Dosen Pengampu:
65
Disusun Oleh :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jean Paul Baudrillard (1929-2007) adalah seorang filsuf asal Perancis yang memiliki
perhatian khusus terhadap fenomena konsumerisme masyarakat modern dan
keterkaitannya dengan perkembangan media massa kontemporer. Ia kerap
diklasifikasikan dalam jajaran pemikir posmodern meskipun pentasbihan tersebut selalu
ditolaknya. Setidaknya, terdapat beberapa pemikiran Baudrillard yang terkenal dan
mewarnai wacana keilmuan sosial-humaniora, antara lain; konsumsi simbol, simulacrum,
hiperrealitas, distingsi, sampah visual dan drugstore.
Menurut Baudrillard, pola konsumsi masyarakat modern ditandai dengan bergesernya
orientasi konsumsi yang semula ditujukan bagi “kebutuhan hidup”, menjadi “gaya
hidup”. Baginya, hal tersebut tak lepas dari munculnya kelas menengah pasca-Perang
Dunia II secara masif akibat diterapkannya konsep ekonomi keynesian. Mengamini
pernyataan T. Veblen, kelas menengah merupakan “kelas penikmat” yang dapat
mengkonsumsi produk-produk kapitalis di pasaran. Namun demikian, patut disayangkan,
lambat-laun pola konsumsi masyarakat pun mengalami perubahan, konsumsi yang
mereka lakukan tak lagi berorientasi pada kebutuhan hidup melainkan gaya hidup
sebagaimana telah dipaparkan di atas. Sebagai misal, kini seseorang akan lebih memilih
produk “bermerek” ketimbang produk sejenis lain yang berdaya guna sama dan berharga
lebih murah. Bagi Baudrillard, hal terkait menunjukkan betapa dewasa ini masyarakat
lebih terpaku pada konsumsi simbol ketimbang kegunaan.
Melalui kajiannya mengenai simulakra, Baudrillad mencetuskan pula tesis tentang
“berakhirnya kehidupan sosial”. Menurutnya, mereka yang terjebak dalam simulakra
dapat dipastikan telah berakhir kehidupan sosialnya. Sebagai misal, seorang anak yang
lebih memilih bermain video games di rumah ketimbang bermain di luar bersama teman-
temannya, para ibu rumah tangga yang lebih memilih menonton sinetron ketimbang
melakukan aktivitas sosial di luar, begitu pula para pecandu internet atau bacaan (komik)
yang lebih memilih menghabiskan banyak waktunya guna melakoni kegemarannya
tersebut ketimbang berinteraksi dengan sesamanya. Dalam perspektif Baudrillard,
kesemua dari mereka dapat dikatakan telah terjebak dalam simulakra dan berakhir
kehidupan sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu jean Baudrillard?
2. Apa yang yang melatar belakangi adanya teori konsumsi?
3. Bagaimana Jean Baudrillard bisa membentuk teori-teorinya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang jean Baudrillard.
2. Untuk mengetahui mengenai teori konsumsi?
3. Untuk mengetahui jean Baudrillard bisa membentuk terori-teorinya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Konsumen
Karya awal Baudrillard sangat dipengaruhi oleh perspektif Marxian yang
menitikberatkan pada personal ekonomi. Tetapi, Marx dan sebagian besar Marxis
tradisional memfokuskan para produksi. Baudrillard memfokuskan dirinya dengan
masalah konsumsi. Dengan fokus pada konsusmsi, Baudrillard menceburkan hari-harinya
dengan kalangan Marxis, khususnya teoritisi kritis, menurut perubahan arah kultural.
Tetapi, pada awal kariernya Baudrillard sangat Marxian dibandingkan kebanyakan
penyelidikannya.1 Walaupun fokusnya pada konsumsi, dalam tahapan awal kariernya
Baudrillard menggunakan posisi Marxis tradisional dan terus berpusat pada produksi.
