Laporan Penelitian disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Disusun oleh:
NPM. 13.0401.0049
NPM. 13.0401.0000
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berawal dari ajaran Rasulullah SAW. bahwasannya ziarah kubur adalah sebuah
ibadah yang masyru’ (disyariatkan) hingga kini masyarakat pun masih terus menjalankan
dan mengamalkannya. Bahkan lebih dari itu, ziarah kubur telah menjadi sebuah tradisi
yang membudaya.
Maka tidak heran jika kemudian ziarah kubur pun dikaitkan dengan waktu,
tempat dan ritual tertentu. Hal semacam ini yang kemudian menarik banyak kalangan
baik dari para pedagang, pengusaha travel, pemandu wisata hingga pemerintah daerah
untuk mengusungnya bersama. Tidak perlu bertanya ‘mengapa’, tentu saja karena mereka
semua memiliki kepentingan tersendiri.
Berawal dari beberapa hal diatas maka dibutuhkan sebuah penelitian lebih
mendalam tentang permasalahan ini dengan harapan dapat menjadi rujukan dalam
mengenali motivasi masyarakat dalam prosesi ziarah kubur.
B. Rumusan Masalah
Kapan dan dimana ziarah kubur dipercaya akan bernilai lebih utama?
C. Tujuan
D. Manfaat
Dapat mengetahui motivasi masyarakat dalam melaksanakan prosesi ziarah kubur
sehingga dapat menjadi bahan kajian untuk membenahi Aqidah, praktik ibadah dan
mengoptimalkan potensi daerah.
Dapat mengetahui kepercayaan masyarakat mengenai waktu dan tempat yang
dipercaya lebih utama untuk melangsungkan prosesi ziarah kubur.
BAB II
TUJUAN TEORITIS
A. Ziarah Kubur
Berasal dari bahasa Arab, ziarah adalah bentuk mashdar (adverb) dari kata
zaara – yazuuru – ziyaaratan berarti ‘berkunjung’ atau ‘kunjungan’. Sementara
kubur atau kuburan adalah tempat dimana mayat dimakamkan. Adapun ziarah kubur
adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang telah
meninggal dunia baik yang dulu semasa hid upnya telah dikenal maupun yang tidak
kenal.
Dalam ajaran Islam ziarah kubur termasuk diantara sebuah ibadah yang
disyariatkan. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim disebutkan Dari Abu
Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah pada makam ibunya,
beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu
bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun
aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku
pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”1
Dengan tujuan mengingatkan kematian, dalam ajaran Islam bahkan diperbolehkan ziarah
kubur sekalipun kubur tersebut ditinggali oleh mayat non-muslim. Imam An-Nawawi pun dalam
menjelaskan hadits tersebut diatas mengatakan bahwa berziarah di makam non-muslim tetap
diperbolehkan selagi tidak bermaksud untuk mendoakan si mayit.
B. Motivasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan sebagai “Usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.”2
Maka merujuk pada definisi motivasi diatas seseorang dapat berziarah kubur dengan
memiliki motivasi lebih dari satu, dan hal tersebut menjadi pendorong perbuatannya dan
motivasi tersebut tersimpan dalam jiwanya.
1
HR. Muslim no.108, 2/671
2
http://www.kamusbahasaindonesia.org
3
http://en.wikipedia.org
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam praktik kali ini adalah metode kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan
dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang
dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau organisasi tertentu
dalam suatu setting konteks tertentu.
B. Fokus Penelitian
Dalam laporan ini peneliti akan meneliti tentang motivasi para peziarah makam,
khususnya adalah peziarah Komplek Pemakaman Aulia Gunungpring dan Komplek
Pemakaman Watucongol. Dalam memperkuat hasil penelitian, setting waktu dan tempat
akan menjadi pembahasan tambahan.
