaku sesuai
dengan tujuan yaitu memberikan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender.

Evaluasinya adalah Dampak Program komunikasi terhadap perubahan perilaku perempuan dan laki-
laki yang sesuai dengan kesetaraan gender.

Langkah selanjutnya kita dapat menyiapkan dokumentasi dan laporan kegiatan serta
penyebarluasan hasil-hasilnya.

INISIASI 6

Opini 6 : di Era Modern saat ini Teknologi informasi seperti Teknologi Cyberspace (Teknologi
Internet) sangat menguntungkan para praktisi Humas, dan menjadikan Pekerjaan Humas lebih
efisien , murah dan praktis. Dengan menggunakan Teknologi ini, kita dapat mengkombinasikan
Teknik Komunikasi lisan, Cetak dan Audiovisual.

Dengan adanya Perkembangan ini, Teknologi komunikasi seperti Teknologi Cyberspace (Teknologi
Internet) berperan sebagai alat bantu yang mempermudah kerja Humas dalam upaya
menyampaikan pesan-pesan yang dibuatnya, berkaitan dengan suatu organisasi yang diwakilinya
untuk disampaikan kepada

publik/organisasi itu sendiri dan Komunikasi akan lebih mudah karena tidak terbatas oleh batasan
waktu, wilayah,dll.

Namun, Setiap teknologi pasti mempunyai kekurangan dan kelebihannya.

Salah satu upaya nya adalah kita harus tetap berusaha untuk tepat dalam memanfaatkan teknologi
ini agar hasil yang didapatkan, dapat sesuai dengan tujuan komunikasi dan komunikasi dapat
berjalan efektif & Bermanfaat.

INISIASI 7
Jika pada inisiasi sebelumnya kita hanya mambahas teori dan konsep-konsep humas, maka inisiasi 7
kita akan membahas aplikasi humas dalam organisasi. Humas dapat dipraktekkan di semua type,
bentuk dan sistem organisasi. Peran dan kedudukan humas tergantung bagaimana kebutuhan dan
kemampuan yang dimiliki.

Secara garis besar humas dapat diaplikasikan pada :

1. Organisasi politik, diantaranya adalah pemerintahan dan partai politik.Di dalam pemerintahan
humas menjadi penting karena harus berada di depan ketika memberikan informasi kebijakan dan
meminta dukungan dari masyarakat. Sedang dalam partai politik humas diharapkan dapat
membantu partai politik dalam kegiatan pencitraan politik khususnya kampanye.

2. Organisasi bisnis atau profit.Publik organiasasi bisnis saat ini semakin cerdas, baik publik internal
maupun eksternal. Sehingga perusahaan bisnis lebih banyak lagi membutuhkan tenaga humas untuk
berkomunikasi dengan publiknya.

3. Organisasi sosial, seperti asosiasi profesi, LSM, keagamaan, pendidikan dan sebagainya.Di negara
kita dewasa ini peran humas sangat penting. Seiring dengan era reformasi dimana informasi dibuka
seluas-luasnya. Sehingga masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan
transparan. Di posisi inilah peran humas dibutuhkan; untuk menjembatani keinginan publik dan
kepentingan organisasi. Di salah satu pihak yang mengiginkan keterbukaan dan kejujuran yang
lainnya menginginkan keuntungan dan dukungan.

Tugas 3

Contoh kegiatan kehumasan yang diaplikasikan dalam : Organisasi Politik,Organiasi Bisnis, dan
Organisasi Sosial diantaranya :

a. Organisasi Politik:

Kegiatan kampanye kandidat politik maupun partai politik itu sendiri yang dilakukan oleh humas
komunikasi politik, atau sering dikenal dengan Tim Sukses

1. Kegiatan untuk mensosialisasi dan menciptakan image atau pencitraan positif bagi kandidat
politik melalui:
Penayangan di televisi dalam acara, event atau iklan promosi.

Contoh: penayangan promosi Andi Malarangeng di salah satu stasiun televisi

Membuat/menerbitkan buku biografi sang kandidat tersebut.

Contoh: buku biografi Soekarno

Pemberitaan di media cetak

Contoh: pemberitaan di surat kabar, majalah, poster, dsb

2. Kegiatan sosialisasi visi dan misi partai melalui website (situs internet)

Contoh: www.f-pks.or.id , www.ppp.or.id , www.golkar.or.id , dsb

3. Membangun hubungan dengan masyarakat atau calon pemilih secara langsung melalui
kegiatan sosial

Contoh: kegiatan bakti sosial peduli Aceh, bencana alam Padang oleh Partai Keadilan Sosial, atau
partai-partai lainnya.

4. Berkomunikasi dan membentuk forum diskusi melalui jejaring sosial seperti facebook, twiter
dan sebagainya, serta melakukan survey dan polling untuk mengetahui keinginan dan kepedulian
para pendukung atau calon pemilih.

b. Organisasi Bisnis

1. Kegiatan sosialisasi produk & jasa perusahaan kepada masyarakat (prospek pelanggan).

Contoh: pemasangan iklan, konperensi pers, pameran, dll

2. Memelihara pencitraan yang baik (image) perusahaan di mata masyarakat/konsumen.

Contoh: memberikan santunan, bea siswa, dll.


3. Kegiatan kepedulian dan pertanggungjawaban terhadap dampak lingkungan hidup atau
pencemaran limbah dan polusi akibat proses produksi perusahaan

Contoh: melakukan analisis dampak lingkungan (Amdal) secara kontinyu.

4. Menjembatani kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat sekitar supaya tidak


terjadi konflik yang akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan.

o Contoh: melakukan lobbying dengan wakil masyarakat setempat sehingga dapat dicapai suatu
kesepakatan yang tidak akan merugikan salah satu pihak.

5. Membina hubungan baik secara internal maupun eksternal dengan pelanggan dan masyarakat.

Contoh: kegiatan kebersamaan sesama karyawan dan managemen utnuk menciptakan etos kerja
yang lebih baik; pelayanan purna jual yang memuaskan; proses produksi dan kegiatan perusahaan
memperhatikan / peduli terhadap kesehatan dan kenyamanan lingkungan sekitar.

6. Penyampaian laporan tahunan (annual reports) dan segala kegiatan perusahaan selama
setahun kepada stakeholder serta menjelaskan asumsi dan achievement yang terjadi kepada
shareholder.

Contoh: melakukan public expose, annual general meeting, dsb

c. Organisasi Sosial

Organisasi sosial adalah organisasi yang bertujuan tidak mencari keuntungan, seperti organisasi
keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, dsb.

1. Kegiatan pembinaan rohani kepada masyarkat untuk membentu perilaku (akhlak) yang baik
sehingga dapat menciptakan suasana kondusif dalam kehidupan bermasyakat, berbangsa dan
bernegara.

o Contoh: kegiatan siraman rohani melalui media electronic (televise/radio), kegiatan pengajian
dikomunitas sosial
2. Sosialisasi kegiatan dan peran aktif lembaga swadaya masyarakat dalam memberikan
konstribusi pemberdayaan ekonomi dan sosial kemasyarakatan

o Contoh: bimbingan dan penyuluhan cara hidup sehat, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dsb.

INISIASI 8

Pembahasan terakhir adalah mengenai profesi, profesional dan profesionalisme humas. Sesuatu
bidang disebut profesi dengan syarat, (1) Memiliki body of knowledge, (2) Memiliki kode etik profesi,
dan (3) Adanya kontrol yang tertutup bagi orang yang ingin bergabung dengannya.

Opini 8:

Secara singkat kita bisa memahami bahwa profesi sebagai suatu pekerjaan, professional adalah
pelakunya dan profesionalisme adalah suatu sikap atau idealisme.

Prinsip Dasar Profesionalisme diantaranya : keahlian, tanggung jawab dan norma yang mengatur
kegiatan pelakunya.

Body of Knowledge atau badan pengetahuan bisa ditunjukkan dengan terumuskannya suatu model
kerja ataupun model kerangka berpikir sebuah bidang dan bisa dilihat dari adanya suatu
filsafat/falsafah, misi dan tujuan bidang tersebut secara jelas. Sedangkan Kode Etik adalah suatu
perangkat pedoman tingkah laku yang mengikat semua anggota profesi. Kode Etik ini lazimnya
disusun dan dikeluarkan oleh sebuah organisasi profesi. Terakhir, kontrol akses yang tertutup
adalah adanya upaya yang dilakukan oleh (utamanya) organisasi profesi untuk menyelekasi dan atau
memberi kriteria bagi orang yang ingin menjadi professional. Seleksi tersebut bisa berupa
serangkaian test administrative, test pengetahuan dan skill. Pengukuhan oleh sebuah organisasi
profesi juga bisa dikatagorikan sebagai kontrol

AMPIRAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

Lampiran dokumen yang kami sediakan masih dalam bentuk format dan draft yang nanti bisa
disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan dokumen puskesmas anda

BAB I. PENYELENGGARAAN PELAYANAAN PUSKESMAS (PPP)


1.1.1.1 SK Ka Puskesmas tentang jenis pelayanan yang disediakan (brosur, flyer, papan
pemberitahuan, poster)

1.1.1.3 rekam kegiatan menjalin komunikasi

1.1.1.4 hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat yang dikumpulkan melalui
kegiatan survey dan atau kegiatan lain

