Anda di halaman 1dari 13

BAB 11

TEORI PELANGGARAN-PELANGGARAN

HARAPAN DAN TEORI ADAPTASI INTERAKSI

Dari Pengharapan-pengharapan ke Adaptasi

Teori ini ditulis oleh Cindy H. White sebagai salah satu bab dari teori komunikasi antarpribadi yang
terpusat pada wacana/interaksi. Judul asli tulisan ini, Expectancy Violations Theory And Interaction
Adaptation Theory dengan subjudul, From Expectations to Adaptation, Teori ini telah dibahas sebelumnya
pada buku Teori Komunikasi Anfarpribadi (Budyatna & Ganiem, 2011) walaupun tidak selengkap seperti
tulisan berikut ini.

Menurut Cindy H. White, perhatiannya yang pertama dalam Teori Pelanggaran-pelanggaran


Harapan atau Expectancy Violations Theory disingkat EVT dipicu oleh pertanyaan berikut: Apabila hal-
hal yang udak terduga terjadi, apa yang menentukan jika kita melihat peristiwa itu sebagai yang
mengejutkan atau yang mengecewakan? Menurut saya (Cindy H. White) bahwa perbedaan penting ialah
bagaimana peristiwa itu dihubungkan kepada apa yang kita harapkan, yang memengaruhi bagaimana kita
menginterpretasikan peristiwa itu. Misalnya, suatu waktu saya mempunyai seorang teman kerja yang saya
pikir sebagai ang yang tidak ramah dan sikapnya dingin; ia lebih tua dari saya dan Paknya kami memiliki
sedikit persamaan. Sebagai akibatnya, saya tidak banyak berbicara dengannya dan hanya mengetahui
sedikit tentangnya. Suatu hari setelah makan malam di kantor yang kami berdua juga Hadir, ia
membawakan saya sekotak nasi goreng di mana saya pernah memakan sebelumnya di tempat lain dan saya
sangat menikmati. tindakan-tindakannya jelas melanggar pengharapan-pengharapan aya. Setelah kejadian
ini, saya melihat perilakunya yang tidak ramah menjadi berbeda, dan saya mulai tertarik secara berbeda,
pula daripada sebelumnya.

Suatu perspektif teoretis yang membantu menjelaskan na kita menginterpretasi dan bereaksi kepada
bentuk-ben semacam ini ialah EVT. Meskipun mengikuti norma-norm suai dengan harapan-harapan sering
kali kelihatannya sepertid terbaik untuk melakukan interaksi sosial bekerja secara lang awal Judee Burgoon
pada teori mengemukakan terdapat kead keadaan di mana pelanggaran norma-norma adalah menguni
(Burgoon, 1978; Burgoon, Stacks, & Woodall, 1979). Khususnya pengujian-pengujian awal teori
menyelidiki bagaimana pelanggaran-pelanggaran ruang pribadi diinterpretasikan dalam percakapan dan
dianggap bagaimana karakteristik-karakteristik komunikator yang terlibat dalam sebuah pelanggaran
memengaruhi interpretasi-interpretasi itu. Sejak permulaannya, EVT telah diperluas dan dimodifikasi untuk
menghadapi lingkup perilaku yang lebih luas, untuk menyatakan pengaruh-pengaruh yang menentukan
apakah sebuah pelanggaran akan dilihat sebagai positif atau negatif, dan untuk menjelaskan respons-
respons interaksi terhadap pelanggaran-pelanggaran harapan. Sesungguhnya, perluasan-perluasan yang
paling akhir mengenai banyak gagasan-gagasan dari EVT ditemukan dalam Interaksi atau Interaction
Adaptation Theory disingkat IAT, sebuah kerangka konseptual yang membantu menjelaskan dan
memprediksi bagaimana mengelola komunikasi untuk mengoordinasikan perilaku interaksi dan bagaimana
bentuk-bentuk adaptasi sebagai dasar bagi hubungan-hubungan yang efektif (Burgoon, Stern, & Dillman,
1995).

Tujuan dan Asumsi-asumsi Metateoretis

EVT adalah sebuah teori post-positivistic yang mencoba menerangkan dan memprediksi
bagaimana para komunikator menilai perilaku yang menyimpang dari harapan dan bagaimana mereka
merespons secara komunikatif pelanggaran-pelanggaran semacam itu itu sangat memfokuskan pada aspek-
aspek nonverbal tentang interaksi tetapi telah digunakan untuk menganalisis sejumlah perila konteks
komunikasi. Misalnya, EVT telah digunakan untuk menguji bagaimana para individu memersepsikan satu
sama lain dalam lingkungan-lingkungan labotatorium (Burgoon et al., 1979) dan menentukan jika yang
melanggar harapan-harapan pemilik toko munking diperlakukan lebih baik daripada para langganan yang
tidak melanggar harapan-harapan (Burgoon & Aho, 1982). IAT adaentasinya tetapi lebih langsung
menunjukkan relaku kepada perilaku yang tak diduga-duga.

