Sumber: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01173-MC
%20Bab2001.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44622/3/BAB%20II.pdf
https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-humas-menurut-para-ahli/
https://www.dosenpendidikan.co.id/humas-adalah/
Tendean, C. S. (2013). Peranan Humas Dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi
Manado. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 2(4).
2. Sejarah Perkembangan Humas di Dunia dan di Indonesia
A. Sejarah Perkembangan Humas di Dunia
Humas adalah bentuk dari komunikasi. Manusia selalu mencoba
berkomunikasi dan membuat dirinya mengerti segala sesuatu. Sebelum angka dan
huruf ditemukan, sudah ada yang disebut dengan piktogram (bentuk atau gambar
yang mengandung makna yang sampai pada saat ini masih bisa dilihat di aksara
Cina) dan lukisan-lukisan dinding gua masyarakat primitif ribuan tahun yang
lampau. Berbagai macam ornamen dan simbol di bangunan-bangunan kuno
mengandung pesan-pesan tertentu dalam bentuk gambar. Manusia mulai menulis
pada kepingan batu, lalu pada lembaran-lembaran kulit, perkamen, dan papirus
seperti yang banyak ditemukan di daerah Laut Mati.
Ketika kapal-kapal bangsa Phoenicia dan Viking mengarungi samudra untuk
melakukan eksplorasi dan penaklukan, kain layar di kapal tersebut dihias dengan
lambang burung atau hewan lainnya untuk menunjukkan identitas mereka. Raja atau
panglima perang, maju berperang dengan menyandang perisai bertahtakan suatu
emblem atau lambang tertentu yang menjadi media komunikasi yang menunjukkan
siapa dirinya. Seragam dan lambang tersebut merupakan salah satu media humas dan
mereka terus gunakan dari waktu ke waktu.
Jika pemahaman Humas sebagai “kegiatan penciptaan pemahaman melalui
pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu
dampak yakni perubahan yang positif”, maka usia humas sebenarnya sudah sangat
tua. Namun humas sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dipelajari dan dipraktikkan
secara serius masih berusia sangat muda. Bahkan bisa dikatakan bahwa kitab suci
dari agama-agama besar di dunia mengandung suatu bentuk humas. Di dalam kitab
suci tersebut dijelaskan bagaimana manusia sejak dulu selalu berusaha menciptakan
suatu pemahaman atas iman yang mereka anut.
Humas modern sebagaimana beberapa ilmu pengetahuan lainya, muncul
sebagai akibat dari revolusi industri yang terjadi di Eropa di penghujung tahun 1800-
an. Revolusi industri muncul sebagai akibat ditemukan berbagai tekologi modern,
diantaraya adalah penemuan mesin uap, yang kemudian dapat memproduksi barang
secara masal dan kemudian menjadikan konsumsi massal. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan menjalankan bisnis dalam skala besar. Sebagian
perusahaan besar bahkan memonopoli sektor-sektor industri tertentu. Misalnya
monopoli angkutan kereta api, produksi baja atau pertambangan minyak, sehingga
mendapatkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Perusahaan kemudian berlomba-
lomba mengumpulkan keuntungan, sebagian di antaranya bahkan cenderung
mengabaikan kepentingan konsumen dalam upaya mereka untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
Para pemilik perusahaan besar tersebut menganggap bahwa urusan perusahaan
adalah urusan pribadinya, sehingga tidak boleh dicampuri oleh pihak luar, sehingga
perusahaan menutup diri dari publik terlebih kepada media massa. Kemudian
muncul ketidaksenangan publik terhadap praktik bisnis tersebut, dan media massa
mengambil kesempatan dengan melakukan serangan-serangan pemberitaan terhadap
perusahaan tersebut. Menghadapi media massa kemudian perusahaan melakukan
‘serangan balik’ dengan membayar sejumlah ahli (ahli yang sebagaiannya adalah
wartawan) untuk mencegah pemberitaan negatif dengan memastikan terwakilinya
pandangan pihak perusahaan dalam isu-isu yang dikemukakan oleh media. para ahli
tersebut disebut dengan agen pers atau publisitas.
Para ahli sejarah sepakat bahwa awal munculnya humas modern dipelopori
oleh seorang pria bernama Ivy Lee. Pada tahun 1903, Ivy Lee bersama rekannya
George Parker membukan kantor publisitas (publicity office) yang kliennya sebagian
besar adalah perusahaan. Beberapa tahun kemudian Lee menjadi pejabat perwakilan
pers bagi perusahaan batu bara kereta api. Saat itu terjadi pemogokan yang dilakukan
pekerja tambang batu bara, kemudian Lee menerbitkan suatu ‘Pernyataan prinsip’
(declaration of principle) yang menyatakan bahwa ia dan perusahaan akan bersikap
terbuka dan jujur dalam berhubungan dengan khalayak. Kumpulan prinsip pokok
tersebut dimuat dalam pernyataannya yang sangat termasyhur pada tahun 1906. Pada
saat itu, ia berjanji akan ‘menyediakan berbagai macam informasi yang cepat dan
akurat, khususnya mengenai segala sesuatu yang bernilai tinggi dan menyangkut
kepentingan-kepentingan umum sehingga memang perlu diketahui oleh segenap
lapisan masyarakat.
