Anda di halaman 1dari 14

TEORI KOMUNIKASI

Teori Pelanggaran Harapan dan Teori Konvergensi Simbolik

DISUSUN OLEH :
Canda Andanda E1A.18.0013
Ranny Martina E1A.18.0008
Savira Pradivta E1A.18.0032

Dosen Pembimbing

Janjan Eka Sulistiana, S.Sos., M.Si.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang teori komunikasi


mengenai teori pelanggaran harapan dan teori konvergensi simbolik ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................. i

Kata Pengantar.............................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Teori Pelanggaran Harapan .................................... 2


2.2. Teori Konvergensi Simbolik .................................... 5
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................... 9

Daftar Pustaka ............................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. W
1.1. Latar Belakang

Dalam ilmu komunikasi, ada banyak teori yang dikemukakan, memiliki


beberapa tingkatan, dari yang umum (General) atau semakin menjadi khusus,
sesuai dengan fenomena yang terjadi. Pada makalah yang kami buat ini, kami akan
menjabarkan sedikit tentang “Teori Pelanggaran Harapan” dan “Teori
Konvergensi Simbolik” sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Teori Komunikasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu teori pelanggaran harapan?
2. Bagaimana teori pelanggaran harapan terjadi?
3. Apa itu teori konvergensi simbolik?
4. Bagaimana teori konvergensi simnolik terjadi?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang teori pelanggaran harapan
2. Untuk memahami bagaimana teori pelanggaran harapan terjadi
3. Untuk mengetahui tentang teori konvergensi simbolik
4. Untuk memahami bagaimana teori konvergensi simbolik terjadi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.
2.1. Teori Pelanggaran Harapan (Expentance violation Theory)

Teori pelanggaran harapan merupakan salah satu teori komunikasi


yang diperkenalkan oleh Judee Burgoon, yang menggambarkan bahwa
seseorang memiliki harapan terhadap jarak perilaku non-verbal orang lain
yang dapat memberikan kenyamanan kepadanya. Teori ini melihat
komunikasi sebagai pertukaran informasi yang dapat dianggap positif atau
negatif tergantung pada rasa suka atau harapan antara dua orang yang
berinteraksi.
Teori pelanggaran harapan termasuk ke dalam konteks komunikasi
intrapersonal (komunikasi manusia dengan manusia lainnya. Tradisi
keilmuan tang mempengaruhi teori ini adalah sosio-psikologis

2.1.1. Sejarah Teori Pelanggaran Harapan

Teori pelanggaran harapan awalnya dibentuk untuk menjelaskan


efek komunikatif dari pelanggaran proksemik selama terjadinya interaksi
interpersonal dan kelompok. Proksemik merujuk pada pengaturan,
penggunaan, dan penafsiran ruang dan jarak.

2
2.1.2. Konsep Teori Pelanggaran Harapan

Proksemik
1. Hubungan Ruang
Hubungan ruang yang dimaksud di sini adalah ruang personal yang
menunjukkan jarak yang dipilih untuk diambil oleh seseorang dalam
berhadapan dengan orang lain.
Jarak tersebut dapat dibedakan menjadi 4 zona yakni :
1) Jarak intim mencakup perilaku yang ada pada jarak 0-18 inci (0-46 cm).
2) Jarak personal mencakup perilaku yang ada pada jarak 46 cm-1,2
meter.
3) Jarak sosial mencakup perilaku yang ada pada jarak 1,2-3,6 meter.
4) Jarak publik merupakan jarak yang cakupannya melampaui 3,7 meter.

2. Kewilayahan
Kewilayahan merupakan konsep yang penting untuk dibahas dalam
teori pelanggaran harapan. Kewilayahan adalah kepemilikian seseorang
terhadap suatu area atau benda. Ada tiga jenis wilayah, yaitu primer,
sekunder, dan publik. Wilayah primer merupakan wilayah eksklusif
seseorang dan ditandai dengan nama yang terpasang pada benda tersebut
untuk menunjukkan identitas kepemilikannya. Wilayah sekunder
merupakan hubungan seseorang dengan sebuah area atau benda.
Sedangkan, wilayah public merupakan tempat-tempat terbuka untuk semua
orang dan tidak termasuk hubungan personal di dalamnya, seperti taman,
gunung, dan pantai.

