Anda di halaman 1dari 8

Teori Interaksi Imajiner

Sebuah Kajian Membentuk Mental Berkomunikasi Antar Mahasiswa


Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau

Khairum Bashir (11631101064)


Mahasiswa Semester V kelas A Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Islam Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sulatan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
Email: Khairum016@gmail.com

Abstrak: Teori ini ditulis oleh James M. Honeycutt (2008) sebagai salah satu
teori komunikasi antarpribadi yang terpusat pada individu. Judul aslinya,
Imagined Interaction Theory, dengan subjudul, Mental Representations of
Interpersonal Communication. Sering kali kita melihat bahwa interaksi yang
terjadi ditengah kehidupan harus dilakukan dengan orang-orang yang kita kenal,
oleh karena itu teori ini muncul untuk mengkaji fenomena tersebut. Apalagi
seorang mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang lulusannya dikemudian hari banyak
melakukan interaksi ditengah masyarakat, yang akan menjadi suluh dalam
kegelapan dan tempat bertanya orang-orang yang membutuhkan pencerahan untuk
kembali kepada Tuhan yang maha kuasa. Tentu mempelajari dan memperdalam
teori ini sangat dibutuhkan karena dengan interaksi imajiner ini bisa membentuk
mental mahasiswa dalam berkomunikasi didepan masyarakat. Tidak hanya itu
mereka juga akan dibuka pandangannya dalam melihat dan menilai fenomena
yang terjadi dimasyarakat untuk diambil jalan tengahnya sehingga ditemui
persamaan yang akan disepakati untuk meminimalisir konflik yang mungkin saja
terjadi. Melalui pengakajian teori interaksi imajiner ini diharapkan dapat
memberikan solusi bagi problema kegagalan mental lulusan dari Fakultas
Ushuluddin ditengah masyarakat yang sekian lama terjadi hingga saat ini, yang
bahkan mungkin membuat mahasiswa yang mendapat gelar sarjana agama namun
kurang atau bahkan tidak dihargai sehingga kurang memberikan pengaruhnya
ditengah masyarakat.

Pendahuluan

Seorang Tokoh Sosiologi Modern James M. Honeycutt mencetus Teori


baru yang ia beri nama Teori Interaksi Imajiner yang merupakan salah satu teori
komunikasi antarpribadi yang terpusat pada individu. Judul aslinya, Imagined
Interaction Theory, dengan subjudul, Mental Representations of Interpersonal
Communication.1 Dalam kehidupan sehari-hari kita biasanya mengharapkan

1
Muhammad Budyatna, Teori-teori mengenai komunikasi antar pribadi, (Jakarta:
Kencan, 2015) hal. 74

Khairum Bashir | 1
pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang kita kenal dan bahkan
berinteraksi dengan mereka. Tentu hal yang sama juga akan dirasakan oleh
mahasiswa UIN SUSKA khususnya yang berada di lingkungan Fakultas
Ushuluddin, dengan melakukan diskusi antar mahasiswa yang sudah berada
dilingkungan yang sama sudah pasti percakapannya lebih nyambung dan lebih
menarik, selain faktor keilmuan juga karena sudah lama menjalin hubungan
pertemanan.
Selanjutnya, setelah bertemu seseorang, kita kadang-kadang mengenang
kembali pertemuan yang ada dipikiran kita seperti yang kita bayangkan mengenai
apa yang kita katakan dan bagaimana kita telah dapat mengatakan sesuatu secara
berbeda. Contoh-contoh ini mencerminkan interaksi-interaksi imajiner atau
Imagined Interactions, yang merupakan bagian dari melamun atau daydreaming
dan yang mencerminkan pembicaraan internal.2 Menurut Honeycutt Interaksi
Imajiner mengacu kepada proses kognisi sosial dimana para individu
membayangkan dan oleh karena itu secara tidak langsung mereka sendiri
mengalami dalam pertemuan-pertemuan yang diharapkan dengan orang lain.
Teori ini memfokuskan dan mengatur gagasan-gagasan para individu
khususnya mahasiswa yang berada di Fakultas Ushuluddin mengenai komunikasi,
para mahasiswa yang terlibat dalam tindakan khusus mengenai komunikasi dan
mengenai konteks komunikasi itu sendiri. Teori ini memiliki banyak karakteristik
yang sama dengan percakapan yang sesungguhnya bahwa karakteristik tersebut
mungkin tidak lengkap, luas ataupun bertalian secara logis.
Teori interaksi imajiner juga menjalankan fungsi-fungsi multipel,
termasuk memelihara hubungan-hubungan dan mengelola konflik yang terjadi di
masyarakat.3 Dalam lingkungan mahasiswa tentu konflik-konflik yang terjadi juga
tidak mungkin dapat dihindari seperti pemilihan Gubernur Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin tahun 2018 yang juga sempat ricuh karena terjadi kesalahpahaman
antar pendukung calon, yang mana masing-masing mengklaim bahwa dialah yang
menang. Disini Teori Interaksi Imajiner berfungsi untuk menyelesaikan persoalan

2
Loc. Cit.
3
Ibid, Muhammad Budyatna, hlm. 75

Khairum Bashir | 2
ini secara baik, dengan melakukan pembicaraan-pembicaraan individual terhadap
orang yang terlibat didalam masalah ini.
Teori ini merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah dengan
memperkenankan individu berfikir melalui masalah itu, teori ini juga dapat
membantu orang dalam merencanakan pesan-pesan dan dalam meningkatkan
efektivitas komunikasi.

