Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masuknya Agama Islam ke Indonesia merupakan suatu proses yang sangat


penting dalam sejarah Indonesia. Menurut beberapa ahli sejarah pembawa Agama
Islam ke Indonesia adalah golongan pedagang. Pada umunya proses islamisasi di
Indonesia ada dua. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan Agama
Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang Asia (Arab, India, Cina,
dan lain-lain) yang telah memeluk Islam bertempat tinggal secara permanen di
suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya
hidup lokal kemudian menjadi anggota kelompok masyarakat yang ditinggali
tersebut. Petunjuk yang paling dapat dipercaya mengenai penyebaran agam
Islam berupa prasasti-prasasti Islam (kebanyakan batu-batu nisan) dan
beberapa catatan musafir.

Belum ada kata sepakat mengenai kapan masuknya Agama Islam ke


Indonesia dan darimana negeri asal pembawa Agama Islam ke Indonesia serta
kapan beralihnya penduduk Indonesia terutama Jawa ke Islam. Pendapat-pendapat
para ahli yang pernah mengemukakan masalah kedatangan Islam di Indonesia
masih berbeda-beda. Hal ini mendorong para peneliti sejarah untuk
mengumpulkan data dan mengadakan penelitian agar dapat memuat
dokumentasi yang didukung dengan fakta sejarah yang kuat. Sampai sekarang
yang ada baru berupa ikhtisar-ikhtisar dan teori-teori yang di kemukakan para
penulis sejarah yang masih bersifat sementara.

Dalam perkembangan studi-studi islam di Indonesia, terdapat


kecendrungan yang kuat bahwa dikotomi Islam tradisional-modern digunakan
sebagai alat analisis. Tidak jarang, kajian islam tradisional cenderung
dikesampingkan atau paling tidak, kurang mendapat perhatian yang proposional.
Padahal dalam kenyataan, meskipun tidak ditemui data statistiknya, jumlah

1
penganut Islam tradisonal di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah penganut Islam Modern. Ironisnya lagi, penelitian tentang Islam
tradisional seringkali menggunakan perspektif dan standar ukuran Islam Modern
sehinga melahirkan kekeliruan dan kesalah pahaman mengenai Islam
tradisonal itu sendiri. Inilah yang disebut Woodward sebagai bentuk pengunaan
pendekatan teologis dalam kajian Historis atau sosiologis. Studi Islam
tersebut diwanai oleh orientasi teologis peneliti itu sendiri. Di Indonesia, tradisi
atau corak intelektual Islam tersebut tampak teraplikasi pada kegiatan-kegiatan
kalangan ulama dan kelompok cendikiawan muslim dalam mengembangkan nilai-
nilai Islam di tengah masyarakat. salah satu diantaranya adalah Syeikh
Abdurrahman Shiddiq yang menyebarkan Agama Islam di Indragiri dalam corak
pemikiran keagamaanya. Dari sini perlu kiranya penulis mengkaji pemikiran
keagamaan Syeikh Abdurrahman Shiddiq dan peranan beliau dalam
mengembangan Agama Islam di Indragiri Hilir. Dapat dilihat begitu besar
pengaruh pemikiran Syeikh Abdurrahman Shiddiq bagi masyarakat Indragiri
Hilir. Hal tersebut dapat dilihat dengan berlangsungannya kegiatan keagamaan
disana. Dan disini dapat kiranya penulis sedikit menguraikan tentang konsep
pemikiran keagamaan yang beliau terapkan dalam metode dakwahnya.1

Di dalam kehidupan manusia setiap orang ingin memenuhi kebutuhan


hidupnya, yang terbagai menjadi dua kebutuhan yaitu kebutuhan material
(jasmani) dan spritual (rohani), kebutuhan spritual inilah yang meyebabkan segala
kelakuan manusia menjadi serba religi, sehingga menyebabkan serba keramat,
baik pada kelakuan manusia itu sendiri maupun tempat dimana kelakuan itu
dilakukan untuk melaksanakan suatu yang di anggapnya keramat. Biasanya
mayrakat mempunyai kebiasan serba religi itu terdapat di Pohon-pohon besar,
benda pusaka seperti keris dan sejenisnya, dan Kuburan/makam keramat.
Bukankah Allah SWT, telah menjelaskan didalam al-qur’an, Allah menjelaskan
batasan, siapakah Wali Allah yang sesungguhnya.2