3
2.1.3. Asumsi Dasar Teori Pelanggaran Harapan

Teori pelanggaran harapan memiliki tiga asumsi dasar, yakni:


1) Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia. Sebelum
seseorang melakukan interaksi dengan orang lain, seseorang memiliki
harapan interaksional yang mencakup keahlian dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh komunikator sebelum ia memasuki sebuah percakapan.
2) Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari. Perilaku manusia dipel
ajari dari budaya perilaku dan dari individu yang menganut perilaku
tersebut.
3) Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal. Ketika seseorang
berhadapan dengan orang lain, sebenarnya seseorang mampu untuk
membuat prediksi perilaku non-verbal yang muncul dari orang tersebut.

2.1.4. Contoh Kasus Teori Pelanggaran Harapan


1.) Ketika seorang ibu menasihati anaknya, lalu ibu tersebut tidak merasa
puas dengan reaksi dari anaknya meskipun anaknya mengatakan “iya”
dikarenakan raut wajah, eye gaze anak tersebut menunjukkan hal lain
(seperti ketidaksetujuan atau kekesalan)
2.) Seorang guru meninggikan nada bicaranya kepada murid-muridnya
untuk diam karena kelas yang terlalu berisik dengan tujuan agar terlihat
berwibawa atau agar murid menjadi tertib dan fokus. Namun tidak
semua murid mengerti dan langsung diam. Hal ini membuat guru
tersebut tidak nyaman.

4
2.2. Teori Konvergensi Simbolik (Symbolic Convergence
Theory)

Teori Konvergensi Simbolik dikenalkan oleh Ernest Bormann,


menyatakan bahwa percakapan yang memunculkan simbol /fantasi yang
ditanggapi oleh kelompok-kelompok lain, sehingga penerima dan pemberi
pesan satu sama lain mengerti maksud pesan yang disampaikan. Bormann
menyatakan Teori ini adalah teori umum (General Theory) yang mengupas
fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok
hingga berimplikasi padahadirnya makna, motif, dan perasaan bersama.

Teori konvergensi simbolik termasuk ke dalam konteks komunikasi


interpersonal, di mana terjadi pertukaran simbol/fantasi antar individu atau
kelompok. Teori konvergensi simbolik berakar pada tradisi keilmuan
semiotika.

2.2.1. Sejarah

Teori Konvergensi Simbolik (TKS) muncul karena diilhami dari


riset Robert Bales mengenai komunikasi dari kelompok-kelompok kecil.
Namun dalam proses tersebut, Bales menemukan kecenderungan anggota-
anggota kelompok menjadi dramatis dan berbagi cerita.

Menurut Bales, (Kidd, 2004; Venus 2007) cerita-cerita tersebut


diantaranya meliputi lelucon, kisah, ritual, pengumpamaan atau permainan
kata-kata, yang ternyata memiliki fungsi penting dalam meningkatkan
kesolidan kelompok.

2.2.2. Konsep Teori Konvergensi Simbolik

Dalam teori ini, Bormann (1990) mengartikan istilah konvergensi


(convergence) sebagai suatu cara dimana dunia simbolik pribadi dari dua
atau lebih individu saling bertemu, saling mendekati satu sama lain,
kemudian saling berhimpitan (the way in which the private symbolic worlds

5
of two or more people begin come together or overlap). Sedangkan istilah
simbolik (symbolic) itu sendiri terkait dengan kecenderungan manusia
untuk memberikan penafsiran dan menanamkan makna kepada berbagai
lambing, tanda, kejadian yang tengah dialami, atau bahkan tindakan yang
dilakukan manusia (Bormann, 1986).

Teori konvergensi simbolik memiliki konsep tema fantasi (fantasy


theme). Di mana tema fantasi ini merupakan sebuah metode agar teori
tersebut berjalan. Metode ini disebut juga Fantasy Theme Analysis.