1.1.1.5 RUK dan RPK Puskesmas

1.1.1.6 notulen dapat penyusunan perencanaan puskesmas

1.1.2.2 SOP identifikasi kebutuhan masyarakat dan tanggap masyarakat terhadap mutu pelayanan,
form hasi identifikasi dan analisis umpan balik masyarakat

1.1.2.3 bukti respon terhadap umpan balik

1.1.3.1 hasil identifikasi peluang perbaikan dan tindak lanjutnya

1.1.3.2 Bukti-bukti inovasi dalam perbaikan program maupun pelayanan puskesmas

1.1.3.3 hasil-hasil perbaikan mekanisme kerja dan atau penggunaan teknologi untuk perbaikan
mutu pelayanan

1.1.4.1 RUK Puskesmas

1.1.4.2 RPK Puskesmas

1.1.4.3 rapat penyusunan perencanaan puskesmas: keselarasan rencana dengan informasi


kebutuhan harapan masyarakat, serta visi, misi, tupoksi puskesmas

1.1.5.1 SOP monitoring. bukti pelaksanaan monitoring oleh pemimpin puskesmas dan
penanggungjawab program

1.1.5.2 SK Kepala puskesmas tentang penetapan indikator prioritas untuk monitoring dan menilai
kinerja

1.1.5.3 SOP monitoring, form analisis terhadap hasil monitoring, dan form tindak lanjut monitoring

1.1.5.4 revisi rencana, program kegiatan, pelaksanaan program berdasar hasil monitoring

1.2.1.1 SK kepala puskesmas tentang jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh puskesmas

1.2.2.1 rekam bukti pemberian informasi lintas program dan lintas sektor tentang tujuan, sasaran,
tugas pokok, fungsi dan kegiatan puskesmas

1.2.2.2 Hasil evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampain informasi kepada masyarakat,
sasaran program, lintas program, lintas sektor

1.2.3.1 Hasil evaluasi tentang akses terhadap petugas yang melayani program, dan akses terhadap
Puskesmas
1.2.3.2 Hasil evaluasi tentang kemudahan untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan

1.2.3.3 Jadwal pelayanan dan bukti pelaksanaan

1.2.3.5 Bukti pelaksanaan komunikasi dengan masyarakat untuk memfasilitasi kemudahan akses

1.2.3.6 Media komunikasi yang disediakan dan rekam bukti adanya komunikasi
masyarakat/pengguna pelayanan dengan pengelola dan/atau pelaksana

1.2.4.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan Puskesmas

1.2.4.3 Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan jadwal

1.2.5.1 SOP koordinasi dan integrasi penyelenggaraan program dan penyelenggaraan pelayanan

1.2.5.2 Bukti pendokumentasian prosedur dan pencatatan kegiatan

1.2.5.3 SOP tentang kajian dan tindak lanjut thd masalah-masalah spesifik dalam penyelenggaraan
program dan pelayanan di Puskesmas. Hasil kajian terhadap masalah-masalah spesifik dalam
penyelenggaraan program dan pelayanan di Puskesmas

1.2.5.4 Hasil kajian dan tindak lanjut thd masalah-masalah yang potensial terjadi dalam
penyelenggaran pelayanan

1.2.5.5 Bukti pelaksanaan kegiatan monitoring pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Puskesmas,
serta tindak lanjutnya.

1.2..5.6 Bukti pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan program dan pelayanan
Puskesmas. Hasil evaluasi pemberian informasi apakah sesuai kebutuhan dan konsisten.

1.2.5.7 Bukti-bukti perbaikan alur kerja dalam pelaksanaan program dan pelayanan Puskesmas

1.2.5.9 SOP koordinasi dalam pelaksanaan program

1.2.5.10 SK Kepala Puskesmas tentang penerapan manajemen risiko baik dalam pelaksanaan
program maupun pelayanan di Puskesmas, SOP tentang penyelenggaraan program, SOP tentang
penyelenggaraan pelayanan, SOP tentang tertib administratif, Pengembangan teknologi untuk
mempercepat proses pelayanan.

1.2.6.1 SOP keluhan dan umpan balik dari masyarakat, pengguna pelayanan, media komunikasi
yang disediakan untuk menyampaikan umpan balik

1.2.6.2 Hasil analisis dan rencana tindak lanjut keluhan dan umpan balik

1.2.6.3 Bukti tindak lanjut terhadap keluhan dan umpan balik.

1.2.6.4 Bukti evaluasi thd tindak lanjut keluhan/umpan balik

1.3.1.1 SOP penilaian kinerja oleh Pimpinan dan Penanggung jawab

1.3.1.3 Indikator-indikator yang ditetapkan untuk penilaian kinerja


1.3.1.5 Rencana monitoring dan penilaian kinerja, hasil dan tindak lanjutnya

1.3.2.1 Hasil penilaian kinerja dan distribusi hasil penilaian kinerja pada pihak-pihak terkait

1.3.2.2 Hasil pembandingkan data kinerja terhadap standar dan kajibanding dengan Puskesmas
lain, serta tindak lanjutnya

1.3.2.3 Rekam tindak lanjut penilaian kinerja dalam bentuk upaya perbaikian kinerja

1.3.2.4 RUK yang memuat data dan analisis penilaian kinerja

1.3.2.5 Laporan penilaian kinerja dan tindak lanjut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

BAB II. KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS (KMP)

2.1.1.1 Bukti analisis kebutuhan pendirian Puskesmas

2.1.1.2 Bukti pertimbangan tata ruang daerah dalam pendirian puskesmas

2.1.1.3 Bukti pertimbangan rasio jumlah penduduk dan ketersediaan pelayanan

2.1.1.4 Bukti izin operasional puskesmas

2.1.4.2 Form Jadwal pemeliharaan dan bukti pelaksanaan pemeliharaan prasarana puskesmas

2.1.4.3 Form Bukti pelaksanaan monitoring, hasil monitoring

2.1.4.5 Form Bukti tindak lanjut monitoring

2.1.5.1 Form Daftar inventaris peralatan medis dan non medis

2.1.5.2 Form Jadwal pemeliharaan dan bukti pelaksanaan pemeliharaan peralatan medis dan non
medis

2.1.5.3 Form Bukti pelaksanaan monitoring, form hasil monitoring pelaksanaan pemeliharaan
peralatan medis dan non medis

2.1.5.5 Bukti tindak lanjut pelaksanaan monitoring pelaksanaan pemeliharaan peralatan medis dan
non medis

2.1.5.6 Form Daftar peralatan yang perlu dikalibrasi, jadwal, dan bukti pelaksanaan kalibrasi

2.2.1.1 Form Profil kepegawaian Kepala Puskesmas

2.2.1.2 Form Persyaratan kompetensi Kepala Puskesmas.

2.2.1.3 Form Uraian tugas Kepala Puskesmas

2.2.1.4 Form Dokumen profil kepegawaian dan persyaratan Kepala Puskesmas


2.2.2.1 Form Bukti analisis kebutuhan tenaga

2.2.2.2 Form Persyaratan kompetensi untuk tiap jenis tenaga yang ada

2.2.2.3 Form Hasil evaluasi pemenuhan kebutuhan tenaga terhadap persyaratan, rencana
pemenuhan kebutuhan, dan tindak lanjut

2.2.2.4 Form Uraian tugas untuk tiap tenaga yang ada

2.2.2.5 Form Bukti berupa surat izin sesuai yang dipersyaratkan

2.3.1.1 Stuktur organisasi Puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

2.3.1.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan Penanggung jawab program Puskesmas

2.3.1.3 SOP komunikasi dan koordinasi

2.3.2.1 Uraian tugas Kepala Puskesmas, Penanggung jawab program dan pelaksana kegiatan

2.3.2.3 Bukti evaluasi pelaksanaan uraian tugas

2.3.3.1 Bukti evaluasi terhadap struktur organisasi Puskesmas

2.3.3.2 Bukti tindak lanjut kajian struktur organisasi

2.3.4.1 Persyaratan kompetensi Kepala Puskesmas, Penanggung jawab program, dan Pelaksana
kegiatan

2.3.4.2 Pola ketenagaan, pemetaan kompetensi, rencana pengembangan kompetensi Kepala


Puskesmas, Penanggung jawab program, dan pelaksana kegiatan

2.3.4.3 Pola ketenagaan, pemetaan kompetensi.

2.3.4.4 Kelengkapan file kepegawaian untuk semua pegawai di Puskesmas yang update

2.3.4.5 Bukti pelaksanaan rencana pengembangan kompetensi (STTPL, sertifikat pelatihan, dsb)

2.3.4.6 Bukti evaluasi dan tindak lanjut penerapan hasil pelatihan

2.3.5.1 SK Kepala Puskesmas tentang kewajiban mengikuti program orientasi bagi Kepala
Puskesmas, Penanggung jawab program dan pelaksana kegiatan yang baru.

2.3.5.2 Kerangka acuan program orientasi, bukti pelaksanaan kegiatan orientasi

2.3.5.3 SOP untuk mengikuti seminar, pendidikan dan pelatihan.

2.3.6.1 SK Kepala Puskesmas tentang visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas

2.3.6.2 SOP tentang Komunikasi visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas

2.3.6.3 SOP tentang peninjauan kembali tata nilai dan tujuan Puskesmas. Bukti pelaksanaan
peninjauan ulang tata nilai dan tujuan penyelenggaraan program dan pelayanan
2.3.6.4 SOP tentang penilaian kinerja yang mencerminkan penilaian kesesuaian terhadap visi, misi,
tujuan, tata nilai Puskesmas

2.3.7.1 SOP pengarahan oleh Kepala Puskesmas maupun oleh Penanggung jawab program dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Bukti-bukti pelaksanaan pengarahan.

