Anda di halaman 1dari 10

NAMA : OLINVIA

KELAS : X IPS 4
MAPEL : SOSIOLOGI

TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

1. Emile Durkheim (1858-1917)

Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April. Dia adalah seorang sosiolog
teoritis dan praktisi pendidikan. Durkheim fokus kepada kesatuan masyarakat.[14]
Menurutnya, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial.
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan
antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Lambat laun
pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis
berubah menjadi solidaritas organis.
Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa
tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia
membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan
memaksa individu. Ia juga membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan
nonmaterial. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta
sosial nonmaterial. Sedangkan masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif telah
menurun, pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya
dalam hubungan saling tergantung. Dan dalam karyanya yang terakhir, The Elementary
Forms of Religious Life (1912/1965) Durkheim yakin bahwa sumber agama adalah
masyarakat itu sendiri. Dalam agama primitif benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan
binatang didewakan. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama
adalah satu dan sama. [15]
Dalam masalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh
kelompok, yaitu: [16]
1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi agama
3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social,
perkawinan dan keluarga.
4. Sosiologi tentang kejahatan
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6. Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7. Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka: [17]
1. The Social Division of Labor (1893)
2. The Rules of Sociological Method (1895)
3. The Elementary Forms of Religious (1912)
2. Max Webber (1864-1920)

Max Webber, seorang Jerman yang lahir di Erfurt 21 April 1864. Weber belajar
beragam subjek, mencakup hukum, ekonomi, sejarah, agama, dan filsafat. Dia juga sempat
menduduki jabatan-jabatan akademik penting di sejumlah universitas di Jerman, dan dia juga
merupakan tokoh terkenal dikalangan politisi pada masanya. Karya Weber pada dasarnya
adalah teori tentang proses rasionalisasi.[18]
Weber percaya bahwa saat tradisi hilang dan digantikan dengan rasionalitas, Eropa
mengalami industrialisasi dan mengadopsi ekonomi kapitalistik. Misalnya, dalam sebuah
masyarakat tradisional seorang petani yang sakit mungkin akan meminta pertolongan
tetangga, namun dalam masyarakat industri seorang pekerja yang sakit tak memilki siapapun
kecuali agen birokrasi pemerintah. [19]
Ia berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus
menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social. Weber melihat bahwa birokrasi sebagai
contoh klasik rasionalisasi. Mengenai proses birokratisasi ia membedakan antara tiga jenis
sistem otoritas yakni tradisional, karismatik, dan rasional legal. Max juga terkenal dengan
teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang
ditulisnya antara lain: [20]
1. The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)
2. Economy and Society (1920)
3. Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)
3. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia adalah seorang ahli filsafat sejarah
Jerman. Marx hidup selama abad ke-19, yaitu saat kapitalisme merajai wilayah Eropa dan
Amerika.[7]
Marx yakin bahwa setiap manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.
Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan
kreatif mendasar yang mereka miliki. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah
makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang
mereka perlukan untuk hidup. Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini dihancurkan,
dan mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah
struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi, produk
yang diproses dan orang lain, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri.[8]
Dalam terminologi sarjana beraliran Marxist, tanaman produksi, pabrik baja, dan yang
serupanya disebut sebagai alat-alat produksi, dan mereka yang menjadi pemiliknya disebut
dengan kaum borjuis. Para pekerja yang menjual tenaganya untuk kaum borjuis itu disebut
kaumproletar. Marx percaya bahwa setiap masyarakat kapitalis pada akhirnya akan terpecah
oleh konflik antara kaum borjuis dan proletar.[9]
Menurut Marx, kapitalisme di dalamnya memiliki penyebab-penyebab kerusakannya.
Kaum borjuis memberi upah yang sangat rendah sehingga kaum proletar hampir tidak
mungkin bertahan hidup. Marx memberi prediksi bahwa kehidupan para pekerja yang
sengsara itu akan memberi penyadaran bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari
kesengsaraan itu adalah dengan bersatu dan melakukan revolusi. Marx juga percaya bahwa
sifat dasar pekerja industri juga memberi kontribusi bagi kejatuhan kapitalisme. Marx yakin
bahwa tragedi kapitalisme terjadi dengan cara bahwa suatu sistem mentransformasikan kerja
dari sesuatu yang bermakna menjadi sesuatu yang tidak bermakna. [10]
4. Selo Soemardjan