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis (malam Jum’at Pon). Tanggal 14
November 2013 bertepatan dengan 10 Muharam 1435 H. Atau dalam kalender jawa
berada di tanggal 10 Sura 1947 di tahun dan windu Alip, Sengara Langkir.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam tahapan pengumpulan data, teknik yang ditempuh setidaknya melalui dua cara:
I. Wawancara
PEMBAHASAN
4
Al-Mustadrak ‘Ala As-Shahihain, Muhammad An-Naisaburi
Satu lagi yang menjadi penguat praktik ziarah kubur di Indonesia adalah
kepercayaan Hindu – Budha yang telah lama mengakar. Kepercayaan bahwa makam
adalah tempat beristirahatnya arwah para leluhur telah lama diyakini masyarakat,
karenanya beberapa makam tertentu akan diziarahi oleh lebih banyak peziarah dibanding
makam lainnya. Penyebabnya adalah, pada makam tersebut dihuni oleh arwah kyai yang
memiliki kedekatan hubungan dengan Allah, sehingga seorang peziarah dapat meminta
tolong padanya menjadi wasilah (penghubung) doanya pada Allah. Atau beberapa
diantaranya justru berziarah, membawa sesajian dengan maksud agar arwah penghuni
makam tersebut tidak marah.
Dalam penelitian kali ini kami berhasil mewawancarai seorang Pemimpin
Rombongan Ziarah dari Banyumas bernama KH. Sujanto, beliau adalah seorang
pemandu ziarah yang telah terbiasa memandu jamaah peziarah sejak berusia 20 tahun,
sementara sekarang beliau telah berusia 50 tahun. Dari tangan beliau kami berhasil
mendapatkan catatan eksklusif tentang makam-makam yang biasa dikunjungi para
peziarah di sekitar Jawa dan Madura.
C. Data Peziarah
Setelah mengetahui sejarah kubur, ziarah kubur dan beberapa tempat yang biasa
diziarahi di Indonesia, untuk melengkapi pembahasan kami juga berhasil mendapatkan
data para peziarah Pemakaman Aulia Pangeran Singasari Kyai Raden Santri
Gunungpring Muntilan dari tahun 2010 hingga bulan Maret tahun 2013.
Rata-rata
36.578 37.127 47.340
perbulan
Rata-rata
8.540 8.659 11.0046
perpekan
Rata-rata
1.220 1.237 1.578
perhari
Dari data di atas tercatat jumlah kunjungan perbulan mengalami kenaikan yang
sangat signifikan pada bulan Juni dan Juli. Maka pertanyaan yang akan muncul adalah,
mengapa pada bulan tersebut jumlah pengunjung dapat meningkat sedemikian banyak?
Jawaban dari pertanyaan tersebut akan kita terima manakala penanggalan dalam
tabel data dikonversikan ke penanggalan Kalender Jawa. Hasil yang didapat adalah, pada
bulan tersebut di kalender jawa dikenal dengan bulan Ruwah, atau ummat Islam
mengenalnya dengan bulan Sya’ban, yakni satu bulan sebelum Pasa atau Ramadhan.
Di bulan itulah tradisi Sadranan atau juga dikenal sebagai Nyadran digelar. Yakni
sebuah kepercayaan yang berasal dari Hindu dimana seorang berkasta Sudra
diperintahkan oleh Brahmana untuk melakukan ziarah dan mengirim sesaji ke makam
para leluhur. Dalam ajaran Hindu kepercayaan ini disebut Sraddha. Penjelasan tentang ini
terdapat dalam Manawa Dharmasastra diuraikan secara panjang lebar tentang aturan
upacara Sraddha tersebut, termasuk pula larangang-larangan, misalnya pada sloka 249
Trityo Dyayah (Manu Smerti 3.249) yang berbunyi;
“Orang bodoh yang setelah makan makanan sraddha, memberikan sisanya kepada
seorang sudra (pelayan), jatuh kedalam neraka kala sutra” (Pudja, 2004:153)
Selain itu, seorang peziarah pun mengatakan bahwa menziarahi makam para aulia
ini juga dilangsungkan rutin setiap bulan Sura atau Muharram. Data dalam tabel di atas
pun menyebutkan bahwa pada bulan Desember (bertepatan dengan Muharam) jumlah
peziarah mengalami peningkatan meskipun tidak sebanyak di bulan Ruwah. Seluruh data
ini tentu akan menjadi bahan pembahasan mengenai motivasi masyarakat ketika
menziarahi makam.
