Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN KEBUDAYAAN,UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN,WUJUD KEBUDAYAAN DAN

PERUBAHAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya
adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d
Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra
budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna
dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian
dengan hidup mereka.Dengan demikian,
budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. Unsur-Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi
pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :

1. Kesenian
2. Sistem teknologi dan peralatan
3. Sistem organisasi masyarakat
4. Bahasa
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi

Pada zaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari
budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja
anak muda zaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti
perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus
mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang
dan mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya
universal yaitu :

1. Kesenian

Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan
psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.

2. Sistem teknologi dan peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.

3. Sistem organisasi masyarakat

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling
sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga
timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.

4.Bahasa

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa
universal seperti bahasa Inggris.

5.Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.

6.Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain
juga mengerti.

7.Sistem religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada
zat yang lebih dan Maha Kuasa.

C. Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-
nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan
dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

D. Faktor Yang Mendorong Dan Menghambat Perubahan Kebudayaan

1. Mendorong Perubahan Kebudayaan

Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,terutama unsur-unsur teknologi
dan ekonomi.adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan
terutama generasi muda.

2. Menghambat perubahan kebudayaan

Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti : adat istiadat,dan
keyakinan agama,adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama
generasi kolot.

A. Faktor Internal

1. Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah,akan mengakibatkan
terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan,contohnya : bidang perekonomian, pertambahan
peduduk akan persediaan kebutuhan pangan,sandang dan papan.

2. Konflik Sosial

Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat,contohnya : konflik
kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi,untuk
mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan
bersama-sama para transmigran.

3. Bencana Alam

Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan contohnya : banjir,bencana
longsor,letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang
baru,disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga
terjadi proses asimilisasi maupun alkuturasi.

4. Perubahan Lingkungan Alam

Ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta,rusaknya hutan
karena erosi,perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan
mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
B. Faktor Eksternal

1. Perdagangan

Indonesia terletak pada jalur perdagangan asia timur dengan india,timur tengah bahkan eropa
barat,itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pendagang pendagang besar,selain berdagang
mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya.

2. Penyebaran Agama

Masuknya unsur-unsur agama hindu dari india atau budaya arab bersamaan proses penyebaran agama
hindu dan islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses
penyebaran agama kristen dan kalonialisme.

3. Peperangan

Kedatangan bangsa barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk
peperangan,dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
HUBUNGAN ANTARA ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Arsitektur

Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon.

Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal. Sedangkan


tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh,
stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya
sudut pandangan teknis statika bangunan belaka.
Architectoon artinya pembangunan utama atau
sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama.

Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut:


magister operis (guru atau ahli karya) atau magister lapidum
(guru atau ahli batu). Di Zaman kerajaan para Firaun Mesir,
kaisar-kaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem
kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu
diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.

Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat
bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat). Namun
yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuna, Vasthuvidya atau
Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu kebijaksanaan; wastu = bangunan).

B. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang
kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang
berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan darikata majemuk
budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa.

Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan “The general body of the art” yang meliputi seni sastra, seni
musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk social
digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan
lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan
mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul.
Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai
kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam
alam pikiran manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya:
mitis, ontologis, fungsional.

Skema Kebudayaan :
C. Hubungan Arsitektur Dan Kebudayaan

Masyarakat tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas yang berbeda dalam mengadaptasi dan
mengolah kebudayaan baru. Hal ini mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil budaya
itu, antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya daerah.
Rumah dengan segala perwujudan bentuk , fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan
ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang
bersangkutan.

Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi:
agama, ocial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu
perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan
(etika), keindahan (estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh
kebutuhan, teknologi, asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat.

Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai corak rumah masing-masing baik bentuk maupun fungsi
dari rumah tinggal yang di huninya. Rumah tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta
kemewahannya, karena sebuah rumah orang Jawa dapat juga memperlihatkan bagaimana status ocial
dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu hasil budaya yang dapat menunjukkan identitas
masyarakat pendukungnya.
Skema Hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan :

D. Ciri Budaya Arsitektur

Bila kita membicarakan ciri budaya dalam arsitektur, akan menyangkut dua segi:

1. Apa ciri yang ingin diungkapkan


2. Bagaimana ciri tersebut diungkapkan

Karya arsitektur akan selalu mencerminkan ciri budaya dari kelompok menusia yang terlibat dalam proses
penciptaannya. Sekurang-kurangnya akan tercermin tata nilai yang mereka anut. Dengan demikian kalau
kita secara cermat mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun akam
mengenali cirri budaya masyarakat tersebut.

Contoh :

Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat
adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II)
pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan
1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi
barat Bengawan (sungai) Beton/Sala.

Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta
Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB
II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan
istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat
tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton
merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian
dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik. Keraton (Istana) Surakarta
merupakan salah satu bangunan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran
Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton
Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata ruang kedua keraton tersebut
(Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum.

Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada
1744-45, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap
sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dilakukan oleh
Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Sebagian besar keraton ini
bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa.
KEBUDAYAAN ASIA TIMUR

Asia Timur disebut juga Asia Belakang, karena adanya Asia Depan atau Asia Barat, dalam literature Eropa
dinamakan Timur jauh atau Far-East. Menurut pandangan literature Barat terlebih dahulu mereka
mengenal Timur Dekat atau Near East yang berdekatan dengan benua Eropa dan bahagian yang terjauh
dari Eropa disebut Timur Jauh. Menurut L.Pinajung, Asia dan Eropa merupakan sebuah benua, sedang
Eropa merupakan satu jazirah besar dari Asia. Kedua benua itu disebut benua Eurasia yaitu Eropa-Asia.
Menilik perjalanan sejarah hingga abad ke-14 benua Asia belum popular bagi orang-orang Eropa, mereka
hanya mengenal Asia Barat dan Asia Depan atau Asia Muka.