Selo Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam


perkembangan ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya. Penerima Bintang
Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu
Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia
menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum UI. Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi
teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya
ia sudah purnatugas di Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap
mengajar dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen
sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.
Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik
korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia
orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan
bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat
karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Selama hidupnya, Selo
pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah DIY, Kepala Staf Sipil Gubernur
Militer jakarta raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala
Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan,
Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil
Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto. Ia
dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 — seusai meraih gelar
doktornya di Cornell University, AS — mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI).
Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima
bintang mahaputra utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar
ilmuwan utama sosiologi. Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. “Setiap hari
selalu memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu
menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,” tambahnya.
Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in
Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo
berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono
(HB) IX dari (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari
2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.
5. Ibnu Khaldun (1332-1406)

Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirazadeh, 1982). Ia
kahir dari keluarga terpelajar, dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari
matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai Sultan di Tunisia, Maroko,
Spanyol dan Al-Jazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan penasehat
sultan.[1]
Adapun pendapat Khaldun tentang watak-watak masayarakat manusia dijadikannya
sebagai landasan konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang
melalui empat mazhab yaitu fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan,
dan fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini
oleh Khaldun sering disebut dengan fase pembangun, pemberi gambar gembira, penurut, dan
penghancur.[2]
6. Auguste Comte (1789-1857)

Auguste Comte lahir di Mountpelier Perancis, 19 Januari 1798. Ia merupakan bapak


sosiologi, orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi (socius dan logos).
Pengaruhnya besar sekali terhadap para teoritis sosiologi selanjutnya (terutama Hebert
Spencer dan Emile Durkheim). Dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu social statistic (statika sosial atau struktur sosial yang ada) dan social
dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).[3] Sebagai sosial statistik, sosiologi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebagai social dinamik, meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu
berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.[4]
Landasan pendekatan Comte ialah teori evolusinya atau hukum tiga tingkatan. Ia
menyatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya.
Pertama, tahap teologis menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh
agama, dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala sesuatu. Kedua, tahap metafisik
ditandai oleh keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu,
bukannya dewa-dewa personal. Ketiga, tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan
terhadap ilmu sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap (Tuhan atau
alam) dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya. [5]
Dalam teorinya tentang dunia, Comte menyatakan bahwa kekacauan intelektual
menyebabkan kekacauan sosial. Menurut pandangannya, kehidupan di dunia ini sudah cukup
kacau, dan yang dibutuhkan dunia adalah perubahan intelektual. Ada beberapa aspek lain
yang juga berperan penting dalam pengembangan teori sosiologi. Ia menyatakan bahwa kita
harus memperhatikan struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menekankan besarnya peran
konsesnsus dalam masyarakat. Dan ia juga menekankan perlunya memahami teori abstrak
dan melakukan riset sosiologi. Comte yakin sosiologi akhirnya akan menjadi kekuatan ilmiah
dominan di dunia karena kemampuan istimewanya dalam menafsirkan hukum sosial dan
melakukan reformasi yang bertujuan menyelesaikan masalah dalam sistem.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai masyarakat yang
berlainan. Hasil karya Comte yang terutama adalah : [6]
1. The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);
2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);
3. Subjective Synthesis (1820-1903).
7. Herbert Spencer (1820-1903)

Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia menganut pandangan evolusi yang
berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang
semakin baik dan karena itulah kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri.
Berbeda dengan Comte, Spencer memusatkan perhatian pada individu, sedangkan Comte
menekankan pada unit yang lebih besar seperti keluarga.[11] Dalam bukunya The Principles
of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan
sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik,
agama, pengendalian sosial dan industri. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus
menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-
norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan.
Salah satu teori evolusinya berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat.
Masyarakat tumbuh melalui perkembangbiakan individu dan penyatuan kelompok-kelompok.
Peningkatan ukurannya, masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama
makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dalam tulisannya mengenai
etika dan politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusiya yang lain. Di satu sisi ia
memandang masyarakat berkembang menuju keadaan moral yang ideal atau sempurna. Di
sisi lain ia menyatakan bahwa masyarakat yang paling mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannyalah yang akan bertahan hidup, sedangkan masyarakat yang tak mampu
menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya. Hasil proses ini adalah peningkatan
kemampuan menyesuaikan diri masyarakat secara keseluruhan.[12]
8. Pierre Guillaurne Frederic Le Play