Pembahasan

Epistimologi utama mengenai Teori Interaksi Imajiner dapat dilukiskan


sebagai Post-positivist. Keseberagaman metode ditriangulasikan dalam menguji
teori di luar pengakuan bahwa observasi-observasi dan ukuran-ukuran secara
inheren tidak sempurna. Keberhasilan teori ini diukur melalui survei-survei,
jurnal, bahkan melalui penggunaan prosedur “memperdengarkan”, dimana peran
individu-individu memainkan dialog imajiner mereka dengan para mitra interaksi
sebelum berbicara dengan mereka (Honeycutt, 2003, in press).
Teori interaksi imajiner didasarkan dalam karya para ahli interaksionisme
simbolik dan naskah para ahli teori kognitif termasuk Mead (1934)4, Deway
(1922), Schutz (1962), dan Abelson (1976). Mead membahas percakapan yang
diinternalisasikan atau dihayati mengenai gerak isyarat di mana para pelaku
individual yang secara sadar memonitor tindakan sosial dengan meninjau bagian
akhir alternatif mengenai setiap tindakan tertentu dimana mereka terlibat.5
Dari pernyataan diatas jika dikaitkan dengan masalah yang terjadi
dilapangan seperti dialog-dialog yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Ushuluddin baik secara internal tentu tidak akan terlepas dari membahas masalah-
masalah untuk menyatukan perbedaan pemaham tentang agama dalam lingkungan

4
Interaksionisme simbolik menjelaskan mengenai proses berpikir sebagai inner conversation.
Mead menyebutkan aktivitas ini sebagai minding. Untuk dapat berpikir, seseorang memerlukan
bahasa. Bahasa adalah software untuk bias mengaktifkan mind. Mead mengatakan bahwa
manusia memiliki kemampuan yang unik untuk memerankan orang lain. Seperti pada saat masa
kecil dimana kita sering bermain peran sebagai orang tua, berbicara dengan teman imajiner, dan
terus menerus menirukan peran – peran orang lain. Dan pada saat dewasa kita akan meneruskan
untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan bertindak sebagaimana orang itu akan
bertindak. Dapat dilihat dalam buku Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: FEUI, 2004),
hlm. 22
5
Op.Cit, Muhammad Budyatna, hlm. 75-76

Khairum Bashir | 3
masyarakat. Dari dialog yang mereka lakukan tentu berdasarkan fenomena dan
pengalaman pribadi mereka dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu
mahasiswa yang terlibat tentu saling bertukar pikiran dan mengeluarkan
pemikiran-pemikiran mereka untuk menguji berbagai macam skenario yang
mungkin terjadi mengenai sebuah peristiwa yang terjadi di masyarakat mengenai
suatu tindakan.
Jadi apabila seseorang orang yang mengalami interaksi imajiner mereka
mungkin mengalami sebuah gambaran mengenai pengetahuan yang tertulis atau
sebagian tertulis, dengan informasi yang secara langsung dibawa ke dalam
kesadaran eksplisit untuk dibicaran. Oleh karena itu, ingatan kita mengenai
hubungan-hubungan yang kemudian membentuk naskah-naskah atau pengalaman-
pengalaman bagi perilaku-perilaku yang sesuai dalam hubungan-hubungan.
Harus dicatat bahwa istilah interaksi imajiner digunakan secara strategis
sebagai pengganti percakapan imajiner atau dialog internal, karena interaksi
imajiner merupakan istilah yang lebih luas termasuk pula imajiner verbal dan non
verbal. Imajiner visual mencerminkan suasana interaksi (seperti, kantor, ruang
kecil dan mobil). Imajiner verbal mencerminkan macam-macam dialog yang
dikhayalkan diri sendiri oleh orang lain (seperti mengatakan selamat atas nilai A
yang diraih oleh teman kita, karena ia belajar dengan sungguh-sungguh)
Konseptualisasi komunikasi dalam teori ini dapat dilihat dari pengolahan
sikap mahasiswa terhadap informasi, ciri-ciri inti mengenai teori interaksi
imajiner ialah ketergantungannya pada komunikasi antarpribadi sebagai dasar di
mana bentuk-bentuk lainnya mengenai komunikasi. Bagaimanapun juga bila
seseorang berbicara mengenai kelompok kecil, organisasi, budaya atau
komunikasi massa, pemrosesan individual mengenai informasi yang didapat
dikumpulkan untuk dapat menyatukan pemikiran yang berbeda menjadi satu
kerukunan untuk mencapai sebuah persatuan dalam kekerabatan yang erat
diantara individu khususnya mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau.
Terdapat enam fungsi dasar yang diberikan oleh Interaksi Imajiner ini,
yaitu :
a) Memelihara hubungan-hubungan
b) Mengelola konflik

