KELAS : X IPS 4
MAPEL : SOSIOLOGI
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April. Dia adalah seorang sosiolog
teoritis dan praktisi pendidikan. Durkheim fokus kepada kesatuan masyarakat.[14]
Menurutnya, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial.
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan
antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Lambat laun
pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis
berubah menjadi solidaritas organis.
Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa
tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia
membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan
memaksa individu. Ia juga membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan
nonmaterial. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta
sosial nonmaterial. Sedangkan masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif telah
menurun, pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya
dalam hubungan saling tergantung. Dan dalam karyanya yang terakhir, The Elementary
Forms of Religious Life (1912/1965) Durkheim yakin bahwa sumber agama adalah
masyarakat itu sendiri. Dalam agama primitif benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan
binatang didewakan. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama
adalah satu dan sama. [15]
Dalam masalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh
kelompok, yaitu: [16]
1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi agama
3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social,
perkawinan dan keluarga.
4. Sosiologi tentang kejahatan
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6. Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7. Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka: [17]
1. The Social Division of Labor (1893)
2. The Rules of Sociological Method (1895)
3. The Elementary Forms of Religious (1912)
2. Max Webber (1864-1920)
Max Webber, seorang Jerman yang lahir di Erfurt 21 April 1864. Weber belajar
beragam subjek, mencakup hukum, ekonomi, sejarah, agama, dan filsafat. Dia juga sempat
menduduki jabatan-jabatan akademik penting di sejumlah universitas di Jerman, dan dia juga
merupakan tokoh terkenal dikalangan politisi pada masanya. Karya Weber pada dasarnya
adalah teori tentang proses rasionalisasi.[18]
Weber percaya bahwa saat tradisi hilang dan digantikan dengan rasionalitas, Eropa
mengalami industrialisasi dan mengadopsi ekonomi kapitalistik. Misalnya, dalam sebuah
masyarakat tradisional seorang petani yang sakit mungkin akan meminta pertolongan
tetangga, namun dalam masyarakat industri seorang pekerja yang sakit tak memilki siapapun
kecuali agen birokrasi pemerintah. [19]
Ia berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus
menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social. Weber melihat bahwa birokrasi sebagai
contoh klasik rasionalisasi. Mengenai proses birokratisasi ia membedakan antara tiga jenis
sistem otoritas yakni tradisional, karismatik, dan rasional legal. Max juga terkenal dengan
teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang
ditulisnya antara lain: [20]
1. The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)
2. Economy and Society (1920)
3. Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)
3. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia adalah seorang ahli filsafat sejarah
Jerman. Marx hidup selama abad ke-19, yaitu saat kapitalisme merajai wilayah Eropa dan
Amerika.[7]
Marx yakin bahwa setiap manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.
Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan
kreatif mendasar yang mereka miliki. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah
makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang
mereka perlukan untuk hidup. Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini dihancurkan,
dan mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah
struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi, produk
yang diproses dan orang lain, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri.[8]
Dalam terminologi sarjana beraliran Marxist, tanaman produksi, pabrik baja, dan yang
serupanya disebut sebagai alat-alat produksi, dan mereka yang menjadi pemiliknya disebut
dengan kaum borjuis. Para pekerja yang menjual tenaganya untuk kaum borjuis itu disebut
kaumproletar. Marx percaya bahwa setiap masyarakat kapitalis pada akhirnya akan terpecah
oleh konflik antara kaum borjuis dan proletar.[9]
Menurut Marx, kapitalisme di dalamnya memiliki penyebab-penyebab kerusakannya.
Kaum borjuis memberi upah yang sangat rendah sehingga kaum proletar hampir tidak
mungkin bertahan hidup. Marx memberi prediksi bahwa kehidupan para pekerja yang
sengsara itu akan memberi penyadaran bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari
kesengsaraan itu adalah dengan bersatu dan melakukan revolusi. Marx juga percaya bahwa
sifat dasar pekerja industri juga memberi kontribusi bagi kejatuhan kapitalisme. Marx yakin
bahwa tragedi kapitalisme terjadi dengan cara bahwa suatu sistem mentransformasikan kerja
dari sesuatu yang bermakna menjadi sesuatu yang tidak bermakna. [10]
4. Selo Soemardjan
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirazadeh, 1982). Ia
kahir dari keluarga terpelajar, dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari
matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai Sultan di Tunisia, Maroko,
Spanyol dan Al-Jazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan penasehat
sultan.[1]
Adapun pendapat Khaldun tentang watak-watak masayarakat manusia dijadikannya
sebagai landasan konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang
melalui empat mazhab yaitu fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan,
dan fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini
oleh Khaldun sering disebut dengan fase pembangun, pemberi gambar gembira, penurut, dan
penghancur.[2]
6. Auguste Comte (1789-1857)
Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia menganut pandangan evolusi yang
berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang
semakin baik dan karena itulah kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri.