1
https : //media. neliti.com
2
repository.uin-suska.ac.id

2
Firman Allah dalam al-Qur’an Surah Yunus ayat 62-64 :

‫ لَ ُه ُم ا ْلبُش َْر ٰى ِفي ا ْل َحيَا ِة‬63 َ‫ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوكَانُوا يَتَّقُون‬62 َ‫علَي ِْه ْم َو ََل ُه ْم يَحْ َزنُون‬ ِ َّ ‫أ َ ََل إِنَّ أ َ ْو ِليَا َء‬
ٌ ‫َّللا ََل َخ ْو‬
َ ‫ف‬
364‫اْلخرة ۚ ََل تَبدِيل ل َكلمات َّللا ۚ ٰذَلكَ هُو ا ْل َفو ُز ا ْلعظيم‬
ُ ِ َ ْ َ ِ ِ َّ ِ َ ِ ِ َ ْ ِ َ ِ ْ ‫ال ُّد ْنيَا َوفِي‬

Artinnya : Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa
bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang
agung.

Ada anggapan bahwa tempat keramat merupakan tempat bersemayama


arwah leluhur dan adanya kekuatan gaib yang ada pada tertentu, yang kebetulan
tersimpan ditempat keramat tersebut. Pengertian kekuatan gaib ini adalah segala
kekuatan yang tidak kelihatan seperti rahasia alam, kekuatan yang aneh-aneh dan
sebagainya. Banyak makam yang dianggap gaib, keramat, membawa berkah yang
selalu ramai dikunjungi peziarah. Dalam hal tersebut Ibnu Taimiyah
mengingatkan kita, pesan yang pernah disampaikan oleh Abu Al-Jauzani :
“Jadilah engkau orang yang mencari Istiqomah dan jangan menuntut karomah.
Sebab nafsumu mendorongmu mencari karomah padahal Tuhanmu menginginkan
dirimu bersikap istiqomah”. Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan yang
benar tentang kekeramatan hakekatnya tergantung pada otentisitas motovasi yang
yang ada pada perziarah.

Bagi masyarakat melayu Indragiri Hilir tradisi ziarah kubur telah dikenal
dan berkembang sejak lama. Mereka berkeyakinan bahwa nenek roh nenek
moyang yang sudah menginggal dapat diminta pertolongan dengan cara datang
kekuburannya untuk berziarah dan mengucapkan mantra atau do’a.

3
Depertemen Agama, Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, (Jakarta : CV. Halim,
2014),

3
Di Kabupaten Indragiri Hilir, tepatmya di Kelurahan Sapat Kecamatan
Kuala Indragiri, terdapat sebuah makam yang di keramatkan. Pada tempat tersebut
bersemayam tokoh leluhur yang semasa hidupnya memeiliki karisma di anggap
oleh masyrakat sebagai penyebar Agama Islam. Tokoh tersebut bernama Syekh
Abdurrahman Siddiq Al-Banjari. Lewat mitos ini manusia dapat mengambil
bagian dari suatu kepercayaan yang hidup dalam masyrakat. Dengan ini, Penulis
tertarik untuk membuat judul “Makam Keramat Syekh Abdurrahman Siddiq
dan Nasehat Terakhir Beliau Di Tembilahan”

Pada era Modren ini, kunjungan peziarah dimakam keramat Syekh


Abdurrahman Siddiq Al-Banjari tidak pernah sepi oleh piziarah terutama pada
saat mengisi masa liburan Idul Fitri, momen wisata religius atau ziarah ke makam
tuan guru Syekh Abdurrahman Siddiq Al-Banjari yang lebih di kenal dengan tuan
Guru sapat, menjadi salah satu tujuaun favorit masyarakat INHIL. Motivasi dan
kepentingan mereka berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan maksud masing-
masing, dab yang berziarah mendoakan sang tokoh, ada yang ingin memohon
berkah sehingga tempat ini dipercaya mampu menjembatani peziarah yang
menginginkan sesuatu.4

