Anda di halaman 1dari 2

Proses Diferensiasi dan Sosialisasi

Seperti yang kita ketahui, perilaku menyimpang adalah hasil dari proses sosialisasi
yang tidak sempurna. Ada seseorang yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik
dan ada pula yang tidak dapat melakukan proses sosialisasi dengan baik.
1. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Sosiologi
- Perilaku menyimpang karena sosialisasi
(cakupannya adalah; lingkungan, pergaulan, serta gangguan nilai dan norma)
- Perilaku menyimpang karena anomi (anomi; tanpa arah dan tanpa norma
sehingga terjadi ketidakselarasan antara kenyataan dan harapan)
- Perilaku menyimpang karena hubungan diferensiasi (contohnya; ketimpangan
sosial)
- Perilaku menyimpang karena pemberian julukan/labelling

2. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Biologi


Mayoritas ilmuwan abad ke-19 berpandangan bahwa sebagian besar perilaku
menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor biologis, seperti tipe sel-sel tubuh.
pandangan dari seorang ahli bernama Caesare Lombroso. Ia berpendapat bahwa
orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi yang panjang,
adanya kelainan pada mata yang khas, jari-jari kaki dan tangan yang relatif besar,
serta susunan gigi yang tidak normal.
Namun, para ilmuwan lainnya menganggap faktor biologis sebagai faktor yang
secara relatif tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku.

3. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Psikologi


Menurut salah satu ilmuwan yang terkenal dibidang Psikologi, ia membagi diri
manusia menjadi 3 bagian penting :
- Id (bagian diri yang mudah terpengaruh oleh gerak hati)
- Ego (penjaga pintu kepribadian)
- Superego (suara hati)

4. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Kriminologi


Terdapat dua macam teori konflik dalam perilaku menyimpang :
- Konflik Budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah
kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga
mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai.
- Konflik Kelas Sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri
untuk melindungi kepentingannya.
Dalam masyarakat konvensional, terdapat empat hal yang mengikat individu
terhadap norma masyarakatnya, yaitu; kepercayaan, ketanggapan, keterikatan
(komitmen), dan keterlibatan.
5. Perilaku dan Subkebudayaan Menyimpang
Pergaulan seseorang yang sedang tumbuh dewasa, pada umumnya tidak terlepas
dari peniruan (imitasi) terhadap orang lain yang diidolakannya. Hal yang ditiru adalah
budaya Barat, seperti dari Eropa atau Amerika yang dianggapnya mewakili dunia
modern.
Hal yang ditiru sebagian besar bukan ilmu pengetahuan atau keterampilannya,
melainkan pola, sikap, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain yang biasa dilihat dari
televisi, film, atau gaya kelompok pemain musik yang menjadi panutannya.
Penyerapan pola-pola abnormal secara tidak sadar itu menyebabkan proses
persepsi diri dan pendefinisian diri. Persepsi diri berarti menerima keadaan atau
nasib sendiri. Pendefinisian diri berarti memastikan diri untuk melakukan peranan
tertentu, yang erat kaitannya dengan persepsi diri (penerimaan diri), dan segera
diikuti dengan praktik-praktik langsung. Inilah yang disebut dengan proses
individuasi.
Selanjutnya, pendefinisian diri tersebut merupakan titik kritis kualitas kepribadian.
Inilah yang disebut sebagai limitasi subjektif. Sementara itu, pengaruh-pengaruh
eksternal dari lingkungan sosial disebut sebagai faktor limitasi eksternal.

Anda mungkin juga menyukai