Berbeda dengan Comte, Spencer memusatkan perhatian pada individu, sedangkan Comte
menekankan pada unit yang lebih besar seperti keluarga.[11] Dalam bukunya The Principles
of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan
sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik,
agama, pengendalian sosial dan industri. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus
menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-
norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan.
Salah satu teori evolusinya berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat.
Masyarakat tumbuh melalui perkembangbiakan individu dan penyatuan kelompok-kelompok.
Peningkatan ukurannya, masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama
makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dalam tulisannya mengenai
etika dan politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusiya yang lain. Di satu sisi ia
memandang masyarakat berkembang menuju keadaan moral yang ideal atau sempurna. Di
sisi lain ia menyatakan bahwa masyarakat yang paling mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannyalah yang akan bertahan hidup, sedangkan masyarakat yang tak mampu
menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya. Hasil proses ini adalah peningkatan
kemampuan menyesuaikan diri masyarakat secara keseluruhan.[12]
8. Pierre Guillaurne Frederic Le Play
Simmel adalah seorang filosof dan sosiolog dari Jerman yang lahir di pusat kota Berlin
pada tanggal 1Maret 1858, anak dari 7 bersaudara. Ayahnya adalah pengusaha sukes dari
Yahudiyang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Ayahnya
meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk sebagai walinya.
Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional.
Menurut Simmel, sosiologi adalah:
1. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan khusus yang merupakan satu-satunya ilmu analisis
yang abstrak diantara semua ilmu kemasyarakatan.
2. Secara spesifik sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kedinamisan bentuk proses
kebudayaan yang menekankan hubungan interaksi social antar individu atau antar
masyarakat dimana keduanya adalah unsure yang saling ketergantungan dan saling
mempengaruhi.
10. William Graham Sumner (1840-1910)
Lahir di Paterson, New Jersey, Amerika Serikat 30 Oktober tahun 1840. Orang tuanya
adalah keturunan Inggris, berlatar belakang sosial sederhana. Setelah lulus sekolah, ia belajar
bahasa dan sejarah kuno di Göttingen (1864) dan teologi dan filsafat di Oxford (1866). Tahun
berikutnya ia diangkat sebagai pengajar di Yale. Pada tahun 1869 ia meninggalkan Yale
untuk menjadi rektor gereja-gereja di New York City dan Morristown, New Jersey. Pada
tahun 1872 ia menjadi profesor pertama dari ilmu politik dan sosial di Yale. Pada tanggal 12
April 1910, Sumner meninggal dunia di Englewood, New Jersey.
William Graham Sumner adalah seorang akademisi berkebangsaan Amerika yang
menjadi pengajar ilmu sosiologi pertaman di Yale College. Selama bertahun-tahun mengajar,
Sumner memiliki reputasi sebagai salah satu guru yang paling berpengaruh di Yale College.
Sumner lahir di Paterson, New Jersey pada tanggal 30 Oktober 1840. Dia adalah putra
pasangan Thomas Sumner, yang berkerja sebagai tukang reparasi mesin kereta api dengan
istrinya yang berkebangsaan Inggris. Pada tahun 1863, Sumner berhasil menyelesaikan
studinya dan lulus dari Yale College. Di universitas tersebut, Sumner pernah menjadi anggota
Skull and Bones, sebuah perkumpulan elit dan rahasia yang diperuntukkan bagi mahasiswa di
Yale.
Sebagai seorang sosiolog, Sumner telah memberikan kontribusi cukup besar kepada
perkembangan ilmu sosiologi dengan mengembangkan konsep folkways etnosentrisme.
Sistem sosiologi Sumner didasarkan pada konsep in-group dan out-group.
Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata
kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga
sekelompok maupun warga-warga dari kelompok lainnya. Apabila suatu kebiasaan dianggap
demikian pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka kebiasan tersebut menjadi
tata kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas.
Menurut Sumner ada empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar,
rasa cinta, rasa takut dan rasa hampa. Dari dorongan teersebut timbullah kepentingan-
kepentingan yang menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan kebudayaan. Karena itu,
keempat dorongan tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial yang terpokok. Teori
Spencer ini sendiri lebih berpengaruh terhadap sosiologi Amerika awal dikarenakan Spencer
menulis dan menjelaskan konsepnya menggunakan bahasa Inggris, sedangkan teoritisi lain
tidak.
Selain itu, Sumner menulis dan menjabarkan pengertian nonteknis yang menyebabkan
karyanya mudah diterima oleh kalangan yang lebih luas. Teorinya bersifat menerangkan bagi
masyarakat yang tengan menjalani proses industrialisasi.