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan judu di atas,


maka dari itu penulis perlu memberikan beberapa penegasan istilah yang di
anggap penting yaitu :

1. Makam : Merupakan tempat peristirahatann bagi orang yang telah


meninggal sampai ia nanti akan dibangkitkan lagi.
2. Keramat : Suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan
manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan.5
3. Syekh Abdurrahman Siddiq : Semasa hidupnya merupakan Ulama besar
yang pernah mejadi Mufti di Kerajaan Indragiri, termasuk juga karangan-

4
repository.uin-suska.ac.id
5
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Offline)

4
karangan beliau sudah terkenal menjadikan beliau sosok Ulama yang
sangat cerdas.
4. Tembilahan : Sebuah nama Kabupaten yang memiliki julukan Seribu parit,
dan memiliki penghasilan terbesar yaitu : Kelapa dan Sawit Tembilahan
juga dijuluki Kelapa Dunia,kerana Masyrakat tembilahan juga termasuk
memiliki hasil Kelapa terbesar.
5. Nasehat : Suatu bentuk perintah kepada orang lain supaya melakukan
tindakan tertentu dengan cara meberikan petunjuk dan cara-cara lainnya.6

C. Alasan Memilih judul

Adapun yang menjadi alasan dalam memilih judul ini, sebagai berikut :

1. Menurut penulis, judul ini sangat menarik karena menyangkut dengan


masalah yang ada dikampung penulis.
2. Selain itu, penulis juga ini mengenalkan Ulama yang ada di Tembilahan,
pada dasarnya banyak para kalangan yang belum mengetahui.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masyarakat Tembilahan agar terhindar dari syirik dan bisa


menerima nasehat-nasehat dari Ulama di Tembilahan (Syekh
Abdurrahman Siddiq).

E. Tujuan Masalah

1. Untuk masyarakat Tembilahan tau bahaya besar tentang syirik, dan apa-
apa saja nasehat Ulama yang ada di Tembilahan ( Syekh Abdurrahman
Siddiq).

6
www.defenisimenurutparaahli.com

5
BAB II

RIWAYAT HIDUP

A. Sejarah Hidup Dari Masa Kelahiran Hingga Dewasa

Nama lengkapnya adalah Syeikh Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad


‘Afif bin Jamaluddin al-Banjari. Ia dilahirkan di kampung Dalam Pagar,
Martapura, Kalimntan Selatan, pada tahun 1284 H/1857 M.7

Ada juga yang mengatakan, Syekh Abdurraahman Siddiq Al-


Banjari,mepunyai nama lengkap yaitu : “Syekh Abdurrahman Shiddiq bin
Muhammad Afif Al-Banjari”. Beliau Diperkirakan lahir pada malam Kamis bulan
Rabi’ul Akhir tahun 1282 H/Agustus 1867 M 8
di suatu desa, yang bernama
kampung Dalam pagar, Martapura, Kalimantan Selatan.

Nama ayahnya adalah H. Muhammad ‘Afif bin Mahmud bin H.


Jamaluddin, sedangkan nama ibunya adalah Shafura binti H. Muhammad Arsyad
(Pagatan). Silsilah dari pihak ayahnya, bertemu pada Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari dari istrinya yang bernama Gowat (Go Hwat Nio) seorang keturunan
Cina.

Ketika lahir, orang tuanya menamainya dengan Abdurrahman (sebutan


orang Banjar sering melafalkan Durahman). Menurut penuturan keluraga,
penambahan kata “Shiddiq” dibelakang nama Beliau adalah tambahan gelar dari
gurunya, Syekh Sayyid Bakri Syatta, saat ia belajar di Mekkah. Beliau merupakan
zuriyat dari ulama ternama asal Banjar, Syekh Mumammad Arsyad bin Abdullah
Al-Banjari, pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang masyhur dengan Datuk
Kalampayan.