Peneliti-peneliti Eropa yang menyelidik Asia antara lain:

1. Marco Polo.
Seorang saudagar Venesia (Italia) pada abad ke-13 melakukan perjalanan darat melalui Asia
Tengah menuju Asia Timur. Setelah menetap selama 20 tahun di Tiongkok, ia kembali ketanah
airnya dengan menempeuh perjalanan laut dan banyak menyinggahi daerah-daerah sepanjang
pantai Asia Selatan.
2. Vasco Da Gama
Orang berkebangsaan Portugis, pada tahun 1498 berhasil menemukan jalan ke Asia
(India). Kemudian menyusul orang Spanyol, Belanda, Inggris dan lain-lain, yang menemukan Asia
Selatan, Tiongkok, Jepang, Filipina dan kepulauan Nusantara.
3. Jermak
Seorang Kozak Rusia dengan pasukan-pasukannya menyinggahi Ochotsk (Pantai Timur Asia).
4. Sven Hedin
Orang berkebangsaan Swedia, dalam abad ke-19 menyinggahi daerah pedalaman Asia (
Himalaya).

Menurut ahli penyelidik itu dapatlah dinyatakan bahwa benua Asia sejak zaman purbakala mempunyai
pengaruh besar terhadap kemajuan-kemajuan di benua lainnya. Hal ini terungkap dari:

a. Asia adalah tempat mula-mula hidup manusia.


b. Asia tempat asal peradaban tinggi dan tua seperti yang dimiliki oleh bangsa Babylonia, Tionghoa,
Yahudi, Mesir dan Phunisia.
c. Dari Asialah peradaban tinggi itu menjalur ke Yunani, Romawi, kemudian ke Eropa Barat hingga
tersebar ke seluruh dunia.
d. Asia tempat asal sebahagian besar tanaman-tanaman yang bermanfaat (tanaman budi daya)
dan binatang-binatang yang diternak.
e. Asia tempat bermula terciptanya agama-agama besar yang bertuhan satu seperti Yahudi, Kristen,
dan Islam.

Negara-Negara Di Asia Timur

A. Tiongkok (Cina)

Daratan Tiongkok Yang Luasnya 9.600.00 Km2 Disebut Juga Daratan Cina Atau Negri Cina Yang Didiami
Oleh Orang-Orang Tionghoa. Cina Terdiri Atas Dua Daratan Yang Terhampar Luas Yakni Tiongkok Bagian
Utara Dan Tiongkok Bagian Selatan Yang Di Lengkapi Pula Dengan Lembah Sungai Huang-Ho Di Utara
Dan Lembah Sungai Yan Tse Kiang Dan Sungai His-Kiang Di Selatan.

Penduduknya Termasuk Ras-Mongolia Atau Berkulit Kuning. Jumlah Penduduk Cina Sendiri 1/3 Dari
Penduduk Dunia. Ibukotanya Beijing Atau Peking Yang Terletak Dibagian Timur Tiongkok. Mata
Pencaharian Penduduk Yang Paling Utama Adalah Pertanian Disamping Perternakan Dan Pertukangan.

Menurut Hasil Penelitian Dan Survey, Bangsa Cina Merupakan Bangsa Yang Paling Rajin Didunia, Dalam
Bidang Perdagangan Internasional Bangsa Cina Menempati Ranking Teratas.

B. Jepang (Nippon)

Jepang Atau Nippon Disebut Juga Negara Matahari-Terbit Atau Negara Timur. Nama Aslinya Adalah
Yamato. Tanah Jepang Sebeenarnya Terdiri Dari Honshu, Syikoku, Kyushu Dan Hokaido. Tanah Jepang
Sangat Subur, Tetapi Hanya Sebahagian Yang Dapat Ditanami, Karena Hampir 80% Pegunungan-
Pegunungan Yang Ditutupi Hutan Lebat.

Banyak Gunung Berapi Di Negara Sakura Ini, Tetapi Tidak Mempunyai Daya Ledak Lagi. Salah Satu
Gunung Tertinggi Di Jepang Adalah Fujiama Yang Menjadi Gunung Kebanggaan Dari Seluruh Bangsa
Jepang,N Karena Dianggap Keramat Dan Mencapai Ketinggian 3.800 Meter.

Jepang Juga Beriklim Musim Yaitu Musim Panas Dan Musim Dingin. Pada Musim Panas Bertiup Angin
Timur, Yakni Angin Laut Dari Lautan Pasifik Dan Dalam Musim Dingin Bertiup Angin Barat Dari Daratan
Asia. Angin Barat Sangat Dingin Dan Mendatangkan Salju, Terutama Dibagian Utara Jepang.

Penduduk Jepang Berasal Dari Ras-Mongolia, Namun Ada Pula Catatan Sejarah Yang Mengatakan
Bahwa Penduduk Asli Jepang Adalah Bangsa Ainu. Sebagian Besar Penduduk Menganut Agama Shinto,
Yaitu Agama Yang Sangat Menghormati Dan Memuja Nenek Moyang Dan Kaisar.