Ciri-ciri Utama Teori-teori

TEORI PELANGGARAN-PELANGGARAN HARAPAN

Harapan-harapan Penting sekali bagi EVT ialah gagasan tentang harapan-harapan interaksi.
"Harapan dalam pengertian komunikasi merupakan sebuah pola permanen tentang perilaku yang
diharapkan" (Burgoon, 1993). EVT mengemukakan bahwa harapan-harapan kita dipengaruhi oleh tiga
faktor penting: komunikator, hubungan, dan konteks di mana interaksi terjadi. Karakteristik-karakteristik
komunikator meliputi ciri-ciri penting tentang pasangan interaksi, seperti gender, umur, kepribadian, dan
gaya komunikasi. Faktor-faktor hubungan meliputi hal-hal seperti tingkat keakraban antara
pasanganwangan atau persamaan status antara pasangan-pasangan interaksi.

unsur-unsur kontekstual meliputi aspek-aspek mengenai lingkungan yang mungkin menetapkan


bagaimana para individu harus berkomunikasi dalam situasi tertentu, seperti formalitas mengenai
lingkungan atau sifat mengenai tugas. Berpikir kembali mengenai situasi yang sayagambarkan pada
permulaan bab ini, adalah mu bagaimana umur dan gender teman kerja saya, kurangnya (kami telah lama
tidak bekerja sama), dan lingkung memengaruhi harapan-harapan saya untuk interaksi.
Harapan-harapan dapat dihubungkan kepada perila yang sesuai bagi situasi atau kelompok tertentu,
atau dan minkan apa yang kita ketahui sebagai perilaku khusus vidu khusus. Burgoon (1993)
memperhatikan bahwa harap dapat mengacu kepada apa yang kita antisipasi akan teri an-harapan yang
diprediksi) atau apa yang diinginkan ata (harapan-harapan preskriptif). Dalam banyak keadaan, dua
harapan-harapan ini disamakan, tetapi keduanya tidak selalu sino Misalnya, dalam situasi dengan teman
kerja saya, harapan prediksi saya (berdasarkan persepsi saya) bahwa ia tidak ramah dan mungkin tidak akan
mudah bekerja sama dengannya, tetapi harapan pasti saya bahwa teman kerja itu seharusnya hangat dan
mudah bekerja sama dengannya. Burgoon dan Ebesu Hubbard (2005) berpendapat bahwa EVT
"beranggapan bahwa harapan-harapan ... memerlukan kedua komponen prediktif dan preskriptif" Dengan
menyatukan atau menggabungkan kedua bentuk prediksi, teori memberikan sebuah celah un tuk
mempertimbangkan bagaimana pelanggaran-pelanggaran menge. nai harapan-harapan diinterpretasikan.

Valensi pelanggaran EVT mengemukakan bahwa apabila seseorang melanggar harapan-harapan


kita, kita dipaksa untuk mengerti apa yang sedang terjadi, dan dengan demikian kita menggeser perhatian
kita sedikit untuk mencoba memahami arti perilakunya. Idi dalam teori, proses ini dijelaskan dengan cara
sebagai berikut. Ap pelanggaran harapan terjadi, guncangan memuncak. Guncanganya memuncak memulai
penilaian-penilaian kognitif dihubungkan ata) makna tentang pelanggaran dan (b) evaluasi tentang nilai
positif atau negatif mengenai pelanggaran (valensi pelanggaran). Ver teori mengemukakan bahwa
pelanggaran-pelanggara guncangan psikologis, tetapi karya kemudian telah mer! bahwa proses itu tidak
perlu melibatkan bentuk peng nya, guncangan digambarkan sebagai orientasi jawaban yang meliputi
“mengarahkan suatu perhatian jauh dari topik yang ada dan terhadap pelanggar dan pelanggaran" (Burgoon,
1993).

Evaluasi kita buat mengenai pelanggaran digambarkan dalam EVT sebagai valensi pelanggaran
dan mengacu kepada sesuatu yang positif atau negatif tentang makna kita berikan untuk pelanggaran.
Beberapa perilaku interaksi mempunyai makna sosial yang penting, dan begitu juga valensinya, dalam
konteks tertentu atau hubungan, secara relatif jelas. Misalnya, makna negatif tentang gerak isyarat cabul
biasanya tidak dalam keraguan dan akan dianggap pelanggaran negatif. Lagi pula, kebanyakan pasangan
dalam hubungan romantis akan mengerti rangkulan mesra yang tak diduga pada saat pulang ke rumah
sebagai pelanggaran positif. EVT memprediksi bahwa sebuah pelanggaran yang mempunyai valensi positif
akan secara khusus mengarah kepada hasil interaksi yang lebih baik daripada bukan pelanggaran. Sebuah
pelanggaran yang mempunyai valensi negatif akan secara khusus mengarah kepada hasil-hasil interaksi
yang lebih buruk dari pada sekadar memenuhi harapan-harapan. Valensi pelanggaran menentukan apakah
hal ini akan lebih baik untuk melakukan apa yang diharapkan atau menyimpang dari norma. Namun
demikian, bebe rapa perilaku interaksi, seperti menggunakan jarak dalam percakapan, mungkin lebih
ambigu dalam makna. Apabila ini masalahnya, EVT mengemukakan bahwa nilai imbalan mengenai
seseorang yang melanggar harapan-harapan merupakan faktor penting dalam menentukan valensi
pelanggaran.

Nilai imbalan komunikator. Orang memiliki karakteristik-karakteristik yang memengaruhi tingkat


di mana kita merasakan berinteraksi dengan mereka bermanfaat. Para individu yang secara fisik menarik,
sangat kuat, atau sangat kompeten secara khusus dilihat sebagai lebih menguntungkan daripada mereka
tidak memiliki atau sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik semacam itu. EVT
mengemukakan bahwa penilaian-penilaian atribut-atribut positif atau negatif ini mengurangi intensitas
evaluasi-evaluasi kita tentang pelanggaran, khususnya apabila makna sebuah pelanggaran terbuka un tuk
diinterpretasi. Apabila komunikator yang ramah atau menyenangkan berinteraksi secara lebih dekat
daripada jarak yang diharapkan, misalnya, kemungkinan besar kita mengevaluasi pelanggaran itu cara
positif, tetapi apabila jarak yang sama digunakan oleh komu tor yang tidak menyenangkan, kemungkinan
besar kita mengengevaluasi pelanggaran itu secara negatif.

