Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Mata Kuliah Dasar Umum pada dasarnya adalah untuk membantu perkembangan
pendidikan bagi mahasiswa, agar memperoleh ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari
setiap anggota terpelajar Indonesia. Yaitu kaum terpelajar dapat menjadi ahli ilmu
pengetahuan yang dapat mengembangkan nusa, bangsa, negara dan pribadi sesuai
dengan pancasila.

MKDU pada Perguruan Tinggi dikelompokkan menjadi dua bagian:

Pada kelompok pertama, diharapkan dapat memberi dasar untuk bertindak sebagai
warga negara yang terpelajar, yang meliputi mata kuliah: Agama, Pancasila, Kewiraan.
Ketiga mata kuliah ini merupakan mata kuliah intra kurikuler yang diwajibkan.

Pada kelompok kedua, diharapkan dapat membantu kepekaan mahasiswa terhadap


lingkungan alamiah dan sosial, meliputi mata kuliah: Ilmu Sosial Dasar (ISD), Ilmu
Budaya Dasar (IBD), Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Ketiga mata kuliah ini bukan
merupakan mata kuliah yang diwajibkan.

2. Pengertian Ilmu Sosial Dasar (ISD), Ilmu Budaya Dasar (IBD), Ilmu
Alamiah Dasar (IAD).

Masing Mata Kuliah ini membatasi disiplin-disiplin yang membentuk masing-masing


kelompok ilmu itu. Biasanya disiplin yang tergolong IAD adalah: fisika, kimia,
astronomi, metereologi dan biologi. Adapun ISD meliputi kelompok utamanya: studi
manusia dan masyarakat (psikologi, sosiologi dan antropologi) dan studi lembaga sosial
(ekonomi dan politik).

IBD biasanya dibagi atas tiga kelompok: seni (sastra, musik, seni rupa, seni tari, dan
berpidato), sejarah, agama dan filsafat.

3. Ilmu Budaya Dasar Sebagai Komponen MKDU

IBD disebut sebagai Ilmu Gabungan yang dapat dipakai sebagai alat untuk memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi manusia sebagai makhluk yang berbudaya, baik dalam
kedudukannya sebagai makhluk individu, sosial maupun makhluk ciptaan
Tuhan.Dengan memperhatikan hal tersebut maka IBD diperlukan, tujuannya ialah untuk
membentuk manusia yang: takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berjiwa pancasila,
memilik wawasan budaya yang luas dan memiliki wawasan komprehensif dan
pendekatan integral didalam menyikapi permasalahan.

Ilmu Budaya Dasar adalah terjemahan dari istilah Basic Humanities (Pendidikan
Humaniora). Humaniora dalam bahasa latin berarti manusiawi. Menurut Mardiatmodjo,
tujuan dari humaniora kepada proses pendidikan yaitu: menyatukan pengembangan
pikiran (rasio) dan hati (rasa), memperkenalkan nilai kemanusiaan yang universal dan
abadi, dan menyatukan pendidik dengan anak didik serta teori dengan praktek.

4. Tujuan Ilmu Budaya Dasar

Berdasarkan Keputusan Dijendikti dari Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983 diadakannya


mata kuliah IBD ialah sebagai pembentukan dan pengembangan kepribadian serta
perluasan wawasan, perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai gejala
yang ada dan yang timbul dalam lingkungan, khususnya gejala yang berkenaan dengan
kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkaitan
dengan lingkungan budaya dapat diperhalus. Sehingga lahirlah sarjana profesional yang
yang tahu kedudukan dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat

Dalam Ilmu Budaya Dasar ada 8 hal yang harus dibahas ialah: manusia dan cinta kasih,
manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan keadilan, manusia dan
pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, manusia dan kegelisahan, dan manusia
dan harapan. Dapat diperinci secara singkat bahwa tujuan IBD ialah:Agar lebih peka
dan terbuka serta bertanggung jawab terhadap masalah kemanusiaan dan budaya,
Menyadarkan mahasiswa untuk menghormati dan simpati pada nilai nilai yang ada pada
masyarakat, Mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan budaya,
Menambah kemampuan mahasiswa untuk menanggapi masalah nilai budaya dalam
masyarakat, Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun ,
Agar dapat memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya Dharma
Pendidikan

5. Ilmu Budaya Dasar Sebagai Ilmu Kemanusiaan

Ilmu Budaya Dasar diperkenalkan oleh para cendekiawan kita sekitar tahun 1970. Ilmu
Budaya Dasar bukanlah ilmu yang monolit yang sudah merupakan ‘body of
knowledge’. Ilmu Budaya Dasar dipandang sebagai suatu sistem pendekatan yang
memanfaatkan ilmu yang tersebut dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk berbudaya.