Mata Pencaharian Pertama Di Negara Matahari Terbit Itu Adalah Bercocok Tanam, Namun Lahan
Pertaniannya Sangat Minim. Selain Itu Mereka Juga Peternak, Nelayan, Tukang Dan Bekerja Di
Pertambangan-Pertambangan Dan Perindustrian. Kota Besar Di Jepang Adalah Tokyo, Juga Sebagai Ibu
Kota Negaradengan Jumlah Penduduknya Mencapai 9 Juta Jiwa. Negara Jepang Mempunyai Luas
Wilayah Hanya 3 X Seluas Pulau Jawa Atau 370.370 Km2 Dengan Jumlah Penduduk 125.875.539 Jiwa
Pada Tahun 2002.

C. Korea

Yang Dibicarakan Dalam Penulisan Ini Adalah Korea Sebelum Menjadi Korea Utara Dan Korea Selatan,
Korea Terpecah Dua Setelah Perang Dunia Ii Sebagai Ulah Politik Amerika Serikat Dan Sekutu-
Sekutunya.

Negara Korea Berbentuk Semenanjung Dan Memiliki Luas Areal 220.10 Km2 Dan Hampir 70% Tanahnya
Terdiri Dari Tanah Pegunungan Yang Membujur Dari Barat Daya Ke Timur Laut. Iklim Di Korea Terbagi
Dua, Yakni Bagian Selatan Berhawa Agak Panas (Subtropics), Sedangkan Di Bagian Utara Beriklim
Sedang.

Penduduknya Termasuk Ras Mongolia Dan Terdiri Dari Beberapa Suku Bangsa. Peradaban Mereka
Sangat Di Pengaruhi Oleh Peradaban Tionghoa Dan Peradaban Jepang Juga.

Adapun Mata Pencaharian Penduduk Yang Paling Utama Adalah Bercocok Tanam. Sebahagian Besar
Pertanian Berupa, Beras, Gandum, Kacang, Kentang, Tembakau, Dan Kapas. Disamping Bertani Mereka
Juga Sebagai Peternak, Pekerja Tambang, Imdustri Dan Nelayan.

Korea Utara Beribukota Pyongyang Dengan Penduduknya 23.350.208 Jiwa (2002). Sementara Korea
Selatan Beribukota Seoul Dengan Penduduknya 43.785.618 Jiwa (2002).
Bangsa Korea Menganut Agama Kong-Fu-Tse, Budha, Dan Kristen, Pada Masa Kini Ada Juga Yang
Manganut Agama Islam Walaupun Tidak Dalam Jumlah Banyak. Agaknya Perlu Juga Diketahui Bahwa,
Penyebab Terjadinya Perang Pada Tahun 1950 Adalah Karena Korea Utara Menyerang Korea Selatan
Maka Terjadilah Perang Saudara, Dan Dapat Didamaikan Oleh Pbb Dengan Garis Pisah 38” Lu.

D. Taiwan Atau Formosa

Pada Dasarnya, Taiwan Merupakan Bagian Dari Tiongkok, Tetapi Karena Terjadi Pergolakan Politik
Antara Kaum Nasionalis Yang Dipimpin Chiang Kai Sek Dengan Kaum Komunis Yang Dipimpin Oleh Mao
Tze Tung, Dan Di Menangkan Oleh Mau Tze Tung, Terpaksalah Chiang Kai Sek Eksodus Ke Pulau Taiwan
Yang Terletak Di Depan Pantai Timur Daratan Cina. Pemisahan Ini Terjadi Sebagai Dampak Perang Dunia
Ii, Sebagai Konsekwensi Dari Masing-Masing Pihak Yang Bertikai.

Sebagian Besar Pulau Taiwan Terdiri Dari Pegunungan Dan Gunung Berapi Hanya Terdapat Di Bagian
Barat Daya. Negara Ini Beriklim Musim Dan Banyak Turun Hujan. Hasil Yang Terpenting Adalah
The,Gula, Beras, Dan Kayu Kertas. Cina Taiwan Juga Berasal Dari Ras Mongolia Dan Berbahasa Yang
Sama Dengan Cina. Penduduk Pulau Taiwan Ini Mencapai 20.000.000 Jiwa (2002). Kota Terbesar Adalah
Taipeh Yang Didiami Oleh 2.500.000 Jiwa (2002). Luas Wilayah Pulau Taiwan 121.730 Km2.

Sekarang Taiwan Terus Memacu Kemajuan Negara Mereka Dalam Berbagai Aktifitas Untuk Dapat
Menaikan Defisit Negara, Walaupun Pertentangan Politik Dengan Cina Terus Berlangsung. Cina Sampai
Saat Ini Masih Tetap Menganggap Kalo Taiwan Tersebut Merupakan Bagian Dari Cina. Tetapi Taiwan
Tetap Bertekat Bulat Untuk Mempertahankan Negaranya Sebagai Negara Berdaulat Dan Merdeka.
Kehidupan Sosial dan Budaya

Mencermati kehidupan sosial budaya di Asia Timur memang mudah di ungkapkan kepermungkaan. Hal
ini dikarenakan adanya suatu kesamaan sosial budaya negara-negara Asia Timur dan didukung oleh
kesamaan ras yaitu Ras Mongolid. Peradaban di Asia Timur erat kaitannya dengan system pencaharian
hidup yang terfokus pada alam sekitar, yaitu kehidupan bercocok tanam pada daerah-daerah yang terdiri
dari dataran tinggi dan lembah sungai yang luas. Ras Mongol ini merupakan salah satu ras yang terbesar
di dunia. Perkembangan Ras Mongoloid ini berpusat di benua Asia dan selanjutnya menyebar kebahagian
Timur central Asia terutama Tiongkok, Jepang, Taiwan, dan bahkan Indo-Cina. Sifat-sifat sosial yang
dibawa dari daerah asal mereka terutama dalam bidang pertanian dan peternakan dan terus mereka
kembangkan di daerah-daerah yang baru.