Dari ketiga kepercayaan tersebut, praktik yang lebih banyak dijalani para peziarah
seperti yang kami saksikan di Pemakaman Aulia Gunung Pring dan Watucongol
Muntilan adalah kategori ke-dua. Adapun praktik ritual yang dijalani masyarakat secara
umum adalah:
1. Niat sejak dari rumah untuk melakukan ziarah kubur. Informan kami tidak
menjelaskan lebih rinci mengenai niat yang dibaca dan ketentuan lainnya.
2. Segera Wudhu ketika sampai pada komplek pemakaman. Sebagian diantara
pengunjung setelah wudhu melanjutkan dengan shalat sunnah sebagai wujud
syukur setelah melakukan wudhu.
3. Meminum Air dari kendi besar menggunakan beberapa gelas yang telah
disediakan oleh juru kunci, kemudian sebagiannya lagi disimpan dalam botol
untuk didoakan bersama dengan ritual di kubur. Mereka meyakini air ini
layaknya air zamzam yang berada di Makkah. Informan kami tidak
menjelaskan lebih lanjut dari mana sumber air ini.
4. Duduk di belakang kyai (atau pemimpin rombongan) sambil mengelilingi
makam dengan sopan. Tidak ada ketentuan laki-laki dan perempuan dalam
duduk, sebagian diantara mereka bercampur, namun sebagian besar tetap
mendahulukan laki-laki berada di baris terdepan.
5. Membaca surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, An-Nas, Al-Falaq, Yasin
kemudian dilanjutkan dengan ritual Tahlilan. Seluruh bacaan ini dipimpin oleh
Kyai (atau yang mewakili) dengan suara lantang. Dalam praktik di
pemakaman aulia Gunungpring sebagaimana kami saksikan terdapat beberapa
kelompok peziarah, mereka semua berdoa dengan suara lantang dan saling
bersautan tanpa ada yang merasa terganggu.
6. Berdoa dengan menjadikan penghuni kubur sebagai media tawasul / wasilah
(perantara). Kami berhasil mendapatkan catatan doa berbahasa arab langsung
dari tangan Pemimpin Rombongan, KH. Ahmad Sujanto. Satu lembar catatan
ditulis menggunakan huruf arab, dan satu lagi catatan ditulis menggunakan
ejaan Indonesia.
7. Berdoa sendiri (dengan suara pelan) sesuai hajat masing-masing peziarah.
8. Menutup ritual dipimpin oleh Kyai dan dilanjutkan dengan meminum air yang
sebelumnya telah disiapkan dalam botol. Beberapa peziarah juga bertawasul
dengan amal shalih seperti shadaqah di kotak infaq.
E. Motivasi Para Peziarah
Dari penelitian lapangan dan studi literatur ada beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik baik dari keterangan peziarah secara langsung, penjelasan literatur dan juga
analisa data, diantaranya adalah.
Secara umum dalam Islam Rasulullah tidak pernah mengajarkan waktu terbaik
untuk berziarah, juga tempat terbaik untuk berziarah. Rasulullah pernah berziarah di
waktu pagi dan petang, dan waktunya pun tidak pernah dirinci, begitupun dengan para
sahabat. Dalam beberapa hadits justru beliau melarang melakukan perjalanan ke suatu
daerah khusus hanya untuk menziarahi sebuah makam.
Namun masyarakat meyakini ada waktu tertentu dimana ziarah menjadi ritual
yang diyakini lebih utama, diantaranya adalah:
1. Sadranan / Nyadran
Seperti yang telah disampaikan di awal pembahasan, diantara keyakinan
masyarakat jawa ada yang disebut Sadranan atau Nyadran. Praktik ini
berlangsung di bulan Ruwah / Sya’ban lebih khususnya pada tanggal 17 – 24
Ruwah.
Sadranan dimulai dengan acara bersih-bersih kubur (terutama kuburan
para leluhur dan kyai), kemudian dilanjutkan dengan bersih desa, dan diakhiri
dengan acara kenduri atau disebut bancakan. Dalam membersihkan kuburan,
tak lupa mereka akan membawa bunga sebagai bentuk penghormatan dan
berbagai hasil olahan bumi.