Perluasan EVT kepada pola-pola interaksi. Banyak prediksi dari EVT berhubungan dengan
evaluasi-evaluasi tentang sebuah interaksi pasangan atau hasil. Namun demikian, EVT juga telah mencoba
menu ajukan pertanyaan berikut: Apabila seseorang melanggar harapan-hal rapan kita, bagaimana kita
merespons mereka dalam interaksi? Penelitian-penelitian yang telah menggunakan EVT untuk
memprediksi perilaku dalam interaksi telah menghasilkan hasil-hasil campuran (Burgoon & Hale, 1988).
Misalnya, Floyd dan Voloudakis (1999) menyelidiki pelanggaran-pelanggaran harapan oleh para sahabat
selama percakapan-percakapan di dalam laboratorium. Berdasarkan EVT, mereka memprediksi bahwa
keterlibatan yang berkurang dan hal yang menyenangkan merupakan pelanggaran-pelanggaran yang negatif
karena para sahabat diharapkan paling tidak secara moderat terlibat dan menyenangkan terhadap satu sama
lain. Mereka (Floyd dan Voloudakis) membuat hipotesis bahwa para sahabat akan mengkompensasi kan
keterlibatan pasangan yang berkurang dengan menambah keterli batan mereka sendiri dalam sebuah usaha
memilih sahabat sebagai dukungan pada tingkat-tingkat yang lebih menyenangkan. Namun demikian,
mereka menemukan bahwa keakraban yang berkurang biasanya bersifat timbal balik. Meskipun EVT telah
berhasil dalam menjadikan lebih luas pemahaman kita mengenai dampak harapanharapan pada persepsi
tentang interaksi, pemahaman kita telah dibatasi dalam kemampuannya untuk memprediksi adaptasi
perilaku yang terjadi dalam interaksi. Sebagai jawaban kepada keterbatasan ini, Burgoon, Stern, dan
Dillman (1995) mengembangkan IAT, sebuah kerangka yang membangun pada banyak prinsip tentang
EVT tetapi lebih memfokuskan sepenuhnya pada respons-respons perilaku dalam interaksi.

TEORI ADAPTASI INTERAKSI


Teori Adaptasi Interaksi atau Interaction

singkat IAT memulai dari asumsi bahwa adaptasi dalam interaksi membentuk dasar mengenai
hubungan kita dengan orang lain dan bahwa adaptasi bersifat komunikatif, mengisyaratkan para interektan
dan para pengamat tentang sifat hubungan antara para komunikator. Adaptasi mengacu kepada pola-pola
perilaku yang nonacak yang terjadi dalam merespons kepada perilaku interaksi orang lain (Burgoon et al,
1995). Pola-pola ini sering kali digambarkan dalam arti apakah respons itu mencerminkan perilaku yang
sesuai atau yang timbal balik dari pasangan (dinamakan timbal balik) atau apakah respons meliputi perilaku
yang tampil untuk mengimbangi atau mengkompensasi bagi perilaku pasangan (dinamakan kompensasi).
Misalnya, saya baru-ba. ru ini berbicara dengan seorang sahabat yang begitu gembira tentang diterima
lamaran kerjanya. Karena begitu gembiranya, bicaranya cepat dan mengasyikkan. Saya segera menjadi
ketularan dengan kegembi. raannya dengan membalas cara bicaranya yang cepat dan dengan suara yang
mengasyikkan. Namun demikian, ketika kami telah bicara sebelumnya tentang tawaran pekerjaan yang
gagal, saya telah mencoba mengimbangi perilakunya dengan tetap optimis secara nonverbal dan berbicara
tentang harapan-harapan masa depan. Saya mencoba mengimbangi kekecewaannya (meskipun saya tidak
tahu seberapa berhasilnya saya pada waktu itu). IAT mengemukakan bahwa kita dipengaruhi untuk
beradaptasi kepada orang lain dalam interaksi karena adaptasi membantu untuk memenuhi kebutuhan
kelangsungan hidup dengan menyamakan diri kita dengan orang lain. Namun demikian, IAT juga
mengemukakan bahwa faktor-faktor sosial (seperti status) juga pilihan pribadi memengaruhi apakah kita
membalas atau mengkompensasi dalam interaksi. IAT memulai dengan mengidentifikasi besarnya faktor-
faktor yang memengaruhi apa yang kita butuhkan, harapkan, inginkan dari komunikator lainnya dalam
situasi tertentu.

