Anda di halaman 1dari 10

TEORI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

TEORI TINDAKAN (SPEECH ACT THEORY)

Dosen Pengampu: Drs. Achmad Mucharam, M.Si

Disusun oleh:

Elsya Biancalyta (2264190054)

Chintya Kartika S (2264190069)

Tasya Dunda (2264190072)

Raya Rambu Aulia R (2264190079)

M. Aldi Abdul Malik (2264190084)

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA PUSAT

2023

1
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Pengertian .................................................................................................................................... 4
B. Sejarah Munculnya Teori Tindakan .............................................................................................. 5
C. Tokoh – Tokoh Pemikir Teori Tindakan....................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori tindakan sosial termasuk bagian dari sosiologi. Diketahui bahwa awal
perkembangannya di mulai pada abad ke sembilan belas, hingga kini telah mengalami
perubahan yang berkelanjutan. Hal ini bermula dari ilmu Auguste Comte yaitu “Social
Physics” yang kemudian dikenal dengan sosiologi. Sosiologi itu sendiri ada yang
menyatakan bahwa ilmu ini adalah ilmu tentang krisis sosial, karena sejak
pertumbuhannya hingga perkembangannya dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh
bentuk-bentuk baru bersamaan dengan krisis sosial yang ada. Dan kita tahu bahwa objek
studi sosiologi adalah masyarakat yang sifatnya dinamis dan terus berkembang.

Pertumbuhan dan perkembangan sosiologi tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang


ikut berkontribusi dalam menyumbangkan ilmu atau teorinya, salah satunya yaitu Max
Weber. Max Weber merupakan tokoh yang lahir di Efrurt Jerman pada tanggal 21 April
1864 dan meninggal dunia pada usianya yang ke 56 tahun. Ia memiliki nama lengkap
Maxilian Weber. Dalam sosiologi, ia memperkenalkan konsep tentang makna suatu
tindakan. Inti dari tesisnya adalah bahwa suatu “tindakan manusia itu penuh dengan arti”.
Maksud dari tindakan sosial sendiri adalah tindakan individu sepanjang tindakan yang
dilakukannya mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Teori tindakan sosial Max Weber sendiri berorientasi pada motif dan
tujuan pelaku. Karena setiap individu atau kelompok masing-masing memiliki motif dan
tujuan yang berbeda terhadap suatu tindakan yang dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori tindakan?
2. Bagaimana teori tindakan bisa muncul?
3. Bagaimana arti teori tindakan menurut para ahli?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Teori aksi adalah pandangan dari ilmu sosiologi yang menekankan
kepada individu sebagai sebuah subjek. Teori aksi memandang tindakan sosial sebagai
sesuatu yang secara sengaja dibentuk oleh individu dalam konteks yang telah diberinya
makna. Konsep dari Teori Aksi dilandasi oleh pemikiran yang dicetuskan
oleh Maximilian Weber. Pemikiran Weber adalah bahwa pengetahuan tentang tujuan
subjektif dan maksud pelaku tindakan harus dipahami oleh pengamat sebelum mulai
memahami makna dari tindakan sosial yang dilakukan oleh pelaku.
Gagasan Weber tentang Teori Aksi muncul dari paradigma definisi
sosial dan filsafat humanis. Weber memiliki pemikiran bahwa struktur sosial termasuk
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pranata sosial. Keberlanjutan perkembangan
hubungan dapat berlangsung dengan mengetahui tujuan dari suatu hubungan sosial.
Weber menyatakan bahwa manusia yang hanya mematuhi struktur sosial hanya akan
melupakan prinsip dari tindakan manusia. Setiap tindakan dan perilaku individu dalam
hubungan sosial terhadap orang lain harus memiliki maknanya tersendiri. Weber
berpendapat bahwa masyarakat adalah produk dari tindakan-tindakan individu. Tindakan
sosial merupakan segala tindakan individu selama masih mempunyai makna atau
arti subjektif bagi dirinya yang ditujukan untuk individu lain. Sebuah tindakan yang
dilakukan kepada benda mati atau objek fisik lain tanpa keterkaitan dengan tindakan
individu lain, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai tindakan sosial. Diperlukan metode
penafsiran pemahaman untuk memahami konsep Teori Aksi yang digagas
Weber. Individu yang meneliti tindakan individu lain, harus memahami secara subjektif
serta menginterpretasi tindakan si aktor. Weber juga merumuskan bahwa perasaan dan
akal menjadi penyebab munculnya tindakan dan perilaku antara hubungan individu.
Akhirnya individu lain akan berusaha untuk memahami ataupun menafsirkan sehingga
dari hubungan tindakan antar individu tersebut menghasilkan proses sebab-akibat. Setiap

