Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PERTEMUAN 3
TEORI PADA KONTEKS DIRI DAN PESAN

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan Teori Komunikasi


dalam Konteks diri dan pesan
Sub Pokok Bahasan : 1.1 Symbolic Interaction Theory/ Teori Interaksi
Simbolik
1.2 Coordinated Management of Meaning/
Manajemen makna Terkoordinasi
Daftar Pustaka : 1. Richard West, Lynn H. Turner. 2017. Pengantar
Teori Komunikasi Ed.5. Jakarta Salemba
Humanika
2. Littlejohn, Stephen W. Theories of Human
Communication – nineth edition.(Penerjemah;
Muhammad Yusuf Hamdan). 2014.
Jakarta:Salemba Humanika

17
PERTEMUAN KE-3
KONTEKS DIRI DAN PESAN

4.1 TEORI INTERAKSI SIMBOLIK (SYMBOLIC INTERACTION THEORY)


Pemikir: Teori Interaksi simbolik dikembangkan oleh George Herbert Mead, Herbert
Blumer dan John Dewey yang bernaung dalam mazhab Chicago.

Herbert Blumer G.H. Mead John Dewey Manford Kuhn

Buah pemikirannya:
- Mead mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol; dia
menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang
muncul didalam sebuah situasi tertentu. Simbol yang dimaksud adalah label
arbiter atau representasi dari fenomena. Teori ini menekankan pada
hubungan antara simbol dan interaksi.
- Pentingnya makna bagi perilaku manusia. Teori ini berpegang bahwa
individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak
bersifat intrinsik terhadap apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif
diantara orang-orang untuk menciptakan makna, bahkan tujuan dari teori

18
ini adalah menciptakan makna yang sama.

19
4.1.1 Sejarah Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik lahir pada dua universitas: Universitas Iowa dengan tokoh
Manford Kuhn dan Universitas Chicago dengan tokoh George Herbert Mead. Kedua
universitas ini mengembangkan dua metode yang berbeda. Herbert Blummer
(Universitas Chicago) menyatakan bahwa studi mengenai manusia tidak dapat
dilaksanakan dengan menggunakan metode yang sama seperti yang digunakan
untuk mempelajari hal lainnya. Mahzab Chicago mendukung penggunaan studi kasus
dan sejarah serta wawancara tidak terstruktur. Sedangkan aliran dari Universitas
Iowa dipelopori oleh Manford Kuhn mengadopsi pendekatan kuantitatif dalam
studinya. Mahzab Iowa beranggapan bahwa konsep interaksionisme simbolik dapat
dioperasionalkan, dikuantifikasi, dan diuji, dalam hal ini dikembangkan sebuah teknik
“kuesioner dua puluh pertanyaan sikap diri”.

4.1.2 Asumsi-asumsi teori Interaksionisme Simbolik


1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia. Teori ini berpegang bahwa individu
membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat
intrinsik terhadap apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif diantara orang-
orang untuk menciptakan makna, bahkan tujuan dari teori ini adalah
menciptakan makna yang sama. Asumsi-asumsinya:
a) Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang
diberikan orang lain kepada mereka. Asumsi ini menjelaskan perilaku
sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara
sadar antara rangsangan dan respons yang berkaitan dengan
rangsangan tersebut.
b) Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia. Mead menekankan
dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, menurut Mead,
hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai
simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi.
c) Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif. Blumer
menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah. (1)

19
para pelaku menentukan benda-benda yang mempunyai makna. (2).
Melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek dan melakukan
transformasi makan didalam konteks dimana mereka berada.

20
1. Pentingnya konsep diri. Tema kedua pada teori ini berfokus pada pentingnya
konsep diri (self-concept), atau seperangkat persepsi yang relatif stabil yang
dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Asumsi-asumsinya:
a) Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan
orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri; mereka belajar
tentang diri mereka melalui interaksi.
b) Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku. Pemikiran
bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenal diri
mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada
interaksionisme simbolik.
2. Hubungan antara individu dan masyarakat. Tema ini berkaitan antara
kebebasan individu dan batasan sosial. Dalam hal ini dicoba dijelaskan
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-
asumsinya:
a) Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.
Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku
manusia. Selain itu, budaya secara kuat mempengaruhi perilaku dan
sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri.
b) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Asumsi ini menengahi
posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya.