7
Muhammad Nazir,”Sisi Kalam Dalam Pemikiran Islam Syekh Abdurrahman Shiddiq
Al-Banjari”, Pekanbaaru: SUSQA PRESS,1992,h.18.
8
Panitia Pelaksana Peringatan Haul Ke-81, Syekh Abdurrahman Siddiq Bin Syekh
Muhammad Afif Al-Banjari, Tahun 1439 H/2018 M, Tembilahan, 1 April 2018, tidak diterbitkan,
h. 5.

6
Saat baru berusia beberpa bulan, ibu kandung Beliau, yang bernama
Shafura, wafat. Kondisi ini membuatnya tidak mendapat aushan dan didikan yang
sempurna dari sang bunda. Lantas, perawatan dan penghasuhan diambil alih oleh
kakek dan nenek dari pihak ibunya. Sang kakek merupakan seorang ulama dan
mufti Kesultanan Banjar, bernama Syekh Muhammad Arsyad bin Mufti Syekh
Muhammad As’ad atau yang dikenal dengan Tuan Guru Arsyad Lamak Pagatan.
Namun, baru diusia setahun, sang kakek pun menyusul wafat. Maka
Abdurrahman kecil tumbuh dewasa hanya bersama neneknya, Ummu salamah dan
Mak Ciknya (kakak ibu) yang bernama Sa’idah. Sang nenek dan Mak Ciknya
inilah yang mula-mula mendidik dengan kecintaan pada Al-Qur’an dan ilmu-ilmu
dasar keislaman.

Setelah Abdurrahman Shiddiq menginjak remaja, sekitar usia 9 tahuan-an


sampai usia 13 tahun. Beliau belajar bahasa dan tata bahasa Arab dan ilmu-ilmu
lainnya. Serta ilmu-ilmu pokok keislaman, seperti tahuid fikih, akhlak, tafsir dan
Hadist dengan guru-gurunya, antara lain;

1) Tuan Guru Abdurrahman Muda,


2) Tuan Guru Zainuddin,
3) Tuan Guru Hasyim,
4) dan Tuan Guru H. Sa’id Wali.

Beliau juga belajar pada Ulama-ulama yang ada di Martapura. Dengan


berkat kercedasan Beliau miliki, pelajaran-pelajaran yang diterima berhasil
dikuasai dan difahami.

Melihat keadaan akan kecerdasan dan penguasaan ilmu itu, para gurunya
menyarankannnya agar Muridnya itu bisa melanjutkan mengaji ke Mekkah dan
Madinah, sebagai pusat keilmuan dan dan jaringan intelektual Islam dunia. Bagi
Beliau, Saran guru-gurunya itu merupakan suatu restu dan sekaligus do’a bagi
pribadi Beliau sang penuntut yang “haus” akan ilmu.9

9
Ibid., h. 6.

7
B. Mencari Bekal Ke Tanah Suci

Untuk berangkat ke Tanah Suci, tentu saja perlu dana dan biaya yang
cukup. Maka untuk sementara, saran dari para guru dan juga niat pribadi Beliau,
ditunda, sambil mempersiapkan sagala sesuatuny terlebih dahulu. Di samping
Beliau terus melanjutkan mengaji kepada para tuan guru di Dalam Pagar dan
sekitarnya, pada tahun 1302, Beliau di percaya untuk diangkat sebagai
pengajar/guru muda serta berdakwah di sekitar kampungnya. Mulai lah nama
Abdurrahman, dikenal sebagai guru muda yang potensialdan berbakat.
Kesempatan belajar dan memabantu mengajar yang dilakoni terus berjalan. Pada
tahun 1303, saat senggang Beliau juga menyisihkan waktu untuk mempelejari
keterampilan tukang emas dan perhiasan batu mulai kepada kerabatnya H. Arif.
Profesi ini lazim dan bisasa digeluti oleh anak-anak muda di kampungnya, tidak
terkecuali pada diri pemuda Abdurrahman, mengingat Martapura adalah daerah
tambang permata, khususnya intan dan berlian. Tidak heran kerajinan dan seni
membuat hiasan batu permata menjadi hal yang lumrah dikerjakan masyarakat
semenjak dahulu hingga kini.