2.3.7.2 SOP penilaian kinerja, bukti penilaian kinerja.

2.3.7.3 Stuktur organisasi tiap program.

2.3.7.4 SOP pencatatan dan pelaporan. Dokumen pencatatan dan pelaporan.

2.3.8.1 Uraian tugas Kepala Puskesmas, Penanggung jawab program dan pelaksana kegiatan yang
menunjukkan tanggung jawab untuk memfasilitasi kegiatan pembangunan berwawasan kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.

2.3.8.2 SOP pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan program


Puskesmas.

2.3.8.3 SOP komunikasi dengan sasaran program dan masyarakat tentang penyelenggaraan
program dan kegiatan Puskesmas.

2.3.9.1 Kerangka acuan, SOP, instrumen tentang penilaian akuntabilitas Penanggung jawab
program dan Penanggung jawab pelayanan.

2.3.9.2 SK Kepala Puskesmas dan SOP pendelegasian wewenang

2.3.9.3 SOP umpan balik (pelaporan) dari pelaksana kepada Penanggung jawab program dan
pimpinan Puskesmas untuk perbaikan kinerja.

2.3.10.1 Hasil lokakarya mini lintas program dan lintas sektor tentang identifikasi pihak-pihak
terkait dalam penyelenggaran program dan kegiatan Puskesmas

2.3.10.2 Uraian tugas dari masing-masing pihak terkait.

2.3.10.3 SOP komunikasi dan koordinasi dg pihak-pihak tekait.

2.3.10.4 SOP evaluasi peran pihak terkait. Hasil evaluasi peran pihak terkait dan tindak lanjut.

2.3.11.1 Panduan (manual) mutu Puskesmas, Pedoman Pelayanan Puskesmas, Pedoman/Kerangka


acuan Penyelenggaraan Program

2.3.11.2 Pedoman dan panduan kerja penyelenggaraan untuk masing-masing Upaya Puskesmas

2.3.11.3 SOP pelaksanaan kegiatan-kegiatan Upaya Puskesmas

2.3.11.4 SK, Pedoman, dan SOP pengendalian dokumen dan SOP pengendalian rekaman

2.3.11.5 Panduan penyusunan pedoman, panduan, kerangka acuan, dan SOP

2.3.12.1 SK Kepala Puskesmas tentang komunikasi internal.


2.3.12.2 SOP komunikasi internal.

2.3.12.3 Dokumentasi pelaksanaan komunikasi internal.

2.3.12.4 Bukti pendokumentasian pelaksanaan komunikasi internal.

2.3.12.5 Bukti tindak lanjut rekomendasi hasil komunikasi internal.

2.3.13.1 SOP tentang kajian dampak negatif kegiatan Puskesmas terhadap lingkungan.

2.3.13.2 SK Kepala Puskesmas tentang penerapan manajemen risiko. Panduan manajemen risiko.
Hasil pelaksanaan manajemen risiko: identifikasi risiko, analisis risiko pencegahan risiko.

2.3.13.3 Hasil kajian dan tindak lanjut terhadap ganggung/dampak negatif thd lingkungan dan
pencegahannya.

2.3.14.1 Identifikasi jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja

2.3.14.2 Program pembinaan jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan, jadual dan
penanggung jawab tiap kegiatan pembinaan

2.3.14.3 Rekam kegiatan pelaksanaan pembinaan jaringan dan jejaring

2.3.14.4 Rekam tindaklanjut kegiatan pembinaan

2.3.14.5 Rekam pelaksanaan pembinaan jaringan dan jejaring dan pelaporannya

2.3.15.2 SK dan uraian tugas dan tanggung jawab pengelola keuangan.

2.3.15.3 Panduan penggunaan anggaran.

2.3.15.4 Panduan pembukuan anggaran.

2.3.15.5 SOP audit penilaian kinerja pengelola keuangan.

2.3.15.6 Hasil audit kinerja pengelola keuangan.

2.3.16.1 SK dan uraian tugas dan tanggung jawab pengelola keuangan.

2.3.16.3 Panduan pengelolaan keuangan, dokumen rencana anggaran, dokumen proses


pengelolaan keuangan.

2.3.16.4 Dokumen laporan dan pertanggungjawaban keuangan.

2.3.16.5 Bukti pelaksanaan dan tindak lanjut audit keuangan.

2.3.17.1 SK Kepala Puskesmas tenatang ketersediaan data dan informasi di Puskesmas. SK


pengelola informasi dengan uraian tugas dan tanggung jawab.

2.3.17.2 SOP pengumpulan, penyimpanan, dan retrieving (pencarian kembali) data.


2.3.17.3 SOP analisis data.

2.3.17.4 SOP pelaporan dan distribusi informasi.

2.3.17.5 Bukti evaluasi dan tindak lanjut pengelolaann data dan informasi.

2.4.1.1. SK Kepala Puskesmas tentang hak dan kewajiban sasaran program dan pasien pengguna
pelayanan Puskesmas. Brosur, leaflet, poster ttg hak dan kewajiban sasaran program dan
pasien/pengguna jasa Puskesmas.

2.4.1.2 Brosur, leaflet, poster ttg hak dan kewajiban sasaran program dan pasien/pengguna jasa
Puskesmas.

2.4.1.3 SK Kepala Puskesmas dan SOP untuk memenuhi hak dan kewajiban pengguna.

2.4.2.1 SK Kepala Puskesmas dan kesepakatan tentang peraturan internal yang berisi peraturan
bagi karyawan dalam pelaksanaan Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan di Puskesmas.

2.4.2.2 Peraturan internal karyawan sesuai dengan visi, misi, tata nilai dan tujuan Puskesmas

2.5.1.1 SK Kepala Puskesmas tentang penyelenggaraan kontrak/perjanjian kerja sama dengan


pihak ketiga, SK Penetapan Pengelola Kontrak Kerja

2.5.1.2 Dokumen kontrak/perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga.

2.5.1.3 Dokumen kontrak/perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga.

2.5.2.1 Kejelasan indikator dan standar kinerja pada dokumen kontrak.

2.5.2.2 SOP monitoring kinerja pihak ketiga. Instrumen monitoring dan evaluasi, dan hasil
monitoring kinerja pihak ketiga.

2.5.2.3 Bukti tindak lanjut hasil monitoring

2.6.1.1 SK dan uraian tugas dan tanggung jawab pengelola barang.

2.6.1.2 Daftar inventaris

2.6.1.3 Program pemeliharaan dan bukti pelaksanaan program pemeliharaan.

2.6.1.6 SK penanggung jawab kebersihan lingkungan Puskesmas. Program kerja kebersihan


lingkungan.

2.6.1.8 SK Penanggung jawab kendaraan Program kerja perawatan kendaraan.

2.6.1.10 Dokumen pencatatan dan pelaporan barang inventaris.

BAB III. PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS (PMP)


3.1.1.1 SK penanggung jawab manajemen mutu

3.1.1.2 Uraian tugas,wewenang dan tanggung jawab penanggung jawab manajemen mutu.

3.1.1.3 Pedoman peningkatan mutu dan kinerja puskesmas.

3.1.1.4 SK Kepala Puskesmas tentang Kebijakan mutu.

3.1.1.5 Bukti yang menunjukkan adanya Komitmen bersama seluruh jajaran puskesmas untuk
meningkatkan mutu dan kinerja (pernyataan tertulis, foto).

3.1.2.1 Rencana tahunan perbaikan mutu dan kinerja puskesmas.

3.1.2.2 Bukti-bukti pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja, notulen tinjauan manajemen.

3.1.2.3 SOP pertemuan tinjauan manajemen. Hasil-hasil pertemuan dan rekomendasi.

3.1.2.4 Rencana tindak lanjut terhadap temuan tinjauan manajemen, bukti dan hasil pelaksanaan
tindak lanjut.

3.1.3.2 Identifikasi pihak-pihak terkait dan peran masing-masing.

3.1.3.3 Notulen rapat atau catatan yang menunjukkan adanya penjaringan aspirasi atau inovasi
dari pihak terkait. Rencana program perbaikan mutu, dan bukti pelaksanaan.

3.1.4.1 Laporan kinerja, Analisis data kinerja.

3.1.4.2 SOP audit internal. Pembentukan tim audit internal. Pelatihan tim audit internal. Program
kerja audit internal.

3.1.4.3 Laporan hasil audit internal.

3.1.4.4 Laporan tindak lanjut temuan audit internal.

3.1.4.5 SOP rujukan jika tidak dapat menyelesaikan masalah hasil rekomendasi audit internal.

3.1.5.1 SOP untuk mendapatkan asupan pengguna tentang kinerja Puskesmas.

3.1.5.2 Bukti pelaksanaan survei atau kegiatan forum-forum pemberdayaan masyarakat.

3.1.5.3 Analisis dan tindak lanjut terhadap asupan.

3.1.6.1 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator mutu dan kinerja Puskesmas, data hasil
pengumpulan indikator mutu dan kinerja yang dikumpulkan secara periodik.

