Anda di halaman 1dari 11

Konsep Dasar dan Perkembangan Humas

1. Definisi Humas Menurut Para Ahli


a. Menurut Frank Jefkins (1992), Public Relations adalah semua bentuk komunikasi
yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
pada saling pengertian
b. Menurut Marsefio S. Luhukay dalam Jurnal Scriptura (2008:19) Public Relations
hadir sebagai suatu kebutuhan, kebutuhan untuk menjembatani organisasi dengan
para pemangku kepentingan (stakeholders).
c. Defenisi Humas yang dikemukakan oleh Sukatendel dalam Ardianto (2009),
humas adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra
organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama.
d. Cutlip,Center,dan Broom dalam Keith Butterick (2012) yang menulis salah satu buku
pertama yang meringkas teori dan praktik Humas sebagai berikut: Humas
adalah fungsi manajemen yang mengindentifikasi, membangun, dan
mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan
berbagai publikyang menjadi penentu kesuksesan dan kegagalannya.
e. Menurut Scott M. Cutlik dan Allen H. Center, humas adalah fungsi manajemen yang
menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau
organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu
program kegiatan untuk memperoleh pengertian, pemahaman dan dukungan dari
publiknya.
f. DeFleur dan Dennis mengutip Scott Cutlip dan Allan Cener dalam mendefinisikan
public relations sebagai,“....upaya terencana guna mempengaruhi opini publik melalui
karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada
komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak.” (Iriantara, 2004: 43)
g. Rumusan Griswold “PR adalah fungsi manajemen yang melakukan penilaian
terhadap sikap publik, menyesuaikan kebijaksanaan tata kerja dari suatu organisasi
atau perorangan dengan kepentingan publik dan melakukan program aksi untuk
memperoleh pengertian dan persetujuan publik” (Soegiardjo dalam; Gasing dan
Suryanto, 2016: 7-8)
h. Menurut Onong Uchjana (2012), Humas adalah fungsi manajemen dari sikap budi
yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan
lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya berupaya membina pengertian,
simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada
hubungan dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk
mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan
informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif
dan pemenuhan kepentingan bersma yang lebih efisien.
i. Menurut Edward L. Bernays, humas adalah memberi penerangan kepada masyarakat,
pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan,
usaha-usaha mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan
masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.
j. Menurut Howard Bohham, public relation adalah suatu seni untuk menciptakan
pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik yang
lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap suatu lembaga atau organisasi.
k. Menurut J.C.Seidel, Humas yakni suatu proses yang berkelanjutan dari usaha
manajemen untuk memperoleh itikad baik dan pengertian dari langganannya,
pegawai, dan publik umumnya, ke dalam dengan mengadakan analisis dan perbaikan
terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.
l. Menurut W. Emerson Reckumas, humas adalah kelanjutan dari proses penetapan
kebijaksanaan, penetuan pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan
orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan
itikad baik dari mereka. Kedua, pelaksanaan kebijaksanaaan, pelayanan dan sikap
adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.
m. Menurut Drs. Muslimin, M.Si (2000), humas adalah suatu fungsi manajemen yang
menilai sikap publik, menunjukan kebijaksaan dan prosedur dari individu atau
organisasiatas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk
memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik.
n. Menurut Maria Assumpta Rumanti, Humas yakni sebuah kegitanyang proses
kegiatannya melalui empat tahap, yaitu penelitian yang didahului penemuan, analisis,
pengolahan data dan sebagainya, perencanaan yang direncanakan, pelaksanaan yang
tepat, evaluasi, penilaian setiap tahap dan evaluasi keseluruhan.
o. Public Relation World Conference, mendefinisikan humas sebagai penggabungan
dari ilmu pengetahuan dan kesenian untuk memprediksi dan memperkirakan
konskwensi yang akan didapatkan oleh perusahaan serta memberikan saran terbaik
bagi perusahaan.
p. Menurut Internasional Public Relations Association (IPRA), humas adalah fungsi
manajemen yang khas serta mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama
antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian,
penerimaan, dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam menghadapi
persoalan/permasalahan, membantu manajemen agar mampu menanggapi opini
publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan
secara efektif;bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi
kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis
sebagai sarana utama (Ruslan, 2016 :16)
q. Humas menurut The British Institute of Public Relation adalah suatu usaha berencana
dan berkesinambungan untuk membina serta memelihara itikad baik ataupun
pengertian bersama antara organisasi dengan masyarakatnya.
r. Menurut The Public Relations Society of America, humas membantu suatu organisasi
dan publiknya untuk saling beradaptasi secara menguntungkan. Humas adalah usaha
organisasi untuk memperoleh kerjasama dari sekelompok orang. Humas membantu
organisasi berinteraksi secara efektif dan berkomunikasi dengan publik utama.

Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01173-MC
%20Bab2001.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44622/3/BAB%20II.pdf
https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-humas-menurut-para-ahli/
https://www.dosenpendidikan.co.id/humas-adalah/
Tendean, C. S. (2013). Peranan Humas Dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi
Manado. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 2(4).
2. Sejarah Perkembangan Humas di Dunia dan di Indonesia
A. Sejarah Perkembangan Humas di Dunia
Humas adalah bentuk dari komunikasi. Manusia selalu mencoba
berkomunikasi dan membuat dirinya mengerti segala sesuatu. Sebelum angka dan
huruf ditemukan, sudah ada yang disebut dengan piktogram (bentuk atau gambar
yang mengandung makna yang sampai pada saat ini masih bisa dilihat di aksara
Cina) dan lukisan-lukisan dinding gua masyarakat primitif ribuan tahun yang
lampau. Berbagai macam ornamen dan simbol di bangunan-bangunan kuno
mengandung pesan-pesan tertentu dalam bentuk gambar. Manusia mulai menulis
pada kepingan batu, lalu pada lembaran-lembaran kulit, perkamen, dan papirus
seperti yang banyak ditemukan di daerah Laut Mati.
Ketika kapal-kapal bangsa Phoenicia dan Viking mengarungi samudra untuk
melakukan eksplorasi dan penaklukan, kain layar di kapal tersebut dihias dengan
lambang burung atau hewan lainnya untuk menunjukkan identitas mereka. Raja atau
panglima perang, maju berperang dengan menyandang perisai bertahtakan suatu
emblem atau lambang tertentu yang menjadi media komunikasi yang menunjukkan
siapa dirinya. Seragam dan lambang tersebut merupakan salah satu media humas dan
mereka terus gunakan dari waktu ke waktu.
Jika pemahaman Humas sebagai “kegiatan penciptaan pemahaman melalui
pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu
dampak yakni perubahan yang positif”, maka usia humas sebenarnya sudah sangat
tua. Namun humas sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dipelajari dan dipraktikkan
secara serius masih berusia sangat muda. Bahkan bisa dikatakan bahwa kitab suci
dari agama-agama besar di dunia mengandung suatu bentuk humas. Di dalam kitab
suci tersebut dijelaskan bagaimana manusia sejak dulu selalu berusaha menciptakan
suatu pemahaman atas iman yang mereka anut.
Humas modern sebagaimana beberapa ilmu pengetahuan lainya, muncul
sebagai akibat dari revolusi industri yang terjadi di Eropa di penghujung tahun 1800-
an. Revolusi industri muncul sebagai akibat ditemukan berbagai tekologi modern,
diantaraya adalah penemuan mesin uap, yang kemudian dapat memproduksi barang
secara masal dan kemudian menjadikan konsumsi massal. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan menjalankan bisnis dalam skala besar. Sebagian
perusahaan besar bahkan memonopoli sektor-sektor industri tertentu. Misalnya
monopoli angkutan kereta api, produksi baja atau pertambangan minyak, sehingga
mendapatkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Perusahaan kemudian berlomba-
lomba mengumpulkan keuntungan, sebagian di antaranya bahkan cenderung