Dengan bekal ketermpilan bertukang emas dan permata serta dilandasi


dengan doronga kuat untuk mengumpulkan ongkos agar bisa berangkat haji dan
belajar ke Haramaian, Beliau memutuskan untuk berniaga perhiasan, ke luar
daerah Martapura. Pilihannya adalah daerah Amuntai, (kini ibu kota Kabupaten
Hulu Sungai Utara). Menurut keterangan informasi dari keturunanya, wilayah
yang didatangi bahkan sampai ke Barabai, Kandangan dan Tapin. Sewaktu di
Hulu Sungai, ia juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menuntut ilmu
berguru kepada para tuan guru yang mashur di daerah itu, sambil terus menabung
dari hasil bertukang emas dan permata.

Demi cita-cita yang tinggi untuk menuntut ilmu ke tanah suci, seraya
melihat kaedaan yang kurang memungkinkan berangkat lebih cepat, lantaran
perekonomian Kalimantan secara umum kala itu cukup sulit, maka Beliau beserta
kawan-kawannya (sekitar 9 orang), memutuskan merantau ke luar daerah. Pilihan

8
daerah berikut malah lebih jauh, di luar Kalimantan, yaitu kota Padang,
Sumatera.Alasannya karena di daerah ini terdapat saudara sekaligus masih
bernasab sebagai pamannya, H.Muhammad As’ad, saudagar Banjar yang
berfrofesi sebagai pengrajin dan pedagang permata yang sudah terbilang sukses
dalam perantauannya.

Oleh pamannya ini, Beliau diminta bantuannya berdagang emas dan perak
dari Padang ke Barus dan Natal (Tapanuli Selatan). Setelah beberapa lama
menjual barang daganggan pamannya itu, pulang pergi Padang-Tapanuli Selatan
dengan mendapatkan hasil keuntungan yang lumayan. Di samping itu juga, Beliau
juga sempat mengajar daerah persinggahan dalam perjalanan dagang itu. Di sana
Beliau mengajar kitab Sabilal Muhtadin. Kitab ini adalah karangan Datuknya,
Syekh Muhammad Asyad Al-Banjari. Namun beliau tidak dapat untuk mengajar
dan berdiam di wilayah ini, walaupun ia diminta untuk mengajar dan menetap.
Permintaan ini terpaksa tidak bisa ia kabulkan, sebab Beliau masih memiliki
keingginan kuat untuk melanjutkan belajarnya ke tanah Suci, Mekkah dan
Madinah.
C. Mengaji dan Berguruh di Haramain

Setelah berbekalan cukup pada musim haji tahun 1306, Beliau berangkat
ke Kota Suci Mekkah, dengan niat berhaji terlebih dahulu lalu kemudian menetap
bermukim untuk menuntut ilmu. Pemuda Abdurrahman menuntut imu kepada
para ulama-ulama besar yang buka halaqah-halaqah pengajian agama di Masjidil
Haram. Guru-guru utama nya iyalah, Syeikh Muhammad Sa’id Bababshil (Mufti
Syafi’iyah pengganti Syekh Ahmad Zaini Dahlan), Syaikh Sayyid Bakri
Syathatha dan Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani. Disamping Beliau mengaji
kepada guru-guru utamanya itu, Beliau juga berguru pada Syekh Mahfudz at-
Termasi,Syekh Ahmad Dimyathi, dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.
Adapun teman-teman seangkatan atau semasa mengaji di Masjidil Haramantara
lain; Syekh Abdul Qadir alMandalil, Syaikh Syekh Umar Sambas, Syeikh Thahir
jalaluddin, Syaikh Abdullah Zawawi,Syaikh Sa’id Yamani, Syaikh Mukhtar
Bogor, Syaikh Umar Sumbawa, Tok Awang Kenali (Kelantan Malaysia), Syekh

9
Husein Kedah (masih saudara dengannya karena terhitung zuriyat Syekh
Suliaman Arrasuli (Candung Bukittinggi), dan lain-lain.10

Selain Beliau giat menajdi agama di Masjidil Haram, kesempatan


manghadiri halaqah-halaqah yang ada di Mesjidil Nabawi Madinah juga tidak
ditinggalkan, dan kondisi ini berjalan dalam waktu kurang lebih 2 tahunan.