Syarat-syarat, harapan-harapan, dan keinginan-keinginan. Faktorfaktor yang memengaruhi


interaksi awal kita di dalam suatu situasi mengacu kepada syarat-syarat, harapan-harapan, dan keinginan-
keinginan atau requirements, expectations, and desires disingkat RED yang individu miliki sebagaimana
individu itu memulai berinteraksi. TAT mewujudkan gagasan itu bahwa beberapa aspek interaksi didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan dasar biologis dihubung penghindaran pendekatan. Kebutuhan-kebutuhan ini
dan mempengaruhi tindakan-tindakan kita secara fundamental dan dengan cara yang secara relatif tidak
sadar dan dihubungkan sebagai syarat (R). Harapan-harapan kita (E) untuk sebuah situasi mencerminkan
faktor-faktor sosial seperti norma-norma sosid situasional, termasuk juga pengetahuan yang mungkin kita
mengenai perilaku orang lain berdasarkan interaksi-interaksi lumnya. Keinginan-keinginan (D) adalah
sangat pribadi dan me minkan hal-hal seperti kepribadian seseorang dan perbedaan bedaan individual. IAT
melihat bahwa R, E, dan D saling tergantu dan sering kali tidak dapat sepenuhnya dibedakan. Awalnya,
Burgoon dan para koleganya (1995) mengemukakan bahwa syarat-syara harapan-harapan, dan keinginan-
keinginan disusun secara hierarkis sehingga syarat-syarat menggantikan harapan-harapan dalam
menentukan adaptasi dan harapan-harapan menggantikan keinginan-ke. inginan. Namun demikian,
penelitian oleh Floyd dan Burgoon (1999) mengemukakan bahwa keinginan-keinginan dapat memainkan
peran penting dalam pola-pola interaksi, sehingga pentingnya secara relatif dari masing-masing faktor RED
dapat berbeda tergantung pada situasi.

Posisi interaksi dan perilaku nyata. Faktor-faktor gabungan mengenai syarat, harapan, dan
keinginan mencerminkan apa yang di hubungkan sebagai sebuah posisi interaksi individual atau interaction
position disingkat IP. "IP menggambarkan sebuah penilaian akhir mengenai apa yang dibutuhkan,
diharapkan, dan disukai sebagai pola interaksi diadik dalam suatu situasi" (Burgoon et al., 1995). IP bagi
individu tertentu membantu memprediksi bagaimana individu akan menginterpretasikan situasi interaksi
khusus dan apa yang individu pada awalnya mungkin lakukan dalam interaksi. IP secara konseptual
bermanfaat karena dapat dibedakan atau dibandingkan dengan perila. ku nyata diperlihatkan oleh pasangan
interaksi untuk membantu kita memprediksi respons-respons dalam interaksi dan dengan demikian
mencontoh perilaku.

Perilaku yang diperankan oleh pasangan dihubungkan dalam IAT sebagai perilaku nyata. Prediksi-
prediksi IAT fokus pada bagaimana Individu merespons kepada perilaku nyata dari orang lain. Teori fua
prediksi dasar tentang respons-respons perilaku, dari menguji hubungan antara posisi interaksi dan
peri"Lika IP divalensikan secara lebih positif daripada perilaku pola antarpribadi yang diharapkan
merupakan divergen, kompensasi, atau pemeliharaan ... Sebaliknya, jika perilaku nyata meperilaku yang
divalensikan secara lebih positif, maka pola antarpriibadi yang diharapkan merupakan konvergen, sesuai,
dan reiprok" (Burgoon & Ebesu Hubbard, 2005).

Individu merespons kepada perilaku nyata dari orang lain. Teori fua prediksi dasar tentang respons-
respons perilaku, dari menguji hubungan antara posisi interaksi dan peri"Lika IP divalensikan secara lebih
positif daripada perilaku pola antarpribadi yang diharapkan merupakan divergen, kompensasi, atau
pemeliharaan ... Sebaliknya, jika perilaku nyata meperilaku yang divalensikan secara lebih positif, maka
pola antarpriibadi yang diharapkan merupakan konvergen, sesuai, dan reiprok" (Burgoon & Ebesu
Hubbard, 2005). Sebuah contoh agaknya diperlukan di sini: Saya akan mengambil pengalaman saya sendiri.
Sebagai seorang pengajar, adakalanya saya melakukan pembicaraan dengan para mahasiswa tentang
prestasi buruk pada ujian-ujian. Bagaimana saya rasakan mengenai setiap in teraksi dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, seperti kebutuhan saya akan afiliasi, atau kerja sama pada hari itu (R). Saya juga memiliki
beberapa harapan yang sama tentang bagaimana para mahasiswa harus merespons kepada umpan balik nilai
juga sebagai harapan-harapan tentang para mahasiswa tertentu pada tindakan-tindakan mereka sebelumnya
di kelas atau pelajaran saya (E). Sebagai tambahan, saya mempunyai keinginan yang sama untuk interaksi
semacam itu, sebagai sebuah pilihan bagi orang-orang yang berterus terang dan mereka yang mau
bertanggung jawab untuk tindakan-tindakan mereka (D). Seorang mahasiswi secara khusus tersirat di
pikiran. Kontribusinya untuk kelas menjadikan saya percaya bahwa ia seorang mahasiswa yang serius
mampu melakukan perkerjaan yang sangat baik, maka saya menjadi prihatin bahwa ia terlihat bingung
ketika datang ke kantor saya setelah mengerjakan ujian yang kurang baik. IP saya memprediksikan bahwa
perilakunya secara emosional terbebani dan agak negatif; sebelum ia tiba, saya merasa diri saya
bersemangat untuk sebuah interaksi di mana Saya berharap dapat membantunya untuk melupakan
kebingungannya tentang ujian. Namun demikian, ketika ia datang ke kantor saya, ia dengan segera
menjelaskan bahwa ia sangat sibuk mendekati ujian untuk kelas atau pelajaran kami dan telah tidak belajar
seperti biasanya untuk ujian. Ketika kami meninjau lagi ujiannya, ia gembira dan optimis, sudah dapat
mengidentifikasi bagaimana ia dapat meningkatkan pemahamannya tentang materi ujian. Setelah kami
akhirin ia mengatakan kepada saya bahwa ia yakin akan melakukan pada ujian berikutnya (dan benar-benar
ia lakukan). Men perilaku nyatanya secara jelas tervalensikan secara lebih pa pada IP saya. Sebagai
akibatnya, dengan mudah saya membal suaranya yang positif dan terlibat dalam gaya interaksinya.