Khairum Bashir | 4
c) Mengulang pesan-pesan
d) Membantu orang dalam memahami diri sendiri melalui klasifikasi
pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan
e) Memberikan kelegaan emosional dan meredakan ketegangan; dan
f) Memberikan konfensasi bagi kurangnya interaksi nyata.6

Dari enam fungsi diatas dapat kita gunakan dalam berbagai macam
konteks kehidupan khususnya yang berkaitan dengan kehidupan mahasiswa yang
berada di lingkungan akademik Fakultas Ushuluddin, misalkan yang pertama
memelihara hubungan-hubungan dengan demikian kekerabatan dan kesolidan
antara mahasiswa bisa menjadi kuat, sehingga bisa meminimalisir konflik yang
mungkin terjadi. Hal yang seperti ini telah dilatih ketika melakukan PBAK yang
di taja oleh BEM Fakultas Ushuluddin, dengan memelihara hubungan silaturrahmi
dan memperluas tali persaudaraan sehingga beberapa konflik yang ada dalam
kerja tim telah bisa dijaga sehungga hubungan antar mahasiswa tetap terjaga
keharmonisannya, dengan begitu hendaknya fungsi dari interaksi imajiner ini bisa
terus dikembangkan ketika mahasiswa itu lulus menyandang gelar sarjana,
sehingga mentalnya tidak ciut ketika menemukan masalah yang bisa memutuskan
hubungan-hubungan kekerabatan ummat ditengah masyarakat.
Mengelola konflik, fungsi pengelolaan konflik ini menyoroti peran
perenungan dimana setiap orang memiliki pemikiran-pemikiran yang berulang
tentang konflik dan berdebat yang membuat sulit untuk fokus pada hal-hal lain,
misalnya seperti mendiskusikan sebuah topik atau makalah didepan teman-teman
atau ketika rapat dalam organisasi tentu konflik atau perdebatan tidak akan dapat
dihindari, karena setiap orang atau dalam hal ini mahasiswa memiliki pandangan
tersendiri terhadap apa yang dibahas, tentu jiwa mudanya akan kelihatan dengan
mengeluarkan trobosan dari hasil perenungannya ssehingga terbentuklah sebuah
pemikiran kedepan umum, agar apa yang telah ia renungi dapat diterima oleh
orang lain. Disini fungsi pengelolaan konflik dalam interaksi imajiner di perlukan,
jika pendapatnya tidak diterima oleh orang lain tentu ia harus bisa menerima
dengan lapang dada terhadap hasil yang telah ditentukan dari diskusi dan dialog-
dialog yang telah dilakukan.

6
Ibid, Muhammad Budyatna, hlm. 78

Khairum Bashir | 5
Penelitian interaksi imajiner telah menghabisan banyak waktu menelaah
dan perenungan pesan. Penggunaan teori ini dikaitkan juga kepada penelitian
kognitif yang memungkinkan penyesuaian kepada pesan-pesan setelah efek
potensial mereka pada hubungan tertentu telah dinilai. Implikasinya bahwa
individu-individu mengulang pesan, rupanya melalui penggunaan interaksi
imajiner, dan melakukan perubahan seperlunya untuk mencapai hasil-hasil yang
diinginkan.7
Fungsi pemahaman diri interaksi imajiner menekankan bagaimana teori ini
digunakan untuk memahami diri kita secara lebih baik. Teori interaksi imajiner
juga dapat membuka aspek-aspek perlawanan atau perbedaan mengenai diri.
Berikutnya teori ini berfungsi untuk berhubungan dengan kemampuan untuk
meredakan ketegangan dan mengurangi ketidak pastian mengenai tindakan-
tindakan orang lain. Sebagaimana dengan apa yang telah diungkapkan studi kasus
diatas bahwa dengan teori interaksi imajiner mampu membuat mahasiswa
mengontrol emosi-emosi yang berada didalam dirinya untuk mengendalikan
suasana yang terjadi disekitarnya, seperti hasil pemikirannya tidak diterima ketika
rapat atau melakukan interaksi dengan orang lain, sehingga dengan demikian ia
telah mempunyai kemampuan untuk meredakan ketegangan yang ada dengan
sikap yang lebih tenang sehingga konflik bisa di selesaikan dengan baik. Hal ini
juga akan lebih berguna dimasyarakat setelah mahasiswa tersebut lulus dari
Fakultas Ushuluddin dengan membawa gelar sarjana agama yang diharapkan
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi ditengah masyarakat,
yang selalu identik dengan permasalahan kerukunan umat beragama dan
perbedaan pemahaman terhadap paham keagamaan yang sering terjadi perpecahan
ditengah masyarakat karena kurangnya rasa toleransi antar kelompok ditengah
kehidupan bermasyarakat. Hal ini yang menjadi tujuan dari interaksi imajiner
untuk menyelesaikan permasalah yang ada, dan disini diperlukan pembentukan
mental keberanian mahasiswa khususnya yang belajar ilmu ushuluddin karena
merekalah yang akan menjadi pionir-pionir atau agen yang akan membawa
perubahan, dan mengubah sudut pandang masyarakat agar bisa melihat dibalik