4.1.3 Konsep Penting:


1. PIKIRAN (mind),
Sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial
yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran
melalui interaksi dengan orang lain. Manusia tidak dapat berinteraksi dengan orang
lain apabila belum mengenal bahasa. Bahasa itu sendiri tergantung pada simbol
signifikan (significant symbol), atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang
sama bagi banyak orang. Dengan bahasa, manusia dapat mengembangkan pikiran
menjadi

20
pemikiran (thought) dan akhirnya menghasilkan pengambilan peran (role taking),
atau kemampuan untuk secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri
khayalan orang lain.

1. DIRI (self),
Sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain.
Bagi Mead, diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus –
maksudnya, membayangkan bagaimana kita dilihat orang lain. Mead menyebut
istilah ini sebagai cermin diri (loking-glass self), atau kemampuan kita untuk melihat
diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain.
2. MASYARAKAT(society),sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan
manusia. Individu-individu terlibat didalam masyarakat melalui perilaku yang
mereka pilih secara aktif dan suka rela. Jadi, masyarakat menggambarkan
keterhubungan beberapa perangkat perilaku yang terus disesuaikan oleh
individu-individu. Masyarakat ada sebelum individu tetapi juga diciptakan dan
dibentuk oleh individu, dengan melakukan tindakan sejalan dengan orang lainnya
(Forte, 2004).

Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri, yaitu:
(a) Orang lain secara khusus (particular others), merujuk pada individu-individu
dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Kita melihat orang lain secara khusus
tersebut untuk mendapatkan rasa penerimaan sosial dan rasa mengenai diri. Sering
kali pengharapan dari beberapa particular others mengalami konflik dengan orang
lainnya
(b) Orang lain secara umum (generalized others), merujuk pada cara pandang dari
sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai keseluruhan. Hal ini diberikan oleh
masyarakat kepada kita, dan “sikap dari orang lain secara umum adalah sikap dari
keseluruhan komunitas” (Mead, 1934). Orang lain secara umum memberikan
menyediakan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki oleh
komunitas. Orang lain secara umum dapat memberikan kita perasaan mengenai
bagaimana orang lain bereaksi kepada kita dan harapan sosial secara umum.
Perasaan ini berpengaruh dalam mengembangkan kesadaran sosial.

21
22
4.2 MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI

Pemikir: W. Barnett Pearce dan Vernon Cronen

Vernon Cronen W. Barnett Pearce

Buah Pemikirannya:
Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana
individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan
makna, dan bagaimana aturan-aturan terjalin dalam sebuah percakapan di mana
makna senantiasa dikoordinasikan. Dalam hal ini, teori manajemen makna
terkoordinasi menggambarkan manusia sebagai actor yang berusaha untuk
mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.

Seluruh Dunia adalah Sebuah Panggung


Hidup ini diibaratkan sebagai “teater tanpa sutradara”. Manusia di dalam
teater (hidup) tersebut berperan sebagai aktor-aktor yang mengikuti semacam
perilaku dramatis. Drama yang dimainkan adalah realitas hidup mereka. Sehingga,
manusia dalam hidupnya secara tidak sadar seakan-akan menyutradarai hidupnya
sendiri bagai sebuah teater disamping mereka menjadi aktor utama dalam hidupnya
tersebut. Dan kemudian mereka memaknai drama yang dimainkan tersebut dengan
mengkoordinasikan makna yang dimiliki masing-masing individu menjadi makna
yang sama merujuk pada naskah drama yang dimainkan.

22
4.2.1 Asumsi-asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi

1. manusia hidup dalam komunikasi.

Pearce berpendapat bahwa “komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih
penting bagi manusia dari yang seharusnya”. Pearce menolak model-model
komunikasi tradisional. Pearce dan Cronen menyatakan bahwa komunikasi harus
ditata ulang dan disesuaikan dengan konteks demi memahami perilaku manusia.
Ketika peneliti memulai perjalanan dalam pendefinisian ulang, mereka mulai
menyelidiki sifat konsekuensial komunikasi (bahwa komunikasi selalu memilki
konsekuensi), dan bukannya perilau atau variabel yang menyertai proses
komunikasi.

Asumsi ini maksudnya komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting
bagi manusia seharusnya. Hal ini didasari bahwa situasi sosial diciptakan melalui
interaksi manusia. Dari interaksi tersebut akan memunculkan percakapan-
percakapan untuk menciptakan realitas. Jadi, asumsi ini menolak jenis komunikasi
tradisional (komunikasi linier).