Perlu pula diketahui bahwa kehidupan sosial budaya tersebut mengalami perubahan-perubahan
tertentu, sesuai dengan lingkungan dimana mereka hidup, karena lingkungan juga sangat menentukan
dalam pembentukan pola-pola pikir manusia dan bertindak dalam setiap perubahan kehidupan sosial
budaya. Karena pengaruh lingkungan alam maka lahirlah berbagai sifat-sifat yang dimiliki manusia,
misalnya bakat bertani akan berbeda antara dataran tinggi dengan dataran rendah. Demikian pula
didalam berbahasa, akan terjadi perubahan tertentu, minimal perubahan dialek.

Asal mula bahasa yang berkembang di Asia Timur adalah berawal dari induk bahasa Mongol. Bahasa
Mongol ini termasuk bahasa besar di Asia yang di dominasi oleh 3 suku kata, terutama pada nama-nama
orang di Asia Timur, walaupun nama orang Jepang lebih dari 3 suku kata. Bahasa induk Mongoloid inilah
yang berkembang di Asia Timur, namun dalam perakteknya terjadi perubahan besar dan kecil. Bahkan di
Tiongkok sendiri antara bahasa yang digunakan di Tiongkok Utara tidak dimengerti oleh penduduk di
daerah Tiongkok Selatan dan sebaliknya. Bahasa yang digunakan sekarang sebagai bahasa nasional
adalah bahasa Mandarin atau disebut pula bahsa Kuo-Yu.

Agama atau kepercayaan dalam masyarakat Asia Timur bertumpu pada ajaran-ajaran Lao-tse (605-531
SM) dan Kong-Fu-Tse (551-479 SM). Kemudian datang pula pengaruh dari luar, Budha (622 SM), Isa Al
Masih (6 SM-27M) dan Muhammad SAW (571-632M). Agama inilah yang di Asia Timur berkembang masa
kini, sedang di Jepang berkembang agama Shinto, yakni suatu agama paduan antara agama alam dengan
pemujaan terhadap leluhur atau agama “jalan dewa-dewa” disamping agama Budha.

Hubungan antara ngara-negara Asia Timur agak tertutup sebelum datangnya pengaruh Barat. Tetapi
setelah datangnya pengaruh Barat yang di awalin dengan kedatangan bangsa Portugis, maka
ketertutupan itu mulai terbuka, sehingga hubungan antara Negara semakin bertambah ramai dan
berkesinambungan

Setelah Perang Dunia II selesai Negara-negara Asia Timur semakin terbuka lebar bagi Negara-negara di
dunia, sehingga potensi alam yang terdapat disana dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan
adanya suatu kerja sama yang saling menguntungkan. Hal ini terlihat pada kemajuan-kemajuan yang
dicapai melalui industry-industri dan perkembangan yang ada di Cina, Kore, Jepang dan Taiwan.

Dalam abad ke-21 ini, Negara-negara Asia Timur terus menunjukan kemajuan dan kemakmuran kawasan
ini terutama dalam mengatasi kemiskinan bagi rakyatnya, mengingat pertambahan penduduk yang
begitu cepat dibandingkan dengan kawasan-kawasan lainnya di dunia. Demikian pula kehidupan sosial
terutama antara sesama negara-negara Asia Timur maupun dengan Negara lainnya di dunia berjalan
dengan baik, sebagaimana yang telah di tunjukan oleh Korea dan Jepang pada tanggal 13 Mei – 30 Juni
2002 yang lalu dalam Pesta Sepak Bola Piala Dunia 2002.

Kebudayaan Tiongkok sangat mempengaruhi kebudayaan yang ada di negara-negara Asia Timur.
Negara-negara Asia Timur terdiri dari delapan negara, yaitu Tiongkok, Korea, Jepang, Taiwan,
Hongkong, Macau, Mongolia dan Tibet. Jika kita lihat delapan negara ini memiliki kebudayaan yang
sama sehingga memiliki ciri khas yang kuat. Kebudayaan Tiongkok meluas ke berbagai negara-negara
Asia Timur, termasuk di negara Asia Tenggara, yaitu Vietnam. Selain itu penduduknya merupakan Ras
Mongoloid dengan ciri-ciri mata sipit, kulit putih kekuningan, dan rambut yang hitam. Bahkan agak
kesulitan untuk membedakan mana yang orang Tiongkok, Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong, Macau,
Mongolia, atau pun Tibet. Ada beberapa kebudayaan yang sama dari negara-negara Asia Timur ini,
yaitu :

1. Chopstick (Sumpit)

Jika di Indonesia sangat umum makan menggunakan tangan, beda halnya dengan negara-negara Asia
Timur yang mayoritas menggunakan sumpit. Negara-negara yang dominan menggunakan sumpit yaitu
Tiongkok, Jepang, Korea, dan Taiwan. Sumpit memiliki filosofi yang bermakna keadilan,
ketidakserakahan, keharmonisan, keindahan, dan kebersamaan. Jadi penggunaan sumpit ini harus
sepasang.

2. Arsitektur Bangunan

Jika kita lihat bangunan di negara-negara Asia Timur memiliki gaya arsitektur yang sama. Dengan
bentuk penataan geometris yang ketat, persegi panjang atau bujur sangkar dan dibangun sesuai dengan
arah mata angin. Ciri khas arsitekturnya adalah penekanan pada artikulasi dan simetri bilateral yang
berarti keseimbangan. Selain itu penggunaan warna yang khas yaitu warna primer, seperti merah,
putih, kuning, biru, dan hitam yang dikaitkan dengan unsur alam seperti air, kayu, api, logam dan tanah.