4
individu yang melakukan tindakan pada individu lain maka ia akan memeroleh reaksi
dari tindakan itu.
Teori Aksi menyatakan bahwa tindakan manusia muncul
sebagai subjek dan objek dalam dua kondisi yang berbeda. Tindakan muncul dari
kesadaran sendiri sebagai objek, sementara itu tindakan juga dapat muncul karena situasi
dari luar diri. Manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu saat
berposisi sebagai subjek. Dalam bertindak, manusia menggunakan segala cara yang
sesuai untuk mencapai tujuan. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh
kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. Manusia memilih mengevaluasi
tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya.
Dalam Teori Aksi, manusia memiliki tiga macam tindakan, yaitu
tindakan tradisional, tindakan afektif, dan tindakan rasional. Tindakan tradisonal adalah
sebuah tindakan mengikuti tradisi, sedangkan tindakan afektif merupakan tindakan yang
dilandasi oleh hawa nafsu. Tindakan rasional berbeda dengan tindakan tradisional
maupun tindakan afektif. Tindakan rasional terbagi menjadi tindakan rasional instumental
dan tindakan rasional nilai. Tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang
memertimbangkan penggunaan alat yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Sedangkan tindakan rasional nilai lebih menekankan pada kesadaran akan nilai yang
luhur.

B. Sejarah Munculnya Teori Tindakan


Pengaruh dari Teori Aksi dimulai pada tahun 1940, setelah sebelumnya berbagai karya
tulis ilmiah yang membahas sosiologi dan aksi sosial diterbitkan oleh para
sosiolog Eropa. Dukungan terhadap Teori Aksi dimulai oleh Robert Morrison
MacIver dengan menerbitkan bukunya yang berjudul sociology : Its Structure and
Change pada tahun 1931. Florian Znaniecki meneruskan dukungan terhadap Teori Aksi
dengan menerbitkan sebuah buku berjudul The Method of Sosiology pada tahun 1934
dan dilanjutkan dengan penerbitan buku berjudul Social Actions pada tahun 1936.
Perluasan dukungan Teori Aksi dicapai setelah Talcott Parsons menerbitkan bukunya
yang berjudul The Structure of Social Action pada tahun 1937. Ketiga tokoh ini
kemudian memperluas pengaruh Teori Aksi hingga ke Amerika Serikat. Amerika yang

5
sebelumnya terpengaruh oleh Comte dan Spencer mulai meminati Teori Aksi yang
digagas oleh Vilfredo Pareto, Emile Durkheim dan Maximilian Weber. Perkembangan
ide-ide sosiologi Amerika Serikat kemudian mulai menerima pengaruh dari Teori Aksi.
Teori aksi tidak memberikan sumbangan yang begitu penting terhadap perkembangan
ilmu sosial di Amerika Serikat. Peran penting dari Teori Aksi adalah mengembangkan
teori interaksionisme simbolis dan teori fenomenologi.

C. Tokoh – Tokoh Pemikir Teori Tindakan


Teori Aksi sebagian besar merupakan hasil pemikiran Maximilian Weber. Teori Aksi
mencapai puncak perkembangannya pada tahun 1940 melalui beberapa karya dari para
ahli sosiologi, seperti Florian Znaniecki, Robert Morrison MacIver, Talcott Parsons,
dan Robert Hinkle.
1. Talcott Parsons
Talcott Parsons adalah pendukung Teori Aksi yang dicetuskan oleh Maximilian
Weber. Parsons juga menginginkan adanya pemisahan antara Teori Aksi dan
aliran Behaviorisme. Parsons menolak istilah "behavior" dan menjadikan istilah
"aksi" sebagai pilihan. Parsons berpendapat bahwa behaviorisme secara tidak
langsung menyatakan kesesuaian antara perilaku dengan rangsangan dari luar melalui
tindakan. Sedangkan Teori Aksi menyatakan secara tidak langsung adanya suatu
aktivitas, kreativitas dan proses penghayatan diri individu. Parsons menyusun skema
dasar dari unit tindakan sosial dengan karakteristik individu sebagai aktor. Individu
berposisi sebagai aktor yang berperan sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu dengan
berbagai macam pilihan cara, alat serta teknik pencapaian tujuan. Sejumlah situasi
dan kondisi dapat membatasi tindakan aktor dalam mencapai tujuan. Dengan
demikian, aktor terhambat oleh nilai sosial, norma sosial dan berbagai gagasan yang
belum jelas, sehingga memengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta
tindakan tambahan untuk mencapai tujuan. Parsons berpendapat bahwa tindakan
individu dan kelompok dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya dan sistem
kepribadian.
2. Robert Hinkle