mengabaikan kepentingan konsumen dalam upaya mereka untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
Para pemilik perusahaan besar tersebut menganggap bahwa urusan perusahaan
adalah urusan pribadinya, sehingga tidak boleh dicampuri oleh pihak luar, sehingga
perusahaan menutup diri dari publik terlebih kepada media massa. Kemudian
muncul ketidaksenangan publik terhadap praktik bisnis tersebut, dan media massa
mengambil kesempatan dengan melakukan serangan-serangan pemberitaan terhadap
perusahaan tersebut. Menghadapi media massa kemudian perusahaan melakukan
‘serangan balik’ dengan membayar sejumlah ahli (ahli yang sebagaiannya adalah
wartawan) untuk mencegah pemberitaan negatif dengan memastikan terwakilinya
pandangan pihak perusahaan dalam isu-isu yang dikemukakan oleh media. para ahli
tersebut disebut dengan agen pers atau publisitas.
Para ahli sejarah sepakat bahwa awal munculnya humas modern dipelopori
oleh seorang pria bernama Ivy Lee. Pada tahun 1903, Ivy Lee bersama rekannya
George Parker membukan kantor publisitas (publicity office) yang kliennya sebagian
besar adalah perusahaan. Beberapa tahun kemudian Lee menjadi pejabat perwakilan
pers bagi perusahaan batu bara kereta api. Saat itu terjadi pemogokan yang dilakukan
pekerja tambang batu bara, kemudian Lee menerbitkan suatu ‘Pernyataan prinsip’
(declaration of principle) yang menyatakan bahwa ia dan perusahaan akan bersikap
terbuka dan jujur dalam berhubungan dengan khalayak. Kumpulan prinsip pokok
tersebut dimuat dalam pernyataannya yang sangat termasyhur pada tahun 1906. Pada
saat itu, ia berjanji akan ‘menyediakan berbagai macam informasi yang cepat dan
akurat, khususnya mengenai segala sesuatu yang bernilai tinggi dan menyangkut
kepentingan-kepentingan umum sehingga memang perlu diketahui oleh segenap
lapisan masyarakat.
Strategi Lee ternyata berhasil mengatasi masalah yang terjadi. Selain itu ia
dinilai mampu menampilkan sisi manusiawi dari suatu kegiatan bisnis. Lee juga
berhasil menunjukkan bahwa humas dapat berperan sangat efektif untuk
menjembatani hubungan antara perusahaan dengan khlayak. Selain itu Lee
memegang prinsip bahwa ia tidak akan melaksanakan program Humas sebelum
program tersebut disetujui dan didukung oleh pihak manajemen puncak perusahaan
yang bersangkutan.
Kegiatan pemerintah dalam program Humas pertama kali terjadi pada masa
Perang Dunia I, ketika Presiden AS, Woodrow Wilson membentuk Panitia Creel
yang dipimpin oleh George Creel. Panitia ini bertugas mencari dukungan publik agar
bersedia membantu pemerintah dan turut serta dalam Perang Dunia. Jargon yang
digunakan saat itu adalah “to make the world safe for democracy” (untuk membuat
dunia aman bagi demokrasi). Kampanye ini kemudian berhasil mendapat dukungan
publik, dengan keberhasilan ini semakin menunjukkan posisi penting humas dalam
organisasi.
Berbeda dengan pemerintah, kalangan pebisnis di AS pada awalnya
menggunakan humas sebagai upaya membela diri terhadap kritik dari pihak luar,