Ilmu Budaya Dasar ada yang menyebutnya “Ilmu-ilmu Kemanusiaan”, dan ada pula
yang “Pendidikan Kemanusiaan”, dan ada pula yang menyebutnya “Pengetahuan
Budaya”

Kekayaan manusia yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya ialah
akal dan budi. Karena itu lahirlah cara dan pola hidup manusia yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Sehingga pada satu sisi lahirlah usaha manusia untuk menguasai alam
demi menciptakan kehidupan yang dirasanya menyenangkan. Pada sisi lain dapat
dipastikan timbulnya berbagai masalah yang berdampaknya mengenai pihak
lainnya.Disinilah Ilmu Budaya Dasar berperan. Dengan Ilmu Budaya Dasar diharapkan
semua masalah dapat diselesaikan dengan manusiawi, yaitu tidak sampai menimbulkan
kerugian pihak lainnya. Maka Ilmu Budaya Dasar bukan merupakan ilmu kebudayaan
melaikan ilmu yang mempelajari untuk lebih berbudaya dan lebih manusiawi.
BAB II

LATAR BELAKAN PENDIDIKAN HUMANIORA

1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan = culture (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) berasal dari


perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan dan mengembangkan.
Dari sudut bahasa Indonesa, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekreta “buddhayah”,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.

2. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi. Disatu sisi akal dan
budi tersebut memungkinkan munculnya tuntutan hidup manusia yang lebih dari
makhluk lainnya. Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya karya
manusia yang tidak bisa dihasilkan makhluk lain. Dari proses inilah maka lahirlah
kebudayaan. Maka kebudayaan hakikatnya adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
akal budi manusia.

Maka yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk berbudaya adalah makhluk
yangs senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Yang
membahagiakan manusia hakikatnya yaitu sesuatu yang baik, benar dan adil. Manusia
sebagai makhluk sosial, maka kebaikan, kebenaran dan keadilan tidak hanya semata
untuk dirinya, melainkan untuk masyarakat sekitarnya. Kebahagiaan memang hak
semua orang. Untuk memperolehnya setiap orang menggunakan cara sesuai dengan
kemampuan dan kesempatannya. Namun jalan dan cara man yang ditempuh tidak boleh
melanggar kemanusiaan dan melanggar batas batas yang telah ditetapkan tuhan.

3. Budaya, Alam dan Manusia

Budaya selalu menawarkan ketegangan dalam kehidupan manusia yang mendukung


kemajuan manusia. Dalam menghadapi tantangan alam manusia bersikap lain dengan
hewan. Oriega Y. Gassel menulis bahwa hewan hidup bukan dari dirinya sendiri
melainkan dari diri yang lain. Sedangkan manusia itu berbudaya tak tergantung mutlak
dari sekelilingnya, manusia menguasai dunia sekitarnya. Itulah isi dari budaya. Budaya
merupakan sarana agar manusia mampu menelaah dan mengerti alam untuk
memperoleh manfaat dan memperoleh pengetahuan. Disamping itu budaya dapat
diusahakan demi keindahannya. Aspek estetika dari budaya juga sudah terdapat pada
masyarakat primitif. Mulai dari hiasan lukisan di dinding gua tentang hewan perburuan,
tari-tarian dengan musik untuk upacara kepercayaan. Selain itu, manusia pun menikmati
humor. Semakin taraf budaya manusia semakin meningkat pula taraf humornya.
Disamping itu, permainan juga merupakan aspek budaya yang penting.
4. Manusia Sebagai Makhluk Pengemban Nilai Nilai Moral

Akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang berdimensi
ganda: kehidupan material dan kehidupan spiritual. Untuk menciptakan kebahagiaan
manusia dengan akal budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sekaligus
juga mengembangkan kebudayaan. Berlimpahnya kemakmuran belum merupakan
lambang kemajuan kebudayaan dalam arti sebenarnya. Masyarakat harus pula melihat
melihat kualitas kehidupan spiritual manusia agar tidak terjadi kepincangan dalam
kehidupan manusia. Hilangnya sifat kebersamaan dan tenggang rasa akan menciptakan
kehidupan manusia yang mirip hewan yaitu siapa yang kuat dialah yang menang. Sifat
kebersamaan harus lebih menonjol. Bertindak baik dan jujur, adil dan beradab sesuai
dengan nilai moral dan asasi manusia tidak tumbuh sendirinya. Manusia harus selalu
berusaha untuk mengekang atau mengendalikan hawa nafsunya dengan menggunakan
akal dan budi sebagai penerangnya.

5. Manusia Sebagai Makhluk Termulia

Bukti yang dimilik manusia sebagai tanda kemuliaan manusi diantara makhluk lain
ciptaanNya yaitu : manusia dapat menguasai memnafaatkan semua unsur alam, manusia
dapat mengatur kehidupan dan menghindari kepunahan makhluk lain, manusia mampu
agar apa yang di alam tidak saling meniadakan, manusia mampu mengubah apa yang di
alam menjadi bermanfaat, manusia memiliki kreativitas, manusia memiliki rasa indah,
manusia memiliki bahasa, manusia memiliki sopan santun dan tata susila, manusia
memiliki ilmu pengetahuan, manusia memiliki pegangan hidup demi kesejahteraan
hidupnya. Dengan tanda-tanda tersebut manusia sesuai dengan firman Allah dalam surat
At-Tin ayat 4-6 “Sesungguhnya telah Aku ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik
ciptaan. Kemudian akan Aku kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,
kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan.” Sesuai dengan sifatnya
sebagai “benda ciptaan” manusia pasti memiliki kelemahan. Hal ini agar kita selalu
supaya kita selalu tahu diri. Manusia tidak lebih hanyalah sebagai penerima pemberian
dan pemilik sementara pemberian Tuhan.

6. Budaya Sebagai Sarana Kemajuan dan Sebagai Ancaman bagi Manusia.

Van Peureun mengatakan manusia dengan mengembangkan alam ia memasukkan


dirinya ke dalam dirinya sendiri. Karena manusia tidak secara otomatis menyatukan diri
dengan alam maka lalu dia berbudaya. Sehubungan dengan Klages (1930) menulis:
Budaya merupakan bahaya bagi manusia. Baginya budaya itu menguasai,
menyalahgunakan, menjajah, dan mematikan.

Maka dari itu Budaya membutuhkan etika. Honderdaal menunjukkan bahwa di masa
sekarang, untuk berkembang ruang hidup yang manusiawi tak dapat ditempuh dengan
dengan mengagungkan budayawi atau alami saja. Alam tidak boleh ditumbuhkan
dengan teknik, akan tetapi harus dihayati dengan ilmu, etika, dan seni. Albert
Schweitzer mengatakan mengembangkan budaya tanpa etika akan membawa
kehancuran, agar kita memperjuangkan unsur etika di dalam mendasari budaya.
BAB III

MANUSIA DAN CINTA KASIH

1. Hakikat Cinta Kasih

Pendapat pertama, banyak orang melihat masalah cinta sebagai masalah dicintai bukan
untuk mencintai. Sehingga untuk dicintai manusia menempuh berbagai jalan. Laki-laki
akan berusaha untuk menjadi sukses, berkuasa, dan kaya. Perempuan berusaha
membuat dirinya lebih menarik. Juga dengan membuat dirinya memupuk tingkah laku
yang menyenangkan, tutur kata yang menarik, dan sifat-sifat yang tidak menganggu
orang lain. Kedua, tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta. Mencintai orang lain
adalah soal yang sederhana akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk
mencintai dan dicintai. Ketiga, terletak dalam percampuradukan antara pengalaman
jatuh cinta dan keadaan tetap berada dalam cinta.