6
Robert Hinkle mengemukakan Teori Aksi dengan beberapa kondisi. Pertama,
tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari luar
dirinya dalam posisi sebagai objek. Sebagai subjek, manusia bertindak atau
berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, sehingga tindakan manusia bukan
tanpa tujuan. Dalam bertindak manusia menggunakan cara,
teknik, prosedur, metode serta perangkat yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah
dengan sendirinya. Selebihnya, manusia dapat memilih, menilai dan mengevaluasi
berbagai tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya.
3. Maximilian Weber
Max Weber merupakan tokoh yang lahir di Efrurt Jerman pada tanggal 21 April 1864
dan meninggal dunia pada usianya yang ke 56 tahun. Ia memiliki nama lengkap
Maxilian Weber. Dalam sosiologi, ia memperkenalkan konsep tentang makna suatu
tindakan. Inti dari tesisnya adalah bahwa suatu “tindakan manusia itu penuh dengan
arti”. Maksud dari tindakan sosial sendiri adalah tindakan individu sepanjang
tindakan yang dilakukannya mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan
diarahkan kepada tindakan orang lain. Teori tindakan sosial Max Weber sendiri
berorientasi pada motif dan tujuan pelaku. Karena setiap individu atau kelompok
masing-masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap suatu tindakan yang
dilakukan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Weber bahwa “cara terbaik
untuk memahami berbagai kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk umum
tindakan yang menjadi ciri khas dari individu atau kelompok tersebut. Sehingga kita
dapat memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat dapat bertindak”.
Kemudian, Max Weber mengklasifikasikan teori tindakan sosialnya menjadi empat
tipe yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya.
Pertama, tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Ratioal) adalah suatu tindakan
sosial yang dilakukan seseorang berdasarkan atas pertimbangan dan pilihan dasar
yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu serta ketersedian alat yang digunakan
untuk mencapainya. Sehingga dalam tindakan rasional instrumental dalam mencapai
tujuan tindakan yang dilakukannya, seseorang memperhitungkan dan mengupayakan
sendiri untuk dapat meraih keinginannya. Contoh: untuk mendoakan orang yang telah

7
meninggal dunia maka di Indonesia yang mayoritas penduduknya merupakan orang
Islam, maka mereka mengadakan tahlil, yang dimana tahlil ini akan dibaca secara
berjamaah dengan tujuan mengirimkan doa untuk keluarga yang telah meninggal
dunia.
Kedua, tindakan rasionalitas nilai (Werk Rational) adalah tindakan rasional yang
didasarkan pada nilai.
Tindakan ini dilakukan untuk alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang ada hubungannya
dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal tanpa memperhitungkan prospek
yang ada kaitannya dengan berhasil atau tidaknya tindakan tersebut.
Sehingga, dalam tipe tindakan ini, seseorang tidak dapat menilai apakah cara-cara
yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai
tujuan yang lain. Tindakan tipe ini masih rasional meski tidak serasional yang
pertama.
Contoh: kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi atau
menerima sesuatu dari orang lain dengan menggunakan tangan kanan.
Tetapi pandangan orang sekarang akan buruk jika kita memberi atau menerima
sesuatu dengan menggunakan tangan kiri.
Ketiga, tindakan afektif (Affectual Action) adalah tindakan yang ditentukan oleh
kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si pelaku.
Tindakan ini di anggap sukar untuk dipahami atau tidak rasional karena tindakan ini
dilakukan tanpa refleksi intelektual atau kepercayaan yang sadar.
Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan,
ketakutan, atau kegembiraan dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa
refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.
Contoh: seseorang yang tiba-tiba menangis saat mendengarkan lagu yang bernuansa
sedih. Tindakan seseorang ketika menangis ini merupakan tindakan yang spontan
terjadi saat mendengarkan sesorang mendengarkan musik.
Keempat, tindakan tradisional (Traditional Action) adalah tindakan yang ditentukan
oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turun menurun di masyarakat.
Tindakan tipe ini merupakan tindakan sosial yang bukan rasional karena seorang

8
individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksasi yang sadar atas
perencanaan.
Contoh: sunat untuk wanita, di mana di beberapa kota di Indonesia sunat untuk
wanita ini merupakan sebuah ritual yang sudah menjadi tradisi dari masa ke masa,
seperti yang terjadi di Sulawesi.
Dari sekian tahun masyarakat di sana tidak pernah meninggalkan tradisi ini. Karena
masyarakat menganggap bahwa jika mereka tidak melaksanakan sunat, maka akan
terjadi berbagai keburukan kepada anak wanita mereka dan akan mendapat kritikan
dari masyarakat sekitar karena itu adalah sebuah kepercayaan yang sangat mereka
yakini.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori aksi adalah pandangan dari ilmu sosiologi yang menekankan
kepada individu sebagai sebuah subjek. Teori aksi memandang tindakan sosial sebagai
sesuatu yang secara sengaja dibentuk oleh individu dalam konteks yang telah diberinya
makna. Konsep dari Teori Aksi dilandasi oleh pemikiran yang dicetuskan
oleh Maximilian Weber. Pemikiran Weber adalah bahwa pengetahuan tentang tujuan
subjektif dan maksud pelaku tindakan harus dipahami oleh pengamat sebelum mulai
memahami makna dari tindakan sosial yang dilakukan oleh pelaku. Terdapat empat teori
aksi menurut Max Weber, diantaranya adalah tindakan rasionalitas instrumental, tindakan
rasionalitas nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional

10

Anda mungkin juga menyukai