3. Budaya Bertani

Pada dasarnya pandangan orang Tiongkok selalu menganggap hanya ada satu unsur yang memiliki dua
energi Yin dan Yang sekaligus, yaitu unsur tanah. Sehingga pada saat bersawah mengganggap bahwa
sawah itu adalah “Yin” (wanita) yang bersifat menerima dan menyimpan serta bersifat “Yang” (laki-laki)
yang bersifat memberi. Beda halnya di Korea, tradisi bersawah di Korea, yaitu para petani laki-laki pada
saat bersawah mereka tidak akan mengenakan baju karena mereka menganggap hal itu dapat
menyuburkan tanah itu sendiri. Mereka memiliki kepercayaan bahwa bumi itu adalah wanita.
Sedangkan di Jepang, penanaman padi yang sukses membutuhkan kerja sama yang kuat dengan
keluarga. Warga Jepang sangat menghargai makanan dengan tidak menyisakan satu butir nasi setelah
makan.

4. Bahasa

Tiongkok, Jepang, dan Korea hampir selalu menggunakan aksara Cina atau Hanzi dalam Bahasa
Mandarin, Kanji dalam Bahasa Jepang, dan Hanja dalam Bahasa Korea. Negara yang menggunakan
Aksara Cina sebagai aksara resminya adalah Tiongkok, Taiwan, dan Jepang. Korea Selatan semenjak
kemerdekaannya, mereka tidak lagi menggunakan Aksara Cina lagi. Mereka membuat aksara sendiri.

Kebudayaan Tiongkok khususnya mempengaruhi kebudayaan di negara-negara Asia, sehingga


menciptakan ciri khas yang sangat kuat. Di Indonesia sendiri terkhusus di Jakarta, pengaruh kuat
Arsitektur kebudayaan Tiongkok bisa kita lihat pada Gereja Katolik Santa Maria De Fatima.
Gereja Katolik Santa Maria De Fatima awalnya merupakan rumah tinggal seorang bangsawan Tionghoa yang berada di
pecinan kota Jakarta. Meskipun saat ini bangunan tersebut telah difungsikan sebagai sebuah gereja Katolik, budaya Tionghoa
yang dianut oleh penghuni dan masyarakat tetap dipertahankan hingga sekarang. Adanya penerapan keragaman budaya
Tionghoa pada sebuah tempat ibadah Katolik menjadikan bangunan Gereja Santa Maria De Fatima sebuah obyek yang
menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguraikan keragaman budaya Tionghoa yang
masih dipertahankan pada bangunan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan penerapan budaya Tionghoa di Gereja Katolik Santa Maria De Fatima pada aspek
bentuk, penggunaan material, dan warna. Keragaman budaya Tionghoa tampak pada bentuk bangunan dan tata letak
bangunan yang sesuai dengan karakteristik rumah tinggal Tionghoa, elemen pembentuk ruang yang meliputi lantai, dinding,
plafon, kolom, dan struktur, elemen transisi seperti pintu dan jendela, elemen pengisi ruang berupa perabot, dan elemen
estetika meliputi ornamen dan ukiran.