1.) Fantasy Theme / Tema fantasi; Bormann mendefinisikan tema


fantasi sebagai isi pesan yang didramatisasi sehingga memicu
rantai fantasi (the content of the dramatizing message that sparks
the fantasy chain). Dramatisasi tidak terjadi dalam konteks tugas
atau pekerjaan yang tengah dihadapi. Dramatisasi pesan juga
tidak terjadi pada peristiwa yang berorientasi pada “saat ini” dan
“di sini”.
2.) Fantasy Chain / Rantai Fantasi; ketika pesan yang didramatisasi
berhasil mendaat tanggapan dari partisipan komunikasi, hingga
meningkatkan intensitas dan kegairahan partisipan dalam
berbagi fantasi. Bormann (1990) sendiri menggambarkan rantai
fantasi sebagai “…a series of ideas that member link together
like a play”. Rantai fantasi membawa partisipan ke dalam dunia
konvergensi simbolik, menciptakan landasan pengertian
bersama sehingga membuat kelompok mampi mencapai
komunikasi yang empatik.
3.) Fantasy Type / Tipe Fantasi; merupakan tema-tema fantasi yang
berulang dan dibicarakan pada situasi yang lain, dengan karakter
yang lain, dan latar yang lain.
4.) Retorical Visious / Visi Retoris; tema-tema fantasi telah
berkembang, melebar, keluar dari kelompok yan
mengembangkan fantasi tersebut pada awalnya.

6
2.2.3. Asumsi Dasar Teori Konvergensi Simbolik
Terdapat asumsi pokok yang menjadi dasar Teori Konvergensi
Simbolik.
1.) Realitas dipengaruhi komunikasi; komunikasi menciptakan
realitas melalui pengaitan antara kata-kata yang digunakan
dengan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.
2.) Makna individual terhadap simbol dapat mengalami konvergensi
(penyatuan), sehingga menjadi realitas bersama.

Terdapat juga asumsi epistemologis (Bormann : 1986)

1.) Makna, emosi dan motif bertindak ada pada isi pesan yang
ternyatakan dengan jelas.
2.) Realitas diciptakan secara simbolik.
3.) Rantai fantasi menciptakan konvergensi simbolik dalam bentuk
dramatisik
4.) Analisa tema fantasi dapat terjadi dalam berbgai wacana yang
dikembangkan
5.) Terdapat tiga visi analog master; righ-teous, social dan
pragmatic

2.2.4. Contoh Kasus Teori Konvergensi Simbolik

1.) Ketika suatu kelompok yang berisi perempuan-perempuan muda


yang senang dengan berbelanja barang-barang mahal,
mengobrol tentang barang yang mereka inginkan, lalu ada
kelompok yang memperhatikan kegiatan mereka, kelompok itu
menyebut kelompok yang berisi sekumpulan perempuan itu

7
sebagai orang-orang hedonis. Pada akhirnya sebutan tersebut
menyebar luas sehingga kelompok lain menyebutnya sama.

8
BAB III

PENUTUP

3. S
3.1. Kesimpulan
Teori pelanggaran harapan merupakan teori yang menggambarkan bahwa
seseorang memiliki harapan terhadap jarak perilaku non-verbal orang lain yang
dapat memberikan kenyamanan kepadanya. Termasuk ke dalam konteks
komunikasi interpersonal yang memiliki konsep ruang personal.
Teori konvergensi simbolik merupakan teori yang menggambarkan
percakapan menghasilkan simbol/fantasi yang ditanggapi oleh kelompok lain
sehingga pesan tersampaikan. Konvergensi simbolik menyebabkan kesadaran
suatu kelompok akan suatu makna, motif, dan perasaan bersama. Teori
konvergensi simbolik memiliki konsep tema fantasi. Merupakan gerenal theory.

9
DAFTAR PUSTAKA

Turner, R. W. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.


Jakarta: PT. Salemba Humanika.

https://pakarkomunikasi-com.cdn.ampproject.org/v/s/pakarkomunikasi.com/teori-
pelanggaran-harapan/

https://pakarkomunikasi-
com.cdn.ampproject.org/v/s/pakarkomunikasi.com/teori-pelanggaran-
harapan/

https://www.neliti.com/publications/28538/teori-konvergensi-simbolik

https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/teori-pelanggaran-harapan/amp

10
11

Anda mungkin juga menyukai