Kesempatan izin mengajar tidak disia-siakan. Beliau diketahui sempat


mengajar di sebuah halaqah Masjidil Haram sekitar hampir setahunan. Dalam
waktu 6 tahun lebih berada di Kota Suci, dilema dalam hati muncul, di mana niat
hati sebenarnya ingin berlama-lama di Haramian dalam mengaji dan mengajar.
Akan tetapi tanah air, Nusantaram sudah memangil. Pada tahun 1312 H/1894
diketahui bahwa Beliau pulang ke tanah Banjar.11

D. Karya-karya Tulis

Menurut buku dari Muhammad Nazir, karya- karya dari Syekh


Abdurrahman Siddiq cukup banyak dengan bergabagi topik keilmuan dan judul
yang masih bisa dilacak, sebagian besar karya tulis Syekh Abdurahman Siddiq
telah dapat diinventarisasi kembali, yaitu sebanyak empat belas buah judul buku,
sebagai berikut;

1. Fath al-‘Alim fi Tartib al-Ta’lim, kitab ini selesai ditulis di Sapat,


Indragiri,pada hari Jum’at, 10 Sya’ban pada 1324 H atau pada tahun 1902
M.
2. Risalah ‘Amal Ma’rifat, kitab ini selesai di tulis di Sapat, Indragiri,Riau,
pada tahun 1332 H.
3. Risalah Fi ‘Aqaid al-Iman, kitab ini selesai ditulis di Sapat, Indragiri,Riau,
pada hari Selasa, 16 Rabi’ul Al-Awwal 1334 H.
4. Sya’ir ‘Ibarat Khabar Kiamat, cetakan pertama selesai pada 9 Sya’ban
1344 H.

10
Ibid., h. 7-10.
11
Ibid.,h. 10-11.

10
5. Asrar ash- Shalah Min ‘Iddati Kutub al-Mu’tabarat, Naskah kitab ini
ditulis pengarangnya pada bulan Shafar 1334 H. Cetakanya Pertamanya
terjadi pada tahun 1349H/1931 M.(Muhammad Nazir, 49). Kitab ini
setebal 20 halaman selesai di tulis di Belinyu, Bangka, pada bulan Rajab
1320 H/1902 M. Kitab al-Farai’dh, Naskah kitab ini selesai ditulis
pangarangnya pada bulan Muharram 1338 H. di Sapat Dalam,Indragiri.
6 Majmu al-Ayat wa al-Ahadits fi Fadhai’l al-‘llm wa al-‘Ulama wa al-
Muta’allimin wa-Mustami’in, Naskah kitab ini selesai ditulis pada 10
Zulhijjah, 1345 H. di Sapat Dalam, Indragiri, Riau.
7 Maw’izhatun Nafsi wa Li Amtsal min al-Ikhwan, kitab ini ditulis dengan
menggunakan aksara Arab dalam bahasa Melayu. Cetakan pertamanya
keluar pada tahun 1355 H.
8 Tazkiratun li Nafsi wa li-Amtsali, naskah ini ditulis di Sapat, Indragiri, dan
dicetak di Singapura oleh Mathaba’ah Ahmadiyah.
9 Bay’ al-Haywan li al-Kafirin, kitab ini di cetak pada tahun1335 H.
10 Sejarah Perkembangan islam di Kerajaan Banjar, isi dari kitab ini
menjelaskan tentang peranan raja-raja yang berusaha mengembangkan
Islam.
11 Kumpulan Khutbah, kitab ini dicetak pada tahun1938.
12 Risalah Takmilat Qawal al Mukhtashar, cetakan pertama buku ini, terbit
pada tahun 1356 H.
13 Risalah Syajarah al- Arsyadiyyah wa ma Ulhiqa biha, kitab ini selesai
ditulis pada hari Jum’at, 12 Syawal 1350 H.(Muhammad Nazir, 56).
14 Pelajaran Kanak-kanak pada Agama Islam, kitab ini memiliki 14
halaman, selesai ditulis di Kemuja, Bangka, pada 1 Shafar 1324 H/1906
M.12