Sejak abad 14 orang Tionghoa telah bermigrasi dan datang ke Indonesia akibat dari tekanan hidup yang
dialami di negara mereka. Sebagian besar dari mereka menempati daerah pesisir pantai pulau Jawa dan Sumatera
dan melangsungkan kehidupan mereka di sana. Di Batavia, jumlah orang Tionghoa semakin meningkat setelah
masa pemerintahan V.O.C. Pada tahun 1619, Batavia berada dibawah pimpinan Gurbernur J.P. Coen yang
membangun dan menjadi- kan Batavia sebagai pusat perdagangan sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja.
Berbagai cara dilakukan oleh pihak V.O.C. dalam mendatangkan orang-orang Tionghoa ke Batavia, seperti
membujuk dan memaksa agar orang-orang Tionghoa mau singgah di Batavia.Orang-orang Tionghoa ini
dikelompokkan di daerah Pecinan. Di dalam kelompok inilah kebudaya- an Tionghoa mulai masuk dan
bercampur dengan budaya yang ada di Indonesia. Kebudayaan Tionghoa yang tumbuh di kelompok atau daerah
Pecinan ini terasa sangat kental. Hal ini terlihat dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan
organisasi masyarakat, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi
dan peralatan, serta bentuk bangunannya, seperti rumah toko, kelenteng dan rumah tinggal yang terdapat
courtyard di dalamnya. Bangunan-bangunan ini memiliki gaya arsitektur khas kebudayaan Tionghoa. Sebagian
besar dari orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia memeluk agama Kong Hu Zhu yang diturunkan
oleh nenek moyang mereka tetapi ada juga sejumlah orang Tionghoa yang telah meme- luk agama
Katolik/Kristen. Agama Katolik/Kristen ini dikenalnya melalui penginjilan dari misioner-misioner Barat yang
pernah ada di Tiongkok. Namun, ada juga yang mengenal agama tersebut saat berada di Indo- nesia dibawah
pengaruh kerabat dan pemerintahan Kolonial Belanda (Hartono, 1996).
Bangunan Gereja Santa De Fatima pada mulanya merupakan sebuah rumah tinggal milik seorang Kapiten
Tionghoa bermarga Tjioe yang berlokasi di Jalan Kemenangan III/47, Jakarta Barat. Pada tahun 1954,
rumah tinggal ini resmi dibeli oleh Pater Wilhelmus Krause Van Eiden S.J., seorang keturunan Belanda.
Rumah tinggal ini kemudian difungsikan sebagai gereja. Terdapat kesulitan pencarian dana dalam
pembelian bangunan dan tanah gereja ini. Untuk mengatasi kesulitan ini, pencarian dana dilaku- kan dengan
membuka berbagai macam kursus bahasa asing dan mendapat bantuan dari para umat serta dari pihak
Keuskupan Agung Indonesia. Langkah awal dari pengembangan gereja ini adalah dengan membu- ka
asrama untuk kaum Hoakiauw (orang Tionghoa perantau) yang hanya bisa berbahasa Mandarin dan
bersekolah di Jakarta Barat. Pada tahun 1954, misa pertama hanya diikuti oleh empat orang imam dan 16
umat dengan menggunakan bahasa Mandarin. Peng- gunaan bahasa Mandarin ini untuk menjawab
kebutuhan umatnya yang hanya bisa berbahasa Man- darin. Perkembangan jumlah umat dalam satu tahun
meningkat menjadi 200 umat. Sejak tahun 1959, pe- merintah mulai melarang penggunaan bahasa Man-
darin sehingga banyak orang keturunan Tionghoa yang tidak dapat berbahasa Mandarin. Hal ini sangat
berpengaruh pada pelaksanaan misa gereja. Pihak gereja harus mendatangkan pastur yang dapat ber-
bahasa Indonesia agar misa dapat tetap berjalan. Sampai sekarang misa dengan menggunakan bahasa
Mandarin dilakukan setiap hari Minggu sore, demi mempertahankan keragaman budaya Tionghoa di
daerah Pecinan. Keberadaan gereja ini sangat mem- pengaruhi komposisi umatnya, yang sebagian besar
adalah orang-orang Tionghoa. Seiring perkembangan jumlah umatnya, pihak gereja membangun courtyard
yang menjadi area panti umat yang kini mampu menampung 600 umat. Proses pembangunan gereja ini
memanfaatkan bangunan-bangunan yang sudah ada tanpa merubah struktur bangunan yang ada se- hingga
masih tampak keasliannya. Tidak hanya gaya arsitektur dan ragam hias, bahkan dalam melakukan ritual
keagamaan dan memberikan pelayanannya, gereja ini tetap mempertahankan beragam budaya dan tradisi
Tionghoa. Penerapan keragaman budaya Tionghoa pada desain interior gereja ini terlihat pada aspek
bentuk, penggunaan material, dan warna pada bangunan, tata letak ruang, elemen pembentuk ruang, elemen
transisi, elemen pengisi ruang, dan elemen estetika. Bangunan dan tata letak ruang gereja ini menunjukan
karakteristik yang sama dengan rumah tinggal tradi- sional Tionghoa. Sebagian besar elemen pada gereja
ini masih dipertahankan sesuai keasliannya. Bangunan gereja ini merupakan satu-satunya gereja Katolik yang
masih memiliki keragaman budaya Tionghoa di Indonesia dan telah dinyatakan sebagai cagar budaya yang
dilindungi. Sejauh mana budaya Tionghoa dipertahankan di sebuah gereja Katolik tentu menjadi sebuah
topik yang menarik untuk diteliti.
Dengan latar belakang yang demikian, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan men- deskripsikan berbagai keragaman budaya Tionghoa
yang masih diterapkan pada interior Gereja Katolik
Santa De Fatima. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif
yang mengandung unsur kebudayaan, data yang diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan
relatif banyak, sehingga perlu ditata, dikritisi, dan
diklasifikasikan terlebih dahulu melalui pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pengguna
atau pemilik serta membandingkan dengan data sejarah yang pernah ada (Endraswara, 2006:82-5).
Oleh sebab itu, data yang didapat akan diolah sesuai
dengan ruang lingkup penelitian dimana hasil analisis berupa deskripsi dari keragaman budaya Tionghoa
yang tampak pada tata letak dan struktur bangunan, elemen pembentuk ruang, elemen transisi, elemen
pengisi seperti perabot dan aksesoris lain serta aspek dekoratif seperti ragam hias dan ornamen.
KAJIAN TEORITIS BANGUNAN TIONGHOA