2. manusia saling menciptakan realitas sosial.

Asumsi ini menjelaskan bahwa dasar yang dipelajari dari teori ini adalah percakapan.
Dengan percakapan manuasia akan saling menciptakan realitas sosial dalam
percakapaan tersebut (konstruksionisme sosial). Ketika dua orang terlibat dalam
pembicaraan, masing-masing telah memilki banyak sekali pengalaman bercakap-
cakap di masa lalu dari realitas-realitas sosial sebelumnya. Kemudian yang terjadi
sekarang, percakapan akan memunculkan realitas baru karena dua orang dating
dengan sudut pandang yang berbeda. Melalui cara ini manusia saling menciptakan
realitas sosial yang baru.

3. transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal.

Asumsi ini menekankan pengendalian percakapan. Dalam suatu percakapan


sesorang pasti memiliki makna pribadi dalam menginterpretasikan percakapan yang
dilakukannya. Dan kemudian makna pribadi ditransaksikan hingga para peserta
percakapan menyepakati mengenai interpretasi satu sama lain hingga membentuk
makna interpersonal.

23
4.2.2 Konsep Penting
Ada tiga konsep dalam CMM Theory yaitu:

Management, Meaning, dan Coordination.


1. Management
Management artinya orang memanfaatkan rules untuk me-manage
bagaimana menginterpretasi pesan sehingga menghasilkan meaning, dan
berdasarkan meaning yang sudah dibuat, orang memanage bagaimana selanjutnya
ia akan bertindak/merespon pesan sehingga pantas/bisa dipahami oranglain.
Dalam proses management ini ada dua jenis rules yaitu constitutive rules dan
regulative rules. Constitutive rules adalah aturan mengenai bagaimana
menginterpretasi perilaku atau pesan dalam context tertentu sehingga mendapatkan
meaning yang appropriate. Regulative rules adalah aturan mengenai bagaimana
orang seharusnya merespon suatu perilaku atau pesan. Atau bagaimana bertindak
dalam satu situasi.

2. Meaning

Meaning artinya makna. Makna didapat dari mengoperasikan rules untuk


menginterpretasi perilaku atau pesan. Rules selalu beroperasi/berkerja dalam
context. Tidak semua rules berkerja dalam semua situasi dan berlaku bagi semua
orang. Artinya, dalam context yang berbeda terdapat rules yang berbeda dan
konsekuensi logisnya, meaning yang juga berbeda. Jadi, masing-masing context
membuat rules-nya masing-masing.

Hierarki dari Makna yang Terorganisasi


Para teoritikus manajemen makna terkoordinasi mengemukakan enam
elemen makna, yaitu:

a. Isi (content), merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan


menjadi makna.
b. Tindak tutur (speech act), merujuk pada tindakan-tindakan yang kita lakukan
dengan cara berbicara termasuk memuji, menghina, berjanji, mengancam,
menyatakan dan bertanya.

24
a. Episode (episode), merujuk pada rutinitas komunikasi memiliki awal,
pertengahan dan akhir yang jelas.
b. Hubungan (relationship), dapat diartikan sebagai kontrak kesepakatan dan
pengertian antara dua orang di mana terdapat tuntunan dalam berperilaku.
c. Naskah kehidupan (life scripts), merujuk pada kelompok-kelompok episode
masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu system makna yang dapat
dikelola bersama dengan orang lain.
d. Pola budaya (cultural pattern), merujuk pada gambaran mengenai dunia dan
bagaimana berhubungan seseorang dengan hal tersebut.

1. Coordination
Coordination menurut Pearce, “lebih mudah ditunjukkan ketimbang
dideskripsikan”. Oleh sebab itu sesungguhnya c ara paling mudah untuk memahami
coordination adalah dengan memperhatikan interaksi yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Coordination terjadi ketika, orang yang berinteraksi sama-sama
berupaya mencari pemahaman atas pesan-pesan yang berurutan-
sequencingsequencing message) dalam konversasi yang mereka jalani. Menurut
Gery Philipsen ada tiga hasil yang mungkin yaitu berhasil dicapai coordination, gagal
dicapai coordination, berhasil mencapai sebagian coordination. Kemungkinan yang
terbesar adalah berhasil mencapai sebagian coordination, karena social reality juga
tidak mungkin dikoordinasikan secara sempurna.
Coordination juga dipengaruhi oleh beberapa isu, diantaranya adalah soal
moralitas dan soal sumber daya (resources). Soal moralitas, terkait pada peran yang
dibawa oleh interactan dalam konversasi. Setiap peran itu membawa obligasi
moralnya masing-masing, yang jika tidak dijalani sesuai dengan yang semestinya,
bisa menggagalkan coordination. Soal sumberdaya (resources) artinya adalah soal
cerita-cerita, simbol-simbol, gambaran-gambaran, dan lain-lain yang dipakai orang
untuk memahami/memaknai dunia mereka. Contohnya adalah, seseorang merasa
lebih pantas menjadi caleg partai politik ketimbang juniornya karena dia sudah
berjuang dari bawah sejak partai itu baru didirikan. Cerita perjuangannya itulah
contoh sumberdaya (resources)