3.1.6.3 SOP tindakan korektif.

3.1.6.4 SOP tindakan preventif.

3.1.6.5 Bukti pelaksanaan tindak lanjut terhadap hasil yang tidak sesuai.

3.1.7.1 Rencana kajibanding (kerangka acuan kaji banding).


3.1.7.2 Instrumen kaji banding.

3.1.7.3 Dokumen pelaksanaan kaji banding.

3.1.7.4 Analisis hasil kaji banding.

3.1.7.5 Rencana tindak lanjut kaji banding.

3.1.7.7 Hasil evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyelenggaraan kegiatan kaji banding.

BAB IV. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN (UKMBS)

4.1.1.1 SOP identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/ sasaran terhadap kegiatan UKM.

4.1.1.2 Kerangka acuan, metode, instrumen analisis kebutuhan masyarakat/sasaran kegiatan UKM.

4.1.1.3 Catatan hasil analisis dan identifikasi kebutuhan kegiatan UKM dan rencana kegiatan UKM

4.1.1.4 Rencana kegiatan UKM yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas.

4.1.1.5 Bukti pelaksanaan sosialisasi kegiatan kepada masyarakat, kelompok masyarakat, dan
sasaran.

4.1.1.6 SOP koordinasi dan komunikasi lintas program dan lintas sektor.

4.1.1.7 Rencana kegiatan UKM yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas.

4.1.2.1 Kerangka acuan untuk memperoleh umpan balik (asupan) pelaksanaan program kegiatan
UKM.

4.1.2.2 Dokumen hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut terhadap hasil identifikasi
umpan balik.

4.1.2.3 SOP pembahasan umpan balik, dokumentasi pelaksanaan pembahasan, hasil pembahasan,
tindak lanjut pembahasan.

4.1.2.4 Bukti perbaikan rencana pelaksanaan program kegiatan UKM.

4.1.2.5 Bukti tindak lanjut dan evaluasi terhadap perbaikan yang dilakukan.

4.1.3.1 Hasil identifikasi masalah, perubahan regulasi, dsb.

4.1.3.2 Hasil identifikasi peluang-peluang perbaikan inovatif.

4.1.3.3 Bukti pembahasan melalui forum-forum komunikasi dengan masyarakat, sasaran kegiatan
UKM, lintas program, dan lintas sektor.
4.1.3.4 Rencana perbaikan inovatif, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi.

4.1.3.5 Bukti pelaksanaan sosialisasi.

4.2.1.1 Jadual kegiatan, rencana program kegiatan.

4.2.1.2 Data kepegawaian pelaksana UKM Puskesmas.

4.2.1.3 Bukti pelaksanaan sosialisasi.

4.2.1.4 Bukti pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas.

4.2.1.5 Bukti evaluasi dan tindak lanjut.

4.2.2.1 Bukti penyampaian informasi kepada masyarakat, kelompok masyarakat dan sasaran
kegiatan UKM

4.2.2.2 Bukti penyampaian informasi kepada lintas program terkait

4.2.2.3 Bukti penyamppaian informasi kepada lintas sektor terkait

4.2.2.4 Bukti evaluasi tentang pemberian informasi kepada sasaran, lintas program, dan lintas
sektor terkait

4.2.2.5 Rencana tindak lanjut, dan Tindak lanjut hasil evaluasi.

4.2.3.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas.

4.2.3.2 Rencana kegiatan program, hasil evaluasi tentang metode dan teknologi dalam
pelaksanaan program, dan tindak lanjutnya.

4.2.3.3 Jadwal sosialisasi, daftar hadir, notulen dalam mengkomunikasikan program kegiatan UKM
dengan masyarakat.

4.2.3.4 Hasil evaluasi terhadap akses.

4.2.3.5 Bukti tindak lanjut.

4.2.3.6 SOP pengaturan jika terjadi perubahan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, dokumen
bukti perubahan jadwal (jika memang terjadi perubahan jadwal).

4.2.4.1 SOP tentang penyusunan jadual dan tempat pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan
kesepakatan bersama dengan sasaran kegiatan UKM dan/atau masyarakat.

4.2.4.2 SOP tentang penyusunan jadual dan tempat pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan
kesepakatan bersama dengan lintas program dan lintas sektor.

4.2.4.3 SOP monitoring, hasil monitoring.

4.2.4.4 SOP evaluasi, hasil evaluasi.

4.2.4.5 Bukti tindak lanjut hasil evaluasi.


4.2.5.1 Hasil identifikasi masalah dan hambatan pelaksanaan kegiatan UKM.

4.2.5.2 Bukti pelaksanaan analisis masalah dan hambatan, rencana tindak lanjut.

4.2.5.3 Rencana tindak lanjut.

4.2.5.4 Bukti pelaksanaan tindak lanjut.

4.2.5.5 Evaluasi terhadap tindak lanjut masalah dan hambatan.

4.2.6.1 Surat Keputusan tentang media komunikasi yang digunakan untuk menangkap keluhan
masyarakat atau sasaran kegiatan UKM.

4.2.6.2 Surat Keputusan tentang media komunikasi yang digunakan untuk umpan balik terhadap
keluhan masyarakat atau sasaran kegiatan UKM.

4.2.6.3 Bukti analisis keluhan.

4.2.6.4 Bukti pelaksanaan tindak lanjut.

4.2.6.5 Bukti penyampaian informasi tentang umpan balik dan tindak lanjut terhadap keluhan.

4.3.1.1 SK Kepala Puskesmas tentang indikator dan target pencapaian kinerja UKM.

4.3.1.2 Hasil pengumpulan data berdasarkan indikator yang ditetapkan.

4.3.1.3 Hasil analisis pencapaian indikator pencapaian kegiatan UKM.

4.3.1.4 Bukti pelaksanaan tindak lanjut.

4.3.1.5 Dokumentasi hasil analisis dan tindak lanjut.

BAB V. KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

5.1.1.1 SK persyaratan kompetensi Penanggung jawab UKM Puskesmas.

5.1.1.2 SK penetapan Penanggung jawab UKM.

5.1.1.3 Hasil analisis kompetensi.

5.1.1.4 Rencana peningkatan kompetensi.

5.1.2.1 SK Kepala Puskesmas tentang kewajiban mengikuti program orientasi.

5.1.2.2 Kerangka acuan program orientasi yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

5.1.2.3 SOP dan bukti pelaksanaan orientasi (laporan pelaksanaan orientasi).

5.1.2.4 Hasil evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan orientasi.


5.1.3.1 Tujuan, sasaran, tata nilai UKM Puskesmas yang dituangkan dalam kerangka acuan program
kegiatan UKM.

5.1.3.2 Bukti pelaksanaan komunikasi tujuan, sasaran dan tata nilai kepada pelaksana, sasaran,
lintas program, dan lintas sektor.

5.1.3.3 Hasil evaluasi dan tindak lanjut terhadap sosialisasi tujuan, sasaran, dan tata nilai.

5.1.4.1 SOP dan bukti pelaksanaan pembinaan.

5.1.4.2 Kerangka acuan pembinaan, dan bukti pembinaan.

5.1.4.3 Bukti pelaksanaan pembinaan dan jadwal pelaksanaan pembinaan.

5.1.4.4 Kerangka acuan, tahapan, jadwal kegiatan UKM, dan bukti sosialisasi.

5.1.4.5 Bukti pelaksanaan koordinasi lintas program dan lintas sektor.

5.1.4.6 Kerangka acuan program memuat peran lintas program dan lintas sektor.

5.1.4.7 Bukti hasil evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan komunikasi dan koordinasi lintas program
dan lintas sektor.

5.1.5.1 Hasil identifikasi risiko terhadap lingkungan dan masyarakat akibat pelaksanaan kegiatan
UKM.

5.1.5.2 Hasil analisis risiko.

5.1.5.3 Rencana pencegahan dan minimalisasi risiko.

5.1.5.4 Rencana upaya pencegahan risiko dan minimalisasis risiko dengan bukti pelaksanaan.

5.1.5.5 Hasil evaluasi terhadap upaya pencegahan dan minimalisasi risiko.

5.1.5.6 Bukti pelaporan dan tindak lanjut.

5.1.6.1 SK Kepala Puskesmas tentang kewajiban Penanggung jawab UKM Puskesmas dan pelaksana
untuk memfasilitasi peran serta masyarakat.

5.1.6.2 Rencana, kerangka acuan, SOP pemberdayaan masyarakat.

5.1.6.3 SOP pelaksanaan SMD, Dokumentasi pelaksanaan SMD, dan hasil SMD

5.1.6.4 SOP komunikasi dengan masyarakat dan sasaran UKM Puskesmas.

5.1.6.5 Bukti perencanaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas yang bersumber dari swadaya
masyarakat/swasta.

5.2.1.1 RUK Puskesmas dengan kejelasan kegiatan tiap UKM.

5.2.1.2 RPK Puskesmas, dengan kejelasan kegiatan tiap UKM.

5.2.1.3 RUK dan RPK.


5.2.1.4 Kerangka acuan kegiatan tiap UKM.

5.2.1.5 Jadwal kegiatan tiap UKM.

5.2.2.1 Hasil kajian kebutuhan masyarakat.

5.2.2.2 Hasil kajian kebutuhan dan harapan sasaran.

5.2.2.3 Hasil analisis kajian kebutuhan dan harapan masayarakat dan sasaran

5.2.2.4 RPK Puskesmas.

5.2.2.5 Jadwal pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan usulan masyarakat/sasaran.

5.2.3.1 Hasil monitoring

5.2.3.2 SOP monitoring, jadwal dan pelaksanaan monitoring.

5.2.3.3 SOP pembahasan hasil monitoring, bukti pembahasan, rekomendasi hasil pembahasan.

5.2.3.4 Hasil penyesuaian rencana.

5.2.3.5 SOP perubahan rencana kegiatan.

5.2.3.6 Dokumentasi hasil monitoring.

5.2.3.7 Dokumentasi proses dan hasil pembahasan.

5.3.1.1 Dokumen uraian tugas Penanggung jawab.

5.3.1.2 Dokumen uraian tugas pelaksana.

5.3.1.3 Isi dokumen uraian tugas.

5.3.1.4 Isi dokumen uraian tugas.

5.3.1.5 Bukti pelaksanaan sosialisasi uraian tugas.

5.3.1.6 Bukti pendistribusian uraian tugas.

5.3.1.7 Bukti pelaksanaan sosialisasi urairan tugas pada lintas program.

5.3.2.1 Hasil monitoring pelaksanaan uraian tugas.

5.3.2.2 Hasil monitoring.

5.3.2.3 Bukti tindak lanjut.

5.3.2.4 Bukti tindak lanjut.

5.3.3.1 SK Kepala Puskesmas tentang kajian ulang uraian tugas, SOP kajian ulang uraian tugas.

5.3.3.2 Bukti pelaksanaan kajian ulang dan Hasil tinjauan ulang.


5.3.3.3 Uraian tugas yang direvisi.

5.3.3.4 Ketetapan hasil revisi uraian tugas.

5.4.1.1 Hasil identifikasi pihak terkait dan peran masing-masing.

5.4.1.2 Uraian peran lintas program untuk tiap program Puskesmas.

5.4.1.3 Uraian peran lintas sektor untuk tiap program Puskesmas.

5.4.1.4 Kerangka acuan program memuat peran lintas program dan lintas sektor.

5.4.1.5 Bukti pelaksanaan pertemuan lintas program dan lintas sektor.

5.4.2.1 SK Kepala Puskesmas dan SOP tentang mekanisme komunikasi dan koordinasi program.

5.4.2.2 Bukti pelaksanaan komunikasi lintas program dan lintas sektor.

5.4.2.3 Bukti pelaksanaan koordinasi.

5.4.2.4 Hasil evaluasi, rencana tindak lanjut, dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan koordinasi
lintas program dan lintas sektor.

5.5.1.1 SK Kepala Puskesmas dan SOP pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas.

5.5.1.2 Panduan Pengendalian dokumen Kebijakan dan SOP.

5.5.1.3 SOP Pengendalian dokumen eksternal dan pelaksanaan pengendalian dokumen eskternal.

5.5.1.4 SOP dan bukti Penyimpanan dan pengendalian arsip perencanaan dan penyelenggaraan
UKM Puskesmas.

5.5.2.1 SK Kepala Puskesmas tentang monitoring pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas.
Hasil monitoring pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas.

5.5.2.2 SOP monitoring, jadwal dan pelaksanaan monitoring.

5.5.2.4 Hasil monitoring.

5.5.2.5 Hasil evaluasi terhadap kebijakan dan prosedur monitoring.

5.5.3.1 SK evaluasi kinerja UKM

5.5.3.2 SOP evaluasi kinerja.

5.5.3.4 SOP evaluasi kinerja, hasil evaluasi.

5.5.3.5 Hasil evaluasi terhadap kebijakan dan prosedur evaluasi UKM Puskesmas.

5.6.1.1 SOP monitoring kesesuaian proses pelaksanaan program kegiatan UKM. Bukti pelaksanaan
monitoring

5.6.1.2 Hasil monitoring, rencana tindak lanjut dan bukti tindak lanjut hasil monitoring.
5.6.1.3 Dokumentasi hasil monitoring dan tindak lanjut.

5.6.2.1 Bukti pelaksanaan pengarahan kepada pelaksana.

5.6.2.2 Bukti pelaksanaan kajian.

5.6.2.3 Bukti pelaksanaan tindak lanjut.

5.6.2.4 Dokumentasi hasil kajian dan pelaksanaan tindak lanjut.

5.6.2.5 Bukti pelaksanaan pertemuan penilaian kinerja.

5.6.3.1 Hasil penilaian kinerja.

5.6.3.2 Kerangka acuan, SOP pertemuan penilaian kinerja, bukti pelaksanaan pertemuan.

5.6.3.3 Bukti tindak lanjut, laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5.7.1.1 SK hak dan kewajiban sasaran.

5.7.1.2 SOP sosialisasi hak dan kewajiban sasaran.

5.7.2.1 SK aturan, tata nilai, budaya dalam pelaksanaan UKM Puskesmas.

5.7.2.4 Bukti tindak lanjut.

BAB VI. SASARAN KINERJA UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

6.1.1.1 Bukti adanya komitmen bersama untuk meningkatkan kinerja (bukti-bukti proses
pertemuan, maupun dokumen lain yang membuktikan adanya kegiatan penggalangan komitmen).

6.1.1.2 SK Kepala Puskesmas tentang peningkatan kinerja.

6.1.1.3 SK Kepala Puskesmas tentang tata nilai dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan.

6.1.1.5 Rencana perbaikan kinerja, dan tindak lanjut.

6.1.1.6 Bukti-bukti inovasi program kegiatan UKM atas masukan pelaksana, lintas program, lintas
sektor.

6.1.2.1 Bukti pertemuan pembahasan kinerja dan upaya perbaikan.

6.1.2.2 Indikator penilaian kinerja dan hasil-hasilnya.

6.1.2.3 Bukti komitmen untuk meningkatkan kinerja secara berkesinambungan.

6.1.2.4 Rencana perbaikan kinerja berdasarkan hasil monitoring.

6.1.2.5 Bukti pelaksanaan perbaikan kinerja.


6.1.3.1 Bukti pelaksanaan pertemuan monitoring dan evaluasi kinerja yang melibatkan lintas
program dan lintas terkait.

6.1.3.2 Bukti-bukti saran inovatif dari lintas program dan lintas sektor.

6.1.3.3 Bukti keterlibatan dalam penyusunan rencana perbaikan kinerja.

6.1.3.4 Bukti-bukti keterlibatan dalam pelaksanaan perbaikan kinerja.

6.1.4.1 Panduan dan instrumen survei, bukti pelaksanaan survei untuk memperoleh masukan dari
tokoh masyarakat, LSM, dan/atau sasaran.

6.1.4.2 Bukti pelaksanaan pertemuan dengan tokoh masyarakat, LSM, sasaran kegiatan UKM untuk
memperoleh masukan.

6.1.4.3 Bukti keterlibatan dalam penyusunan rencana perbaikan kinerja, rencana (plan of action)
perbaikan program kegiatan UKM.

6.1.4.4 Bukti keterlibatan dalam pelaksanaan perbaikan kinerja.

6.1.5.1 SK Kepala Puskesmas, SOP pendokumentasian kegiatan perbaikan kinerja.

6.1.5.2 Dokumentasi kegiatan perbaikan kinerja.

6.1.5.3 Bukti sosialisasi kegiatan perbaikan kinerja ke lintas program dan lintas sektor.

6.1.6.1 Rencana kaji banding pelaksanaan UKM Puskesmas.

6.1.6.2 Instrumen kaji banding.

6.1.6.3 Laporan pelaksanaan kaji banding.

6.1.6.4 Rencana perbaikan pelaksanaan program kegiatan UKM berdasar hasil kaji banding.

6.1.6.5 Laporan pelaksanaan perbaikan.

6.1.6.6 Hasil evaluasi kegiatan kaji banding.

6.1.6.7 Hasil evaluasi perbaikan kinerja sesudah kegiatan kaji banding.

BAB VII. LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN (LKBP)

7.1.1.1 SOP pendaftaran

7.1.1.2 Bagan alur pendaftaran

7.1.1.3 SOP pendaftaran

7.1.1.5 SOP untuk menilai kepuasan pelanggan, form survei pasien


7.1.1.6 Hasil survei dan tindak lanjut survei

7.1.1.7 SOP identifikasi pasien

7.1.2.1 Media informasi di tempat pendaftaran

7.1.2.2 Hasil evaluasi terhadap penyampaian informasi di tempat pendaftaran

7.1.2.3 SOP penyampaian informasi, ketersediaan informasi lain

7.1.2.5 Ketersediaan informasi tentang fasilitas rujukan, MOU dengan tempat rujukan

7.1.2.6 MOU dengan tempat rujukan

7.1.3.1 Informasi tentang hak dan kewajiban pasien/keluarga

7.1.3.3 SOP penyampaian hak dan kewajiban pasien kepada pasien dan petugas, bukti-bukti
pelaksanaan penyampaian informasi

7.1.3.4 Persyaratan kompetensi petugas, pola ketenagaan, dan kesesuaian terhadap persyaratan
kompetensi dan pola ketenagaan, pelatihan yang diikuti

7.1.3.5 Persyaratan kompetensi petugas pendaftaran

7.1.3.6 SOP pendaftaran

7.1.3.7 SOP koordinasi dan komunikasi antara pendaftaran dengan unit-unit penunjang terkait
(misal SOP rapat antar unit kerja, SOP transfer pasien)

7.1.3.8 Bukti sosialisasi hak dan kewajiban pasien baik kepada pasien (misal brosur, leaflet, poster)
maupun karyawan (misal melalui rapat)

7.1.4.1 SOP alur pelayanan pasien

7.1.4.2 SOP alur pelayanan pasien

7.1.4.3 Brosur, papan pengumuman tentang jenis dan jadwal pelayanan

7.1.4.4 Perjanjian kerja sama dengan sarana kesehatan untuk rujukan klinis, rujukan diganostik,
dan rujukan konsultatif, bukti pelaksanaan rujukan.