Konsep Bangunan Tionghoa

Konsep dasar rumah tinggal tradisional Tionghoa meliputi penggunaan Jian, atau bay room, sebagai standar
unit dan dapat dikembangkan atau dibuat secara berulang menjadi suatu massa bangunan atau beberapa
kelompok bangunan. Jian adalah sebuah ruang persegi empat atau suatu ruang yang diberi pembatas
dinding atau hanya dibatasi oleh kolom sehingga secara psikologis juga membentuk sebuah ruang. Jian
juga dapat ditambahkan untuk mem- bentuk suatu ruang (hall) atau ting dengan mengguna- kan unit standar
sepanjang sumbu longitudinal dan horizontal. Terkadang ruang-ruang (hall) dikelompok- kan di sekeliling
courtyard untuk menghasilkan kombinasi bangunan yang berbeda.
sumber: Liu 1989:28
Gambar 1. Jian
Bentuk struktur yang simetri dan orthogonal pada denah dan potongan merupakan karakteristik bentuk
bangunan Tionghoa. Pada bangunan Tionghoa, hall dan courtyard ditempatkan sepanjang suatu aksis
longitudinal atau suatu jalan setapak (path) pada susunan orthogonal. Ruang-ruang tersebut terpisah satu
dengan lainnya dengan adanya courtyard yang pada akhirnya dianggap sebagai ruang utama. Kedua aturan
di atas adalah hal yang utama pada pengaturan landscape dan taman.
Selanjutnya ada tiga aturan yang digunakan pada perencanaan aksial pada bentuk bangunan Tionghoa, yaitu
pertama, menempatkan ruang utama pada pusat aksis utama dan ruang-ruang lainnya ditempatkan pada sisi
kiri dan kanan atau depan dan belakang dari susunan keseluruhan. Kedua, susunan bangunan ter- pusat
(Central Building Layout). Komposisinya ber- dasarkan axis/sumbu tegak lurus, dengan penempatan
bangunan pada perpotongan dua sumbu tersebut dan bangunan tersebut dikelilingi dengan ruang-ruang
yang kecil, serambi dan bangunan-bangunan lain pada semua sudut. Dan ketiga, susunan yang digunakan
pada kelompok bangunan yang lebih luas memiliki tiga cara pola pengembangan, antara lain:
Pengembangan longitudinal (Longitudinal Exten-
tion). Apabila sebuah susunan kelompok bangunan san stau courtyard menghasilkan ruang yang tidak
efisien untuk memenuhi fungsinya, maka sumbu bangunan diperpanjang agar dapat membentuk sebuah
kompleks bangunan yang lebih besar.
Pengembangan Paralel (Parallel Extention). Pe- nambahan ruang dilakukan dengan menambahkan
aksis atau sumbu longitudinal sekunder secara paralel terhadap sumbu utama, juga dapat ditam- bahkan dua
atau lebih susunan kelompok bangun an yang memiliki fungsi dan ukuran yang ber- variasi.

Pengembangan Silang (Cross Extention). Pe- ngembangan terjadi pada sumbu vertikal dan hori- zontal
Penggunaan ruang (space) dan ruang-ruang (hall) sekunder dimaksudkan untuk menciptakan ke- kontrasan
dengan pengakhiran elemen-elemen kli- maks pada ruang utamanya (Liu, 1989:28).
Sumber: Liu, 1989: 28
Gambar 2. Perencanaan aksial pada arsitektur Tionghoa

Pola Penataan Ruang Bangunan Tionghoa

Pola penataan ruang pada bangunan berarsitektur Tionghoa umumnya cenderung simetris dengan ruang
terbuka/pelataran (courtyard) yang biasanya terdiri dari tiga buah pelataran dan terlihat susunan atap yang
semakin meninggi ke belakang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sebuah bangunan semakin
penting artinya dan berfungsi sebagai bangunan utama. Bentuk geometris berperan dalam organisasi
ruang, dan bentuk sederhana dapat menghadirkan courtyard segi empat. Semua bangunan yang berlantai satu,
besar atau kecil, akan direncanakan atau di- bangun dengan aturan-aturan tertentu di sekeliling courtyard.
Hal ini sesuai dengan pandangan hidup masyarakat Tionghoa yaitu “dekat dengan tanah atau bumi” (close
to the earth) atau apabila manusia dekat dengan tanah atau bumi maka kesehatannya akan terpelihara.
Bangunan yang paling penting selalu ditempatkan di daerah yang paling utama yang merupakan bagian
terakhir dari tapak. Courtyard, sebagai pusat dari seluruh kegiatan juga merupakan tempat untuk sirkulasi
dan bertemu sesama anggota keluarga. Pada bagian belakang rumah Tionghoa terdapat taman yang dilengkapi
dengan sebuah kolam. Taman dan kolam disimbolkan sebagai surga kecil yang berfungsi untuk menetralisir
unsur-unsur buruk yang terbawa dari depan atau luar. Kegiatan utama harus ditata meng- hadap courtyard
dan sedapat mungkin semua kamar tidur mempunyai pandangan ke arah courtyard tersebut (Knapp
1990:5-25).

Konsep Desain Bangunan Tionghoa

Konsep desain bangunan Tionghoa terdiri dari:


Kesatuan, keharmonisan, dan keseimbangan antara seni dan arsitekturnya.
Yin (negatif, feminin, gelap) dan Yang (positif, maskulin, terang).
3. Konsep kerja lima unsur yaitu: kayu, api, tanah, logam, dan air yang menggambarkan hubungan
antara unsur-unsur alam.
Feng shui (angin dan air), sistem orientasi yang menggunakan kekuatan natural bumi untuk ke-
seimbangan yin dan yang untuk mencapai kehar-
monisan.
Kekolotan dan aturan Tionghoa tampak jelas pada
pengulangan bentuk dan perencanaan hirarki bangunan.
Simetri sangat dipentingkan, tetapi dalam sistem
panorama berdasarkan kepercayaan dan alam yang biasanya ditegaskan pada lapisan atap, detail, dan
skalanya.
Interiornya merefleksikan hubungan axial yang kuat dan hirarki yang berdasarkan status dan usia.
Perabotnya menekankan pada kesimetrian, pro- porsi yang elegan, potongan yang simpel, dan
kualitas kayu yang sempurna.
Penggunaan motif atau simbol yang melambang- kan arti tertentu.