Konseptualisasi komunikasi di dalam teori

Sebuah aspek penting mengenai EVT iadalah perhatiannya kepada interpretasi perilaku dalam
interaksi. perilaku-perilaku lainnya tergantung pada konteks perilaku yang mana yang diperlihatkan dan
hubungan antara pasangan-pasangan. Jadi, komunikasi diasumsikan meliputi interpretasi tertentu mengenai
tindakan-tindakan orang lain. Sejak permulaan, EVT fokus pada penilaian kognitif dan imbalan
komunikasi, sehingga komunikasi diposisikan dalam penilaian individu tentang situasi. Belakangan karya
EVT telah memikirkan respons-resons komunikasi terhadap pelanggaran-pelanggaran harapan. IAT
merupakan teori interaksi yang menjelaskan bagaimana respons para komunikator terhadap satu sama lain
dan menganggap pada suatu tingkat bahwa interaksi bersifat adaptif dan dibangun bersama. Sing katnya,
sementara IAT menerapkan aspek-aspek kognitif komunikasi (dalam RED), interaksi sangat penting bagi
teori, dan tujuan teori untuk memprediksi bagaimana para komunikator akan merespons terhadap satu sama
lain dalam interaksi. Burgoon dan para kolega (1995) menggambarkan EVT dan IAT sebagai teori-teori
yang dikonseptualisasikan untuk menjelaskan perilaku yang komunikatif sifatnya, yang berarti keduanya
itu memiliki sifat "berhati-hati, penuh perhitungan, dan simbolik" sebagai kebalikan kepada teori-teori yang
memfokus. kan kepada perilaku-perilaku yang wajar atau biasa dalam interaksi.

Penggunaan-penggunaan Teori-teori

Karena harapan-harapan memengaruhi pengalaman kita mengena semua interaksi yang


sebenarnya, EVT dan IAT telah diterapkan kepada sejumlah konteks komunikasi antarpribadi yang
berbeda. Tiga nonteks penting untuk penggunaan bagi teori-teori ialah (a) studi mengenai perilaku noverbal
selama percakapan; (b) harapan-harapan pola-pola interaksi dalam hubungan-hubungan akrab; dan (c)
pengaruh harapan-harapan atau adaptasi pada penemuan kebohongan. Mungkin penggunaan yang paling
berkembang tentang teori ialah studi mengenai perilaku-perilaku noverbal seperti jarak pembicaraan,
kesiapan atau kesegeraan, dan keterlibatan percakapan atau pembicaraan. Satu alasan perilaku nonverbal
telah menarik perhatian ialah bahwa para peneliti ingin memahami secara lebih baik bagaimana kita dapat
mengerti isyarat-isyarat nonverbal. Misalnya, acara televisi Seinfeld melibatkan episode yang lucu pada
"pembicara dekat" atau close talker yang gaya interaksinya menjadikan setiap orang merasa tidak nyaman.
Tetapi, bagaimana menentukan jika kita melihat berdekatannya orang lain sebagai yang mengganggu ruang
pribadi kita atau agaknya sebagai isyarat perhatian atau keterlibatan dalam percakapan?

Burgoon dan para kolega (1979) menguji dampak pelanggaran jarak percakapan di laboratorium.
Para pasangan memakai jarak jarak percakapan yang memenuhi harapan-harapan atau lebih dekat atau lebih
jauh daripada apa yang telah diharapkan, da lam situasi tertentu. Biasanya, penelitian-penelitian ini
membuktikan bahwa para komunikator yang berimbalan tinggi dipersepsikan paling positif oleh pasangan-
pasangan interaksi mereka apabila mereka melanggar harapan-harapan (dengan menjadi lebih dekat atau
lebih jauh dari pasangan daripada menurut normanya) daripada apabila mereka memenuhi harapan-
harapan. Para komunikator yang berimbalan rendah dipersepsikan paling positif apabila harapan-harapan
mereka terpenuhi. Temuan-temuan ini memberi kesan bahwa nilai imbalan komunikator memainkan
peranan penting dalam menilai pelanggaran-pelanggaran. Pindah dari laboratorium, Burgoon dan Aho
(1982) melaksanakan tiga eksperimen lapangan yang menyelidiki bagaimana pedagang merespons
pelanggaran jarak percakapan oleh para pasang. an yang berlaga sebagai pelanggan, dan yang nilai
imbalannya dimanipulasi dengan mengubah pakaian, dan menyatakan tujuan pembelian (pembelian skala
besar atau kecil). Mereka menemukan bahwa pelanggaran meningkatkan kesadaran perilaku dan nilai
imbalan dari pasangan memengaruhi reaksi pedagang terhadap pelanggaran. Namun demikian, temuan-
temuannya bersifat kompleks, dan memberikan kesan bahwa sejumlah faktor (seperti gender dan norma-
norma perilaku) memegaruhi respons-respons terhadap pelanggaran-pelanggaran. Penting untuk
diperhatikan bahwa ujian-ujian awal dengan memfokuskan pada jarak percakapan, menciptakan sebuah
situasi di mana makna pelanggaran bersifat ambigu, terutama dalam interaksi-interaksi dengan orang tak
dikenal atau asing. Jarak percakapan dengan sendirinya mungkin sulit untuk menafsirkan, jadi terutama
sekali mungkin menyetujui kepada pengaruh nilai imbalan komunikator.