Menu makanan dalam Kenduri pun telah ditentukan, yakni jenang merah,
bubur putih, urap (sayur gudangan), dan juga ditambah dengan tumpeng /
bucengan (nasi uduk yang dibuat seperti gunung kecil). Semua makanan ini
bukan tana maksud, tapi ini semua memiliki nilai filosofis.
Acara Sadranan atau Nyadran sudah menjadi ritual yang sangat
membudaya, tak hanya dilangsungkan oleh penduduk desa, bahkan banyak
penduduk di luar daerah sengaja melakukan ziarah ke makam tertentu untuk
melangsungkan tradisi ini. Dalam data yang kami terima pun pada bulan
Ruwah tahun 2010 pengunjung makam Aulia Gunungpring berjumlah
115.200 pengunjung, padahal di bulan lain hanya berkisar 17.000 hingga
60.000. Kenaikannya hampir mencapai dua kali lipat.
Begitupun dengan data di tahun 2011 dan 2012 dimana pengunjung
semakin banyak berziarah di bulan Ruwah, khususnya untuk memperingati
Sadranan ini.
2. Sura / Muharam
Pada bulan Sura, masyarakat juga banyak melakukan ziarah kubur.
Kepercayaan dalam budaya jawa bahwa sasi sura (bula sura / Muharam)
adalah bulannya para makhluk halus. Masyarakt juga masih meyakini bahwa
di bulan ini ada suatu hari yang dinamakan Sura Duraka. Yakni suatu hari
dimana makhluq halus akan berkumpul dan mencari mangsa, atau juga disebut
sebagai Tundan Dhemit.
Sebegitu seramnya bulan Sura sehingga pada bulan ini masyarakat sangat
ketakutan mengadakan suatu hajatan di bulan Sura. Dan menggantinya dengan
ziarah kubur, agar arwah para penghuni kubur dan juga makhluq halus yang
ada di sekitarnya tenang.
Data mengenai hal ini pun tercatat dalam statistik pengunjung Makam
Aulia Gunungpring. Sebagai contoh di tahun 2011 pengunjung di bulan
November berjumlah 16.240, begitupun di bulan Januari tahun 2012 yang
pengunjungnya hanya berjumlah 34.560. Namun ketika dibandingnkan
dengan bulan Desember 2011 akan kita dapati pengunjung makam tersebut
berjumlah 57.600.
Ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat akan waktu-waktu
tertentu dalam prosesi ziarah kubur masih sangat kental.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterangan para Kyai pun yang menerangkan keutamaan ziarah kubur, tujuan dan
adabnya sesuai dengan ajaran Islam beberapa diantaranya tidak dipahami secara utuh
oleh para jamaahnya. Bahkan peringatan yang tertera di muka kubur bahwa peziarah
dilarang melakukan perbuatan yang melanggar hukum syar’i tidak dihiraukan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini kami menyarankan agar komplek pemakaman,
terutama makam yang pengunjungnya sangat banyak seperti halnya makam aulia
Gunungpring supaya diberi personil penjaga kantor yang diduduki seorang kyai untuk
tempat bertanya bagi para peziarah.
Seperti halnya yang ada di Makam Rasulullah, Makam Baqi’, Makam Syuhada
uhud. Dengan seperti ini diharapkan masyarakat yang menziarahi makam tersebut dapat
semakin banyak mendapatkan manfaat, lebih dapat menemukan pelajaran tentang Dzikrul
Maut, dan praktik penyelewengan ziarah pun dapat diminimalisir
C. Daftar Pustaka
Suwaidi, Fahmi. 2011. Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah Jawa. Solo: Aqwam.
Al-Maktabah Al-Syamilah ver. 3.48 (Arabic Digital Library)
http://www.rafiqjauhary.com
http://www.kamusbahasaindonesia.org
http://www.muslim.or.id
http://en.wikipedia.org
http://sabdalangit.wordpress.com
http://sosbud.kompasiana.com
http://yuni-1991-adatbudayajawa.blogspot.com