Adapun warna-warna yang dipakai pada bangunan Tionghoa mengacu pada lima unsur atau elemen yang
terdiri dari kayu, api, logam, tanah, dan air dan dapat diasosiasikan sebagai berikut:
Kayu dilambangkan dengan warna hijau yang melambangkan kedamaian, keselarasan, dan keabadian.
Api dilambangkan dengan warna merah yang
melambangkan kegembiraan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
Logam dilambangkan dengan warna putih yang melambangkan kedamaian, kemurnian, dan ka dang kala
melambangkan kematian. Tanah dilambangkan dengan warna kuning yang melambangkan kemuliaan,
kerajaan, kekukuhan, dan kemakmuran.
Air dilambangkan dengan warna biru yang me-
lambangkan duka cita dan bencana.

Warna yang menyimbolkan Yang yaitu: merah, kuning, ungu kemerahan, dan merah kekuningan,
sedangkan warna yang menyimbolkan Yin yaitu: hijau, biru, biru kehijauan, biru keunguan, dan abu- abu.
Keseimbangan dapat diperoleh dengan mengon- traskan warna Yin dan Yang (Liu, 1989:64).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk dan Tata Letak Bangunan

Bentuk bangunan gereja ini yang awalnya adalah rumah tinggal yang tampak simetri ini tetap diper-
tahankan sampai sekarang dan merupakan salah satu karakteristik bangunan khas kebudayaan Tionghoa
yang mengarah pada kehidupan yang seimbang (balance). Bentuk atap bangunan gereja ini persegi dan
melengkung yang merupakan stilasi dari bentuk gunung (firm mountain). Bagian atap bangunan me-
nyimbolkan surga yang berarti atas dan terang, sedangkan pada bagian podium menyimbolkan bumi yang
berarti bawah dan gelap.

Sumber: dokumentasi Paroki Toasebio, 2009


Gambar 3. a) Bentuk bangunan rumah tinggal, b) Bentuk bangunan gereja

Gereja ini memiliki atap yang berbentuk ren zi xuan shan yang umumnya dipakai pada bangunan rumah
tinggal. Pada bagian ujung atap bangunan memiliki bentuk ekor walet (swallow’s tail) yang umumnya
dipakai pada bangunan istana, klenteng, dan rumah bangsawan. Pada bubungan atap terdapat inskripsi
dalam Bahasa Mandarin yaitu Hok Siu Khong Leng yang berarti rezeki, panjang umur, kesehatan, dan
ketentraman dan tertera daerah asal pemiliknya yaitu Kabupaten Lam-oa, Keresidenan Coan-ciu
(Quanzhou), Provinsi Hokkian. Tanda salib terdapat pada bagian tengah atap untuk menandakan fungsi
bangunan ini yaitu sebagai gereja. Pada bagian kanan dan kiri bangunan gereja ini dikawal oleh sepasang
cion sai (singa batu). Sang jantan berada di sebelah kiri dengan cakar kanannya berada di bola yang
melambangkan kesatuan seluruh negeri, dan sang betina di sebelah kanan dengan cakar kirinya membelai
anak singa yang melambangkan sumber kebahagiaan. Warna yang digunakan me- ngacu pada lima unsur.
Warna merah simbol dari unsur api melambangkan kebahagiaan. Warna hijau simbol dari unsur kayu
melambangkan kedamaian dan keabadian. Warna kuning dan warna coklat simbol dari unsur tanah
melambangkan kemakmuran dan kemuliaan.
Sumber: a) dokumentasi Paroki Toasebio, 2009, b) Knapp 1990: 69

Gambar 4. a) Tata letak ruang Gereja Katolik Santa Maria De Fatima, b) rumah tinggal Tradisional
Tionghoa

Peletakan ruang utama gereja terdapat di pusat bangunan, sedangkan ruang lainnya berada di bagian depan,
belakang, samping kanan dan kiri sehingga membentuk pola tapal kuda. Pola penataan ruang pada gereja
ini tampak simetris dengan ruang terbuka atau courtyard yang berulang dan bertahap sehingga terlihat
susunan atap yang semakin meninggi ke belakang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi bangunan
semakin penting artinya sebagai bangunan utama. Bangunan utama ini ditempati oleh generasi tertua yang
sekarang difungsikan sebagai pastoran, sedangkan generasi yang lebih muda menempati bagian kanan dan
kiri bangunan yang menghadap ke arah courtyard yang sekarang dijadikan sebagai ruang sekretariat, ruang
pertemuan dan ruang serbaguna. Outer courtyard pada gereja ini dibangun dan digunakan sebagai area
panti umat yang mampu menampung 600 umat, sedangkan pada inner courtyard tetap dipertahankan
sebagai taman. Pele- takan main gate pada gereja ini mengalami perubahan letak, yaitu berada di tengah
sehingga tidak sesuai dengan main gate pada rumah tinggal khas Tionghoa yang berada di samping
bangunan. Denah pada gereja ini sangatlah berbeda dengan konsep gereja Katolik yang pada umumnya,
letak altar atau ruang utama terletak pada bagian paling belakang bangunan.
Sumber: a) dokumentasi Paroki Toasebio, 2009, b) Liu, 1989: 28

Gambar 5. a) Denah Gereja Katolik Santa Maria De Fatima, b) axial planning pada bangunan Tionghoa

Elemen Pembentuk Ruang

Dinding bagian depan gereja ini menggunakan material batu bata yang diplester dan dicat warna putih.
Warna putih melambangkan ketenangan dan kedamaian yang umumnya digunakan pada rumah tinggal.
Dinding bagian bawah memiliki tekstur kasar yang merupakan variasi dari penggunaan semen yang dicat
warna coklat. Warna coklat merupakan unsur dari tanah sehingga diaplikasikan pada dinding bagian bawah.

Sumber: dokumentasi penulis, 2009

Gambar 6. Dinding bagian depan gereja dan ornamen

Anda mungkin juga menyukai