7.1.5.1 Hasil identifikasi hambatan bahasa, budaya, bahasa, kebiasaan dan penghalang lain.

7.1.5.2 Bukti adanya upaya tindak lanjut untuk mengatasi hambatan dalam pelayanan.

7.2.1.1 SOP pengkajian awal klinis

7.2.1.2 Persyaratan kompetensi, pola ketenagaan, dan kondisi ketenagaan yang memberikan
pelayanan klinis

7.2.1.3 SOP pelayanan medis, SOP asuhan keperawatan

7.2.1.4 SOP pelayanan medis


7.2.2.1 SOP kajian awal yang memuat informasi apa saja yang harus diperoleh selama proses
pengkajian (tim pelayanan klinis perlu menetapkan informasi apa saja yang perlu dicantumkan
dalam rekam medis pasien)

7.2.2.2 SOP kajian awal yang memuat informasi apa saja yang harus diperoleh selama proses
pengkajian

7.2.3.1 SOP Triase

7.2.3.2 Kerangka acuan pelatihan petugas unit gawat darurat, bukti pelaksanaan

7.2.3.4 SOP rujukan pasien emergensi (yang memuat proses stabilisasi, dan memastikan kesiapan
tempat rujukan untuk menerima rujukan)

7.3.1.1 Persyaratan kompetensi, pola ketenagaan, dan kondisi ketenagaan yang memberikan
pelayanan klinis.

7.3.1.2 SOP pembentukan tim interprofesi bila dibutuhkan (termasuk pelaksanaan perawatan
kesehatan masyarakat/home care

7.3.1.3 SOP pendelegasian wewenang

7.3.1.4 Persyaratan pelatihan yang harus diikuti dan pemenuhannya untuk tenaga profesional yang
belum memenuhi persyaratan kompetensi, bukti mengikuti pelatihan:sertifikat, kerangka acuan
pelatihan

7.3.2.1 Persyaratan peralatan klinis di Puskesmas, Daftar inventaris peralatan klinis di Puskesmas

7.3.2.2 SOP pemeliharaan peralatan, SOP sterilisasi peralatan yang perlu disterilisasi, jadwal
pemeliharaan alat

7.3.2.3 SOP pemeliharaan sarana (gedung), jadwal pelaksanaan, SOP sterilisasi peralatan yang
perlu disterilkan.

7.4.1.1 Kebijakan dan SOP penyusunan rencana layanan medis. SOP penyusunan rencana layanan
terpadu jika diperlukan penanganan secara tim.

7.4.1.3 Bukti evaluasi kesesuaian layanan klinis dengan rencana terapi/rencana asuhan (SOP audit
klinis)

7.4.1.4 Hasil evaluasi. Bukti tindak lanjut terhadap hasil evaluasi

7.4.1.5 Bukti evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut

7.4.2.4 SK Kepala Puskesmas tentang hak dan kewajiban pasien yang di dalamnya memuat hak
untuk memilih tenaga kesehatan jika dimungkinkan

7.4.3.1 SOP layanan terpadu

7.4.3.2 SOP layanan terpadu

7.4.3.3 SOP layanan terpadu


7.4.3.4 SOP penyusunan layanan terpadu

7.4.3.5 SOP pemberian informasi tentang efek samping dan risiko pengobatan

7.4.3.6 Rekam medis

7.4.3.7 SOP pendidikan/penyuluhan pasien

7.4.4.1 SOP informed consent

7.4.4.2 Form informed consent

7.4.4.3 SOP informed consent

7.4.4.4 Dokumen bukti pelaksanaan informed consent pada rekam medis

7.4.4.5 SOP evaluasi informed consent, hasil evaluasi, tindak lanjut

7.5.1.1 SOP rujukan

7.5.1.2 SOP rujukan

7.5.1.3 SOP persiapan pasien rujukan

7.5.1.4 SOP rujukan

7.5.2.1 SOP rujukan

7.5.2.2 SOP rujukan

7.5.2.3 Perjanjian Kerja Sama dengan fasilitas kesehatan rujukan

7.5.3.1 SOP rujukan. Resume klinis pasien yang dirujuk

7.5.3.2 Resume klinis pasien yang dirujuk

7.5.3.3 Resume klinis pasien yang dirujuk

7.5.3.4 Resume klinis pasien yang dirujuk

7.5.4.1 SOP rujukan

7.5.4.2 Persyaratan kompetensi petugas yang melakukan monitoring dan bukti pelaksanaannya

7.6.1.1 SOP pelayanan klinis

7.6.1.5 Rekam medis

7.6.1.6 Rekam medis

7.6.1.7 Rekam medis

7.6.1.8 Rekam medis


7.6.2.1 Daftar kasus-kasus gawat darurat/berisiko tinggi yang biasa ditangani

7.6.2.2 Kebijakan dan SOP penanganan pasien gawat darurat

7.6.2.3 Kebijakan dan SOP penanganan pasien berisiko tinggi

7.6.2.4 MOU kerjasama

7.6.2.5 Panduan, SOP Kewaspadaan Universal

7.6.3.1 SK Kepala Puskesmas dan SOP penggunaan dan pemberian obat dan/atau cairan intravena

7.6.3.2 Rekam medis pasien: pencatatan pemberian obat/cairan intravena

7.6.4.1 Daftar indikator klinis yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi layanan klinis

7.6.4.3 Data hasil monitoring dan evaluasi

7.6.4.4 Data analisis hasil monitoring dan evaluasi

7.6.4.5 Data tindak lanjut

7.6.5.1 SOP identifikasi dan penanganan keluhan

7.6.5.2 SOP identifikasi dan penanganan keluhan

7.6.5.3 Hasil identifikasi keluhan, analisis dan tindak lanjut

7.6.5.4 Dokumentasi hasil identifikasi, analisis, dan tindak lanjut keluhan

7.6.6.1 SK Kepala Puskesmas yang mewajibkan penulisan lengkap dalam rekam medis: semua
pemeriksaan penunjang diagnostik tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien dan
kewajban perawat dan petugas kesehatan lain untuk mengingatkan pada dokter jika terjadi
pengulangan yang tidak perlu. Dalam SOP layanan klinis memuat jika terjadi pengulangan
pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan, atau pemberian obat, petugas kesehatan wajib
memberitahu kepada dokter yang bersangkutan.

7.6.6.2 SK Kepala Puskesmas dan SOP layanan klinis yang menjamin kesinambungan layanan

7.6.7.1 SK Kepala Puskesmas tentang hak dan kewajiban pasien yang didalamnya memuat hak
untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan. SOP tentang penolakan pasien untuk menolak
atau tidak melanjutkan pengobatan

7.7.1.1 SK tentang jenis-jenis sedasi yang dapat dilakukan di Puskesmas.

7.7.1.2 SK tentang tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan sedasi

7.7.1.3 SOP pemberian anestesi lokal dan sedasi di Puskesmas

7.7.1.4 Bukti pelaksanaan monitoring status fisiologi pasien selama pemberian anestesi lokal dan
sedasi
7.7.2.1 Catatan pada rekam medis yang membuktikan pelaksanaan kajian sebelum dilaukan
pembedahan.

7.7.2.2 SOP tindakan pembedahan

7.7.2.3 SOP tindakan pembedahan

7.7.2.4 SOP informed consent

7.7.2.5 SOP tindakan pembedahan

7.7.2.7 SOP tindakan pembedahan

7.8.1.1 SOP dan bukti pelaksanaan pendidikan/penyuluhan pada pasien

7.8.1.2 Panduan penyuluhan pada pasien

7.8.1.3 Panduan penyuluhan pada pasien. Media penyuluhan

7.8.1.4 Hasil evaluasi terhadap efektivitas penyampaian informasi/edukasi pada pasien

7.9.1.1 SOP pemesanan, penyiapan, distribusi dan pemberian makanan pada pasien rawat inap

7.9.1.2 SOP pemesanan, penyiapan, distribusi dan pemberian makanan pada pasien rawat inap

7.9.1.3 SOP pemesanan, penyiapan, distribusi dan pemberian makanan pada pasien rawat inap

7.9.1.5 SOP pemberian edukasi bila keluarga menyediakan makanan

7.9.2.1 SOP penyiapan makanan dan distribusi makanan mencerminkan upaya mengurangi risiko
terhadap kontaminsasi dan pembusukan

7.9.2.2 SOP penyimpanan makanan dan bahan makanan mencerminkan upaya mengurangi risko
terhadap kontaminasi dan pembusukan

7.9.2.3 Jadual pelaksanaan distribusi makanan, catatan pelaksanaan kegiatan distribusi makanan

7.9.3.1 SOP asuhan gizi

7.9.3.2 SOP asuhan gizi

7.9.3.4 Pencatatan respons pasien terhadap asuhan gizi dalam rekam medis

7.10.1.1 SOP pemulangan pasien dan tindak lanjut pasien

7.10.1.2 SK tentang penetapan penanggung jawab dalam pemulangan pasien

7.10.1.3 Kriteria pemulangan pasien dan tindak lanjut

7.10.1.4 Bukti umpan balik dari sarana kesehatan lain, SOP tindak lanjut terhadap umpan balik dari
sarana kesehatan rujukan yang merujuk balik
7.10.1.5 SOP alternatif penanganan pasien yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin
dilakukan