Kenyataannya dia memandang objek konsumsi sebagai sesuatu “yang diorganisir oleh
tatanan produksi”.2
Bagi orang awam, dunia konsusmsi kelihatannya, pada permukaan, benar-benar
sebuah kebebasan. Bagaimanapun jika kita memiliki uang, kita seperti bebas membeli
apapun yang kita inginkan. Baudrillard menjelaskan bahwa dalam sebuah dunia yang
dikontrol oleh kode, persoalahn-persoalan konsumsi memiliki sesuatu yang berkenaan
dengan keputusan atas apa yang umumnya kita kenai sebagai “kebutuhan”. Baudrillard
berusaha mendekonstruksi dikotomi subjek-objek dan, lebih umum lagi, konsep
1
Mike, Gene, 1991, Baudrillard’s Bestiary: Baudrillard and Culture. London: Rour ledge. Hal. 70-71
2
Jean, Baudrillard, 1988, “The system of Object.” Dalam M Poster (ed), Jean Baudrillard: Selected Writings.
Stanford University Press: 22
kebutuhan. Kita tidak membeli apa yang kita butuhnkan, tetapi membeli apa yang kode
sampaikan pada kita rentang apa yang sehrusnya dibeli.3
Konsumsi juga tidak ada kaitannya atas apa yang secara umum kita pahami
sebagai “realitas”. Malahan konsumsi berkaitan dengan “kepemilikan yang sistematis dan
tidak terbatas tanda objek konsumsi”.4 Dalam masyarakat konsumen yang dikontrol oleh
kode, hubungan manusia ditransformasikan dalam hubungan dengan objek, terutama
konsumsi objek. Baudrillard menerangkan bahwa “kita hidup pada periode objek-objek.”
Objek-objek tersebut tidak tidak lagi memilki makna karena kegunaan dan keperluannya,
jjuga tidak lagi memilki makna dari hubungan yang nyata antara masyarakat. Bagi
baudrillad, mengikuti Thorstein Veblen, kita telah menjadi masyarakat yang disifati oleh
“konsumsi dan kekayaan yang berlebihan. Ditambah lagi, kita berusaha membenarkan
diri kita dengan beberapa perbedaan diri kita dengan diri orang lain berdasarkan atas
tanda objek yang kita konsumsi.
Baudrillard menyimpulkan “konsumsi merupakan sistem yang menjamin regulasi
tanda dan integrasi kelompok: secara terus menerus ia merupakan sebuah moralitas dan
sistem komunikasi, pertukaran struktur. Organisasi struktur ini melampaui batas individu
dan artinya mengambil untung darinya”. Dalam pemahaman mengenai konsumsi
tersebut, keterkaitan Baudrillard dengan strukturalisme jelas : “konsumsi merupakan
sistem makna seperti bahsa atau seperti sistem pertalian keluarga pada masyarakat
primitif” meskipun dengan cara ini dan bayak cara lain Baudrillard menggunakan
strukturalisme, harus diejlaskan betul, terutama pada kajiannya yang akan datang.5 Dia
menyanggah, jika tidak benar-benar menentang, tentang hal itu. Dalam kajian awal,
Baudrillaard masih berpikir dalam sitilah kelas sosial. Elite dipahami bukan menurut
objek atau konsumsi tetapi menurut kekuasaan ekonomi dan politiknya dan
kesanggupannya memanipulasi tanda dan masyarakat. Kelas menengah dan rendah
kurang memiliki kekuasaan maka mereka kekal dalam objek dan konsumsi.
3
Jean Baudrillard, 1972/1981, For a Critique of the Political Economy of the Sign, United States: Telos Press. Hal:
82.
4
Jean, Baudrillard, 1988, “The system of Object.” Dalam M Poster (ed), Jean Baudrillard: Selected Writings.
Stanford University Press: 25
5
Jean, Baudrillard, 1988, “Consumer Society, “Dlam M. Poster (ed), Jean Baudrillard Selected Wrirings. Sanford
University Press: 29-56
Masyarakat konsumen adalah sebuah suasana dimana segala sesuatu itu adalah
komoditas tanda, bahkan semua tanda adalah komoditas. Yang terakhir, semua “objek,
pelayanan, tubuh, seks, kultur, ilmu pengetahuan dan sebagainya diciptakan dan
dipertukarkan.6 Baudrillard sangat mengkritisi msyarakat konsumen, memahaminya
sebgai penciptaan rangkaian hasrat yang buruk dan histeria yang diorganisir.
B. Pertukaran Simbolis
C. Kode
9
Jean, Baudrillard, 1973/1975, The Mirror of Production. St. Louis: Telos Press. Hal: 96.