12
Muhammad Nazir, “ Sisi Kalam Dalam Pemikiran Islam Syekh Abdurrahman Siddiq
Al-Banjari”, h. 36-49.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A Nasehat-Nasehat Beliau

Kata “nasehat” dari bahasa arab,dari kata kerja “Nashaha” yang berarti
“khalasha”, yaitu murni serta bersih dari kotoran, juga bisa berarti “khaatha”,
yaitu menjahit.13

Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam Khaththabi


ramimahullah, “ Nasaehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu
pengertian, yaitu keinginan kabaikan bagi yang dinasehati.”14

Kita tau bahwa setiap orang butuh nasehat, oleh sebab itu penulis ingin
menuliskan sedikit nasehat-nasehat Beliau. Syekh Abdrurahman Siddiq
mempunyai karangan yang didalam karanganya tersebut berisi poin-poin nasehat,
adapaun judul-Nya yaitu: Maw’izhatun li Nafsi wa li Amtsali min al-ikhwan. Di
dalam kitab ini pengarang meyampaikan lima butir nesehat keagamaan, menurut
Syekh Abdurrahman Siddiq Nasehat itu sangat penting dipelihara dan dijaga oleh
setiap Muslim.

Adapun isi dari nasehat tersebut yaitu:

 Hendaklah setiap manusia memantapkan keimanan secara terus menerus


atas landasan tauhid Allah. Jangan sampai mempersekutukan Tuhan
dengan apapun, karena itu adalah perbuatan syirik yang dosanya tidak
diampuni oleh Allah.
 Berupayalah sekuat-kuatnya untuk dapat menjunjung tinggi segala
perintah Allah dengan mengerjakannya dan menjahui segala larangan-Nya
(imtitsal al-awamir wa ijtinab al-nawahi) dengan penuh keikhlasan. Dan

13
https://almanhaj.or.id
14
https://almanhaj.or.id

12
segaralah untuk sadar untuk bertaubat kepada Allah atas kesalahan-
kesalahan dan maksiat yang telah diperbuat.
 Berbaik sangkalah selalu kepada Allah (husnu al-zhann bi Allah).
 Perbanyaklah Dzikir kepada Allah dimana dan kapanpun serta dalam
keadaan apapun juga.
 Dan Berbudi pekertilah dengan akhlak yang mulia (husn al-khuluq).15

Dari poin-poin diatas dapat di cermati satu-persatu, dan penulis akan


menjelaskan sedikit poin-poin terasebut. Pion kesatu harus selau memantapkan
Iman dengan landasan Tauhid bagiamana cara memantapkan? Kita harus ikhlas,
apa yang kita lakukan harus ikhkas karena Allah.

Adapun dari buku lain yang dapat penulis uraikan beberapa nasehat dari
Syekh Abdurrahman Siddiq, sebagai berikut :

 Agar selalu mentuntut ilmu agama jangan sampai putus dan berhenti
sampai akhir hayat. Sebab menurut Beliau, hal ini berdasar pada sebuah
hadist yang berbunyi “amal yang sedikit dalam keadaan tahu (berilmu)
lebih baik dari yang banyak tapi dalam keadaan jahil”. Dalam pengertian
yang lain, ilmu adalah syarat untuk beramal. Tidak sempurna/sah amal
tanpa didasari ilmu terlebih dahulu.
 Agar selalu mencari usaha/rezeki yang halal. Pada masalah ini beliau
sangat mewanti-wanti agar ummat harus cermat menjalankan usaha dan
pekerjaannya jangan sampai jatuh pada yang haram. Sebab setiap yang
dimakan dari harta yang haram akan berdampak pada diri yang memberi
makan dan yang memakan dari segi keberkahan dan kedamaian dalam
menikmatinya.
 Agar selalu bermurah hati dalam memberi dan membantu, walaupun
sedikit dan semampunya. Sebab orang yang pemurah menurut Beliau
sebagaimana yang dikutipnya dari Hadist, adalah “kekasih Allah”,
sebaliknya orang yang bakhil adalah “Musuh Allah”.

15
Muhammad Nazir,”Sisi Kalam Dalam Pemikiran Islam Syekh Abdurrahman Shiddiq
Al-Banjari”, h. 53.

13
 Agar mengamlkan ilmu agama yang sudah dimilikinya dan dipelajarinya.
Sebab jika tidak mengamlakan maka tidak ada faedah dan buah atas ilmu
yang didapat tersebut. Dalam mengamalkan ilmu dan amaliah, Beliau
selalu menekankan agar tetap istiqomah menjaga paham kaum Tua,
bermazhab Ahlusunnah wal-Jama’ah, dengan cara ber-fiqih kepada salah
satu Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i Hanbali), berakidah kepada
‘Asy’ariyah atau Ma’turidiyah, bertasawuf/ahlak pada salah satu dari al-
Imam Junaid al-Bagdadi atau al-Imam al-Ghazali.16

Adapun nasehat-nasehat pokok yang Baliau sampaikan menurut


keterangan dari buku Haul Syekh Abdurrahman Siddiq yang ke – 81, keterangan
dari zurriatnya semua berasal dari kandungan al-Qur’an, Hadist dan Haul Ulama.

16
Panitia Pelaksana Peringatan Haul Ke-81, Syekh Abdurrahman Shiddiq Bin Syekh
Muhammad Afif Al-Banjari, Tahun 1439 H/2018 M tidak diterbitkan, h. 22-23.

14
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Syekh Abdurrahman Siddiq merupakan seorang ulama besar yang


mempunyai nama lengkap Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad
Afif bin Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari. Beliau adalah seorang
Ulama keturunan dari sultan-sultan kerajaan Banjar dan Ulama Syekh
Muhammad Afif al-Banjari.
2. Syekh Abdurrahman seorang Ulama yang sangat bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu, Beliau pernah berdagang Intan dan Emas ketika
masih Dewasa.
3. Bukan hanya Seorang Ulama, Beliau juga seorang penulis buku, beliau
mempunyai karya-karya buku yang cukup banyak dimana karya-karya-
Nya tersebut semua diterbitkan di Singapura.
4. Sebagai Ulama yang alim, Beliau juga mempunyai butiran-butiran
nasehat yang sangat dalam maknanya. Dimana Nasehat-nasehat tersebut,
Beliau mengambil dari Al-Qur’an, Hadist dan Ulama-ulama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andres Pransiska, Prof.Drs.Isjoni, M.Si,Kamaruddin, M.Si, Peranan Syekh


Abdurrahman Agama Islam Di Indragiri Hilir [Internet]. Tersedia di: https
: // media neliti.com.

JP Agama, 2015. Makam Syekh Abdurrahman Siddiq Al-Banjari [Internet].


Tersedia di: repository. uin-suska.ac.id.

Departamen Agama, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta : Cv.


Halim, 2014).

KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline).

Para Ahli,. Pengertian Nasehat [Internet]. Tersedia di: www.defenisimenurut


paraahli.com.

Muhammad Nazir, “Sisi Kalam Dalam Pemikiran Syekh Abdurrahman Siddiq Al-
Banjari”, Pekanbaru :SUSQA PRESS, 1992.

Panitia Pelaksana Peringatan Haul ke -81, Syekh Abdurrahman Siddiq bin Syekh
Muhammad Afif al- Banjari, Tahun 1439/2018, Tembilahan 1 April, 2018,
tidak diterbitkan.

Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz, 2006. Pengertian Nasehat [Internet]. Tersedia
di: https : // almanhaj. Or.id.

16

Anda mungkin juga menyukai