7.10.2.1 SOP pemulangan pasien dan tindak lanjut pasien, SOP rujukan

7.10.2.3 SOP evaluasi terhadap prosedur penyampaian informasi, bukti evaluasi dan tindak lanjut

7.10.3.1 SOP tranportasi rujukan

7.10.3.2 SOP rujukan

7.10.3.3 SOP rujukan, kriteria pasien-pasien yang perlu/harus dirujuk

7.10.3.4 SOP rujukan, form persetujuan rujukan

BAB VIII. MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS

8.1.1.1 SK tentang jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang tersedia, SOP pemeriksaan


laboratorium, brosur pelayanan laboratorium

8.1.1.2 Pola ketenagaan, persyaratan kompetensi, ketentuan jam buka pelayanan

8.1.1.3 Persyaratan kompetensi analis/petugas laboratorium

8.1.1.4 Persyaratan kompetensi petugas yang melakukan interpretasi hasil pemeriksaan


laboratorium

8.1.2.1 Kebijakan dan SOP permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan
penyimpanan spesimen

8.1.2.2 SOP pemeriksaan laboratorium

8.1.2.3 SOP pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium, hasil pemantauan,


tindak lanjut pemantauan

8.1.2.4 SOP penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil, hasil evaluasi dan tindak lanjut hasil
evaluasi

8.1.2.5 SK dan SOP pelayanan di luar jam kerja

8.1.2.6 SOP pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi

8.1.2.7 SOP kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas

8.1.2.8 SOP penggunaan alat pelindung diri, SOP pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung
diri

8.1.2.9 SOP pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, SOP pengelolaan limbah hasil pemeriksaan
laboratorium
8.1.2.10 SOP pengelolaan reagen

8.1.2.11 SOP pengelolaan limbah

8.1.3.1 SK tentang waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium, SK tentang waktu
penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgen (cito)

8.1.3.2 SOP pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
urgen/gawat darurat. Hasil pemantauan.

8.1.3.3 Hasil pemantauan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium

8.1.4.1 SOP pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis, rekam medis

8.1.4.2 SOP pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis: penetapan nilai ambang kritis
untuk tiap tes

8.1.4.3 SOP pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis, rekam medis

8.1.4.5 SOP monitoring, hasil montiroing, tindak lanjut monitoring, rapat-rapat mengenai
monitoring pelaksanaan pelayanan laboratorium

8.1.5.1 SK tentang jenis reagensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia

8.1.5.2 SK tentang menyatakan kapan reagensia tidak tersedia (batas buffer stock untuk melakukan
order)

8.1.5.3 SOP penyimpanan dan distribusi reagensia

8.1.5.4 Panduan tertulis untuk evaluasi reagensi, bukti evaluasi dan tindak lanjut

8.1.5.5 SOP pelabelan

8.1.6.1 SK rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan laboratorium

8.1.6.2 Form laporan hasil pemeriksaan laboratorium

8.1.6.3 Form laporan hasil pemeriksaan laboratorium

8.1.6.4 SOP evaluasi terhadap rentang nilai, hasil evaluasi dan tindak lanjut

8.1.7.1 SK dan SOP pengendalian mutu laboratorium

8.1.7.2 SOP kalibrasi dan validasi instrumen

8.1.7.3 Bukti-bukti pelaksanaan kalibrasi atau validasi

8.1.7.4 SOP perbaikan, bukti pelaksanaan perbaikan

8.1.7.5 SK tentang PME, Hasil PME.

8.1.7.6 SOP rujukan laboratorium


8.1.7.7 SOP PMI dan PME, bukti pelaksanaan PMI dan PME

8.1.8.1 Kerangka acuan program keselamatan/keamanan laboratorium, bukti pelaksanaan program

8.1.8.2 Kerangka acuan program keselamatan/keamanan laboratorium, dan Panduan Program


Keselamatan Pasien di Puskesmas

8.1.8.3 SOP pelaporan program keselamatan dan pelaporan insiden, bukti laporan.

8.1.8.4 SK dan SOP tentang penanganan dan pembuangan bahan berbahaya

8.1.8.5 SOP penerapan manajemen risiko laboratorium, bukti pelaksanaan manajemen risiko:
identifikasi risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko

8.1.8.6 SOP orientasi prosedur dan praktik keselamatan/keamanan kerja, bukti pelaksanaan
program orientasi

8.1.8.7 SOP pelatihan dan pendidikan untuk prosedur baru, bahan berbahaya, peralatan baru,
bukti pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

8.2.1.1 SOP penilaian, pengendalian, penyediaan dan penggunaan obat

8.2.1.2 SOP penyediaan dan penggunaan obat

8.2.1.3 SK Penanggung jawab pelayanan obat

8.2.1.4 SK dan SOP tentang penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat

8.2.1.5 SK tentang pelayanan obat 24 jam

8.2.1.6 Formularium obat

8.2.1.7 SOP evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut

8.2.1.8 SOP evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut

8.2.2.1 SK tentang persyaratan petugas yang berhak memberi resep

8.2.2.2 SK tentang persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat

8.2.2.3 SK tentang pelatihan bagi petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum
sesuai persyaratan

8.2.2.4 SK dan SOP peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat

8.2.2.5 SOP menjaga tidak terjadinya pemberian obat kedaluwarsa, pelaksanaan FIFO dan FEFO,
Kartu stok/...............i

8.2.2.6 Bukti pelaksanaan pengawasan

8.2.2.7 SK dan SOP peresepan psikotropika dan narkotika

8.2.2.8 SK dan SOP penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga
8.2.2.9 SOP pengawasan dan pengendalian penggunaan psikotropika dan narkotika

8.2.3.1 SOP penyimpanan obat

8.2.3.3 SOP pemberian obat kepada pasien dan pelabelan

8.2.3.4 SOP pemberian informasi penggunaan obat

8.2.3.5 SOP pemberian informasi tentang efek samping obat atau efek yang tidak diharapkan

8.2.3.6 SOP tentang petunjuk penyimpanan obat di rumah

8.2.3.7 SK dan SOP penanganan obat kedaluwarsa/rusak

8.2.3.8 SK dan SOP penanganan obat kedaluwarsa/rusak

8.2.4.1 SOP pelaporan efek samping obat

8.2.4.3 SOP pencatatan, pemantauan, pelaporan efek samping obat, KTD,

8.2.4.4 SOP tindak lanjut efek samping obat dan KTD

8.2.5.1 SOP identifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian obat dan KNC

8.2.5.2 Laporan kesalahan pemberian obat dan KNC

8.2.5.3 SK Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan

8.2.5.4 Laporan dan bukti perbaikan

8.2.6.1 SK dan SOP penyediaan obat-obat emergensi di unit kerja. Daftar obat emergensi di unit
pelayanan

8.2.6.2 SOP penyimpanan obat emergensi di unit pelayanan

8.2.6.3 SOP monitoring penyediaan obat emergensi di unit kerja. Hasil monitoring dan tindak
lanjut.

8.3.1.1 SK dan SOP tentang jenis dan pelaksanaan pelayanan radiodiagnostik

8.3.1.2 SOP pelayanan radiodiagnostik

8.3.2.1 Kerangka acuan program dan SOP pengamanan radiasi

8.3.2.2 Kerangka acuan program dan dokumen program keselamatan di Puskesmas

8.3.2.3 Kebijakan dan SOP tentang pemenuhan standar dan peraturan perundangan penggunaan
peralatan radiodiagnostik

8.3.2.4 SK dan SOP penangan dan pembuangan bahan infeksius dan berbahaya

8.3.2.5 SOP manajemen risiko pelayanan radiodiagnostik, SOP penggunaan peralatan khusus untuk
mengurangi risiko radiasi
8.3.2.6 SOP program orientasi, pelaksanaan program orientasi, evaluasi dan tindak lanjut program
evaluasi. Bukti pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut

8.3.2.7 SOP pendidikan untuk prosedur baru dan bahan berbahaya, bukti pelaksanaan, evaluasi,
dan tindak lanjut

8.3.3.1 SK penanggung jawab dan petugas pemeriksaan radiodiagnostik

8.3.3.2 SK tentang persyaratan penanggung jawab dan petugas pemeriksaan radiodiagnostik, pola
ketenagaan, profil pegawai dan kesesuaian dengan persyaratan