Menjawab ini, Burgoon dan Hale (1988) menyelidiki dampak kesiapan perilaku-sejumlah isyarat
nonverbal yang meliputi jarak, bersandar dan orientasi tubuh, kontak mata, dan keterbukaan postur atau
sikap berterus terang-pada interaksi antara para sahabat atau orang-orang tak dikenal/asing. Burgoon dan
Hale berpikir bahwa karena tingkat-tingkat moderat kesiapan merupakan norma untuk interaksi di dalam
laboratorium, kesiapan tinggi dan rendah akan dilihat sebagai pelanggaran-pelanggaran harapan. Sebagai
tambahan, mereka menduga bahwa apakah pasangan interaksi adalah sahabat atau orang asing memberikan
sebuah cara yang wajar untuk menggunakan nilai imbalan komunikator. Berdasarkan EVT, mereka
memprediksikan bahwa kesiapan yang berkurang akan dilihat sebagai pelanggaran negatif bagi sahabat dan
orang asing dan akan mengarah kepada hasil interaksi yang kurang positif daripada menyesuaikan kepada
harapan-harapan. Kesiapan yang bertambah diprediksikan kepada fungsi sebagai sebuah pelanggaran
positif terhadap para sahabat karena kesiapan diperlukan dalam persahabatan tetapi sebagai sebuah
pelanggaran negatif terhadap orang asing karena kesiapan yang tinggi akan membingungkan dan tidak
menyenangkan. Prediksi-prediksi mereka terhadap kesiapan yang berkurang, didukung, tetapi mereka
menemukan bahwa kesiapan yang bertambah secara khusus dilihat sebagai sebuah pelanggaran positif yang
mengarah kepada hasil yang lebih positif daripada memenuhi harapan-harapan bagi para sahabat dan orang-
orang asing. Penelitian mereka mengemukakan bahwa sebagai kumpulan isyarat-isyarat nonverbal, dibuat,
makna perilaku menjadi lebih jelas dan valensi pelanggaran tidak dengan mudah dijadikan moderat oleh
nilai imbalan komunikator.

Meskipun penelitian awal EVT fokus pada evaluasi-evaluasi perilaku, karya yang belakangan
menyoroti fakta bahwa harapan (dan pelanggaran-pelanggaran harapan) memengaruhi apa individu-
individu sebetulnya "lakukan selama interaksi dengan sangan. Untuk menilai ini, Burgoon, LePoire, dan
Rosenthal (1991 menyelidiki bagaimana harapan-harapan dan perilaku nyata men ngaruhi evaluasi-evaluasi
dan respons-respons perilaku dalam interak. si. Dalam sebuah eksperimen, mereka memengaruhi harapan-
harapan prainteraksi, membuat para partisipan berharap pada tingkat-ting. kat tertentu untuk keterlibatan
percakapan dari pasangan interaksi Mereka menemukan bahwa harapan-harapan memengaruhi evaluaSi-
evaluasi pasangan dan respons-respons perilaku dalam interaksi. tetapi juga menemukan bahwa faktor
penting tentang bagaimana para partisipan berkomunikasi selama percakapan merupakan perilaku
pasangan. Misalnya, individu-individu memengaruhi untuk berharap keterlibatan tinggi dari pasangan
mereka tetapi siapa kemudian ber interaksi dengan pasangan yang memperlihatkan keterlibatan rendah
cenderung membalas keterlibatan rendah itu dalam interaksi. Namun demikian, individu-individu ini
menilai pasangan-pasangan mere ka sebagai lebih terlibat daripada individu-individu yang mengalami
keterlibatan serupa tetapi telah tidak dipengaruhi untuk berharap keterlibatan yang tinggi. Jadi, harapan-
harapan memengaruhi persep si-persepsi perilaku pasangan, tetapi perilaku komunikasi selama in teraksi
memainkan peranan penting dalam menentukan bagaimana individu-individu bereaksi terhadap
pelanggaran-pelanggaran selama percakapan. Pengujian tambahan tentang IAT lebih lanjut mendukung
kesimpulan ini-baik persoalan harapan-harapan maupun perilaku interaksi (Floyd & Burgoon 1999;
LePoire & Yoshimura, 1999).
Konteks kedua tentang penggunaan bagi EVT dan IAT telah merupakan studi tentang harapan-harapan dan
pola interaksi dalam hubungan akrab. Dalam hubungan-hubungan yang sedang berlangsung, harapan-
harapan memainkan peranan penti menciptakan pengertian mengenai perspektif bersama dan hul antara
pasangan pasangan. Satu hal yang membuat hubungan an akrab ialah bahwa kita dapat mengandalkan pada
pasangan-pasangan kita untuk menunjukkan perhatian dan kesiapan dalam interaksi dengan kita. Tetapi
hal ini juga mungkin bagi pasangan pasangan in akrab untuk mengembangkan harapan harapan negatif
teerhadap satu sama lain, dan harapan harapan negatif itu memainkan peranan penting dalam menghasilkan
ketidakpuasan hubungan. Peng EVT untuk hubungan hubungan romantis telah juga penting, na
sebagaimana Guerrero, Jones, dan Burgoon (2000) menjelaskan, memahami pola-pola perilaku dalam
hubungan hubungan dapat emberikan "wawasan ke dalam spiral tentang perilaku positif dan atif yang dapat
meningkatkan atau merusak hubungan hubungan

Dalam sebuah tes awal EVT dalam hubungan hubungan, Kel. ley dan Burgoon (1991) menanyakan
pasangan pasangan nikah untuk melaporkan mengenai harapan harapan bagi keakraban dalam hubungan,
dan kemudian dinilai apakah harapan harapan itu telah terpenuhi, terlampaui (pelanggaran positif) atau
tidak terpenuhi (pe. langgaran negatif), Tingkat-tingkat tertinggi kepuasan didapat dalam hubungan-
hubungan di mana pelanggaran positif telah terjadi dan tingkat-tingkat terendah dalam hubungan-hubungan
di mana pelang. garan negatif telah terjadi.