10
Jean, Baudrillard, 1976/1993, Symbolic Exchange and Denth. London: Sage. Hal: 35
11
Mike, Gene, 1991b, Baudrillard and Critical and Fatal theory. London: Routledge. Hal: 111
12
Jean, Baudrillard, 1973/1975, The Mirror of Production. St. Louis: Telos Press. Hal: 121.
13
Gary, Genosko, 1994, Baudrillard and signs. Signification Ablaze. London: Routledge.
14
Jean, Baudrillard, 1976/1993, Symbolic Exchange and Denth. London: Sage. Hal: 203, 205.
adalah sama sekali “permainan penanda-penanda” dimana kode tidak lagi merujuk
kembali pada berbagai “realitas” yang subjektif atau objektif, tetapi pada logika itu
sendiri”.15 Tanda hanya mempunyai hubungan dengan tanda yang lain, dan maknanya
ditemukan dalam hubungan itu. Tanda-tanda sekarang bebas, bisa saja, sama sekali tidak
menentukan dan sama sekali relatifistik.
Keberadaan kode semacam itu tidak diketahui lebih dahulu oleh Marx maupun
Seassure. Mereka berdua masih menggunakan asumsi bahwa tidak ada dialektika antara
tanda dan realita. Tetapi bagi dialektika sekarang terkoyak dan yang nyata mati. Dengan
matinya realita, semua yang ada adalah tanda. Didunia ini, pertukaran tanda menentang
tanda yang llain alih-alih menentang yang nyata. Kematian dialektika dan yang nyata
telah mematikan harapan harapan humanistik yang besar. Mengupas kapitalisme modern
sebagai rumah bordil kapital yang di generalisasikan, rumah bordil bukan untuk
pelacuran, tetapi untuk substansi dan komunikasi. Buruh tidak lagi sebuah kekuasaan
tetapi sama sekali sebuah tanda di antara sekian banyak tanda. Buruh tidak lagi produktif,
tetapi hanya teproduksi (tanda atau kode).
Meskipun kita tidak lagi memiliki material, krisis kepentingan ekonomi menurut
Marxis, namun kapitalis menciptakan krisis simulakrum yang tiada hentinya. 16 Tujuan
mereka mnciptakan krisis simulasi adalah untuk menyembunyikan fakta bahwa masalah
sebenarnya di masyarakat saat ini terletak pada kodedan bukan pada sistem ekonomi.
Dapat dikatakan bahwa kode menjadi modernitas pada kajian Baudrillard. Maka, sebuah
kritik atas kode merupakan sebuah kritik masyarakat modern. Tetapi Baudrillard bisa
dikritik karena mengisolasi kode dan yang sangat penting, hipostatisasi, atau melakukan
proses konkretisasi, kode.17
D. Fashion
Konsern Baudrillard pada fashion merupakan bagian perubahan yang lebih luas
dari permasalahan ekonomi, sosial dan politik ke persoalan kultur. Jadi Baudrillard
merupakan bagian dari “perubahan kultur” yang luas yang terdapat dalam ilmu sosial.
Baudrillard menyelidiki dunia fashion sebagai sebuah paradigma dominasi kode. Dalam
15
Jean, Baudrillard, 1973/1975, The Mirror of Production. St. Louis: Telos Press. Hal: 127
16
Jean, Baudrillard, 1976/1993, Symbolic Exchange and Denth. London: Sage. Hal: 07, 32
17
Gary, Genosko, 1994, Baudrillard and Siguns: Signification Ablaze. London: Routledge
fashion, semua yang kita lihat adalah permainan sederhana penanda-penanda dan
akibatnya hilanglah setiap sistem rujukan. Tidak hanya itu saja fashion tidak merujuk
pada segala sesuatu yang nyata, bahkan ia juga tidak menggiring ke manapun. Fashion
tidak mencitakan segala-galanta tetapi hanya menciptakan fashion. Fashion adalah, dalam
satu pengertian, tahapan akhir bentuk komoditas, dengan percepatan dan perkembangan
pesan, informasi, tanda dan model, maka fashion sebagai lingkaran total dan dunia
komoditas linear akan selesai. Fashion juga tidak memilki nilai dan moralitas. Ia
cenderung menyebar laksana virus dan kanker. Fashion menciptakan apa yang disebut
oleh postmodernisme “pastiche”: fashion bersama sama memperhalus dari tahun ke tahun
berikutnya, apa yang telah, menjadi masalah kebebasan kombinatif yang sangat besar.