8.3.3.3 SK tentang ketentuan petugas yang menginterpretasi hasil pemeriksaan radiodiagnostik

8.3.3.4 SK tentang ketentuan petugas yang memverifikasi dan membuat laporan hasil pemeriksaan
radiodiagnostik

8.3.3.5 Pola ketenagaan, pemenuhan terhadap pola ketenagaan, tindak lanjut jika tidak sesuai

8.3.4.1 SK tentang waktu pelaporan hasil pemeriksaan

8.3.4.2 SOP monitoring ketepatan waktu, hasil monitoring, dan tindak lanjut monitoring

8.3.5.1 Kerangka acuan atau panduan program pemeliharan peralatan radiologi

8.3.5.2 Panduan program, daftar inventaris

8.3.5.3 Panduan program, jadwal inspeksi dan testing, bukti inspeksi dan testing

8.3.5.4 Panduan kalibrasi dan perawatan peralatan, bukti kalibrasi dan perawatan

8.3.5.5 Panduan monitoring dan tindak lanjut, bukti monitoring, bukti tindak lanjut

8.3.5.6 Dokumen hasil testing, perawatan, dan kalibrasi peralatan

8.3.6.1 SK tentang film, reagensia, dan perbekalan yang harus disediakan

8.3.6.3 SOP penyimpanan dan distribusi perbekalan

8.3.6.4 SOP monitoring ketersediaan perbekalan, hasil monitoring, dan tindak lanjut

8.3.6.5 Pemberian label pada semua perbekalan

8.3.7.1 SK tentang persyaratan penanggung jawab pelayanan radiodiagnostik

8.3.7.2 SK tentang persyaratan pelaksana pelayanan

8.3.7.3 Bukti pengembangan kebijakan dan prosedur, pelaksanaan monitoring, hasil monitoring
dan tindak lanjut

8.3.7.4 SOP monitoring administrasi radiodiagnostik

8.3.7.5 Panduan pengendalian mutu pelayanan radiodiagnostik, pelaksanaan pengendalian,


pelaporan, tindak lanjut
8.3.7.6 Hasil pemantauan dan review pelayanan radiologi, tindak lanjut hasil pemantauan dan
review

8.3.8.1 Panduan program pengendalian mutu

8.3.8.2 Panduan program pengendalian mutu

8.3.8.3 Panduan program pengendalian mutu

8.3.8.4 Panduan program pengendalian mutu

8.3.8.5 Panduan program pengendalian mutu

8.4.1.1 SK tentang standarisasi kode klasifikasi diagnosis dan terminologi yang digunakan

8.4.1.2 Standarisasi kode klasifikasi diagnosis dan terminologi di Puskesmas

8.4.1.3 Pembakuan singkatan yang digunakan

8.4.2.1 SK dan SOP tentang akses terhadap rekam medis

8.4.3.1 SK pelayanan rekam medis dan metode identifikasi

8.4.3.2 SK tentang sistem pengkodean, penyimpanan, dokumentasi rekam medis

8.4.3.3 SK dan SOP penyimpanan rekam medis

8.4.4.1 SK tentang isi rekam medis

8.4.4.2 SOP penilaian kelengkapan dan ketepatan isi rekam medis, bukti pelaksanaan penilaian,
hasil dan tindak lanjut penilaian

8.4.4.3 SOP kerahasiaan rekam medis

8.5.1.1 SOP pemantauan lingkungan fisik Puskesmas, jadwal pelaksanaan, bukti pelaksanaan

8.5.1.2 SOP pemeliharaan dan pemantauan instalasi listrik, air, ventilasi, gas dan sistem lain, bukti
pemantauan dan tindak lanjut

8.5.1.3 SOP jika terjadi kebakaran, ketersediaan APAR, pelatihan penggunaan APAR, pelatihan jika
terjadi kebakaran

8.5.1.4 SK dan SOP pemantauan, pemeliharaan, perbaikan sarana dan peralatan

8.5.1.6 Dokumentasi pelaksanaan pemantauan, pemeliharaan, dan perbaikan

8.5.2.1 SK dan SOP inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya

8.5.2.2 SK dan SOP pengendalian dan pembuangan limbah berbahaya

8.5.2.3 SOP pemantauan pelaksanaan kebijakan dan prosedur penanganan bahan berbahaya, bukti
pemantauan, dan tindak lanjut
8.5.2.4 SOP pemantauan pelaksanaan kebijakan dan prosedur penanganan limbah berbahaya,
bukti pemantauan, dan tindak lanjut

8.5.3.1 Rencana program keamanan lingkungan fisik Puskesmas

8.5.3.2 SK penanggung jawab pengelolaan keamanan lingkungan fisik Puskesmas

8.5.3.3 Rencana program keamanan lingkungan fisik Puskesmas memuat: perencanaan,


pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas, pemantauan, dan evaluasi

8.5.3.4 Bukti pelaksanaan program, evaluasi, dan tindak lanjut

8.6.1.1 SK dan SOP memisahkan alat yang bersih dan alat yang kotor, alat yang memerlukan
sterilisasi, alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai), serta alat-alat yang
membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya

8.6.1.2 SOP sterilisasi

8.6.1.3 SOP pemantauan berkala pelaksanaan prosedur pemeliharaan dan sterilisasi instrumen, SK
petugas pemantau, bukti pelaksanaan pemantauan, hasil pemantauan, tindak lanjut pemantauan

8.6.1.4 SOP tentang penanganan bantuan peralatan

8.6.2.1 Daftar inventaris peralatan klinis di Puskesmas

8.6.2.2 SK penanggung jawab pengelolaan peralatan dan kalibrasi

8.6.2.3 SOP kontrol peralatan, testing, dan perawatan secara rutin untuk peralatan klinis yang
digunakan

8.6.2.4 Dokumentasi hasil pemantauan

8.6.2.5 SOP penggantian dan perbaikan alat yang rusak

8.7.1.1 Pola ketenagaan dan persyaratan kompetensi tenaga yang memberi pelayanan klinis

8.7.1.2 SOP penilaian kualifikasi tenaga dan penetapan kewenangan

8.7.1.3 SOP kredensial, tim kredensial, bukti bukti sertifikasi dan lisensi

8.7.1.4 SOP peningkatan kompetensi, pemetaan kompetensi, rencana peningkatan kompetensi,


bukti pelaksanaan

8.7.2.1 SOP penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan klinis, proses evaluasi, hasil evaluasi dan
tindak lanjut

8.7.2.2 Bukti analisis, bukti tindak lanjut

8.7.2.3 SK tentang keterlibatan petugas pemberi pelayanan klinis dalam peningkatan mutu klinis

8.7.3.1 Bukti penyediaan informasi tentang peluang pendidikan dan pelatihan

8.7.3.2 Bentuk-bentuk dukungan manajemen untuk pendidikan dan pelatihan


8.7.3.3 SOP evaluasi hasil mengikuti pendidikan dan pelatihan, bukti pelaksanaan evaluasi

8.7.3.4 Dokumentasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

8.7.4.1 Uraian tugas petugas pemberi pelayanan klinis dan kewenangan klinis

8.7.4.2 SK tentang pemberian kewenangan jika tidak tersedia tenaga kesehatan yang memenuhai
persyaratan, bukti pemberian kewenangan khusus pada petugas

8.7.4.3 Penilaian oleh tim kredensial ttg kompetensi petugas yang diberi kewenangan khusus, bukti
penilaian

8.7.4.4 SOP evaluasi terhadap uraian tugas dan pemberian kewenangan pada petugas pemberi
pelayanan klinis, bukti evaluasi dan tindak lanjut

BAB IX. PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)

9.1.1.1 SK tentang kewajiban tenaga klinis dalam peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien.

9.1.1.2 Pemilihan dan penetapan prioritas indikator mutu klinis di Puskesmas menurut kriteria
Puskesmas berdasarkan ketersediaan sumber daya yang tersedia dan standar pencapaian

9.1.1.3 Hasil pengumpulan data, bukti analisis, dan pelaporan berkala indikator mutu klinis

9.1.1.4 Bukti monitoring, bukti evaluasi, bukti analisis, bukti tindak lanjut

9.1.1.5 Bukti identifikasi, dokumentasi dan pelaporan kasus KTD, KTC, KPC, KNC

9.1.1.6 SK dan SOP penanganan KTD, KTC, KPC, KNC.

9.1.1.7 Bukti analisis, dan tindak lanjut KTD, KTC, KPC, KNC

9.1.1.8 SK tentang penerapan manajemen risiko klinis, Panduan Manajemen risiko klinis, bukti
identifikasi risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko pelayanan klinis (minimal dilakukan FMEA untuk
satu kasus)

9.1.1.9 Bukti

Dokumen Yang Kami Sediakan

A. Regulasi penyelenggaraan manajemen Puskesmas :

1. Kebijakan Kepala Puskesmas


2. Pedoman mutu/ manual mutu,

3. Pedoman-pedoman manajemen, upaya pelayanan

4. Standar Prosedur Operasional (SPO)

5. Rencana Lima Tahunan Puskesmas

6. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), tahunan yang memuat Rencana Usulan Kegiatan
(RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

7. Kerangka Acuan Kegiatan

B. Regulasi penyelenggaraan upaya Puskesmas:

1. Kebijakan Kepala Puskesmas

2. Pedoman upaya Puskesmas,

3. Standar Prosedur Operasional (SPO),

4. Rencana Tahunan Program,

5. Kerangka Acuan Kegiatan upaya Puskesmas,

6. Regulasi pelayanan klinis di Puskesmas,


7. Kebijakan Kepala Puskesmas

8. Pedoman Pelayanan Klinis

C. Regulasi Pelayanan Klinis

1. Kebijakan Kepala Puskesmas tentang pelayanan klinis,

2. Standar Prosedur Operasional (SPO) klinis,

3. Kerangka Acuan Kegiatan upaya Pelayanan klinis,

4. Regulasi pelayanan klinis di Puskesmas,

5. Pedoman Pelayanan Klinis,

6. Kerangka Acuan Kegiatan Pelayanan Klinis

Anda mungkin juga menyukai