7
Ibid, Muhammad Budyatna, hlm. 82

Khairum Bashir | 6
perbedaan terdapat persamaan yang mesti kita kita satukan untuk mempererat
hubungan kekerabatan ditengah masyarakat.
Kekuatan dan keterbatasan teori ini, teori interaksi imajiner menjelaskan
bagaimana konflik-konflik bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri tetapi
agaknya dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman sebelumnya dari para
komunikator. Misalnya, dengan tidak adanya konflik yang sebenarnya, interaksi
imajiner yang retroaktif ini dapat digunakan untuk memelihara konflik dengan
menghidupkan kembali baik isu-isu yang ditujukan maupun emosi-emosi yang
dirasakan selama pertemuan-pertemuan sebelumnnya. Meskipun demikian fungsi
pengelolaan konflik dari interaksi imajiner tidak memisahkan pertemuan konflik
lainnya didalam hubungan, maka fungsi pengelolaaan konflik menciptakan
keadaan yang lebih dalam mengenai konflik dari pada yang ditemukan pada
banyak teori mengenai konflik itu sendiri.
Kritik terhadap teori interaksi imajiner mengenai kemampuan para peneliti
kognitif untuk mengidentifikasi atau menyimpulkan keberadaan mengenai
keadaan kognitif internal dari perilaku eksternal.8 Yang dikritik adalah cara
peneliti dalam menafsirkan masalah dan konflik yang terjadi dalam realita
kehidupan banyak yang tidak sinkron dengan apa yang diungkapkan oleh para
peneliti dari bidang komunikasi.

Penutup

Teori interaksi imajiner ini sangat diperlukan oleh mahasiswa khususnya


yang berada dalam lingkungan Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau, untuk
memahami dan menjelaskan konflik yang sering terjadi ditengah masyarakat,
dimana konflik yang terjadi tidak akan pernah terlepas dari Toleransi dan
Intoleransi terhadap perbedaan keyakinan dan paham keagamaan. Oleh karena itu,
diperlukannya interaksi imajiner untuk menjelaskan kepada masyarakat awam
yang berada diluar lingkungan akademik kampus agar mendapat pencerahan
terhadap perbedaan untuk mencapai kesepakatan dan saling bertoleransi dalam
berbagai perbedaan.

8
Ibid, Muhammad Budyatna, hlm. 86

Khairum Bashir | 7
Tujuan utama dari Mahasiswa itu sendiri adalah mengabdi ditengah
masyarakat untuk menjelaskan dan menyelesaikan perdebatan kusir yang terjadi
dimasyarakat agar mencapai penyelesaian dan kerukunan ummat ditengah
perbedaan masyarakat yang berbeda keyakinan, ras, dan kebudayaan tanpa
merusak hubungan kekerabatan ditengah masyarakat.
Dari tujuan diatas dapat dikatakan bahwa teori interaksi imajiner ini,
setidaknya dapat membuka mata dan merubah cara pandang mahasiswa dalam
menjelaskan persoalan yang ada, sehingga terbentuklah mental yang tangguh
untuk menyelesaikan persoalan diatas agar tercapainya tujuan dari lulusan
Fakultas Ushuluddin yang berkompeten dan berpengaruh ditengah masyarakat.
Sehingga lulusan ini mampu menjadi agen perubahan yang menciptakan suasana
yang tentram di masyarakat dengan menekan konflik-konflik yang terjadi dan
merubah pemahaman masyarakat untuk lebih dapat memahami perbedaan dan
menyatukan persamaan yang ada, agar tercapai kesejahteraan dan perdamaian di
dalam kehidupan bermasyarakat.

Sumber Rujukan

Muhammad Budyatna. Teori-Teori Mengenai Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:


Kencan, 2015.
Santoso, Edi dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010.
Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: FEUI. 2004.

Khairum Bashir | 8

Anda mungkin juga menyukai