E. Simulakra
Kita hidup dizaman simulasi. Keaslian dan dunia kultural yang cepat lenyap itu
membuat Baudrillard cenderung lebih menyukai pesona dunia. Tetapi dunia simulasi
adalah hilangnya pesona secara mutlak dan memalukan.19
Baudrillard menawarkan sejumlah contoh simulasi yang banyak:
Dia menganggap suku Indian primitif Tasaday, setidak-tidaknya ia ada saat ini,
sebagai sebuah simulasi karena suku tasaday membekukan, mengatur suhu,
sterilisasi, berlindung dengan kematian.
Sebuah pertandingan sepak boal pila Eropa tahun 1987 antara Real Madrid dan
Naples dilaksanakan pada malam hari dalam stadion yang benar benar kosong.
Suporter dilarang masuk karena kebrutalan suporter Madrid pada pertamdingan
18
Jean, Baudrillard, 1976/1993, Symbolic Exchange and Denth. London: Sage. Hal: 87, 92, 155, 89, 98.
19
Mike, Gane (ed), 1993, Baudrillard Live: Selected Interviews. London: Routledge. Hal : 143
sebelumnya. Tidak satu orang pun menyaksikan pertandingan itu secara langsung,
namun ribuan orang menyaksikan lewat televisi
Gua Lescaux ditutup dan menjadi sebuah replika, sebuah simulasi, gus lescaux
dibuka untuk umum.
Watergate merupakan gambaran simulasi skandal
Irak dalam perang Teluk dimaknai sebagai simulasi perang nuklir antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet yang tidak pernah terjadi
Kemudian Disneyland, model yang sempurna dari semua tatanan yang terkait
dengan simulasi. Misalnya perjalanan dengan kapal selam yang disimulasi pada
saat kelompok masyarakat menikmati kehidupan bawah laut yang disimulasi.
Secara menyolok, banyak yang mengunjunginya dibandingkan dengan akuarium
yang nemar benar asli hanya turun ke darat.
Keberadaan simulasi yang tersebar luas adalah alasan umum bagi pengikisan
perbedaan antara yang nyata dengan yang imajiner, yang benar dan yang palsu. Sangat
sulit membedakan yang nyata dari yang palsu, setiap kondisi zaman sekarang adalah
godokan dari yang nyata dan yang imajiner. Kenyataannya, Baudrillard, seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, yang benar dan nyata mati, lenyap dalam longsoran simulasi.
Adalah membahayakan untuk membuka kedok simulasi karena apa yang cocok kita
temukan adalah tidak ada sesuatupun yang dutemukan atau apa yang ada disana adalah
sesuatu yang tidak dapat diprediksikan; tidak ada “realitas” atau “kebenaran” dibelakang
luar simulasi.
Baudrillard memandang era simulasib dan hiperrealitas sebagai bagian dari
rangkaian face citraan yang berturut turut.
1. Citraan adalah refleksi dasar realitas
2. Ia menutupi dan menyelewengkan dasar realitas
3. Ia mnutupi ketikadaan dasar realitas
4. Ia melahirkan ketidakberhubungan pada berbagai realitas apapun, ia adalah
kemurnian simulakrum itu sendiri.
Bagi Baudrillard ketika kita tidak ada lagi kebenaran, tidak ada lagi petunjuk,
maka kita hidup pada zaman referendum.20 Masyarakat dikontrol dengan referendra
artinya mereka harus merespons cara cara yang ditetapkan sebelumnya oleh orang yang
mengkonstruk mereka. Opini publik yang timbul dari referendra adalah sebuah simulasi
dan hipperealitas, lebih nyata dari keyakinan masyarakat. Opini publik juga merupakan
simulakra. Polling opini publik menggiring responden mereproduksi apa yang ahli
polling. Jadi polling opini publik adalah media dan pesan.
20
Jean, Baudrillard, 1976/1993, Symbolic Exchange and Denth. London: Sage. Hal: 52, 55, 64
21
Jean, Baudrillard, 1983, Simulation. New York: Semiotext (e). Hal: 130, 149