namun menjelang Perang Dunia I, pada awal tahun 1900-an, humas digunakan
sebagai pertahanan diri (perusahaan) dan mempertahankan monopoli bisnis mereka
dari ‘serangan’ atau gugatan media massa atau pemerintah. Selain itu humas juga
digunakan untuk menyerang balik media massa atau pemerintah juga memengaruhi
pendapat umum guna menghalangi pihak-pihak yang bersebrangan dengan
kepentingan perusahaan mereka. Strategi humas yang digunakan pada masa ini
dikenal dengan istilah one way persuasive communication atau komunikasi persuasif
satu arah. Dengan demikian, humas merupakan kegiatan membujuk pihak lain
(pihak di luar organisasi) secara satu arah saja.
Krisis ekonomi yang terjadi setelah Perang Dunia II menyebabkan rasa curiga
dan tidak percaya masyarakat terhadap perusahaan di AS, masyarakat menganggap
mereka sebagai penyebab dari hancurnya ekonomi negara. Dalam upaya untuk
meraih kembali kepercayaan publik, Presiden AS Roosevelt kembali menggunakan
humas sebagai strateginya. Presiden Roosevelt menggunakan media radio untuk
langsung berkomunikasi dengan rakyat, sebagai bagian dari upaya untuk
memperkenalkan program reformasi ekonomi yang disebut dengan new deal untuk
mendapat dukungan dari masyarakat. Dilaog tersebut selalu dikenang sebagai salah
satu bentuk keberhasilan humas dalam memengaruhi opini publik.
Kemudian pada paruh abad ke-20, masyarakat Amerika mengalami perubahan
sosial yang cukup signifikan sehingga menciptakan iklim yang memungkinkan
humas berkembang dengan sangat cepat yang disebabkan beberapa hal, yaitu:
 Pemilik perusahaan dan pengelolanya sudah mulai sadar bahwa mereka memiliki
tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk turut serta menjaga
keselamatan lingkungan dan masyarakat. Oleh karenanya manajemen mengurus
tanggung jawab tersebut yang kemudian dikendalikan oleh humas.
 Meningkatkanya kebutuhan masyarakat (konsumerisme) membuat perusahaan
sadar bahwa mereka perlu untuk lebih responsif dan komunikatif terhadap
pelanggan. Perusahaan menyerahkan strategi ini kepada tim humas.
 Semakin meningkatnya populasi, pekerjaan kemudian semakin terspesialisasi dan
mobilitas semakin tinggi, menyebabkan perusahaan memerlukan orang yang
memiliki tenaga ahli di bidangnya.
 Semakin besar perusahaan, semakin kompleks bisnis yang dijalankan membuat
perusahaan sulit untuk menyampaikan pesan khusus kepada masyarakat, oleh
karenanya tim humas lah yang mengambil peran tersebut.
B. Sejarah Perkembangan Humas di Indonesia
 Sejarah perkembangan Humas di Indonesia Secara Konsepsional
Perkembangan humas di Indonesia secara konsepsional terjadi pada
tahun 1950-an. Saat itu berdiri organisasi Humas pertama kali di perusahaan
perminyakan negara (Pertamina). Adanya divisi HUPMAS (Hubungan
Pemerintah dan Masyarakat) Pertamina ini sangat penting dalam upaya
menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan pihak klien, relasi bisnis,
perusahaan swasta/BUMN/Asing dan masyarakat.
Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Humas di Indonesia
dalam 4 periode sebagai berikut :

1) Periode 1 ( Tahun 1962 )


Secara resmi pembentukan Humas di Indonesia lahir melalui
Presidium Kabinet Perdana Menteri Juanda, yang menginstruksikan agar
setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian/divisi Humas.
Dijelaskan pula garis besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah :
Tugas strategis yaitu ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh
pimpinan hingga pelaksanaaannya. Dan tugas taktis yaitu memberikan
informasi, motivasi, pelaksanaaan komunikasi timbal balik dua arah supaya
tercipta citra atas lembaga/institusi yang diwakilinya.

2) Periode 2 ( Tahun 1967 – 1971 )


Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan
(Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai
kegiatan pemerintah dalam pembangunan, khususnya di bidang penerangan
dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi
kehumasan.

Tahun 1967, berdiri Koordinasi antar Humas Departemen/


Lembaga Negara yang disingkat “Bakor” yang secara ex officio dipimpin
oleh pimpinan pada setiap departemen. Tahun 1970- 1971, Bakor diubah
menjadi Bako-humas (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah ) yang
diatur melalui SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971. Kerjasama
antara Humas departemen/institusi tersebut menitikberatkan pada
pemantapan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam operasi
penerangan dan kehumasan.

3) Periode 3 ( Tahun 1972 – 1993 )


Periode ini ditandai dengan munculnya Humas kalangan
profesional pada lembaga swasta umum. Dengan indikator sebagai berikut:
 Tanggal 15 desember 1972 didirikannya Perhimpunan Hubungan
Masyarakat Indonesia ( Perhumas ) sebagai wadah profesi HUMAS
oleh kalangan praktisi swasta dan pemerintah. Seperti wardiman
Djojonegoro ( mantan mendikbud), Marah Joenoes (mantan
kahupmas Pertamina), dll. Pada konvensi Nasional HUMAS di
Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia
( KEKI ). Perhumas juga tercatat sebagai anggota International
Public Relations Association ( IPRA) dan ASEAN Public Relations
Organization (FAPRO).
 Tanggal 10 April 1987 di jakarta, terbentuklan suatu wadah profesi
HUMAS lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public
Relations ( APPRI ). Tujuannya adalah sebuah wadah profesi
berbentuk organisasi perusahaan – perusahaaan public relations yang
independen (konsultan jasa kehumasan).
4) Periode 4 ( Tahun 1995 – Sekarang )
Periode ini Public Relations berkembang di kalangan swasta
bidang profesional khusus ( spesialisasi PR/HUMAS bidang industri
pelayanan jasa). Dengan indikator sebagai berikut:

 Tanggal 27 November 1995 terbentuk Himpunan Humas Hotel


Berbintang ( H-3). Himpunan ini diperuntukkan sebagai wadah
organisasi profesi HUMAS bidang jasa perhotelan, berkaitan erat
dengan organisasi PHRI ( Perhimpunan Hotel dan Restoran di
Indonesia).
 Tanggal 13 september 1996 diresmikannya Forum Komunikasi
Antar Humas Perbankan ( FORKAMAS) oleh Gubernur BI
Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para pejabat HUMAS
( Public Relations Officer ), baik bank pemerintah ( HIMBARA),
swasta ( PERBANAS), dan asing yang beroperasi di bidang jasa
perbankan di Indonesia.
 Keluarnya SK BAPEPAM No.63/1996, tentang wajibnya pihak
emiten (perusahaan yang go public) di Pasar Bursa Efek Jakarta
( BEJ) dan Bursa Efek Surabaya memiliki lembaga Corporate
Secretary.
 Berdirinya PRSI ( Pulic Relations Society of Indonesia ) pada
tanggal 11 november 2003 di Jakarta. ini menyerupai PRSA ( Public
Relations Society of Amerika), sebuah organisasi profesional yang
bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi
akreditasi PR Profesional (APR) di Amerika yang diakui secara
internasional.

PRSI atau Masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali


dipimpin oleh August Parengkuan, seorang wartawan senior harian Kompas
dan mantan ketua Perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah
meningkatkan kesadaran, kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta
pastisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional dalam
aktivitas secara nasional maupun internasional.

Wakil Ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia


(Perhumas), Halim Mahfudz, mengatakan Perusahaan yang bergerak di
bidang pubilc relations (PR) di Indonesia kini berkembang pesat, seiring
bakal terjadinya perekonomian bebas pada tahun 2010. Saat ini ada sekitar
50-60 perusahaan PR yang dikelola oleh pengusaha Indonesia maupun asing
yang berani mempublikasikan diri. Selain itu, diprediksi ada puluhan
perusahaan PR yang belum berani memunculkan diri.

 Perkembangan Hubungan Masyarakat dari Aspek Praktis ke Teoretis

Pemerintah Indonesia mengadakan konferensi pers untuk


mengumumkan Indonesia sebagai negara merdeka kepada dunia
(Simorangkir, 2013). Hubungan masyarakat memasuki dunia industri pada
tahun 1950 ketika perusahaan multinasional mulai memasuki Indonesia
(Simorangkir, 2013). Hubungan masyarakat tumbuh ketika
pemerintah memutuskan bahwa setiap lembaga pemerintah harus
memiliki departemen informasi pada tahun 1962 (Halff & Gregory,
2014). Saat ini, Humas pemerintah diperkuat oleh aturan tentang fungsi
mereka dan memiliki nama resmi, yaitu Humas (hubungan masyarakat),
yang sama dengan nama dan fungsi public relations(Kriyantono, 2017).
Hubungan masyarakat di Indonesia secara resmi memasuki ranah
akademik pada tahun 1965 ketika Universitas Padjadjaran mendirikan
sekolah hubungan masyarakat (Kriyantono, 2019).

Sumber referensi: Jefkins, Frank; Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga.

3. Ruang Lingkup, Tugas dan Sasaran Humas

Anda mungkin juga menyukai