Guerrero dan Burgoon (1996) beranggapan bahwa gaya bercinta dapat memengaruhi bagaimana
individu-individu merespons kepada penambahan atau pengurangan secara tak terduga dalam keakraban
nonverbal dari pasangan romantis. Gaya bercinta individu mencer minkan tingkat di mana individu mencari
keakraban dari orang lain dan menginginkan validasi di dalam hubungan. Mereka menemukan sebuah pola
umum mengenai timbal balik bagi keakraban yang ber tambah. Timbal balik dan kompensasi terjadi dalam
respons kepada keakraban yang berkurang, dan ini rupanya dipengaruhi oleh gaya bercinta individu.
Individu dengan gaya bercinta yang lupa diri-suatu gaya yang menyebabkan individu-individu mencari
keakraban yang berlebihan dan validasi dari orang lain--didapati paling bersemangat membalas keakraban
yang bertambah dan mengompensasi keakraban yang berkurang, bila dibandingkan dengan gaya bercinta
lainnya Wuerrero dan Burgoon mengemukakan bahwa ini mencerminkan inginan kuat yang mengasyikkan
para pasangan akan keakraban.

Sebaliknya, individu-individu dengan gaya bercinta atau arogan-sebuah gaya yang menyebabkan
individi lihat diri mereka secara positif tetapi bersifat meremeh orang lain juga menunjukkan timbal balik
atau recipe untuk keterlibatan yang bertambah dan kompensasi untuk keterlibatan yang berkurang. Para
penulis berpendapat bahwa temi rangkali mencerminkan meremehkan harapan-harapan dividu-individu
bahwa orang lain akan suka dan menghargai Guerrero dan para kolega (2000) lebih lanjut menyelidiki
pasangan-pasangan romantis merespons perubahan-perub tak terduga dalam keakraban. Mereka
menemukan bahwa para pasangan cenderung membalas secara nonverbal keakraba, berkurang, mereka juga
menggunakan strategi-strategi perbaik bal dimaksudkan untuk menentukan mengapa berkurangnya dalam
keakraban telah terjadi.

Meskipun karya yang sedikit mengenai komunikasi relasional telah menggunakan IAT, Burgoon
dan para kolega (1995) memper hatikan bahwa hubungan hubungan pribadi sering kali menyoroti sa lah
satu dari pertanyaan-pertanyaan yang paling menarik yang IAT dapat menyebutkan: mengapa kita kadang-
kadang merespons kepada komunikasi pasangan dalam cara-cara yang tidak sesuai dengan apa yang kita
ketahui kita harus atau apa yang terbaik untuk hubungan? IAT dapat membantu menjelaskan mengapa IP
(Interaction Position atau Posisi Interaksi) menjadi solid dan bagaimana perubahan-perubahan dalam IP
atau dalam perilaku nyata dapat membantu untuk mengubah pola-pola problematik perilaku. Singkatnya,
EVT dan IAT memberikan saluran yang berguna untuk menyelidiki komunikasi dalam hubungan-
hubungan.

Penggunaan yang ketiga tentang EVT dan IAT berupa wilayah penelitian tentang kebohongan
antarpribadi. Dalam penelitian tentang kebohongan, dua isu penting telah sebagian dijelaskan melalui
penggunaan EVT dan IAT. Pertama, bagaimana individu-individu mendeteksi kebohongan dan apa peran
harapan-harapan (terutama sekali harapan-harapan tentang keadaan yang sebenarnya) mainkan dalam
kebohongan? Kedua, katakan bahwa kebohongan merupakan proses interaktif, bagaimana perilaku selama
interaksi memengaruhi apa yang para pembohong lakukan dan bagaimana persepsi pasang, an-pasangan?
Aune, Ching, dan Levine (1996) menyelidiki apakah harapan-harapan tentang pelanggaran pelanggaran
memengaruhi kesadaran mengenai kebohongan, mereka menemukan suatu dukungan bagi EVT dalam
atribusi-atribusi mengenai perilaku yang berbohong merupakan yang paling kuat untuk para komunikator
yang kurang dalam ketertarikan sosial atau fisik. Levine, Anders, Banas, Baum, Endo, Hu, dan Wong
(2000) membandingkan EVT dan tiga model lainn tentang pelanggaran pelanggaran norma untuk menilai
bagaimana pelanggaran-pelanggaran tentang harapan harapan memengaruhi atribusi atribusi tentang
keadaan yang sebenarnya. Mereka menemukan bahwa perilaku yang tidak biasa adalah mungkin sekali
daripada perilaku normatif untuk dilihat sebagai yang berbohong, dan pengaruh ini tidak dipengaruhi oleh
kenyataan bahwa beberapa ko. munikator telah diarahkan untuk mengharapkan perilaku yang tidak biasa.
Sebagai tambahan, mereka mengemukakan bahwa hasil-hasil! mereka mengindikasikan bahwa perilaku
yang tidak biasa mungkin dilihat sebagai yang berbohong. terlepas dari harapan-harapan. Na. mun
demikian, karena perilaku yang tak terduga yang diperlihatkan di dalam penelitian mereka merupakan hal
yang sangat tidak biasa (termasuk hal-hal seperti melakukan latihan merentangkan dan ha. dir untuk
memperhatikan sebuah serangga yang tak terlihat terbang mengelilingi sebuah ruangan), sulit untuk
menentukan validitas eko. logis hasil-hasil mereka. Namun demikian, perluasan EVT sebagai alat untuk
menguji atribusi-atribusi tentang kebohongan adalah bermanfaat karena sebelum penelitian mengenai EVT
terutama menyelidiki persepsi persepsi tentang ketertarikan sosial. Dalam penelitian yang lain, White dan
Burgoon (2001) menggunakan IAT untuk memprediksi pola-pola pembalasan dan kompensasi dalam
kebohongan dan interaksi-interaksi yang jujur atau menurut kenyataan. Hasil-hasil mereka memperlihatkan
bahwa perbedaan-perbedaan dalam IPs (Interaction Positions) para pembohong dan mereka yang bercerita
benar memengaruhi perilaku awal yang diperlihatkan, dengan para pembohong menunjukkan perhatian
yang lebih terhadap memperkenalkan diri daripada mereka yang bercerita benar dan memperlihatkan
keterlibatan awal yang lebih rendah. Namun demikian, perilaku-perilaku orang yang bercerita benar dan
pembohong dipengaruhi oleh perilaku pasangan interaksi. Jadi, hasil-hasil ini mendukung pernyataan IAT
bahwa perilaku nyata pasangan dalam interaksi betul-betul memengaruhi perilaku perilaku yang
diperlihatkan dalam interaksi.