Cinta adalah suatu kegiatan, dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu
esensi dari cinta adalah adanya kreativitas dalam diri seseorang. Atau lebih tegas lagi
bisa dikatakan, cinta terletak pada aspek memberi dan bukan merupakan menerima.

2. Cinta Kasih dalam Berbagai Dimensi

Kasih sayang dapat diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, suka kepada seseorang.
Kasih sayang adalah suatu yang indah,suci dan didambakan oleh setiap orang.
Sebagaimana cinta tidak akan lahir tanpa orang membayangkannya maka seseorang
tidak akan memperoleh kasih sayang tanoa ada orang lain yang memberi.

Kasih sayang adalah satu kondisi yang merupakan pertumbuhan lebih lanjut dari cinta.
Dalam kasih sayang, masing-masing dituntut bertanggung jawab, pengorbanan,
kejujuran, percaya, pengertian, dan terbuka. Sehingga keduanya seakan merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Kasih sayang adalah satu istilah konotatif yang tidak
akan muncul dan berkembang tanpa ada pihak yang memberikannya. Tetapi sebelum
kita memberikan kasih sayang kepada orang lain. Kita harus mampu terlebih dahulu
memberikan kasih sayang kepada diri kita sendiri secara wajar.

3. Kasih Sayang

Menurut Kamum Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarmonto, kasih


sayang diartikan dengan perasaan sayang, cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Kasih sayang dialami oleh setiap manusia, karena kasih sayang merupakan bagian hidup
manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih sayang, meskipun ada pula kelahiran
tidak diharapkan, namun hal itu termasuk kekecualian. Kelahiran tersebut umumnya
bukan lahir karena hasil kasih sayang. Tetapi kasih sayang yang berlebihan justru
mengakibatkan pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat kurang baik, karena umumnya
mereka akan menajadi anak yang sombong, pemboros, tidak shaleh, dan tidak
menghormati orang tua.
4. Kemesraan

Kemesraan berasal dari kata dasar “mesra” yang artinya perasaan simpati yang akrab.
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Kemesraan adalah hubungan akrab antara pria-wanita atau suami-istri. Kemesraan
merupakan bagian hidup manusia. Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus
kemesraan. Kemesraan dapat membangkitkan daya kreativitas manusia untuk
menciptakan atau menikmati seni budaya, seni sastra, seni musik, seni tari dan
sebagainya. Hampir setiap menit kita mendengar dan melihat lagu atau tayangan
kemesraan melalui radio atau media yang lain.

5. Pemujaan

Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Karena pemujaan Tuhan adalah inti, nilai, dan makna
kehidupan yang sebenarnya. Seperti tertulis dalam surat Al-Furqan ayat 59-60 yang
menyatakan, “Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa di antara keduanya
dalam enam rangkaian masa, kemudian Dia bertahta di atas singgasanaNya. Dia Maha
Pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui.”
Selanjutnya ayar 60 “Sujudlah kepada Tuhan yang Maha Pengasih”. Dalam mencari
bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa: sembahyang sebagai media berkomunikasi,
membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah mungkin, mencipta lagu, puisi,
novel, film dan sebagainya.

6. Belas Kasihan

Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta: cinta agape ialah cinta kepada
tuhan yang diterangkan kepada Tuhan yang diterangkan pada kegiatan belajar, cinta
philia ialah cinta kepada orang tua dan saudara, dan cinta eros/amor ialah cinta kepada
pria dan wanita. Disamping itu cinta terhadap sesama yang diberikan istilah “belas
kasihan”. Dalam surat Al-Qalam ayat 4 maka manusia menaruh belas kasihan adalah
perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan Allah
SWT. Dalam kehidupan ini banyak sekali yang harus kita kasihani contohnya yatim
piatu, orang jompo, pengemis, orang sakit, orang cacat, dan sebagainya. Berbagai
macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung pada kondisi dan situasi
seperti memberikan uang, barang, pakaian, pesan moral, dan sebagainya.