Le Play, seorang Perancis, adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan


kemasyarakatan terkemuka abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di
dalam meneliti dan menganalis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi
terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode
case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan
geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi,
keluarga serta lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam
penyelidikan. Dia berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran
kuantitatif bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut.
Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada anggaran
keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain European Workers
(1855), Social Reform in France (1864), The Organization of the Family (1871), dan The
Organization of Labor (1872).dan, itulah beberapa para sosiolog dan teriolog yang sangat
berkompeten dalam permasalahan mayrakat dan saya berharap akan ada para sosiolog dan
teriolog baru yang lebih berkompeten demi menjaga kehormatan dan kearifan hidup
manusia.
9. George Simmel

Simmel adalah seorang filosof dan sosiolog dari Jerman yang lahir di pusat kota Berlin
pada tanggal 1Maret 1858, anak dari 7 bersaudara. Ayahnya adalah pengusaha sukes dari
Yahudiyang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Ayahnya
meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk sebagai walinya.
Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional.
Menurut Simmel, sosiologi adalah:
1. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan khusus yang merupakan satu-satunya ilmu analisis
yang abstrak diantara semua ilmu kemasyarakatan.
2. Secara spesifik sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kedinamisan bentuk proses
kebudayaan yang menekankan hubungan interaksi social antar individu atau antar
masyarakat dimana keduanya adalah unsure yang saling ketergantungan dan saling
mempengaruhi.
10. William Graham Sumner (1840-1910)

Lahir di Paterson, New Jersey, Amerika Serikat 30 Oktober tahun 1840. Orang tuanya
adalah keturunan Inggris, berlatar belakang sosial sederhana. Setelah lulus sekolah, ia belajar
bahasa dan sejarah kuno di Göttingen (1864) dan teologi dan filsafat di Oxford (1866). Tahun
berikutnya ia diangkat sebagai pengajar di Yale. Pada tahun 1869 ia meninggalkan Yale
untuk menjadi rektor gereja-gereja di New York City dan Morristown, New Jersey. Pada
tahun 1872 ia menjadi profesor pertama dari ilmu politik dan sosial di Yale. Pada tanggal 12
April 1910, Sumner meninggal dunia di Englewood, New Jersey.
William Graham Sumner adalah seorang akademisi berkebangsaan Amerika yang
menjadi pengajar ilmu sosiologi pertaman di Yale College. Selama bertahun-tahun mengajar,
Sumner memiliki reputasi sebagai salah satu guru yang paling berpengaruh di Yale College.
Sumner lahir di Paterson, New Jersey pada tanggal 30 Oktober 1840. Dia adalah putra
pasangan Thomas Sumner, yang berkerja sebagai tukang reparasi mesin kereta api dengan
istrinya yang berkebangsaan Inggris. Pada tahun 1863, Sumner berhasil menyelesaikan
studinya dan lulus dari Yale College. Di universitas tersebut, Sumner pernah menjadi anggota
Skull and Bones, sebuah perkumpulan elit dan rahasia yang diperuntukkan bagi mahasiswa di
Yale.
Sebagai seorang sosiolog, Sumner telah memberikan kontribusi cukup besar kepada
perkembangan ilmu sosiologi dengan mengembangkan konsep folkways etnosentrisme.
Sistem sosiologi Sumner didasarkan pada konsep in-group dan out-group.
Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata
kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga
sekelompok maupun warga-warga dari kelompok lainnya. Apabila suatu kebiasaan dianggap
demikian pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka kebiasan tersebut menjadi
tata kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas.
Menurut Sumner ada empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar,
rasa cinta, rasa takut dan rasa hampa. Dari dorongan teersebut timbullah kepentingan-
kepentingan yang menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan kebudayaan. Karena itu,
keempat dorongan tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial yang terpokok. Teori
Spencer ini sendiri lebih berpengaruh terhadap sosiologi Amerika awal dikarenakan Spencer
menulis dan menjelaskan konsepnya menggunakan bahasa Inggris, sedangkan teoritisi lain
tidak.
Selain itu, Sumner menulis dan menjabarkan pengertian nonteknis yang menyebabkan
karyanya mudah diterima oleh kalangan yang lebih luas. Teorinya bersifat menerangkan bagi
masyarakat yang tengan menjalani proses industrialisasi.

Anda mungkin juga menyukai