kekuatan-kekuatan dan keterbatasan teori-teori

EVT maupun TAT menunjukkan nilai mengenai penelitian pragmatis, EVT membicarakan satu
dari pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan minat tentang interaksi manusia: Sebe ar harapan harapan
kita memengaruhi persepsi-persepsi dan respons kita terhadap situasi? Prediksi-prediksi EVT telah h
sebagaimana penelitian telah menunjukkan bahwa harapan an adalah kompleks dan meskipun benar-benar
memengaruhi presepsi tentang interaksi, tetapi tidak mengesampingkan apa yang! dadi dalam interaksi
yang sebenarnya. IAT memberikan laporan yang lebih lengkap tentang pola-pola interaksi yang terjadi
antara para komunikator. Konsep mengenai IP menyulitkan gagasan tentang hacapan-harapan: konsep ini
memberikan cara untuk mempertimbangkan bagaimana harapan-harapan dipengaruhi oleh pilihan-pilihan
pribadi dan respons-respons biologis terhadap interaksi. Lagi pula, dengan memfokuskan pada pola-pola
interaksi, IAT membawakan perilaku para komunikator tepat ke dalam fokus, memberikan petunjuk yang
kuat bagi para peneliti komunikasi untuk memperhatikan apa yang benar-benar terjadi dalam interaksi
daripada hanya bergantung kepada persepsi-persepsi para komunikator atau kesan-kesan para pengamat.

Keterbatasan-keterbatasan EVT terutama dihubungkan kepada kemampuannya untuk memprediksi


pola-pola interaksi. Burgoon dan para kolega (Burgoon et al., 1995; Burgoon & Ebesu Hubbard, 2005)
mengungkapkan dua kekurangan EVT. Pertama, EVT tidak menjelaskan apa yang akan diharapkan apabila
nilai imbalan komunikator dan valensi perilaku berbeda. Misalnya, apa yang terjadi apabila komunikator
dengan imbalan rendah terlibat di dalam sebuah pelanggaran positif? Kedua, EVT tidak memberikan
sebuah kerangka yang lengkap bagi pemahaman adaptasi perilaku dalam interaksi.
Apabila saya berkomunikasi dengan seseorang yang memperlihatkan batan yang kurang daripada
yang mungkin saya suka, bahkan il ingin mengimbangi perilaku orang itu dan mencoba untuk m patkan
keterlibatan yang lebih, saya mungkin membalas perilaku pada tingkat tertentu dengan mengurangi
keterlibatan saya sendiri. I memberikan kesan bahwa terdapat cara-cara yang kompleks di ma perilaku-
perilaku interaksi para pasangan memengaruhi apa yang terjadi dalam interaksi.

EVT juga tidak mengatakan apakah valensi tentang sebuah perila. ku atau valensi komunikator
lebih penting apabila keduanya itu tidak kongruen. IAT menunjukkan keterbatasan-keterbatasan ini dengan
memperhatikan bahwa unsur-unsur yang digambarkan dalam IP di. harapkan bersifat hierarkis dalam
pengaruhnya sehingga pengertian dasar yang wajar tentang hal timbal balik diharapkan menggunakan
pengaruh dalam kebanyakan interaksi. Sebagai tambahan, konsep tentang sebuah IP memberikan sebuah
cara untuk mempertimbang. kan bagaimana keinginan individu memengaruhi persepsi-persepsi perilaku
dan interaksi. Barangkali keterbatasan yang terbesar tentang IAT ialah bahwa hanya terdapat bukti empiris
yang terbatas yang men dukung prediksi-prediksi IAT tentang penyesuaian dalam interaksi. Memastikan
apakah IAT dapat menilai kepentingan yang relatif mengenai berbagai komponen di dalam IP dan
mengidentifikasi situasisituasi di mana kompensasi kemungkinan besar terjadi akan menjadi ujian penting
bagi IAT.

Anda mungkin juga menyukai