7. Manusia dan Cinta Kasih

Cinta amat penting dalam kehidupan. Karena hidup manusia di dunia ini tidak hanya
seorang diri. Maka istilah cinta haruslah diartikan baik “mencintai” dan “dicintai”.
Perasaan cinta dapat digerakkan oleh akal budi atau cinta sejati dan digerakkan oleh
nafsu atau cinta pamrih. Sudah tugas manusia untuk berusaha agar cinta yang
seharusnya tanpa pamrih jatuh ke lembah cinta nafsu. Wujud cinta terhadap sesama
manusia tidak melihat suku bangsa, warna kulit, agama, batas waktu.melainkan cinta
bersifat abadi. Cinta juga tidak mengenal iri, cemburu, persaingan dan permusuhan.
BAB IV

MANUSIA DAN KEINDAHAN

1. Pengertian Keindahan

Keindahan berasal dari kata indah, bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda
yang mengandung keindahan ialah segala seni dan alam semesta ciptaan Tuhan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keduamya memiliki nilai yang sama yaitu abadi
dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan dalam arti estetik murni
mecakup pengalam estetik murni seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu
yang diserapnya. Keindahan dalam arti terbatas berupa keindahan bentuk dan warna.
Ciri ciri keindahan dari segala benda mengandung kesatuan (unity), keseimbangan
(symetry), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symetri), dan pertentangan (contrast).
Dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, yaitu gejala
kongkrit dapat ditelaah dengan pengalaman empiris dan penguaraian sistematik.

2. Makna Keindahan

Ada beberapa persepsi mengenai keindahaan yaitu : - keindahan adalah sesuatu yang
mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy), -keindahan adalah
keseluruhan susunan teratur dari bagian yang saling berhubungan (Baumgarten), -yang
indah hanyalah yang baik (Sulzer), -keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan,
-yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury), -keindahan
adalah sesatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume), -yang indah adalah yang
paling banyak mendatangkan rasa senang dan paling memberikan pengalaman yang
menyenangkan (Hemsterhuis).

Dari apa yang dikemukakan diatas bahwa sulit untuk memberi jawaban yang
memuaskan atas pernyataan apa makna sebenarnya dari keindahan. Karena keindahan
merupakan pengalaman estetik bukanlah pengalaman abstrak, melainkan gejala
kongkrit yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris ataupun sistematis.

3. Renungan

Renungan berasal dari kata renung yang artinya dengan diam diam memikirkan sesuatu.
Renungan adalah hasil merenung. Setiap kegiatan untuk merenungkan segenap
pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat yang mendasarkan diri kepada
penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang juga menyandarkan diri kepada
suatu analisis. Pemikiran keflisafatan mempunyai 3 macam ciri yaitu: menyeluruh yaitu
tidak ditinjau dari sudut pandang tertentu, mendasar artinya pemikiran yang dalam, dan
spekulatif artinya bisa menjadi dasar untuk pemikiran pemikiran selanjutnya. Renungan
yang berhubungan dengan keindahan didasarkan pada tiga macam teori yaitu teori
pengungkapan (Benedetto Croce) bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan, teori
metafisika (Plato) yaitu karya seni yang dibuat manusia merupakan tiruan dari realita
dunia, teori permainan (Freidrick Schiller dan Herbert Spencer) menyatakan asal mula
seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse)
4. Keserasian

Keserasian berasal dari kata serasi, serasi berasal dari kata dasar rasi artinya cocok,
sesuai, atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian
perpaduan, ukuran dan seimbang. Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang
serasi tentu tampak indah. Dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai
keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, dan kata-kata. Tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras
dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.

Sebagian ahli berpendapat bahwa pengalaman estetik sebagai suatu keselarasan dinamik
dan perenungan yang menyenangkan. Dalam keselarasan itu sesorang memiliki
perasaan seimbang, tenang dan mempunyai cita rasa dan merasa hidup di tengah-tengah
kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.

5. Kehalusan

Kehalusan berasal dari kata yang artinya tidak kasar (perbuatan), lembut, sopan, baik
(budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat yang halus, kesopanan dan keadaban.
Halus bagi manusia ialah berupa sikap, yakni sikap lembut. Lembut dalam
mengucapkan kata-kata, roman muka, sikap anggota badannya dan lainnya.

Sikap halus merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama.
Sikap halus merupakan perwujudan dari sifat ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan,
suka memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka menolang orang lain. Sikap halus
juga dimiliki orang yang bersikap rendah hati. Anggota badan yang melahirkan sikap
kehalusan ialah kaki, tangan, kepala, mulut, bibir, mata, bahu. Selain itu dapat dinilai
dari raut muka,pemilihan kata, penyusunan kalimat dan irama bahasa. Bagian rohaniyah
yang melahirkan sikap ini ialah kemauan, perasaan, pikiran, rasa dan cipta.

6. Manusia dan Keindahan

Akal dan budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan. Keinginan manusia
sifatnya tidak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, sudah pasti untuk menciptakan
kehidupan yang menyenangkan dan memuaskan hati yaitu sesuatu yang baik dan indah.
Maka keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia, yang lawannya
tentu merupakan sikap kasar, sombong dan bermusuhan.

Persepsi keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumbernya.
Persepsi keindahan dari akal dan budi disebut keindahan yang sebenarnya, sedangkan
keindahan dari dorongan nafsu merupakan keindahan semu. Agar tidak terjerumus ke
dalam keindahan semu maka orang itu harus selalu mempertemukan keindahan
subyektif dan keindahan obyektif. Orang itu harus mempertemukan selera atau minat
orang itu dan selera atau minat akal budinya. Yaitu dengan melatih mendengarkan
bisikan akal dan budi dalam melakukan sesuatu. Akal dan budi sesungguhnya selalu
mengajak ke arah perbuatan yang baik, indah, dan yang benar.
BAB V

MANUSIA DAN PENDERITAAN

1. Penderitaan

Penderitaan dari kata derita yang berasal dari bahasa Sanskerta. Dhra artinya menahan
atau menanggung. Derita artinya menanggung atau menahan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin. Dalam dunia modern hasil
teknologi merata di segala penjuru, tetapi penderitaan manusia tidak kalah hebatnya
dengan penderitaan yang dialami oleh nenek moyang. Perkembangan dan penyebaran
hasil teknologi modern menyebabkan berita penderitaan meluas lewat media massa
seperti kelaparan, kebakaran, wabah penyakit, banjir, dan lain-lainnya.Penderitaan yang
disiarkan melalui berbagai media massa umumnya menggugah hati manusia untuk
membantu kesulitan yang dihadapi penderita. Dengan mempelajari berbagai kasus
penderitaan manusia berarti banyak mempelakari sikap, nilai, harga diri, ketamakan,
kesombongan dan sebagainya.

2. Penderitaan Sebuah Fenomen Universal

Penderitaan tidak hanya terjadi akibat perang ataupun tingkah agresif manusia lainnya.
Bencana alam, kecelakaan penindasan, perbudakan, kemiskinan dan lainnya juga
merupakan penyebab penderitaan manusia. Penderitaan boleh juga dibilang fenomen
yang universal. Penderitaan tidak mengenal ruang dan waktu. Ini berarti penderitaan
tidak hanya dialami manusia di zaman kini, dimana kebutuhan dan tuntutan hidup
semakin meningkat dan bisa menimbulkan penderitaan bagi yang tidak mampu
memenuhinya. Tetapi penderitaan juga sudah dikenal sejak zaman dulu. Penderitaan
juga tidak mengenal perbedaan manusia, artinya penderitaan bisa dialami oleh manusia
dialami oleh manusia-manusia yang dianggap suci.

3. Penderitaan sebagai Anak Penguasaan

Tidak jarang penderitaan justru datang disebabkan oleh unsur manusia itu sendiri. Siapa
yang menyulut perang? Mengapa ada bencana alam? Dan kenapa banyak kecelakaan
terjadi? Semunya bisa kita kembalikan pada ulah manusia sendiri. Penderitaan manusia
yang satu tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia lainnya. Ini semua sulit terbantahkan
mengingat penderitaan pada dasarnya merupakan anak penguasaan.

Penderitaan sebagai buah dari praktek penguasaan tidak lepas dari pengamatan para
sastrawan atau seniman. Dan pada umunya mereka lebih mudah menangkap fenomena
tersebut dan lebih vokal dalam menyuarakannya dibandingkan profesi lainnya. Seorang
ilmuwan menangkap gejolak masyarakatnya lewat penalaran keilmuan yang dianutnya,
seorang pemimpin menangkap gejolak masyarakatnya lewat saringan politik yang
dianutnya. Sementara sastrawan dalam mencari kebenaran lebih dapat dipercaya sebagai
pembawa suara hati masyarakat dengan media ekspresi tanpa batas. Contoh novel yang
cukup vokal dalam menyuarakan penderitaan masyarakat yaitu novel karangan Mochtar
Lubis : Harimau! Harimau! dan karangan Muspa Edaw : Perjalanan Hitam.
4. Siksaan

Berbicara tentang siksaan, maka terbayang pada ingatan kita tentang neraka dan dosa.
Di dalam AlQuran berisi jenis-jenis siksaan bagi orang yang musyrik, syirik, makan
riba, dengki, fitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya. Berbicara
tentang siksaan terbayang dibenak kita sesuatu yang mengerikan, seperti pembunuhan
yang banyak disiarkan di media massa. Siksaan itu berupa penyakit, siksaan hati,
siksaan badan, dan sebagainya. Siksaan juga dapat menimbulkan kreativitas bagi orang
yang mengalami siksaan atau orang yang berjiwa seni yang menyaksikan baik langsung
maupun tidak langsung. Terbukti dengan banyaknya karya tulisan maupun film yang
mengisahkan penyiksaan. Dengan menikmati karya-karya tersebut kita bisa mengambil
hikmahnya.

5. Rasa Sakit

Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita akibat dari penyakit atau sakit.
Penyakit dapat menimpa setiap manusia. Rasa sakit tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Menderita sakit juga tidak dapat direncanakan. Rasa sakit dalam
kehidupan sehari-hari ada tiga macam yaitu sakit hati, sakit jiwa dan syaraf, dan sakit
fisik. Rasa sakit banyak hikmahnya yaitu dapat mendekatkan diri kepada Tuhan,
membuka rasa keprihatinan dan sosial, dan sebagainya.

6. Neraka

Berbicara tentang neraka maka lazimnya kita tentu ingat kepada dosa. Jelaslah bahwa
antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terhadap hubungan dan tak dapat
dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat. Manusia
masuk neraka karena dosa. Bila kita berbicara tentang dosa berarti juga berkaitan
dengan kesalahan. Pada kehidupan sehari-hari manusia tak lepas kesalahan baik
disengaja maupun tidak sengaja. Setiap kesalahan mendapat hukuman sesuai dengan
kesalahannya. Neraka atau penderitaan menimbulkan kreativitas manusia. Banyak
seniman menganggap penderitaan yang hebat atau neraka sebagai sumber inspirasi.

7. Manusia dan Penderitaan

Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh
siapa pun. Penderitaan berasal dari dari dalam dan dari luar manusia. Dalam diri
manusia itu ada cipta, rasa, dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak
aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Apabila karsa dan
rasa tidak terpenuhi manusia akan merasa menderita. Jelaslah bahwa karsa merupakan
sumber penderitaan manusia. Penderitaan diakibatkan “rasa kurang” yang dirasakan
manusia. Rasa kurang ini muncul karena adanya anggapan lebih pada pihak lain.
Penyakit ini dapat diobati dengan senantiasa bersyukur. Penderitaan seseorang menurut
agama Islam disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu ujian Allah dan bala’ atau siksa
Allah. Bila kita mengalami penderitaan kita harus bersabar sambil berikhtiar dan
menyesali perbuatan yang tidak baik dan janji tidak akan mengulangi lagi.
RESUME BUKU ILMU BUDAYA
DASAR
Password : Reading never stop. If I stop reading one minute, I will be
stupid. No days without reading.

No Bangku : 32

Disusun Oleh :

Nama : Nururraihan Azzahrah

NIM : 180200317

Grup : E

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Anda mungkin juga menyukai