25
Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan

26
Koordinasi (coordination) ada ketika dua orang berusaha untuk mengartikan
pesan-pesan yang berurutan dalam percakapan mereka. Hasil yang mungkin dalam
perbincangan ada tiga, yaitu: mencapai koordinasi, tidak mencapai koordinasi, atau
mencapai koordinasi pada tingkat tertentu (Philipsen, 1995). Dari ketiga hasil
tersebut yang paling mungkin adalah mencapai koordinasi pada tingkat tertentu
karena sulit untuk mencapai koordinasi yang sempurna dan menyeluruh.

Pengaruh Terhadap Proses Koordinasi


Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk moralitas dan
ketersediaan sumber daya. Moralitas harus dianggap sebagai sesuatu yang lebih
penting dan lebih tinggi. Hal ini didasari bahwa setiap orang membawa berbagai
tingkat moral kedalam percakapan. Selain moralitas, koordinasi juga dipengaruhi
sumberdaya (resources), mereka merujuk pada cerita, gambar, simbol, dan institusi
yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka (Pearce, 1989)

Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan

Salah satu cara yang digunakan individu untuk mengelola dan


mengkoordinasikan makna adalah melalui penggunaan aturan. Ada dua tipe aturan:
pertama, aturan konstitutif yang merujuk pada bagaimana perilaku harus
diinterpretasikan dalam suatu konteks. Sedangkan yang kedua, aturan regulative
yang merujuk pada urutan yang dilakukan seseorang, dan menyampaikan apa yang
akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Aturan ini memberikan tuntunan
kepada orang untuk berperilaku. Suatu ketika ada batasan antara aturan konstitutif
dan regulatif selama digunakan dalam proses percakapan, apabila terjadi
perseteruan akan timbul pola berulang yang tidak diinginkan (unwanted repetitive
patterns),

Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak Seimbang

Sebelumnya kita telah mengetahui enam elemen makna yang apabila disusun
dari level yang lelah tinggi ke level yang lebih rendah: pola budaya, naskah
kehidupan, hubungan, episode, tindak tutur dan isi. Ketika rangkaian berjalan
dengan konsisten melalui tindakan-tindakan yang ada dalam hierarki maka disebut
rangkaian seimbang (charmed loop). Dan suatu ketika, beberapa episode dapat
menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi didalam hierarki yang

26
ada maka hal tersebut dinamai rangkaian tidak seimbang (strange loop).

27
RANGKUMAN
Kedua teori ini merupakan bagian dari teori-teori dalam konteks diri
dan pesan. Interaksi simbolik merupakan salah satu dari banyak alat
konseptual unggul yang dapat digunakan untuk melakukan
interpretasi mengenai interaksi sosial. Tiga konsep penting dalam
teori IS yaitu Mind, Self, and Sosciety.
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi berfokus pada relasi antara
individu dengan masyarakatnya. Melalui sebuah struktur hierarkis
orang-orang mengorganissikan makna dari beratus-ratus pesan yang
diterima dalam sehari.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahan anda terhada materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Apakah anda setuju dengan penekanan Herbert Mead mengenai bahasa
sebagai sistem simbol yang dimiliki bersama? Apakah mungkin berinteraksi
dengan orang lain yang menggunakan bahasa yang berbeda? Jelaskan
pendapat anda
2. Bagaimana anda menjelaskan pemikiran dibalik hierarki makna Pearce dan
Cronen?
3. Tunjukkan dan jelaskan rangkaian tidak seimbang yang terjadi dalam budaya
populer atau dalam hubungan interpersonal anda.

27

Anda mungkin juga menyukai