Strategi Lee ternyata berhasil mengatasi masalah yang terjadi. Selain itu ia
dinilai mampu menampilkan sisi manusiawi dari suatu kegiatan bisnis. Lee juga
berhasil menunjukkan bahwa humas dapat berperan sangat efektif untuk
menjembatani hubungan antara perusahaan dengan khlayak. Selain itu Lee
memegang prinsip bahwa ia tidak akan melaksanakan program Humas sebelum
program tersebut disetujui dan didukung oleh pihak manajemen puncak perusahaan
yang bersangkutan.
Kegiatan pemerintah dalam program Humas pertama kali terjadi pada masa
Perang Dunia I, ketika Presiden AS, Woodrow Wilson membentuk Panitia Creel
yang dipimpin oleh George Creel. Panitia ini bertugas mencari dukungan publik agar
bersedia membantu pemerintah dan turut serta dalam Perang Dunia. Jargon yang
digunakan saat itu adalah “to make the world safe for democracy” (untuk membuat
dunia aman bagi demokrasi). Kampanye ini kemudian berhasil mendapat dukungan
publik, dengan keberhasilan ini semakin menunjukkan posisi penting humas dalam
organisasi.
Berbeda dengan pemerintah, kalangan pebisnis di AS pada awalnya
menggunakan humas sebagai upaya membela diri terhadap kritik dari pihak luar,
namun menjelang Perang Dunia I, pada awal tahun 1900-an, humas digunakan
sebagai pertahanan diri (perusahaan) dan mempertahankan monopoli bisnis mereka
dari ‘serangan’ atau gugatan media massa atau pemerintah. Selain itu humas juga
digunakan untuk menyerang balik media massa atau pemerintah juga memengaruhi
pendapat umum guna menghalangi pihak-pihak yang bersebrangan dengan
kepentingan perusahaan mereka. Strategi humas yang digunakan pada masa ini
dikenal dengan istilah one way persuasive communication atau komunikasi persuasif
satu arah. Dengan demikian, humas merupakan kegiatan membujuk pihak lain
(pihak di luar organisasi) secara satu arah saja.
Krisis ekonomi yang terjadi setelah Perang Dunia II menyebabkan rasa curiga
dan tidak percaya masyarakat terhadap perusahaan di AS, masyarakat menganggap
mereka sebagai penyebab dari hancurnya ekonomi negara. Dalam upaya untuk
meraih kembali kepercayaan publik, Presiden AS Roosevelt kembali menggunakan
humas sebagai strateginya. Presiden Roosevelt menggunakan media radio untuk
langsung berkomunikasi dengan rakyat, sebagai bagian dari upaya untuk
memperkenalkan program reformasi ekonomi yang disebut dengan new deal untuk
mendapat dukungan dari masyarakat. Dilaog tersebut selalu dikenang sebagai salah
satu bentuk keberhasilan humas dalam memengaruhi opini publik.
Kemudian pada paruh abad ke-20, masyarakat Amerika mengalami perubahan
sosial yang cukup signifikan sehingga menciptakan iklim yang memungkinkan
humas berkembang dengan sangat cepat yang disebabkan beberapa hal, yaitu:
Pemilik perusahaan dan pengelolanya sudah mulai sadar bahwa mereka memiliki
tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk turut serta menjaga
keselamatan lingkungan dan masyarakat. Oleh karenanya manajemen mengurus
tanggung jawab tersebut yang kemudian dikendalikan oleh humas.
Meningkatkanya kebutuhan masyarakat (konsumerisme) membuat perusahaan
sadar bahwa mereka perlu untuk lebih responsif dan komunikatif terhadap
pelanggan. Perusahaan menyerahkan strategi ini kepada tim humas.
Semakin meningkatnya populasi, pekerjaan kemudian semakin terspesialisasi dan
mobilitas semakin tinggi, menyebabkan perusahaan memerlukan orang yang
memiliki tenaga ahli di bidangnya.
Semakin besar perusahaan, semakin kompleks bisnis yang dijalankan membuat
perusahaan sulit untuk menyampaikan pesan khusus kepada masyarakat, oleh
karenanya tim humas lah yang mengambil peran tersebut.
B. Sejarah Perkembangan Humas di Indonesia
Sejarah perkembangan Humas di Indonesia Secara Konsepsional
Perkembangan humas di Indonesia secara konsepsional terjadi pada
tahun 1950-an. Saat itu berdiri organisasi Humas pertama kali di perusahaan
perminyakan negara (Pertamina). Adanya divisi HUPMAS (Hubungan
Pemerintah dan Masyarakat) Pertamina ini sangat penting dalam upaya
menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan pihak klien, relasi bisnis,
perusahaan swasta/BUMN/Asing dan masyarakat.
Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Humas di Indonesia
dalam 4 periode sebagai berikut :
Sumber referensi: Jefkins, Frank; Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga.