Anda di halaman 1dari 160

Copyright  Hipzon Putra Azma, 2019

Penulis: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.


Editor: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.
Desainer sampul: Rianto T.
Layout: Team Cendekia

CP.RLG006-2019
ISBN: 978-623-90926-3-4
Cetakan pertama, Juli 2019

Diterbitkan oleh:

CV CENDEKIA PRESS
NIB: 8120107982776
Komp. GBA Barat Blok C-4 No. 7 Bandung
Email: penerbit@cendekiapress.com
Website: www.cendekiapress.com

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi undang-undang pada penulis,


dan hak penerbitan pada CV Cendekia Press. Dilarang
memperbanyak tulisan ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Abstrak

“Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan)”


merupakan penelitian yang mengkaji eksistensi Hizib Nahdlatul
Wathan yang dibaca dan diamalkan oleh para pengamalnya. Pokok
permasalahan yang diangkat adalah; (1) Mengapa Hizib Nahdlatul
Wathan disebut sebagai Hizib Islam Nusantara. (2) Bagaimana tata
cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. (3) Apa keutamaan Hizib
Nahdlatul Wathan bagi komunitas pengamalnya. Penelitian ini
mendeskripsikan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan,
menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan bagian
dari khasanah Islam Nusantara dan menganalisis pengamalan
Hizib Nahdlatul Wathan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Hizib
Nahdlatul Wathan merupakan Hizib Islam Nusantara karena Hizib
Nahdlatul Wathan merupakan “ijtihad” Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid. Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
diamalkan dan disebarluaskan oleh murid-murid Maulana Syaikh
ke seluruh pelosok Nusantara, dengan cara yang santun dan damai,
sesuai ajaran Islam Nusantara. Keutamaan Hizib Nahdlatul Wathan
bagi para pengamal atau pembacanya yakni, apabila diamalkan
dengan sungguh-sungguh dan istiqomah akan memperoleh rahmat
dan ridha Allah SWT, menentramkan hati dan pikiran, terpelihara
dari gangguan setan, memperoleh keberkahan hidup dunia dan
iv Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

akhirat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,


dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat akan disegani kawan dan
ditakuti lawan, dan lain sebagainya.

Kata Kunci: Hizib, Islam Nusantara, Tuan Guru KH. Muhammad


Zainuddin Abdul Majdid, Nahdlatul Wathan.
Kata Pengantar

Bismillahi wa bihamdihi, Allohumma ashlih ummata


Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wafarrij ‘an ummati
Muhammadin shallallohu’alaihi wasallam, warham ummata
Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wansyur wahfadh
Nahdlatal Wathani fil‘alamina bihaqqi Muhammadin shallallohu‘alaihi
wasallam.
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah serta ridho-Nya hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir tesis yang berjudul
“Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan)”
ditempuh dalam Progran Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas
Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)
Jakarta.
Shalawat dan salam penulis haturkan ke pusara baginda
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang terus berpegang teguh pada prinsip-
prinsip yang beliau sampaikan hingga akhir zaman. Akhirnya penulis
berharap semoga kita mendapatkan syafa’at dari baginda Rasulullah
Muhammad SAW di akhirat kelak.
Dengan tersusunnya penelitian ini, penulis mengucapkan
terima kasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
vi Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

moril, materiil maupun sprituil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan kasih sayang
dengan penuh kesabaran dan memberikan dukungan baik
moril, materil dan sprituil.
2. Bapak Dr. Ali M. Abdilllah, MA, selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengoreksi tesis ini.
3. Bapak Dr. Ulil Abshar, M.Hum dan Bapak Dr. Rumadi, MA,
selaku penguji tesis.
4. Seluruh dosen dan civitas Pascasarjana Universitas Nahdlatul
Ulama Jakarta. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. Dr. Mastuki,
HS., M.Ag. Dr. Hamdani, Ph.D. Dr. Isom El-Saha, M.Ag. Prof.
Dr. Dien Majid, MA. Dr. KH. Abdul Moqsid Ghazali, MA. Dr.
Zastrouw El-Ngatawi, MA. KH. Agus Sunyoto, M.Pd. Dr. M.
Ulinnuha Husnan, Lc. MA. Dr. Syafiq Hasyim, Ph.D. Dr. Ulil
Absar Abdalla, Dr. M. Adib Misbachul Islam, Dr. Endin Aj
Soefihara, MA. Dr. Ahmad Fudhaili, MA. Dr Ali Akbar, M.Si. Dr
Mahrus El-Mawa, M.Ag. Ali Masyhar, Lc., M.Hum. A. Ginanjar
Sya’ban, Lc. M.Hum. Johan Wahyudi, M.Hum. Ayatullah,
M.Phil. Rohul, M.Hum dan lainnya.
5. Keluarga Besar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
6. Pengurus Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta.
7. Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Program Magister
Angkatan 2016 yang telah berproses dengan penulis selama dua
tahun.
8. Rizza Ummami (Icha), yang selalu memotivasi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini, semoga menjadi istri (ku) yang
sholehah, disertai putra-putri yang sholeh-sholehah, hidup
berkah, harta berlimpah, bersama penulis hingga jannah,
Aamiiin.
Kata Pengantar vii

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan


dan kekurangan dalam penulisan tesis ini, semoga karya sederhana ini
dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi amal baik penulis
yang dicatat oleh Allah SWT sebagai “amalan shalihan maqbulan”.
Aamiin Ya Robbal Aalamiiin.

Jakarta, Juli 2019

Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.


Daftar Isi

Abstrak — iii
Kata Pengantar — v
Daftar Isi — ix

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang — 1
B. Rumusan Masalah — 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian — 10
D. Tinjauan Pustaka — 11
E. Kerangka Teori — 13
F. Metodologi Penelitian — 19
G. Teknik dan Sistematika Penulisan — 23
H. Outline atau Daftar Isi — 25

BAB 2 Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara


A. Pengertian Hizib — 27
B. Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an — 29
C. Makna dan Landasan Hizib — 35
D. Pengamalan Hizib di Nusantara — 38
x Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

1. Hizib dalam Tarekat Syadziliyah — 38


2. Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan — 44
E. Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya — 52

Bab 3 Hizib Nahdlatul Wathan


A. Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan — 55
1. Kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid — 56
2. Silsilah Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid — 57
3. Guru-Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid — 58
4. Karya-Karya KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid — 59
5. Pemikiran dan Kiprah Tuan Guru KH.
Zainuddin Abdul Majdid — 62
B. Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan — 65
1. KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid — 65
2. KH. Muhammad Suhaidi — 66
3. H. Abdul Kabir — 67
4. H. Harapandi Dahri — 67
5. H. Muslihan Habib dan H. Mursyidin
Zuhdi — 68
C. Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan — 68
1. Sejarah Hizib Nahdlatul Wathan — 69
2. Perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan — 71
Daftar Isi xi

D. Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul


Wathan — 78
E. Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan — 83
1. Penerimaan Ijazah — 83
2. Mengikuti kaifiat — 84
3. Tertib Pengamalan — 86
F. Etika dalam Berhizib — 89

Bab 4 Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan


dalam Aspek Sosial Keagamaan
A. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara — 97
1. Pengertian Islam Nusantara — 98
2. Karakteristik Islam Nusantara — 99
3. Bentuk-bentuk Islam Nusantara — 101
4. Khazanah Islam Nusantara — 102
B. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah
Islam — 105
1. Pengertian Dakwah — 105
2. Metode Dakwah — 107
3. Media Dakwah — 108
C. Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul
Wathan — 126
1. Mendatangkan rahmat dan ridha
Allah SWT — 126
2. Menentramkan hati dan pikiran — 128
3. Terpelihara dari gangguan setan — 129
4. Memperoleh keberkahan hidup dunia dan
akhirat — 131
xii Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

5. Sarana untuk mendekatkan diri kepada


Allah SWT — 132
6. Disegani kawan dan ditakuti lawan — 137

Bab 5 Penutup
A. Kesimpulan — 141
B. Saran — 142

Daftar Pustaka — 145


Tentang Penulis — 149
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri
dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya,
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Agama Islam membawa rahmat bagi
semesta alam apabila diterapkan dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu, agama Islam juga memiliki sumber hukum utama yakni Al-
Qur’an yang memuat tiga ajaran, yakni akidah, akhlak/tasawuf dan
syari’at. Kedua ajaran yang pertama yakni akidah dan akhlak/tasawuf
memiliki ajaran yang bersifat universal dan statis dengan pengertian
tidak mengalami perubahan dimanapun dan kapan pun. Sementara
ajaran agama Islam yang ketiga, yakni syariat masih harus dipilah dan
dipilih antara hukum tsawabith/qath’iyyat dan hukum ijtihadiyyat.1
Hukum-hukum qath’iyyat tidak akan mengalami perubahan
(statis) walaupun waktu dan tempatnya berubah, sementara hukum-

1 Afi fuddin Muhajir, “Maksud Isti lah Islam Nusantara,” arti kel diakses pada 29 Desember
2018 dari htt p://www.nu.or.id/post/read/60458/maksud-isti lah-islam-nusantara, jam
10.20 WIB.
2 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

hukum  ijtihadiyyat bersifat dinamis, berpotensi untuk berubah


seiring dengan kemaslahatan yang mengisi ruang, waktu, dan kondisi
tertentu. Dalam hukum ijtihadiyyat yang bersifat dinamis tersebut
tentunya boleh dan sah sah saja kalau kata Islam ditambah dengan
kata Amerika menjadi Islam Amerika, atau dengan kata lain, seperti
Mesir menjadi Islam Mesir, atau dengan kata Nusantara menjadi
Islam Nusantara.2
Islam Nusantara adalah suatu pemahaman, pengamalan,
dan penerapan Islam dalam segmen fikih mu’amalah sebagai hasil
dialektika antara nash, syari’at, ‘urf, budaya, dan realita di bumi
Nusantara. Dalam istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen
benci terhadap bangsa dan budaya negara manapun, apalagi negara
Arab, khususnya Arab Saudi sebagai tempat kelahiran agama Islam
dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an.3 Selain berkaitan dengan
hukum Islam yang bersifat statis dan dinamis, Islam juga berkaitan
dengan hal-hal ruhaniah yakni tasawuf.
Dalam buku-buku bahasa Inggris, terminologi tasawuf sering
disebut dengan Islamic Mysticism (ajaran mistik yang diwarnai oleh
ajaran Islam), oleh karenanya tasawuf atau sufisme dalam pengertian
masa kini adalah ajaran mistik yang dikembangkan oleh ummat Islam
dan dijiwai oleh ajaran agama Islam. Namun demikian, istilah tasawuf
tidak pernah ada atau belum dikenal pada masa Nabi Muhammad
SAW, meskipun demikian, jelas bahwa esensi dari ajaran tasawuf telah
ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.4 Dalam perkembangannya,
tasawuf sebagai suatu ilmu keislaman merupakan hasil kebudayaan
Islam, sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti Ilmu Fikih,
Ilmu Tauhid dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.5

2 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,”


3 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,”
4 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf (Jakarta: Pondok Pesantren NW Jakarta,
t.th.), h. 16.
5 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Bab I - Pendahuluan 3

Kajian tasawuf tidak akan pernah lepas dari kajian keislaman.


Tasawuf merupakan dimensi spiritual Islam yang di dalamnya
terdapat pemahaman esoterik mengenai Islam itu sendiri.6 Walau
dalam kenyataannya, tasawuf juga memunculkan pro dan kontra
dalam roda kehidupan, bahwa realita tersebut berupa kenyataan yang
sangat ekstrem membid’ahkan tasawuf, tetapi juga ada yang apresiatif
memandang tasawuf sebagai bagian dari khazanah spiritualitas
ajaran Islam. Kelompok yang cukup apresiatif menyatakan bahwa
tasawuf sebagai media lintasan untuk mencapai tujuan-tujuan syara’
(maqasid al-syar’i), dalam pengertian yang sederhana adalah bentuk
penghayatan seorang hamba terhadap ajaran agama yang dianutnya.7
Tasawuf selain bagian dari kajian keislaman juga merupakan
salah satu gejala spiritual yang cukup menarik. Sejumlah ahli
memprediksi fenomena gerakan spiritualitas akan menjadi trend
di abad dua puluh satu. Hal itu terkait dengan kejenuhan manusia
modern terhadap kehidupannya yang selalu didominasi oleh hal-hal
yang bersifat materi. Dari situlah kemudian manusia secara massif
mulai bergairah untuk kembali melihat kesadaran spiritualnya yang
telah lama di tinggalkan yakni melalui jalur tasawuf.8
Ajaran tasawuf menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa
serta perilaku lahiriah dalam beribadat yang berupa penyerahan diri
kepada Allah SWT. Pemahaman lain akan sufisme tampaknya lebih
mencari pengetahuan akan kenyataan, pencerahan, atau genosis
(ma’rifat). Sedangkan jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Allah
SWT dalam tasawuf disebut tarekat, yang menurut Abu Bakar Aceh,
bermula dari suatu cara mengajar atau mendidik, namun lama
kelamaan meluas menjadi kekeluargaan atau perkumpulan, yang

Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 16.
6 Mulyadhi Kartanegara, Indahnya menyelami sisi Humanisme Kaum Sufi dalam Media
Zainul Bhari “Tasawuf Mendamaikan dunia” (Jakarta: Erlangga, 2010), h. xxx.
7 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 199), h. 2.
8 M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 5.
4 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

mengikat penganut-penganut tasawuf yang sepaham dan sealiran,


guna menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari pemimpinnya
dalam suatu ikatan.9
Perkumpulan atau ikatan tertentu itu, tumbuh dan berkembang
pesat pada zaman kemajuan Baghdad abad ke III dan ke – IV hijriah,
tatkala kekuasaan kerajaan Islam berkembang dan pesona dunia
lebih mendominasi kehidupan keseharian dibanding keagamaan.
Pola hidup yang berorientasi kebendaan dan kemewahan tumbuh
subur dan melunturkan iman dan tauhid, merusak akhlak dan
moral. Fenomena tersebut memprihatinkan sejumlah ulama, yang
kemudian berusaha memperbaiki kehidupan kerohanian dengan
mengembalikan ummat kepada kehidupan Islam seperti yang pernah
terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian sejumlah ulama
itu mengumpulkan pengikut-pengikutnya, mengajar dan melatih
secara khusus, menggunakan amalan zikir, wirid dan do’a yang
khusus pula, sehingga kemudian berkembang menjadi perkumpulan-
perkumpulan tarekat.10
Tarekat berasal dari bahasa Arab yakni kata thariqah yang
berarti jalan. Kata tarekat dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat An-
Nisâ: 168 dan 169, surat Thâha: 63, 77, dan 104, surat Al-Ahqâf: 30,
surat Al-Mu’minûn: 17, surat Al-Jin: 11 dan 16, yang berbunyi:
ً َ ْ ُ َ ْ َ َ‫هَّ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ا‬ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َّ‫َّ ذ‬
‫إِن الِين كفروا وظلموا لم يك ِن الل يِلغفِر لهم ول يِلهدِيهم ط ِريقا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah
sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan
menunjukkan jalan kepada mereka.” (QS. An- Nisâ [04]: 168)

َّ‫َ َ َ َ ً َ اَ َ َ ٰ َ لَىَ ه‬
ً‫اللِ يَسِريا‬ َ َ ‫إ اَّل َطر‬
ِ‫يق َج َه َّن َم خ د‬
‫الِين فِيها أبدا ۚ وكن ذل ِك ع‬ ِ ِ

9 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi,


(Jakarta: Buku Republika (Imprint PT Pustaka Abdi Bangsa, 2016), h. 33.
10 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi, h.
33-34.
Bab I - Pendahuluan 5

“Kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya


selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.
An- Nisâ [04]: 169)
َ ْ ْ ُ َ ْ ُ‫ُ َ َ ْ خ‬
َ‫ِحرهِما‬ ُ
ْ ‫ك ْم بس‬ ‫ض‬
ِ ْ
‫ر‬ ‫أ‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫م‬ ‫اك‬‫ج‬‫ر‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ان‬ ‫يد‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ان‬ َ ‫قَالُوا إ ِ ْن َهٰ َذان ل َ َساح‬
‫ِر‬
ِ ِ ِ ِ ِ ْ ِ ِ
َ‫َ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ ُ ْ ٰى‬
‫ويذهبا بِط ِريقتِكم المثل‬
“Mereka berkata: «Sesungguhnya dua orang ini adalah
benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu
dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang
utama.” (QS. Thâha [020]: 63)

ْ‫يقا ف بْالَحر‬
ً َ ْ ُ َ ْ ْ‫َ ر‬ َ ْ‫ر‬ َ ْ َ َ‫َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ىَ ُ ى‬
ٰ ‫ولقد أوحينا إ ِ ٰل م‬
ِ ِ‫اضب لهم ط ِر ي‬ ِ ‫وس أ خَن أ‬
ِ ‫س بِعِبادِي ف‬ َ‫ا‬ ُ َ َ‫َ َ ً اَ خ‬
ٰ َ‫اف َد َر اًك َول تْ ى‬
‫ش‬ ‫يبسا ل ت‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: «Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah
untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan
tersusul dan tidak usah takut.” (QS. Thâha [020]: 77)

َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ‫ح‬
ً‫يق ًة إ ْن بَلثْ ُت ْم إ اَّل يَ ْوما‬
ِ ِ ِ ‫نن أعلم بِما يقولون إِذ يقول أمثلهم ط ِر‬
“Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang
yang paling Lurus jalannya di antara mereka: «Kamu tidak berdiam (di
dunia), melainkan hanyalah sehari saja.” (QS. Thâha [020]: 104)

ُ
ٰ َ‫قَالُوا يَا قَ ْو َم َنا إِنَّا َس ِم ْع َنا ك َِتابًا أنْز َل م ِْن َب ْع ِد ُم ى‬
َ ْ‫وس ُم َص ّدِقًا ل َِما َب ن‬
ِْ‫ي يَ َديه‬
ِ َ‫ىَ حْ َ ّ ى‬
‫يم‬ ‫ق‬ َ ‫ِإَول َطريق ُم ْس‬
‫ت‬ ٰ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬ ْ ‫َي‬
‫ه‬
ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ
“Mereka berkata: «Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah
mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa
yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Ahqâf [046]: 30)
6 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

‫ِني‬ َ ْ‫ك ْم َسبْ َع َط َرائ َق َو َما ُك َّنا َعن خ‬


َ ‫اللْق اَغفِل‬ ُ ََْ ََْ َ ْ َََ
‫ولقد خلقنا فوق‬
ِ ِ ِ
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah
jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan
(kami).” (QS. Al-Mu’minûn [023]: 17)

ً ُ َ َ َ ُ َ ُ َّ َّ َّ َ َ
‫الون َوم َِّنا دون ذٰل ِك ۖ ك َّنا َط َرائ ِ َق ق َِددا‬
ِ‫وأنا مِنا الص ح‬
“Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan
di antara Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah Kami
menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72]: 11)
ً َ َ ً َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ‫َ َ ْ َ ْ َ َ ُ لَىَ َّ َ أ‬
‫وأن لوِ استقاموا ع الط ِريقةِ لسقيناهم ماء غدقا‬
“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16)

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan


Imam Muslim Nabi Muhammad SAW menyuruh ummatnya untuk
mengikuti sunnah beliau dan sunnah para sahabatnya. Sunnah bisa
juga dalam pengertian jalan, seperti halnya tarekat yang berarti
jalan. Meskipun memiliki makna yang sama antara sunnah dan
tarekat, istilah tarekat dapat diterapkan pada berbagai kelompok
atau golongan yang mengikuti mazhab tertentu yang didirikan dan
dikembangkan oleh seorang Asy-Syaikh atau seorang alim tertentu,
namun sunnah tidak dapat bermakna demikian.
Dalam konteks tasawuf, tarekat berarti menjalankan dengan
sikap kehati-hatian dan ketelitian, melaksanakan fadlailu al-‘amal
serta bersungguh- sungguh dalam mengerjakan ibadah dan riyadlah.
Pengertian ini mengindikasikan bahwa tarekat pada awalnya hanyalah
dimaksudkan sebagai metode, atau cara dan jalan yang ditempuh
seorang sufi menuju pencapaian tertinggi. Pada perkembangan
selanjutnya, tarekat berubah secara sosiologis menjadi sebuah
institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan keanggotaan sangat
Bab I - Pendahuluan 7

kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya interaksi antara murid


dengan guru (mursyid). Di Indonesia terdapat suatu organisasi
tarekat mu’tabarah yang disebut JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Tarekat
Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah). Tarekat mu’tabarah adalah tarekat
yang mempunyai sanad (mata rantai) yang tidak terputus atau
bersambung kepada Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk
diamalkan.
Tarekat merupakan bagian kecil dari praktek peribadatan
yang mencoba memasuki dunia tasawuf. Tarekat dapat berfungsi
untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan nafsu serta sifat-
sifatnya, untuk kemudian menjauhi yang tercela dan mengamalkan
yang terpuji. Maka, tarekat pun sangat penting bagi ummat Islam
yang hendak membersihkan hati dari sifat-sifat kebendaan untuk
kemudian mengisi hati dengan dzikir, muraqabah, mahabbah,
ma’rifah dan musyahadah kepada Allah SWT. Salah satu wali Allah
yang merupakan pendiri sebuah tarekat yakni Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid.
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat
merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan dan ma’rifat
merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-
benarnya. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
juga menganalogikan syari’at itu sebagai sebuah sampan (perahu),
tarekat itu adalah lautan, hakekat itu adalah mutiara. Orang tidak
akan mendapatkan mutiara kecuali melewati lautan denggan
menggunakan sampan.11
Ajaran tasawuf Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majid, tidak memisahkan antara fikih dan tasawuf. Dalam
konteks ini, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

11 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul
Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan PT. Logos
Wacana Ilmu, 2004), h. 267.
8 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

mengungkapkan argumentasinya dengan mengutip pandangan Anas


Ibn Malik yang mengatakan:
“Barang siapa yang melaksanakan Fikih saja tanpa dibarengi
dengan pelaksanaan tasawuf, maka ia temasuk golongan orang-
orang fasik, dan barang siapa yang hanya melaksanakan tasawuf
saja, tanpa melaksanakan fikih, maka ia termasuk golongan
orang-orang zindik, sementara barang siapa yang mengerjakan
keduanya secara sinergis, maka ia termasuk orang-orang yang
telaah mencapai derajat hakekat”.

Berkaitan dengan ajaran untuk mensinergikan antara syariat


dengan hakekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid menulis dalam bait-bait syairnya sebagai berikut:
Wahai anakku jamaah tarekat
Janganlah lupa pada syariat
Ingatlah selalu kandungan baiat
Mudahan selamat dunia akhirat
Banyak sekali membisikkan hakekat
Padahal mereka buta syariat
Sehingga awam banyak terpikat
Menjadi zindik menjadi sesat.12

Selain sebagai pendiri tarekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad


Zainuddin Abdul Madjid juga memiliki sebuah karya yang fenomenal
yakni Hizib Nahdlatul Wathan. Hizib Nahdlatul Wathan merupakan
sebuah karya hasil konstruksi pemikiran salah satu ulama khas
Nusantara yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid, salah seorang putra terbaik dari seorang ayah bernama Abdul
Majdid yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Dikisahkan
bahwa beberapa hari menjelang kelahiran Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sang ayah ( Abdul Majdid)

12 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid,Hizib Nahdlatul al-Wathan, Hizib
Nahdlatul al-Banat, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 2002), h. 109.
Bab I - Pendahuluan 9

didatangi oleh seorang wali bernama Asy-Syaikh Ahmad Rifa’i dari


Maghribi dengan mengatakan bahwa akan lahir seorang anak
laki-laki dari istrimu (istri Abdul Majdid/ ibu Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid) yang kelak akan menjadi ulama
besar di abad ke-20 dan akan menjadi sulthonul aulia.13
Hizib Nahdlatul Wathan mempunyai karaktersitik tersendiri,
yakni memiliki fungsi keagamaan yaitu merupakan suatu jalan atau
metode yang mengacu pada amalan-amalan (zikir dan wirid) yang
nasab keilmuannya bersambung kepada pendiri Hizib Nahdlatul
Wathan yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid. Berdasarkan fungsi keagamaan tersebut dapatlah dipahami
bahwa corak keagamaan yang melekat pada Hizib Nahdlatul Wathan
bersifat etis dan praktis. Sementara, hubungan antara guru dan
murid dalam Hizib Nahdlatul Wathan memiliki hubungan yang
kuat dengan kepemimpinan kharismatik pendiri Hizib Nahdlatul
Wathan yang memiliki karomah yang sangat luar biasa, sehingga
oleh pengikutnya disebut sebagai sulthonul aulia Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Selain itu, bacaan yang
diamalkan dalam Hizib Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari ayat-
ayat Al-Qur’an, shalawat, do’a-do’a mu’tabar dari Rasulullah SAW,
para ulama dan aulia’.
Studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai Hizib
Nahdlatul Wathan yang diawali dari sejarah perkembangan, hingga
fadhilah atau keutamaan yang diperoleh dari pembacaan Hizib
Nahdlatul Wathan. Saat ini, perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan
tersebar di seantero Nusantara, salah satunya terdapat di Daerah
Khusus Istimewa (DKI) Jakarta yang berpusat di Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta yang terletak di Jalan Penggilingan
Raya, Penggilingan-Cakung, Jakarta Timur tempat tinggal peneliti
sekarang. Sesungguhnya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan

13 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nusa Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 16.
10 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Jakarta merupakan pusat pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan di


Jakarta yang dipimpin oleh KH. Suhaidi, SQ salah seorang murid
kesayangan pendiri Hizib Nahdlatul Wathan yakni Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid ketika belajar di Lombok,
Nusa Tenggara Barat.
Dari paparan latar belakang diatas, maka peneliti menganggap
penting dan menarik untuk meneliti Hizib Nahdlatul Wathan.
Dengan ini peneliti mengajukannya sebagai karya ilmiah tesis dengan
judul “HIZIB ISLAM NUSANTARA (Pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan).”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, masalah
penelitian dirumuskan dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Mengapa Hizib Nahdlatul Wathan disebut sebagai Hizib Islam
Nusantara ?
2. Bagaimana tata cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan?
3. Apa keutamaan pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan bagi
komunitas pengamalnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dan manfaat penelitian dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Hizib
Nahdlatul Wathan.
Bab I - Pendahuluan 11

b. Menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan


bagian dari khasanah Islam Nusantara.
c. Menganalisis praktek pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan.
2. Manfaat
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu :
a. Mengetahui sejarah dan perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan.
b. Memperkenalkan dan memperkaya khazanah penulisan
tasawuf dalam khazanah Islam Nusantara.
c. Mengetahui praktek dan pengamalan suatu kegiatan
keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan tasawuf
dalam khazanah Islam Nusantara.

D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengacu kepada sumber primer, yakni sebuah
buku yang berjudul “Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran
dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid 1904-1997”, karya Mohammad Noor, Muslihan Habib, dan
Muhammad Zurfin Zuhdi. Di dalam buku tersebut dipaparkan secara
lengkap dan mendalam mengenai silsilah, pendidikan, kepribadian,
dan perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid, serta karya-karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid termasuk Hizib Nahdlatul Wathan.14 Buku
tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-
sama mendeskripsikan biografi pendiri Hizib Nahdlatul Wathan,
sistematika pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan dan sistematika
penulisan Hizib Nahdlatul Wathan. Namun buku tersebut juga

14 Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius, h. xxx.


12 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

memiliki perbedaan dengan penelitian ini yakni buku tersebut


hanya menyinggung tentang Hizib Nahdlatul Wathan secara umum,
sementara penelitian ini khusus Hizib Nahdlatul Wathan yang berada
di Jakarta. Adapun kontribusi buku tersebut dengan penelitian ini,
yakni memperoleh data-data pendiri Hizib Nahdlatul Wathan dan
beberapa karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid, yang salah satunya adalah Hizib Nahdlatul Wathan.
Selain itu, penulis juga mengacu kepada sumber lainnya yaitu
sebuah buku yang berjudul “Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid; Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa
Tenggara Barat”, karya H. Masnun. Dalam buku tersebut, di bagian
keempat dengan sub judul Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid Pergumulan Antara Tarekat, Islam Wetu Telu dan Hizib
Nahdlatul Wathan.15 Dalam penjelasannya, penulis menyinggung
secara umum Hizib Nahdlatul Wathan. Adapun kontribusinya adalah
memperoleh pemahaman seputar Hizib Nahdlatul Wathan yang
merupakan amalan warga Nahdlatul Wathan.
Selain mengacu pada kedua buku diatas, peneliti juga merujuk
kepada teks ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan, sebagai pegangan
atau bacaan para jamaah Hizib Nahdlatul Wathan. Ikhtisar
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan bacaan yang paling disering
diamalkan oleh jama’ah Nahdlatul Wathan, terlebih lagi pada
moment-moment tertentu seperti Peringatan Hari Besar Nasional
(PHBI) atau keagamaan, walimatussafar, khitanan, akekahan, dan
moment-moment lainnya.
Dalam tataran akademis, penulis memperoleh skripsi yang
berjudul “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta”, karya Fadly
Daniawan. Dalam skripsi tersebut Fadly Daniawan berkesimpulan
bahwa ciri khas ajaran tasawuf yang dipraktekkan dalam Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan adalah penekanan terhadap syari’at,

15 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nus Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 144.
Bab I - Pendahuluan 13

keserdahanan, fleksibilitas, dan teknik rabithah. Selain itu, dalam


skripsi tersebut dipaparkan kesimpulan bahwa eksistensi Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari peranan KH. M.
Suhaidi, SQ selaku pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
dan merupakan salah satu murid kesayangan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid.16 Adapun kontribusi skripsi
tersebut dengan penelitian ini, yaitu memperoleh data-data tentang
sejarah lahirnya Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang
peneliti jadikan sebagai data awal dalam meneliti Hizib Nahdlatul
Wathan di Jakarta.

E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan berfikir yang berisi uraian
ringkas tentang teori yang digunakan dalam membingkai jawaban
penelitian, yang bertujuan membantu pembentukan kerangka
berfikir akademis dalam menjawab masalah penelitian yang diajukan
dalam sebuah penelitian.17
Orientasi dalam penelitian ini adalah dalam bidang tasawuf,
maka tasawuf merupakan corak keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam penghayatan agama Islam. Para sufi-sufi sangat
menekankan kepada pola hidup sederhana dengan menjauhkan diri
dari kemewahan hidup dan gemerlapan materi kehidupan dunia
dan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sehingga merasakan cinta Tuhan dan melihat
Tuhan dengan hati.18 Dalam terminologi sufi, bahwa jalan yang harus
ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah dengan bertarekat.

16 Fadly Daniawan, “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h. 57-58.
17 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 16.
18 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 58.
14 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Tarekat seringkali dihubungkan dengan organisasi para sufi


(sufisme), jika dilihat dari kegiatan mursyid atau Asy-Syaikh yang
mengajarkan tarekat kepada murid-muridnya yang berkumpul
di sekitarnya, dan para murid-murid tersebut melakukan latihan-
latihan spiritual dibawah bimbingan mursyid atau Asy-Syaikh
tersebut. Murid-murid yang tinggal di sekitar mursyid atau Asy-
Syaikh merupakan kelompok inti yang terbagi dalam berbagai
tingkatan menurut kemampuan, kejujuran, dan pengabdiannya
kepada mursyid atau syekh yang memegang peranan utama dalam
menentukan tingkat kemampuan murid, yang seringkali didasarkan
atas pandangan yang tajam secara psikologis praktis.19
Dalam sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, hingga
saat ini sudah hampir dipastikan berpapasan dengan bermacam-
macam perubahan sosial yang mempengaruhi sistem sosial yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Studi ini dirasa perlu kiranya
melacak struktur sosial yang melatarbelakangi dinamika sejarah dan
perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta dan perubahan-
perubahan sosial dalam masyarakat, termasuk di dalamnya konflik-
konflik sosial, sistem-sistem tradisi dan keagamaan serta pola
hubungan antar kelompok yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial itu dalam gejala sosial yang lebih
kompleks yang dapat dilihat dari adanya transformasi structural.
Menurut Sartono Kartodirjo, hal tersebut dapat ditelusuri dari adanya
proses integrasi dan disintegrasi, atau disorganisasi dan reorganisasi.
Selanjutnya proses seperti itu telah merubah secara fundamental dan
kualitatif jenis solidaritas yang menjadi kolektif, misalnya dari ikatan
komunal menjadi organisasi formal.20

19 Dudung Abdurrahman. “Gerakan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Suryalaya di


Tasikmalaya.” Tesis s2 Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1996. h. 21.
20 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia,
1992), h. 161-162.
Bab I - Pendahuluan 15

Selain menggunakan tasawuf sebagai kerangka teori,


penelitian ini juga menggunakan teori kebudayaan menurut Arnold
Toynbee. Arnold Toynbee melihat sejarah dan perkembangan dengan
menggunakan teori gerak sejarah menurut Arnold J. Toynbee. Menurut
Arnold J. Toynbee, gerak sejarah berjalan melalui tingkatan berikut21:
a. Genesis of civilization atau lahirnya kebudayaan
Suatu kebudayaan terjadi dan muncul karena adanya tantangan
dan jawaban (challenge and response) antara manusia dengan
alam sekitar. Alam akan memberikan tantangan kepada
manusia untuk memberikan pengalaman hidup yang akan
berkembang menjadi suatu kebudayaan. Setelah alam memberi
tantangan kepada manusia, kemudian manusia pun memberi
jawaban akan tantangan alam sehingga menimbulkan suatu
kebudayaan. Dalam alam yang baik, manusia berusaha untuk
mendirikan suatu kebudayaan. Akan tetapi apabila kondisi
alam yang tidak baik, manusia tidak akan bisa mendirikan
suatu kebudayaan.
b. Growth of civilization atau perkembangan kebudayaan
Kondisi alam yang baik menimbulkan lahirnya kebudayaan,
dalam perkembangan suatu kebudayaan, yang merupakan
kejadian yang digerakkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak
kebudayaan itu. Pihak-pihak kebudayaan itu adalah suatu
kelompok manusia yang menjadi sebuah masyarakat. Suatu
kelompok dalam jumlah kecil (minority) itu menciptakan
kebudayaan dari jawaban yang diberikan dan tantangan alam,
kemudian ditiru oleh sebagian besar masyarakat (mayority).
Suatu kebudayaan dikembangkan oleh minority yang kuat dan
dapat menciptakan suatu kebudayaan. Suatu kelompok kecil
(minority) yang kuat mengembangkan kebudayaan dengan 
menyebarkan kebudayaan dan mempengaruhi masyarakat

21 M.Dien Majdid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), h. 184.
16 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

untuk meniru kebudayaan yang telah diciptakan oleh kelompok


kecil (minority).

c. Decline of civilization atau keruntuhan kebudayaan


Perkembangan kebudayaan yang ditumbuh kembangkan oleh
minority yang kuat. Apabila minority sudah tidak sanggup lagi
mempertahankan kebudayaan (lemah) dan kehilangan daya
ciptanya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat
lagi dijawab. Akibatnya apabila keadaan sudah memuncak
seperti itu, maka akan terjadi keruntuhan yang menyebabkan
kehancuran kebudayaan yang seakan-akan lenyap ditelan alam.
Menurut Arnold J. Toynbee, keruntuhan itu terjadi dalam tiga
masa gelombang, yaitu:
1. Breakdown of civilization atau kemerosotan kebudayaan
Kemerosotan kebudayaan, disebabkan oleh kehilangan
daya tarik minoritas untuk menciptakan kebudayaan
serta kehilangan kewibawaannya, maka mayority tidak
lagi bersedia mengikuti minoritas peraturan dalam
kebudayaan (antara minoritas dan mayoritas) pecah
dan tentulah tunas-tunas hidupnya kebudayaan akan
lenyap.
2. Disintegration of civilization atau kehancuran kebudayaan
Kehancuran kebudayaan, mulai tampak setelah tunas-
tunas kehidupan itu mati dan pertumbuhan terhenti.
Setelah pertumbuhan terhenti maka seolah-olah daya
hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan
yang tidak berjiwa lagi.
3. Dissolution of civilization atau hilang dan lenyapnya
kebudayaan.
Lenyapnya kebudayaan ialah apabila tubuh kebudayaan
yang sudah menjadi batu itu hancur lebur kemudian
lenyap.
Bab I - Pendahuluan 17

Pandangan Arnold J. Toynbee tidak hanya memperhatikan gerak


dari proses sejarah saja, akan tetapi juga memperhatikan bagaimana
awal kejadian dari sebuah kebudayaan, kemudian berkembang dan
akhirnya mundur dan hilang, bahkan lenyap dari permukaan. Dalam
hal memetakan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan,
Penelitian ini akan diarahkan berjalan diatas teori gerak sejarah
dalam pandangan Arnold J. Toynbee tersebut.
Selain dalam hal sejarah perkembangan, penelitian ini juga
menggunakan kerangka teori sosoiologi untuk memetakan aspek
sosial Hizib Nahdlatul Wathan, adapun teori yang digunakan adalah
teori solidaritas sosial menurut Emile Durkheim. Menurut Emile
Durkheim terdapat dua tipe solidaritas sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, yaitu tipe solidaritas sosial yang berlandaskan
mekanik dan organik.22 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kerja
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, masyarakat
memiliki tingkat pembagian kerja yang rendah, bahkan hampir
semua anggota masyarakat bisa melakukan apa yang semua bisa
lakukan. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan
organic, terjadi tingkat pembagian kerja yang tinggi. Tingkat
pembagian kerja yang tinggi tersebut menciptakan suatu ikatan
yang berupa solidaritas social.
2. Kesadaran kolektif
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang tinggi,
sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik,
anggota masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang rendah.
3. Hukum dominan
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakatnya melaksanakan hukuman yang bersifat restitutif,

22 Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 88.


18 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

yakni hukuman dilaksanakan terhadap orang yang melanggar


suatu perbuatan yang melanggar hukum. Sedangkan dalam
solidaritas sosial yang berlandaskan organik, anggota
masyarakat melaksanakan hukum hanya untuk menghukum
tanpa mempertimbangkan manfaat dari hukuman tersebut.
4. Individualitas
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakat mempertahankan kesamaan dan dan keseragaman
satu sama lain, sehingga masyarakat tidak berkembang
sepenuhnya. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang
berlandaskan organik, anggota masyarakat tidak lagi didasarkan
pada kesadaran kolektif.
5. Konsensus terpenting
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, konsensus
terpenting adalah nilai dan norma yang telah lama tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Sedangkan dalam solidaritas
sosial yang berlandaskan organik, konsensus terpenting adalah
nilai yang bersifat abstrak dan umum.
6. Penghukuman
Dalam solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik,
melakukan penghukuman yang cukup tinggi. Sedangkan
dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, tidak boleh
menghakimi sendiri terhadap orang yang melanggar suatu
peraturan perundangan yang ada.
7. Saling ketergantungan
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, tidak terjadi
ketergantungan fungsional. Sedangkan dalam solidaritas sosial
yang berlandaskan organik, saling ketergantungan fungsional
dalam masyarakat.
8. Komunitas
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, komunitas yang
menjadi tempatannya adalah wilayah pedesaan. Sedangkan
Bab I - Pendahuluan 19

dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, komunitas


yang menjadi tempatannya adalah wilayah perkotaan.
9. Pengikat
Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, yang menjadi
pengikatnya adalah kesadaran kolektif. Sedangkan dalam
solidaritas sosial yang berlandaskan organik, yang menjadi
pengikatnya adalah kesadaran kolektif pembagian kerja secara
alamiah.

F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya
ilmu atau pengetahuan. Sehingga metodologi mempunyai arti cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya.23
Metodologi dalam penelitian terdiri dari jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data
yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). Adapun maksud dari studi
lapangan adalah melakukan pembacaan pada beberapa data-
data tertulis yang penulis bagi menjadi dua bagian, yakni data
primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena mengutamakan teknik observasi (participant
observer) dimana peneliti berpartisipasi dalam kegiatan obyek
penelitian dan juga dilakukan proses wawancara (interview).

23 http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/metodologi-penelitian.pdf.
20 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Penelitian ini juga secara lebih spesifik menggunakan metode


deskriptif.
2. Sumber Data
Data adalah semua informasi baik berupa benda nyata, sesuatu
yang abstrak, ataupun peristiwa/ gejala yang ada, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.24
Secara umum jenis data dalam penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan (pihak
pertama), adapun data sekunder adalah data yang diperoleh
dari pihak lain (pihak kedua).
Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung dari
pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, tokoh
sentral Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta, akademisi, jama’ah
dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta. Sementara data sekunder diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) ataupun tulisan lain yang
berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam melakukan suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti
harus terampil dalam mencari dan mengumpulkan data
yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Wawancara
Wawancara atau biasa juga disebut interview, yaitu
dialog tanya jawab antara peneliti dengan informan baik
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.25
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk
memperoleh data, fakta dan realita Praktek Pengamalan

24 Mastuki, HS, dkk.,Pedoman Penulisan Tesis, (Jakarta: Pustaka STAINU, 2016), h. 18.
25 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 21.
Bab I - Pendahuluan 21

Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara


(Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan).
b. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data
dari bermacam-macam bahan yang terdapat diruang
kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah,
dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.26
Studi pustaka (dokumentasi) dalam penelitian ini,
dilakukan untuk memperoleh data, fakta dan realita
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul
Wathan) secara khusus, serta untuk memperoleh data
mengenai tasawuf secara umum.
c. Observasi
Pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara
langsung dengan mengamati objek penelitian secara
langsung disebut dengan observasi. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
data lapangan yang terkait dengan Praktek Hizib Nahdlatul
Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas
Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) terhadap masyarakat
sekitar dan para jama’ah Hizib Nahdlatul Wathan.
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan penguraian data melalui kategorisasi
dan klasifikasi, sistematisasis, perbandingan, dan pencarian
hubungan antara data, untuk diambil kesimpulan dari
kegiatan penelitian. metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis data kualitatif, dengan metode
deskriptif, dengan menggunakan cara berfikir induktif. Analisis
data ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, studi pustaka dan observasi. Data yang

26 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 20.


22 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

telah diperoleh, dikumpulkan, dikelompokkan, direduksi,


diinterpretasikan kemudian disimpulkan.
Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan
analisis data kualitatif dengan tiga pola analisis data yang umum
digunakan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan, dengan masing-masing penjelasan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data mengacu pada proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyerdahanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data mentah yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sampai tersusunnya laporan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kumpulan dari informasi yang
akan memberikan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Pada langkah ini peneliti berusaha menyususn
data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu, yang berkaitan
dengan Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib
Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib
Nahdlatul Wathan).
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh dan menyeluruh dari data yang telah
diperoleh. Setelah dilakukan analisis data, maka peneliti
dapat menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Penarikan kesimpulan didasarkan pada temuan
setelah melakukan verifikasi data.27

27 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 26-27.


Bab I - Pendahuluan 23

G. Teknik dan Sistematika Penulisan


Penelitian ini disajikan dalam lima bab, bab pertama adalah
Pendahuluan, bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama merupakan
langkah awal peneliti dalam melakukan penelitian terkait Hizib
Nahdlatul Wathan secara umum maupun Hizib Nahdlatul Wathan
yang ada di Jakarta secara khusus melalui studi akademik.
Bab kedua adalah Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan
Nusantara, bab ini membahas tentang pengertian hizib, bentuk
hizib dalam Al-Qur’an, makna hizib dalam Al-Qur’an, pengamalan
hizib di Nusantara dan pengaruh hizib bagi para pengamalnya.
Bab kedua akan mendeskripsikan aspek tinjauan hizib di dunia
Islam dan di Nusantara yang berguna untuk memperoleh data
mengenai gambaran hizib secara umum yang ada di dunia Islam
dan di Nusantara dari beberapa aspeknya. Selain itu, bab kedua
ini merupakan tinjauan teoritis mengenai hizib secara umum
yang ada di dunia Islam (timur tengah) yang meliputi sejarah
awal dan perkembangan hizib di dunia Islam, perkembangan
dan pengamalan hizib di Nusantara serta fungsi hizib dalam
kehidupan. Bab kedua ini merupakan jendela awal (pengantar)
memasuki “dunia perhiziban” untuk kemudian dilanjutkan
pembahasannya mengenai “satu-satunya” hizib khas Nusantara
yakni Hizib Nahdlatul Wathan.
Bab ketiga adalah Hizib Nahdlatul Wathan, bab ini berisi
uraian mengenai pendiri Hizib Nahdlatul Wathan, pengertian
Hizib Nahdlatul Wathan, sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan, sistematika penulisan Hizib Nahdlatul Wathan, sistematika
pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan, etika dalam berhizib dan
praktek pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ketiga ini
24 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

merupakan gambaran umum Hizib Nahdlatul Wathan secara umum


dan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang mencakup sejarah
awal hingga perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ini akan
memaparkan secara khusus mengenai Hizib Nahdlatul Wathan,
setelah memperoleh gambaran secara umum hizib dalam dunia Islam
dan di Nusantara sebagaimana yang terdapat dalam bab II dalam
penelitian ini.
Bab keempat adalah fadhilah pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan dalam aspek sosial keagamaan, bab keempat berisi
penjelasan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai hizib Islam Nusantara,
Hizib Nahdlatul Wathan sebagai media dakwah Islam dan fadhilah
mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab keempat merupakan
bab inti dalam penelitian dan merupakan hasil penelitian setelah
melalui proses akademik secara beruntun yakni bab I, II dan III. Bab
keempat ini “disajikan” setelah memperoleh data-data yang akurat
dan atau informasi yang tepat dari berbagai sumber, baik sumber
primer maupun sumber sekunder dalam penelitian Hizib Nahdlatul
Wathan.
Bab kelima adalah Penutup, yang merupakan bab akhir
penelitian. Bab kelima hanya terdiri dari dua point yakni kesimpulan
dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat (rangkuman)
hasil penelitian yang penjabarannya sebagaimana terdapat dalam
bab IV sedangkan saran merupakan usul penulis setelah melakukan
penelitian. Bab kelima ini diuraikan secara singkat hasil penelitian
Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara
(Studi : Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) setelah
melalui proses akademik secara runtut dan bertahap yakni bab I, II,
III, dan bab IV.
Bab I - Pendahuluan 25

H. Outline atau Daftar Isi


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Kerangka Teori
E. Tinjauan Pustaka
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
H. Outline atau Daftar Isi
BAB II TINJAUAN HIZIB DI DUNIA ISLAM DAN NUSANTARA
A. Pengertian Hizib
B. Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an
C. Makna Hizib dalam Al-Qur’an
D. Pengamalan Hizib di Nusantara
E. Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya
BAB III HIZIB NAHDLATUL WATHAN
A. Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan
B. Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan
C. Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan
D. Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul Wathan
E. Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
F. Etika dalam Berhizib
G. Praktek Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
BAB IV FADHILAH PEMBACAAN HIZIB NAHDLATUL WATHAN
DALAM ASPEK SOSIAL KEAGAMAAN
A. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara
B. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah
C. Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 2

Tinjauan Hizib
di Dunia Islam dan Nusantara
Salah satu kajian keislaman di Nusantara yang tidak dapat
dipisahkan dari kajian keislaman secara umum adalah kajian tasawuf
yang merupakan bagian dari kajian keislaman di Nusantara. Unsur
tasawuf merupakan salah satu pintu masuknya Islam di Nusantara
yang dibawa oleh para pengamal tasawuf, seperti wali songo.
Tasawuf hingga saat ini masih mewarnai kehidupan keberagamaan
di Nusantara bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pengamalan keagamaan masyarakat Nusantara melalui gerakan
tarekat. Melalui gerakan tarekat di Nusantara itulah merupakan cikal
bakal pengamalan hizib di Nusantara.

A. Pengertian Hizib
Hizib adalah amalan yang berisi do’a-do’a ma’tsurat, yang
merupakan peninggalan dari Nabi Muhammad SAW, dan do’a-do’a
mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu. Hizib diamalkan
untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh
yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.28 Hizib

28 Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan Pesantren: Studi Kasus
Wirid Asma’ul Husna dan Hizib Lathif di Brangsong Kendal,” MetaSastra, Vol. 4, No. 1
28 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

berasal dari bahasa Arab: hizbun yang artinya: kelompok, golongan,


partai, jenis, wirid, senjata. Dan dalam penelitian ini arti hizib yang
sesuai adalah wirid.29 Hizib adalah kumpulan do’a khusus yang
sangat populer di kalangan masyarakat Islam khususnya di Pondok
Pesantren dan tarekat.30
Berikut akan dipaparkan pengertian hizib menurut salah satu
tokoh yakni Ibnu Manzhur. Menurut Ibnu Manzhur, kata hizib
memiliki banyak arti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sekelompok dari manusia
2. Setiap kaum yang hati dan aktivitas mereka berbeda tapi
mereka mempunyai kesamaan karakteristik maka mereka
disebut dengan golongan yang bersekutu. Walaupun sebagian
dari mereka tidak saling mengenal dengan yang lain.
3. Pasukan yang dipimpin oleh seseorang dan teman-temannya
yang seide dengannya.
4. Bagian
5. Wirid. Diartikan dengan ini, karena ada sebagian orang yang
mengharuskan dirinya untuk membaca beberapa bagian dari
Al-Qur’an dan shalawat setiap hari sebagai wirid.

Dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud dengan hizib


dalam penelitian ini kurang lebihnya seperti dalam pengertian yang
pertama dan kelima, sedangkan yang kedua, ketiga, dan keempat
tidak termasuk dalam penelitian ini. Selain pengertian diatas, hizib
juga diartikan dengan partai politik. Ini dimaklumi karena dalam
sebuah partai, beberapa orang berkumpul yang kadang-kadang
mereka berlainan suku dan asal muasal tetapi disatukan oleh
satu ide dan pandangan politik. Dari beberapa pengertian secara
(Juni 2011), h. 39.
29 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,” (Skripsi s1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28.
30 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,”
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 29

bahasa, maka penulis memberikan definisi hizib secara terminologi


(istilah) yaitu kumpulan do’a-do’a yang disusun oleh para wali yang
bersumber dari Al-Qur’an, hadis dan shalawat yang dibaca atau
diamalkan oleh sekelompok manusia atau individu secara terus-
menerus (berkesinambungan) agar memperoleh kebahagiaan dunia
dan keselamatan di akhirat.

B. Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an


Dalam Al-Qur’an kata hizib mempunyai beberapa bentuk.
Ada dalam bentuk kata mufrad (tunggal), mutsana (dua) dan jama’
(banyak). Dari ketiga bentuk tersebut, kata hizib dan derivasi
terdapat dalam lima belas tempat. Adapun bila dilihat dari tempat
turunnya, maka hizib beserta derivasinya terbagi menjadi dua, yakni
surah makkiyah : Fâthir: 6, Al-Mu’minûn: 53, Ar-Rûm: 32, Al-Kahfi: 12,
Maryam: 37, Shâd: 11-13, Ghâfir: 5 dan 30, Az-Zukhrûf: 65 dan surah-
surah madaniyah : Al-Mâidah: 56, Al-Mujâdalah: 19 dan 22, Hûd: 17,
Ar-Ra’d:36, serta Al-Ahzâb: 20-22.

1. Bentuk Mufrad (Tunggal)


Bentuk mufrad ini terdapat dalam enam tempat, yaitu:

a. Surat Al-Mâ’idah

َ َ ْ ُ َّ‫ه‬ َّ َ َ َ َّ‫َ َ ْ َ َ َ َّ هَّ َ َ َ ُ هَ ُ َ ذ‬


‫آم ُنوا فإِن ح ِْز َب اللِ ه ُم الغالبِ ُون‬ ‫ومن يتول الل ورسول والِين‬
“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama)
Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Mâ’idah [5]: 56)
b. Surat Fâthir

ُ ُ َّ ُ َّ‫َ خ‬ ُ َ َ َّ َّ
‫إِن الشيْ َطان لك ْم َع ُد ٌّو فاتِذوهُ َع ُد ًّوا ۚ إِن َما يَ ْد ُعو ح ِْز َب ُه يِلَكونوا م ِْن‬
َّ َ ْ َ
‫ري‬
ِ ِ‫اب السع‬
ِ ‫أصح‬
30 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia


musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (QS. Fâthir [35]: 6)

c. Surat Al-Mu’minûn

َ ُ َ ْ ْ َ َ‫َ د‬ ْ ُّ ُ‫َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ُ ً ل‬
‫فتقطعوا أمرهم بينهم زبرا ۖ ك حِز ٍب بِما لي ِهم ف ِرحون‬
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama
mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-
masing).” (QS. Al-Mu’minûn [23]:53)

d. Surat Ar-Rûm

َ ُ َ ْ ْ َ َ‫َ د‬ ْ ُّ ُ‫َ ً ل‬ ُ َ‫َ ُ ْ َ ا‬ ُ َّ َ َ َّ‫َ ذ‬


‫مِن الِين فرقوا دِينهم وكنوا شِيعا ۖ ك حِز ٍب بِما لي ِهم ف ِرحون‬
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka
menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Rûm [30]: 32)

e. Surat Al-Mujâdalah

َ ْ َّ ُ ْ َ ٰ َ ُ َّ‫ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َّ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ْ َ ه‬
ۚ ‫ان‬
ِ ‫َاستحوذ علي ِهم الشيطان فأنساهم ذِكر اللِ ۚ أولئِك حِزب الشيط‬
َ ُ َ ْ‫ُ ُ خ‬ َ ْ َّ َ ْ َّ َ‫ا‬
‫اسون‬ِ‫ان هم ال ر‬ِ ‫أل إِن حِزب الشيط‬
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa
mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.”
(QS. Al-Mujâdalah [58]: 19)
f. Surat Al-Mujâdalah
َ‫ُ َ ُّ َ َ ْ َ َّ هَّ َ َ َ ُ ه‬
ُ‫ول‬ ْ‫اَ جَ ُ َ ْ ً ُ ْ ُ َ هَّ َ يْ َ ْ آ‬
‫تد قوما يؤمِنون بِاللِ والو ِم الخ ِِر يوادون من حاد الل ورس‬ ِ ‫ل‬
َ َ ُ َ َ َ ْ َ
َ ٰ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َْ ْ ْ ُ َ َ
َ ‫ك ك َت‬ َ َ ُ َ‫ا‬ َ
‫بف‬ ‫َول ْو كنوا آباءهم أو أبناءهم أو إِخوانهم أو عشِ ريتهم ۚ أول ِئ‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 31

َ‫وح مِنْ ُه ۖ َو ُي ْدخِلُ ُه ْم َج َّنات جَتْري م ِْن حَتْتِها‬ َ َ َ َ ْ‫إ‬


ٍ ُ
‫ر‬ ‫ب‬ ْ
‫م‬
ُ
‫ه‬ َ
‫د‬ َّ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ان‬ ‫يم‬ ‫ال‬ ‫م‬ُ ‫قُلُوبه‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ َ ْ‫أ‬
َّ‫َ َ َ يِ َ هَّ ُ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ْ ُ ُ َ ٰ َ ْ ُ ه‬ َ ُ َْ
ۚ ِ‫الِين فِيها ۚ رض الل عنهم ورضوا عنه ۚ أولئِك حِزب الل‬ ِ‫ار خ د‬ ‫النه‬
َ ْ ْ ُ َّ‫ه‬ َّ َ‫َ ا‬
‫أل إِن ح ِْز َب اللِ ه ُم ال ُمفل ُِحون‬
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujâdalah [58]: 22)

Hizib dalam bentuk mufrad (tunggal) diartikan sebagai


pengikut atau golongan sebagaimana yang tersebut diatas
berdasarkan kitab suci Al-Qur’an.

2. Bentuk Mutsana (Dua)


Bentuk mutsana (dua) ini hanya terdapat dalam satu tempat
yaitu dalam surat Al-Kahfi.

ً‫ص ل َِما بَل ُثوا أَ َمدا‬


ٰ ْ َ‫ال ْ َ نْ أ‬
َ‫ح ى‬ ْ‫ُ َّ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُّ ح‬
ِ ‫ي‬ِ ‫ثم بعثناهم لنِ علم أي ِزب‬
“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah
di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (QS. Al-Kahfi [18]: 12)
3. Bentuk Jama’ (Banyak)
Bentuk jama’ (banyak) dari kata hizib terdapat dalam beberapa
tempat, yaitu:
32 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

a. Surat Hȗd

ٰ‫وس‬َ‫اب ُم ى‬ ُ ‫ع بَ ّي َنة م ِْن َر ّبهِ َو َيتْلُوهُ َشاه ٌِد مِنْ ُه َوم ِْن َقبْلِهِ ك َِت‬ٰ َ‫َ َ َ ْ اَ َ لَى‬
َ ِ ٍ ِ ُ ‫أفمن كن‬
َ
ُ َّ‫ح َزاب فانل‬ ْ‫أ‬
ْ ‫ك ُف ْر به م َِن ال‬ ْ َ ْ ََ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ ً َ ْ‫َ ً َ َ م‬
‫ار‬ ِ َ ِ ِ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬‫و‬ ۚ ِ ‫ه‬ِ ‫إِماما ورحة ۚ أولئِك يؤمِن‬
‫ب‬ ‫ون‬
َ ‫ك‬َ‫ر‬ َ
ْ َّ ٰ َ َ ّ َ ْ ُّ َ ُ َّ ُ ْ َ ْ ْ‫ح‬ ُ َ َ‫َ ُ َ ا‬
ِ َّ‫ث انل‬
‫اس‬ ‫كن أ‬ ِ ‫م ْوعِدهُ ۚ فل تك يِف مِري ٍة مِنه ۚ إِنه الق مِن ربِك ول‬
َ ْ َ‫ا‬
‫ل يُؤم ُِنون‬
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang
ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan
diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum
Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan
rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di
antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang
kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan
baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran
itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hȗd [11]: 17)

b. Surat Ar-Ra’d

ْ‫ح َزاب َمن‬ ْ َ‫ك ۖ َوم َِن أْال‬


َ ْ َ‫َ ذَّ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َ ي‬
ِ ‫والِين آتيناهم الكِتاب يفرحون بِما أن ِزل إِل‬
َ َ‫ي‬ ُ ْ ْ َ َ‫ي‬ َ ْ‫ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ ْ َّ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ هَّ َ َ اَ ُ ر‬
‫آب‬ ْ
ِ ‫شك بِهِ ۚ إِلهِ أدعو ِإَولهِ م‬ ِ ‫ينكِر بعضه ۚ قل إِنما أمِرت أن أعبد الل ول أ‬
“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira
dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-
golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari
sebahagiannya. Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan
Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku
kembali.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 36)
c. Surat Maryâm

َ َ َّ‫َ ْ َ َ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ٌ ذ‬
ْ‫ك َف ُروا م ِْن َم ْش َه ِد يَوم‬
ٍ ‫فاختلف الحزاب مِن بين ِ ِهم ۖ فويل ل ِلِين‬
َ
‫يم‬
ٍ ‫ع ِظ‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 33

“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka.


Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan
hari yang besar.” (QS. Maryâm [19]: 37)

d. Surat Al-Ahzâb

َ ُ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ُّ َ َ ُ َ ْ َ ْ‫ْ َ ْ أ‬ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ‫حَ ْ َ ُ َ أ‬
‫ت الحزاب يودوا لو أنهم بادون ف‬ ِ ‫يسبون الحزاب لم يذهبوا ۖ ِإَون يأ‬
ً‫ُ ْ َ َ َ ُ اَّ َ ا‬ ُ َ‫َ ا‬ ُ َْ َ َ َُ َ
َ ‫أْال ْع‬
٢٠ ‫اب ي َ ْسألون ع ْن أن َبائِك ْم ۖ َول ْو كنوا فِيكم ما قاتلوا إِل قل ِيل‬ ِ ‫ر‬
ْ‫آ‬ ْ‫ي‬ َّ‫ه‬ َ َ‫ا‬ ٌ ُ َّ‫ه‬
َ ‫ك ْم ف َر ُسول اللِ أ ْس َوةٌ َح َس َنة ل َِم ْن كن يَ ْر ُجو‬ ُ َ َ‫َ َ ْ ا‬
َ
‫الل َوالَ ْو َم الخ َِر‬ ِ ِ‫ي‬ ‫لقد كن ل‬
َ َ َ ُ َ َ ْ‫أ‬
ْ ‫ون ال‬ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ‫َو َذ َك َر ه‬
‫اب قالوا هٰذا َما َو َع َدنا‬ َ ‫ح َز‬ ‫ َول َّما َرأى المؤمِن‬٢١ ‫ريا‬ ً ِ ‫الل كث‬
َ ‫ول ۚ َو َما َز َاد ُه ْم إ اَّل إ‬
ً ‫يمانًا َوت َ ْسل‬
٢٢ ‫ِيما‬ ُ ُ‫الل َو َر ُس ه‬ ُ َّ‫ول َو َص َد َق ه‬ ُ ُ‫الل َو َر ُس ه‬ ُ َّ‫ه‬
ِ ِ
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum
pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali,
niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang
Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan
sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang,
melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 20-22)
e. Surat Shâd

ٌ‫وح َو اَعد‬ُ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ‫ُ ْ ٌ َ ُ َ َ َ ْ ٌ َ أ‬


ٍ ‫ كذبت قبلهم قوم ن‬١١ ‫اب‬ َ
‫جند ما هنال ِك مه ُزوم مِن الحز‬
ِ
َ ٰ َ ُ َ ْ َ ْ‫َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ُ أ‬ َ ْ َ ْ‫َ ْ َ ْ ُ ُ أ‬
‫وط وأصحاب اليكةِ ۚ أولئِك‬ ٍ ‫ وثمود وقوم ل‬١٢ ِ‫وف َِرعون ذو الوتاد‬
ُ َ ْ ْ‫أ‬
١٣ ‫الحزاب‬
34 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

“Suatu tentara yang besar yang berada disana dari golongan-golongan


yang berserikat, pasti akan dikalahkan. Telah mendustakan (rasul-rasul
pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, ´Aad, Fir´aun yang mempunyai
tentara yang banyak. dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah.
Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-
rasul).” (QS. Shâd [38]:11-13)

f. Surat Ghâfir
ُّ ُ‫َ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ل‬
ْ‫ك أُ َّمة ب َر ُسولِهم‬
ِ ِ ٍ ‫وح والحزاب مِن بع ِدهِم ۖ وهمت‬ٍ ‫كذبت قبلهم قوم ن‬
َ َ‫َ َّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ا‬ َ ْ‫ح‬ ُ ُْ َ ْ‫َ ْ ُ ُ ُ َ َ َ ُ ب‬
‫يِلأخذوه ۖ وجادلوا بِالاط ِِل يِلدحِضوا بِهِ الق فأخذتهم ۖ فكيف كن‬
َ
‫اب‬
ِ ‫عِق‬
“Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu
sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah
merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan
mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka
betapa (pedihnya) azab-Ku.” (QS. Ghâfir [40]: 5)

g. Surat Ghâfir

َ ْ َ ْ‫َ َ َ َ ْ ِ ّ َ َ ُ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ِ أ‬ َّ‫َ َ َ ذ‬
‫اب‬
ِ ‫ز‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ِث‬
‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫اف‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ن‬ِ‫ِ ي‬ ‫إ‬ ‫م‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫آم‬ ‫ِي‬
‫ال‬ ‫وقال‬
“Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran
golongan yang bersekutu.” (QS. Ghâfir [40]:30)
h. Surat Az-Zukhrȗf
َ َْ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ‫َ ْ َ َ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ٌ ذ‬
‫اب يو ٍم أ يِل ٍم‬
ِ ‫فاختلف الحزاب مِن بين ِ ِهم ۖ فويل ل ِلِين ظلموا مِن عذ‬
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara
mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim
yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (QS. Az-Zukhrȗf [43]: 65)
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 35

Demikianlah pemaparan bentuk-bentuk hizib dalam Al-Qur’an


yang bisa penulis paparkan dengan pengertian hizib adalah golongan-
golongan, pembahasan selanjutnya yakni terkait makna dan landasan
dalam melakukan aktivitas hizib (berhizib).

C. Makna dan Landasan Hizib


Secara bahasa hizib memiliki beberapa arti, diantaranya yaitu
kelompok, golongan, partai. Selain itu, hizib juga memiliki pengertian
bagian dalam Al-Qur’an, bagian atau nasib, senjata dan bisa juga
berarti jenis wirid. Disamping itu hizib bisa juga dengan pengertian
kumpulan do’a-do’a.
Terkait dengan landasan berhizib dalam penelitian ini, terlebih
dahulu dikemukakan makna hizib dalam pengertian kumpulan do’a-
do’a dan wirid atau zikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis
serta do’a-do’a dari para ulama. Berikut akan dipaparkan landasan
dalam berhizib yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yaitu
sebagai berikut:
1. Surat Al-Ra’d

َّ‫ْ ه‬
ُ‫اللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب‬ َ‫ذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا‬
ِ ‫الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’d [13]: 28 )
2. Surat Ali-Imrân
ْ َ َ َّ َ
‫ع ُج ُنوب ِ ِه ْم َو َي َتفك ُرون يِف خل ِق‬ ٰ َ‫ودا َو لَى‬
ً ُ ُ َ ً َ َ َّ‫ذَّ َ َ ْ ُ ُ َ ه‬
‫الِين يذكرون الل قِياما وقع‬
َ َ
َ‫ك فقِ َنا َعذاب‬ َ َ َ ْ ُ ً‫ا‬ َ َ ٰ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ‫َ أ‬
َ َّ
َ ‫الس َم‬
‫ات والر ِض ربنا ما خلقت هذا باطِل سبحان‬ ِ ‫او‬
َّ‫نل‬
ِ‫ا ار‬
36 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk


atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): «Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-Imrân [03]: 191)
3. Surat Al-Baqarah

ُ ُ ْ َ َ‫َ ا‬ ُ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ َْ ُ ‫فَاذْ ُك‬


‫ون‬
ِ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ل‬
ِ‫ي‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫اش‬‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ذ‬ ‫أ‬ ‫ون‬
ِ‫ي‬ ‫ر‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah [02]: 152)
4. Surat Al-A’râf ayat 55

َ ‫ِب ال ْ ُم ْع َتد‬
‫ِين‬ ُّ ‫ض اًع َو ُخ ْف َي ًة ۚ إنَّ ُه اَل حُي‬ ُ َّ َ ُ ْ
ُّ َ‫ك ْم تَ ر‬ ‫ادعوا رب‬
ِ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [07]: 55)
5. Surat Al-Mukminûn

َ ُ َ ْ ّ َ ٰ َ‫َ ذَّ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ ٌ َ َّ ُ ْ ى‬
ِ ‫جلة أنهم إِل رب ِ ِهم را‬
‫جعون‬ ِ ‫والِين يؤتون ما آتوا وقلوبهم و‬
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminûn [23]: 60)

6. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsinya, yakni sebagai


berikut:

ِْ‫اهلل َعلَيه‬ُ ‫ أَ َّن َر ُس ْو َل اهللِ – َص ىَّل‬: – ‫اهلل َعنْ ُه‬ َ


ُ ‫ض‬ َ ِ‫َو َع ْن أب ُه َريْ َرةَ – َر ي‬
ِ‫ي‬
ُ‫ َو َأنَا َم َعه‬, ‫ َأنَا عِنْ َد َظ ّن َعبْدِي ب‬: ‫ال‬ َ‫َ ُ ْ ُ ُ َ َ ى‬
‫ع‬ ‫ت‬ ‫اهلل‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ي‬ (( : ‫ال‬
َ َ
‫ق‬ – ‫م‬َ ‫َو َس َّل‬
ِ‫ي‬ ِ
َ َ ْ َْ ُُْ َ َ َْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
‫رن ف‬ ِ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ذ‬ ‫ِإَون‬ , ‫س‬ِ‫ي‬ ‫ف‬‫ن‬ ‫ف‬ِ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ر‬‫ك‬‫ذ‬ , ِ ‫ه‬ ‫س‬
ِ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ف‬ ‫ن‬
ِ‫يِ ي‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ ِ ‫إ‬ ‫ف‬ , ‫ن‬ِ‫إِذا ذ ي‬
‫ر‬ ‫ك‬
َْ َ ٌ َ َّ ُ ْ ْ‫َ لأَ َ َ ْ ُ ُ َ َير‬
ِ‫أل خ ٍ مِن ُه ْم )) متفق عليه‬ ٍ ‫م ٍ ذكرته يِف م‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 37

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku
sesuai persangkaan hamba-Ku.

Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat


bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-
Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih
baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR.
Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

ّ َ ْ َ ّ َ‫َ َ ُ ذَّ ْ َ ْ ُ ُ َ َّ ُ َ ذَّ ْ اَ َ ْ ُ ُ َ َّ ُ َ َ ُ ْ ي‬


ِ ِ ‫ح و المي‬
‫ت‬ ِ ‫مثل الِي يذكر ربه والِي ل يذكر ربه مثل ال‬
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang
yang tidak berdzikir kepada Tuhannya bagaikan orang hidup dan orang
mati.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim). 
ُْ ُ َ َ َ َ َ َ ُْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ
ِ‫ قال رسول اهلل‬: ‫عن أ يِب هريرة وعن أ يِب سعِي ٍد ر يِض اهلل عنهما قاال‬
ُ َ َ ْ ْ َّ َّ‫َ ىَّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ٌ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ال‬
‫اهلل إ ِ َحفت ُه ُم ال َمالئِكة‬ ‫ ال يقعد قوم يذكرون‬:‫صل اهلل عليهِ وسلم‬
ُ ‫السكِيْ َن ُة َو َذ َك َر ُه ُم‬
ُ‫اهلل فِيْ َم ْن عِنْ َده‬ َّ ‫ت َعلَيْه ُم‬
ْ َ‫ح ُة َونَ َزل‬ َّ ‫َو َغشِ َيتْ ُه ُم‬
َ ْ‫الر م‬
ِ
“Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said al-Khudri ra berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
sambil berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan diliputi oleh
para malaikat, dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka,
memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang
ada di sisi-Nya.” (HR Imam Muslim)

َ َ َ َ ْ‫جْ َ َّ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ ج‬ ُ َ
‫ال َّنةِ قال حِل ُق‬ ِ ‫إِذا َم َر ْرت ْم ب ِ ِر َي‬
‫اض النةِ فارتعوا قالوا وما رِياض‬
ْ ّ
‫اذلِك ِر‬
“Jika kamu melewati taman-taman Surga, maka singgahlah dengan
senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman Surga itu?”
Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR.
Tirmidzi)
38 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Demikianlah makna dan landasan hizib yang dapat penulis


paparkan dalam penelitian ini yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis, pembahasan selanjutnya akan akan dilanjutkan dengan sub
bab berikutnya.

D. Pengamalan Hizib di Nusantara


Pengamalan hizib di Nusatara dalam penelitian ini akan
mendeskripsikan hizib-hizib yang diamalkan oleh masyarakat di
Nusantara, seperti berikut ini:

1. Hizib dalam Tarekat Syadziliyah


Tarekat Syadziliyah merupakan salah satu tarekat yang memiliki
pengikut yang cukup banyak dibandingkan dengan tarekat-tarekat lain
seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat Naqsabandiyah,
Tarekat Suhrawardiyah dan tarekat-tarekat lainnya. Nama Tarekat
Syadziliyah dinisbatkan kepada Abu Hasan Asy- Syâdzilî yang wafat
pada 656 H/1258 M sebagai pendirinya. Abu Hasan Asy- Syâdzilî
adalah salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidina
Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tarekat Syadziliyah merupakan salah
satu tarekat yang mu’tabarah atau diakui kebenarannya karena Imam
Asy- Syâdzilî nasabnya bersambung sampai ke Nabi Muhammad
SAW.31 Tarekat Syadziliyah dalam ajarannya dilandaskan pada ajaran
metafisik dan spritual tauhid dan tentu saja Al-Qur’an dan Sunnah.
Tarekat Syadziliyah memiliki tujuan yakni kesadaran ma’rifat kepada
Allah SWT yang mengimplikasikan kebijaksanaan sempurna dan
kesucian jiwa pelaku kontemplasi.
Tarekat Syadziliyah merupakan suatu bentuk reformasi
pandangan spritual dan religius, namun bukan dalam arti

31 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1149.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 39

sebagai sebuah gerakan pemurnian dan anti kemusyrikan yang


sering membinasakan institusi Islam eksternal dibawah bendera
“kembali ke jalan salaf ”. Namun Tarekat Syadziliyah mempunyai
cara tersendiri dengan mengkritisi formalisme dan literalisme
yang berlebihan dalam Islam eksoterik pada saat itu. Tarekat
Syadziliyah merupakan tarekat yang paling diterima dibanding
dengan tarekat-tarekat besar yang berkembang pada saat itu,
yang tidak hanya diterima oleh kalangan tasawuf normatif tetapi
juga oleh kalangan Islam normatif. Hal itu dikarenakan baiat atau
inisiasi yang dilakukan oleh Tarekat Syadziliyah tidak melanggar
apa yang telah diyakini masyarakat.
Disamping sebagai sebuah ajaran tarekat, Tarekat Syadziliyah
juga memiliki hizib-hizib yang diamalkan oleh pengikutnya-
pengikutnya. Hizib yang diajarkan dalam Tarekat Syadziliyah
terbilang cukup banyak jumlahnya dan setiap murid atau pengikut
tidak menerima hizib yang sama karena disesuaikan dengan
situasi dan kondisi ruhaniah murid sendiri dan kebijaksanaan
mursyid. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua
orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari seorang
mursyid atau seseorang murid yang ditunjuk oleh mursyid untuk
mengijazahkannya. Adapun hizib-hizib yang diajarkan dalam
Tarekat Syadziliyah antara lain, yaitu Hizib Asy-Syifa, Hizib Al-
Bahr, Hizib Al-Kafi atau Al-Autad, Hizib Al-Birhatiyah, Hizib An-
Nashr, Hizib Al-Bar atau Al-Kabir32. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing tersebut:

a. Hizib Asy-Syifa
Hizib Asy-Syifa merupakan hizib khas ala Tarekat Syadziliyah
pada umumnya dan di Tulungagung dalam konteks Nusantara.

32 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada


Pondok Peta di Tulungagung”, (Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003),
h. 168.
40 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Sebelum seseorang mengikuti prosesi baiat atau talqin zikir, biasanya


dianjurkan untuk membaca Hizib Asy-Syifa untuk membuka dan
membersihkan hati dari kotoran nafsu. Cara mengamalkan Hizib
Asy-Syifa yang apabila disertai dengan puasa maka Hizib Asy-Syifa
dibaca setiap selesai sholat fardhu dan puasa dilakukan selama tiga
hari, tujuh hari, sepuluh hari atau empat puluh hari sesuai dengan
petunjuk mursyid. Puasa yang akan dilakukan oleh pengamalnya
yakni dimulai pada hari selasa, rabu dan kamis. Tetapi apabila
pengamalnya tidak disertai puasa, maka cara pengamalannya adalah
membaca Hizib Asy-Syifa cukup sekali dalam sehari semalam33.
Semua murid atau pengikut tarekat Syadziliyah tidak
diperlakukan sama diantara murid yang satu dengan murid yang
lainnya, karena semua itu tergantung kepada kebijakan dan kearifan
seorang mursyid yang sesungguhnya. Disamping itu, mursyid lebih
mengetahui keadaan hati dan kualitas ruhani seseorang. Ketika
seseorang dipandang secara ruhaniyah telah pantas untuk dibaiat,
kapanpun waktunya yang dikehendaki oleh mursyid untuk dibai’at,
saat itu pula seseorang dibai’at untuk memasuki Tarekat Syadziliyah.34
Hizib Asy-Syifa diamalkan dengan cara yakni terlebih dahulu
memulainya dengan membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan
kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar
Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman
ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain,
Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di
Indonesia, Sunan Kalijaga, Sultan Agung, Syaikh Mustaqim ibn
Husain, Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi
Khidir as35 kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib Asy-Syifa.

33 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada


Pondok Peta di Tulungagung”, h. 168.
34 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada
Pondok Peta di Tulungagung”, h. 117.
35 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 31.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 41

b. Hizib Al-Bahr
Hizib Al-Bahr ditulis oleh Imam Asy-Syâdzilî pada saat dalam
perjalanan di Laut Merah dan mendapatkannya langsung dari Nabi
Muhammad SAW. Hizib Al-Bahr dibaca oleh Imam Asy-Syâdzilî dalam
rangka berdo’a kepada Allah SWT agar selamat dalam perjalanan di
Laut Merah. Walaupun Hizib Al-Bahr mempunyai ikatan kuat dengan
laut, bukan berarti Hizib Al-Bahr hanya dibaca atau diamalkan ketika
di laut.36
Imam Asy-Syâdzilî di dalam Hizib Al-Bahr telah berwasiat kepada
para pengikutnya supaya semua murid mengikuti Tarekat Syadziliyah
dengan mengamalkan Hizib Al-Bahr, karena di dalamnya terdapat
nama-nama Allah SWT yang besar sekali manfaat dan berkahnya.
Dengan membaca asma’ul husna berarti seseorang berzikir dan
mengingat Allah SWT dengan sembilan puluh sembilan nama, yang
setiap nama memiliki pengaruh spritual yang sangat besar. Pengaruh
spritual itu akan didapatkan oleh siapapun yang mengamalkan
dengan syarat meminta ijazah dari guru yang berwenang.37
Hizib Al-Bahr dibaca dengan dengan tatacara yaitu setelah
membaca surat Al-Fatehah yang terakhir atau sebelum do’a kemudian
dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Bahr yang diawali dengan
membaca Al-Fatehah lillahi ta’ala, kemudian langsung membaca
Hizib Al-Bahr. Pembacaan Hizib Al-Bahr diakhiri dengan membaca
surat Al-Fatehah sebanyak tujuh kali kemudian ditutup dengan
membaca do’a.38

c. Hizib Al-Kafi
Hizib Al-Kafi merupakan amalan pengikut Tarekat Syadziliyah
dalam konteks Nusantara yang dibawa dan dikembangkan oleh Asy-

36 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 31.
37 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf, h. 1153
38 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 32.
42 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Syaikh Abdul Razzak ibn Abdullah At-Termasi yang berasal dari


Pondok PETA Tulungagung tepatnya di Pondok Pesantren Termasi
Pacitan. Hizib Al-Kafi dalam Tarekat Syadziliyah di Pondok PETA
diijazahkan oleh Asy-Syaikh Muhammad Mustaqim ibn Husain
kepada Asy-Syaikh Abdul Razzak yang merupakan awal persahabatan
dan hubungan spritual diantara keduanya.39
Hizib Al-Kafi diamalkan dengan tata cara yakni dimulai dengan
membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar
ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn
Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul Qadir Al-
Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di Indonesia, Sunan Kalijaga,
Syaikh Mustaqim ibn Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim,
kedua orang tua dan Nabi Khidir as 40 kemudian dilanjutkan dengan
membaca Hizib Al-Kafi.

d. Hizib Al-Birhatiyah
Hizib Al-Birhatiyah adalah hizib yang diijazahkan oleh Asy-
Syaikh Abdul Razzak At-Termasi kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin
Husain, yang merupakan awal persahabatan dan hubungan spritual
diantara keduanya. Hubungan diantara keduanya yaitu sama-sama guru
dan murid. Asy-Syaikh Abdul Razzak At-Termasi memberikan ijazah
kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain dengan Hizib Al-Birhatiyah,
sedangkan Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain memberikan ijazah kepada
Asy-Syaikh Abdul Razzak Al-Termasi berupa Hizib Al-Kafi.41
Hizib Al-Birhatiyah diamalkan dengan tata cara yaitu, pertama
membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad
SAW, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Sayyidina Asif bin Barkhaya,

39 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39.


40 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39.
41 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 43

Sayyidina Qalfatriyus, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina


‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina
‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul
Qadir al-Jailani, Asy-Syaikh Syams al-Din, Asy-Syaikh Imam al-
Ghazali, Asy-Syaikh ‘Abd al-Salam, Asy-Syaikh Abu Hasan al-Syadzili,
‘Abu ‘Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh ‘Abu ‘Abbas bin ‘Ali al-Buni, Mbah
Panjalu, Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil
bin Mustaqim, kedua orang tua, dan Nabi Khidir as42 lalu dilanjutkan
dengan membaca Hizib Al-Birhatiyah.

e. Hizib An-Nashr
Hizib An-Nashr diamalkan dengan tata cara yaitu dimulai
dengan membaca surat Al-Fatehah seperti biasanya kemudian
ditambah kepada Asy-Syaikh Abu Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh al-
Badawi, Arwah al-Mujahidin fi sabilillah fi al-Mishr, Tsuraya, Iraq,
wa sair buldan al-Muslimin ‘ammah kemudian dilanjutkan dengan
membaca Hizib An-Nashr.

f. Hizib Al-Bar
Tradisi pengamalan Hizib Al-Bar dalam Tarekat Syadziliyah
diantaranya ialah memilih waktu yang tepat untuk berhizib
(membaca Hizib Al-Bar atau yang dikenal dengan nama Hizib Al-
Kabir) yaitu setelah selesai sholat subuh. Pada saat membaca Hizib
Al-Bar hendaklah tidak berbicara dengan orang lain kecuali karena
kebutuhan, seperti menjawab salam. Imam Asy-Syadzili pernah
berkata: “Barangsiapa yang membaca Hizib ini (Hizib Al-Bar), maka
akan memperoleh segala apa yang telah kami peroleh dan terhindar
dari bahaya yang Allah SWT hindarkan dari kami.”43

42 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41-42.


43 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 48.
44 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Demikianlah pemaparan penulis terkait hizib-hizib yang


terdapat dalam Tarekat Syadziliyah. Pembahasan selanjutnya akan
membahas hizib-hizib yang terdapat dalam tarekat lain.

2. Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan


Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan merupakan suatu karya salah
seorang ulama kharismatik yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid yang juga seorang pendiri oraganisasi
Nahdlatul Wathan.

a. Nahdlatul Wathan
Secara etimologi Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata yakni
kata “Nahdlah” dan “Al-Wathan”, Nahdlah berarti kebangkitan,
pergerakan, pembangunan. Sedangkan Al-Wathan berarti tanah air
atau Negara. Dengan melihat asal kata Nahdlatul Wathan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan
tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara.
Sedangkan secara terminologi Nahdlatul Wathan adalah organisasi
kemasyrakatan (ormas) yang beraliran ahlussunnah wal jama’ah.
Organisasi Nahdlatul Wathan, yang lebih dikenal dengan
singkatan NW, adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan
yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah
Islamiyah. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh seorang
ulama kharismatik, kelahiran Lombok, yakni Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, pada hari ahad tanggal 15
Jumadil Akhir 1372 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 M,
di Pancor, Lombok, Timur Nusa Tenggara Barat.
Latar belakang berdirinya organisasi Nahdlatul Wathan adalah
karena Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid
melihat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 45

Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan


Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) dan juga perkembangan
aktivitas sosial lainnya, seperti majelis dakwah dan majlis taklim.
Karena hal itulah yang membuat Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid merasa perlu membuat organisasi yang
mewadahi dan mengorganisasi segala macam bentuk kebutuhan dan
keperluan lembaga-lembaga tersebut secara profesional.44
Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) adalah sebuah
lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi kalangan laki-laki
yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1936 di Pancor Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat. Madrasah NWDI secara resmi dibuka
pada tanggal 22 Agustus 1937 bertepatan dengan tanggal 15 Jumadil
Akhir 1356 Hijriah. Sedangkan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah
(NBDI) adalah lembaga pendidikan agama bagi kaum perempuan
yang didirikan pada tanggal 21 April 1943 bertepatan dengan 15 Rabi’ul
Akhir 1362 Hijriah.
Madrasah NWDI didirikan setelah memperoleh inspirasi dengan
melihat kondisi masyarakat Lombok yang pada saat itu masih sangat
minim pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama
Islam. Di samping itu, juga dimotivasi dengan sistem pembelajaran
yang di Madrasah Sholatiyah yang menggunakan sistem klasikal
dalam pembelajaran. Menurut pendiri NWDI, untuk mempercepat
dan mengintensipkan pembelajaran agama Islam secara terfokus
dan terprogram maka pendekatan pembelajaran dilakukan dengan
sistem klasikal menjadi sangat penting adanya.
Nahdlatul Wathan merupakan sebuah organisasi masyarakat
yang ada di pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur, dan didirikan oleh
Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang sangat
berpengaruh, termasuk dalam jumlah dan penggalangan massa.

44 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul
Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan Lembaga
Percetakan Al-Qur’an, 2014), Cet. III, h. 186.
46 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Nahdlatul Wathan yang ada di Lombok berbeda dengan Nahdlatul


Wathan yang pernah ada dalam tubuh organisasi kemasyarakatan
Nahdlatul Ulama yang dianggap oleh sebagian orang bahwa Nahdlatul
Wathan yang ada di Lombok adalah cikal bakal berdirinya Nahdlatul
Ulama, padahal keduanya berbeda.
Nahdlatul Wathan yang merupakan cikal bakal berdirinya
Nahdlatul Ulama didirikan oleh Kiai Wahab bersama Kiai Mas
Mansur di Surabaya pada tahun 1916. Selain Nahdlatul Wathan, Kiai
Wahab juga banyak mendirikan “organisasi” dengan nama-nama
yang hampir mirip. Seperti Sjubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air)
dan Nahdlatul Tujjar. Nahdlatul Wathan “versi Nahdlatul Ulama”
adalah sekolah Islam yang memiliki corak berbeda dengan madrasah
di pesantren-pesantren pada umumnya pada era itu. Bisa dibilang
Nahdlatul Wathan “versi Nahdlatul Ulama” merupakan sebuah
lembaga pendidikan agamis yang bercorak nasionalis moderat
pertama di Nusantara. Kiai Wahab mendirikan Nahdlatul Wathan
di Surabaya sebagai bagian dari reformasi pendidikan di kalangan
pesantren (salah satunya dengan meninggalkan sistem patron kiai
sebagai pengasuh, dan mengubahnya menjadi model yayasan),
sedangkan Nahdlatul Wathan “versi Lombok” didirikan sebagai
sebuah organisasi kemasyarakatan yang merupakan perwujudan
dari sejarah penyebaran perkembangan Islam di Nusantara yang
digunakan sebagai salah satu media penyebaran Islam di Nusantara
melalui ajaran tasawuf.

b. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan


Al-Gozali dan Ibn al-Arabi membagi empat tahap yang harus
dimulai oleh seseorang yang akan menjalani ajaran tasawuf untuk
mencapai tujuan yang dikenal sebagai as-Sa’adah (kebahagiaan)
atau al-Insan al-Kamil (manusia paripurna). Keempat tahapan 
itu, terdiri dari syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat. Berkaitan
dengan ini, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 47

Majid mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat


merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan dan ma’rifat
merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-
benarnya. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
juga menganalogikan syari’at sebagai sebuah sampan (perahu),
tarekat sebagai lautan, dan hakekat sebagai mutiara. Seseorang
tidak akan mendapatkan mutiara kecuali melewati lautan denggan
menggunakan sampan. Lebih lanjut dalam ajaran tasawufnya
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid tidak
memisahkan diametral antara fikih dan tasawuf. Dalam konteks ini
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid sering
mengungkapkan argumentasi dengan mengutip pandangan Anas
Ibn Malik yang mengatakan:
“Barang siapa yang melaksanakan fikih saja tanpa dibarengi
dengan pelaksanaan tasawuf, maka ia temasuk golongan orang-
orang fasik, dan barang siapa yang hanya melaksanakan tasawuf
saja, tanpa melaksanakan fikih, maka ia termasuk golongan
orang-orang zindik, sementara barang siapa yang mengerjakan
keduanya secara sinergis, maka ia termasuk orang-orang yang
telaah mencapai derajat hakekat”.

Proses kelahiran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan adalah


ketika Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
menunaikan ibadah haji, yang pada saat itu beliau tengah beribadah
di Masjid Nabawi di Madinah, beliau didatangi seseorang yang
kemudian diyakini sebagai Nabi Khidir as dan seseorang tersebut
menyampaikan salam dari Nabi Ibrahim yang menyatakan, “bahwa
Nahdlatul Wathan akan menjadi organisasi yang lengkap dan
sempurna, apabila sudah memiliki tarekat.” Berdasarkan pengalaman
spiritual ini, maka Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid mendirikan tarekat yang kemudian dinamakan dengan Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan pada tahun 1964.
48 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Selanjutnya keberadaan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan juga


sebagai respon terhadap praktek pengalaman tarekat - tarekat yang
selama ini ada, seperti tarekat Qadariyah dan Naqsyabandiyah di
Lombok yang terkesan terlalu berat dan memiliki persyaratan yang
sangat ketat untuk diamalkan. Apalagi jika ditambahkan dengan
kewajiban  ‘uzlah (mengasingkan diri) dari hiruk pikuk kehidupan
dunia pada waktu tertentu. Meskipun kewajiban ‘uzlah juga tidak
dilarang dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan. Sehingga dengan
keberadaan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan merupakan alternatif
bertarekat yang pada umumnya masyarakat merasa enggan untuk
mengikuti tarekat tertentu. Berdasarkan kondisi ini, maka Tuan
Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menyusun
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan secara ringkas dan praktis, tanpa
mengesampingkan makna esoteriknya (batinnya). Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan dapat diamalkan oleh setiap orang dalam kondisi
apapun, baik pada waktu khusus, maupun pada waktu melaksanakan
berbagai macam aktivitas keseharian. Adapun bacaan yang diamalkan
dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari ayat-ayat Al-
Qur’an, shalawat, do’a-do’a mu’tabar dari Rasulullah Muhammad
SAW, para ulama dan aulia’. Adapun prosesi pengamalan Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan tidak membutuhkan waktu yang panjang
dibandingkan tarekat-tarekat lain yang ada pada umumnya.
Disamping bacaannya yang simpel, Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan juga memiliki syarat dan ketentuan yang ringan dan fleksibel
bagi seseorang yang ingin mengamalkannya, sehingga Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan dimungkinkan untuk diamalkan dan diataptasi
dalam konteks modern, yang biasanya ditandai dengan sifat fleksibel,
simpel dan efesiensi. Oleh karena Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan
dapat merespon tuntunan masyarakat modern, maka Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan juga dinamakan dengan “Tarekat Akhir Zaman.”
Di lain sisi terdapat sisi-sisi kesamaan antara Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan dengan konsepsi tasawuf modern yang dipelopori
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 49

oleh Ibn Taimiyah. Menurut Nurkholis Majid, “tasawuf modern


merupakan sebuah penghayatan keagamaan batin yang menghendaki
hidup aktif dan terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan”.
Sesekali menyingkirkan diri (‘uzlah) mungkin ada sisi baiknya,
jika hal itu dilakukan untuk menyegarkan kembali wawasan dan
meneruskan pandangan, yang kemudian dijadikan titik tolak
dalam pelibatan diri dalam aktivitas yang lebih segar. Kelonggaran-
kelonggaran dalam pengalaman Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan
dimaksudkan agar seseorang dapat senantiasa melibatkan diri dalam
berbagai tugas kemasyarakatan. Sedangkan tidak adanya kewajiban
ber’uzlah dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan menandakan
kebolehan untuk dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
Dengan demikian, Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan, walaupun perlu
ditelusuri lebih jauh lagi, bisa dipandang sebagai tarekat modern.
Praktisnya cara pengamalan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan, dapat
dijadikan alternatif bertarekat dalam kehidupan modern dewasa ini.
Dengan disusunnya Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan,
kini masyarakat umum (jama’ah) dapat melaksanakan tugas-
tugas keseharian yang dijalani tanpa ketinggalan akan kepuasan
rohaniahnya. Dengan demikian, seorang dapat hidup damai
secara batiniah dalam suasana kedekatan kepada Allah SWT tanpa
kehilangan atau terasing dari kehidupan dunia. Kenyataan tersebut
ternyata lebih menarik minat berbagai kalangan untuk menerima
ijazah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan, mulai dari petani, nelayan,
pedagang, hingga kalangan profesional yang telah bersentuhan
dengan teknonolgi modern. Hal demikian merupakan kesimpulan
Abdul Aziz, seorang peneliti Litbang Depag RI yang mengatakan,
bahwa Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan mampu menghilangkan
perbedaan antara orang tradisional dengan orang modern dalam
ajaran agama Islam. Sementara ketentuan ijazah dan bai’at dalam
penerimaan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan adalah merupakan
“akad” sebagai syarat sah mengamalkannya. Ijazah dan bai’at
50 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

diberikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul


Majid sendiri, atau oleh wakilnya yang ditunjuk secara resmi, yaitu
salah seorang muridnya yang bernama Haji Muksin Makbul dan KH.
Muhammad Suhaidi.
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan juga tidak mengenal hirarki
kepemimpinan yang ketat. Namun demikian, Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid memberi izin kepada
seorang muridnya yang paling dipercaya untuk mengijazahkan
dan membai’at calon anggota tarekat, yaitu Haji Muksin Makbul
dan KH. Muhammad Suhaidi. Perkembangannya selanjutnya,
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan yang berada dibawah pimpinan
Haji Muksin Makbul Selanjutnya terus mengalami perkembangan
di berbagai pelosok tanah air dan beberapa tempat di luar negri
seiring dengan perkembangan Organisasi Nahdlatul Wathan,
seperti di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali,
Sulawesi, Kalimantan, DKI Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor,
Riau, Batam, Malaysia.

c. Hizib dalam Tarekat Hizb Nahdlatul Wathan


Hizib Nahdlatul Wathan merupakan salah satu amalan rutin
jama’ah Nahdlatul Wathan dimanapun berada, bahkan berhizib
(membaca Hizib Nahdlatul Wathan) merupakan ciri khas warga
Nahdlatul Wathan. Dari segi durasi yang dibutuhkan, berhizib
(membaca Hizib Nahdlatul Wathan) membutuhkan waktu yang
lebih panjang dari pada membaca Tarekat Hizb Nahdlatul Wathan.
Bahkan dalam konteks Nahdlatul Wathan Jakarta, berhizib dijadikan
amalan rutin dan kontinyu yang dilakukan secara berjama’ah di
masjid Hamzanwadi (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan tersebut yakni setiap
hari kamis (malam jum’at) setelah selesai pelaksanaan sholat
maghrib berjama’ah kemudian dilanjutkan dengan pembacaan
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 51

Hizib Nahdlatul Wathan hingga selesai kemudian dilanjutkan


dengan sholat isya berjama’ah, kemudian dilanjutkan dengan
ramah tamah (makan malam bersama) di kediaman ketua Yayasan
Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta. Hal demikan sudah
menjadi tradisi (kebiasaan) sejak dahulu kala, bahwa setiap
selesai pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta diadakan
jamuan makan malam sesuai ketersediaan makanan yang ada
(sederhana) yang diadakan dikediaman KH. Muhammad Suhaidi
selaku ketua Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta
untuk kalangan masyarakat umum (jama’ah hizib), musyrif
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, para asatidz Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, maupun untuk jama’ah
yang memiliki keperluan untuk bertemu dengan KH. Muhammad
Suhaidi, sedangkan untuk kalangan santri di teras SMA Nahdlatul
Wathan Jakarta.
Adapun pembacaan tarekat masih sangat jarang dilakukan
secara berjama’ah, namun kemugkinan diamalkan secara personal
oleh jama’ah Nahdlatul Wathan Jakarta, karena sejak tahun 2016
(sejak penulis tinggal di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta) sudah diadakan pengijazah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan
sebanyak dua kali oleh KH. Muhammad Suhaidi, selaku mursyid
yang membaiat para jama’ah atas nama Maulana Syaikh Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid.

E. Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya


Sejak masa kerasulan Nabi Muhammad SAW, istilah hizib sudah
dikenal, kemudian pada masa masa berikutnya kaum sufi menjadikan
hizib sebagai bagian dari tradisi keagamaan yang dilakukan oleh
pemimpin sufi atau oleh pengikut ajaran sufi tertentu. Perkumpulan
sufi dalam Tarekat Syadziliyah adalah ordo sufi paling terkenal dengan
52 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

hizib-hizibnya. Hizib-hizib yang diajarkan dalam Tarekat Syadziliyah


diantaranya yaitu Hizib Asy-Syifa, Hizib Al-Bahr, Hizib Al-Kafi atau
Al-Autad, Hizib Al-Birhatiyah, Hizib An-Nashr, Hizib Al-Bar atau Al-
Kabir dan lain-lainya. Selain hizib-hizib yang diajarkan dalam Tarekat
Syadziliyah tersebut terdapat pula hizib Al-Saifi yang diajarkan dalam
Tarekat Qadiriyah dan Ahmadiyah Idrisiyah.45
Pada umumnya dalam ajaran Tarekat, Hizib yang telah
diajarkan dan diijazahkan kepada murid-murid (pengikut) sangat
dianjurkan oleh mursyid (guru tarekat) untuk dibaca dan diamalkan,
oleh karena hizib-hizib yang telah diajarkan oleh sang guru (mursyid)
sangat berguna untuk menjadi bekal, tameng, benteng, senjata, dan
merupakan suatu cara (metode) untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Literatur tasawuf menyebutkan bhawa do’a (bagian dari
hizib) tertentu digunakan untuk meditasi, penyucian diri, penghapus
nafsu-nafsu yang tidak baik, yang dibaca sebanyak tiga kali dalam
sehari semalam, pada pagi hari, pada malam hari, atau pada situasi
dan kondisi tertentu tergantung kebutuhan dari pengamalnya.
Seseorang yang mengamalkan hizib dengan terus menerus
(kontinyuitas) akan mendapat perlindungan dari Allah SWT dari segala
macam marabahaya yang akan menimpa. Seperti Hizib Al-Bahr dalam
Tarekat Syadziliyah, bagi seseorang yang mengamalkan Hizib Al-Bahr
secara terus menerus, apabila ada orang yang berniat jahat yang akan
menyatroni rumahnya, maka orang yang berniat jahat itu akan melihat
lautan air yang sangat luas. Bahkan Imam Syadzili pernah berkata,”apabila
Hizib Al-Bahr dibaca disuatu tempat, maka tempat itu akan terhindar
dari malapetaka”. Sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang
istiqomah membaca Hizib Al-Bahr, maka orang yang mengamalkan itu
tidak akan mati terbakar atau tenggelam.
Mengamalkan hizb-hizib terntentu yang merupakan karya wali
Allah SWT, tentu akan mendapat manfaat dan memperoleh pengaruh

45 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 68


Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 53

dari hizib yang diamalkan, jika benar dalam pengamalannya. Hanya


saja, penerapan dan pengamalan hizib yang satu dengan hizib
yang lainnya berbeda-beda sesuai dengan syarat dan aturan yang
diterapkan oleh guru tarekat (mursyid) dalam suatu ajaran tarekat
dan hizib tertentu. Hizib-hizib yang terdapat dalam perkumpulan
sufi (tarekat) tertentu tidak boleh diamalkan oleh semua orang,
kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari Mursyid atau orang yang
ditunjuk oleh mursyid untuk mengijazahkannya.
Bacaan suatu hizib mengandung puji-pujian yang bertujuan
mengagungkan asma Allah SWT dan shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW, selain itu, hizib juga mengandung do’a-do’a yang
dipanjatkan kepada Allah SWT dengan maksud untuk memohon
pertolongan kepada Allah SWT. Dengan membaca do’a-do’a atau
zikir-zikir tertentu berarti seseorang telah mengingat Allah SWT
dengan menyebut asma-asma-Nya (asma’ul husna) yang di setiap
nama nama itu memiliki pengaruh spritual yang sangat besar.
Seseorang yang dengan penuh keikhlasan dan keyakinan
membaca atau mengamalkan hizib-hizib tertentu (Hizib Al-Bahr,
Hizib An-Nawawi, Hizib Nahdlatul Wathan, dan lain-lain) disertai
dengan niat yang benar dan pengamalan yang benar pula, maka akan
memiliki pengaruh yang sangat luar biasa dalam ketenteraman jiwa,
ketenangan hati dan kemudahan dalam menjalani kehidupannya.
Selain itu, seseorang juga akan memperoleh pengaruh spritual
yang sangat luar biasa bagi siapa saja yang mengamalkan salah
satu hizib tertentu, dengan syarat telah mendapat ijazah atau izin
dari guru (mursyid) atau orang yang telah ditunjuk oleh mursyid.
Pengaruh spritual itu berupa pancaran keberkahan yang disalurkan
dari guru spritual kepada para murid atau pengikutnya. Namun,
apabila seseorang membaca atau mengamalkan suatu hizib tertentu
meskipun dengan niat yang benar, keyakinan yang benar, cara
pengamalan yang benar, tetapi tidak mendapat izin dari guru hizib/
tarekat (mursyid) atau seseorang yang ditunjuk oleh mursyid, maka
54 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

tidak akan memperoleh manfaat dan pengaruh yang besar dalam


kehidupannya, baik dari sisi jasmani maupun rohani, bahkan bisa
menjadi orang yang sesat. Oleh karenanya, ijazah atau izin dari guru
tarekat (mursyid) atau seseorang yang telah ditunjuk oleh mursyid
sangat diperlukan guna memperoleh manfa’at dari hizib yang dibaca
atau diamalkan dalam kehidupan.
Hizib yang dibaca atau diamalkan memiliki tujuan yakni agar
seseorang dekat dengan Allah SWT. Dengan pengertian bahwa orang
yang mengamalkan hizib tertentu akan memperoleh ridha dari Allah
SWT. Pembacaan atau pengamalan hizib tidak boleh dengan niat
dan tujuan yang tidak baik, seperti memudharatkan atau menzhalimi
seseorang. Oleh karenanya, hizib yang dibaca atau diamalkan
mestinya dengan niat dan tujuan yang baik, seperti membentengi
diri, melindungi diri, dan memohon perlindungan semata mata
kepada Allah SWT.
Demikianlah pemaparan bab II dalam tesis ini, yang membahas
tinjauan hizib di dunia Islam dan di Nusantara, pembahasan
berikutnya yakni Hizib Nahdlatul Wathan yang akan dipaparkan
dalam bab III.
BAB 3

Hizib Nahdlatul Wathan

Hizib Nahdlatul merupakan kumpulan do’a-do’a yang bermuara


pada ayat-ayat Al-Qur’an, dan Hadis Nabi Muhammad SAW serta
do’a-do’a pilihan dari para ulama dan aulia Allah SWT yang dipilih
dan disusun oleh Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid, bab ini akan memaparkan hal-hal sebagai berikut:

A. Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan


Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan adalah seorang Wali Allah dan
sekaligus pahlawan Nasional Indonesia sesuai keputusan presiden
Republik Indoensia tahun 2017. Selain sebagai Wali Allah dan pahlawan
nasional, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid juga
merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Wathan. Berikut akan
dipaparkan biografi singkat profil pendiri Hizib Nahdlatul Wathan
sebagai berikut:

1. Kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul


Majdid
Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan adalah Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, pada masa kecilnya bernama
56 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awal 1326


H/ 1904 M46 di kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang
Timur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Terdapat perbedaan
tahun kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid
menurut beberapa penulis sejarah Nahdlatul Wathan maupun sejarah
hidup Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid. Diantara
penulis tersebut diantaranya Abdul Hayyi Nu’man menulis dua angka
tahun yang berbeda, yakni pada tahun 1906 dan 1998 M. Memang
agak sulit memastikan tahun kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid yang sebenarnya, dikarenakan perbedaan
tidak hanya terjadi pada penulisan angka tahun Masehi saja tetapi
juga pada angka tahun Hijriah. Meskipun demikian padanan tahun
Hijriah atau Masehi yang dipergunakan umumnya benar atau
setidaknya mendekati kebenaran menurut perhitungan penulis buku
Visi Kebangsaan Religius, yakni Mohammad Noor, Muslihan Habib,
MA dan Muhammad Harfin Zuhdi.47
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid yang
kemudian dipanggil dengan sebutan Maula Syaikh oleh para
jama’ah dan murid-muridnya, memiliki nama kecil Muhammad
Sagaf dengan panggilan kecil Gef. Nama Muhammad Saggaf
yang disandang oleh Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid diganti oleh ayahnya (Abdul Majid) ketika Maula
Syaikh selesai melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya.
Pergantian nama tersebut dilatarbelakangi oleh ketertarikan
ayahnya (Abdul Majid) pada seorang Syaikh yang memiliki
kepribadian dan akhlak mulia yang bernama Syaikh Muhammad
Zainuddin Serawak seorang ulama yang aktif mengajar di Masjidil

46 Dalam buku Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif Tasawuf Modern
Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf karya Muslihan Habib dan Mursyidin
Zuhdi tertulis 17 Rabi’ul Awal 1324 H/1904 M.
47 Muhammad Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainudin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan dan
Lembaga Percetakan Al-Qur’an, 2014), h. 110.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 57

Haram ketika itu. Sejak saat itulah nama Muhammad Saggaf


berubah menjadi Haji Muhammad Zainuddin. Sedangkan nama
Abdul Majid adalah ayahnya yang diambil oleh Maula Syaikh untuk
tambahan dibelakang namanya, sehingga menjadi Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid.

2. Silsilah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul


Majdid
Silsilah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid
tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilah
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid ke atas, karena
catatan dan dokumen silsilah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid ikut terbakar ketika rumahnya mengalami musibah
kebakaran. Menurut sejumlah kalangan bahwa asal usul Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid dari keturunan orang
- orang terpandang, yakni keturunan raja- raja Selaparang, sebuah
kerajaan Islam yang pernah berkuasa di pulau Lombok. Disebutkan,
bahwa Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid adalah keturunan
Kerajaan Selaparang yang ke -17. Berkaitan dengan itu pula, Tuan
Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid secara terbuka tidak
pernah menyatakan penolakan terhadap anggapan dan pernyatan-
pernyataan yang selama ini beredar di masyarakat terkait silsilah
keturunannya yakni kaitan genetiknya dengan raja-raja Kerajaan
Selaparang.48

3. Guru-Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid


Selama dalam pengembaraannya menuntut ilmu pengetahuan
baik di Tanah Air (Lombok) maupun Tanah Suci (Makkah), guru-guru

48 Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainudin Abdul
Madjid 1904-1997, h. 113.
58 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid klasifikasikan kedalam dua


kelompok yakni guru-guru beliau ketika di Tanah Air dan Tanah Suci.
Guru-guru yang mengajarkan Al-Qur’an dan Kitab Melayu di
Lombok:
a. T.G.H. Abdul Madjid;
b. T.G.H. Syarafuddin Pancor Lombok Timur;
c. T.G.H. Abdullah bin Amak Dujali Kelayu Lombok Timur;

Adapun guru-guru Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid di


Tanah Suci (Makkah), yaitu:
a. Asy-Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat al-Maliki;
b. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Umar Bajunaid Asy-Syafi’i;
c. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad Sayyidd al-Yamani Asy-Syafi’i;
d. Al-Kabir Mutaffanin Sibawaihi Zanamihi Asy-Syaikh Ali Al-
Maliki;
e. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Marzuqi al-Falimbani;
f. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abu Bakar al-Falimbani;
g. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Hasan Jambi Asy-Syafi’i;
h. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdul Qadir al-Mandili Asy-Syafi’i;
i. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhtar Betawi Asy-Syafi’i;
j. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhari Asy-Syafi’i;
k. Al-Muhadditsin al-Kabir Asy-Syafi’i Umar Hamdan al-Mihrasi
Al-Maliki;
l. Asy-Syaikh Abdus Sattar Asy-Syiddiqi Abdul Wahab al-Kutbi
Al-Maliki;
m. Al-‘Allamah Al-Kabir Asy-Syaikh Abdul Qodir Asy-Syibli Al-
Hanafi;
n. Al-‘Allamah Al-Adib Asy-Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi Al-
Hanafi;
o. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Muhsin al-Musahwa Asy-Syafi’i;
p. Al-‘Allamah Al-Falaqi Maulana Asy-Syaikh Khalifah Al-Maliki;
q. Al-‘Allamah Al-Jalil Asy-Syaikh Jamal Al-Maliki;
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 59

r. Al-Syeikh Ash-Shalih Muhammad Shalih al-Kalantani Asy


Syafi’i;
s. Al-‘Allamah Asy-Syafi’i Maulana Asy-Syaikh Mukhtar al-
Makhdum Al-Hanafi;
t. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Salim Cianjur Asy-Syafi’i;
u. Asy-Syaikh Asy-Syayid Ahmad Dahlan Shadaqi Asy-Syafi’i;
v. Al-‘Allamah Mu’arrikh Asy-Syaikh Salim Rahmatullah Al-
Maliki;
w. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdul Gani Al-Maliki;
x. Asy-Syaikh Asy-Syayid Muhammad Arabi At-Tubani al-Jazairi
Al-Maliki;
y. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Umar al-Faruq Al-Maliki;
z. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Al-Wa’id Asy-Syaikh Abdullah al-Faris;
aa. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Malla Musa.

Jika diklasifikasikan guru-guru Tuan Guru KH. Muhammad


Zainuddin Abdul Majdid berdasarkan latar belakang mazhab yang
berbeda, maka akan terlihat katagorisasi mazhab sebagai berikut:
a. 11 orang bermazhab Syafi’i;
b.  6 orang bermazhab Hanafi; dan
c.  11 orang bermazhab Maliki.49

4. Karya – Karya KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid


Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid melakukan
aktivitas di berbagai bidang, yakni bidang pendidikan, bidang sosial,
bidang dakwah, dan lai-lain. Disela-sela kesibukan Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid diberbagai bidang tersebut,
namun masih menyempatkan untuk menulis berbagai karya tulis
dan berbagai kitab sebagai acuan dan pedoman ataupun rujukan para

49 Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainudin Abdul
Madjid 1904-1997, h. 131.
60 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

santri di Madrasah Nahdlatul Wathan Dirasah Islamiyah (NWDI)


dan Nahdlatul Banat Dirasah Islamiyah (NBDI). Karya – karya yang
dituliskan memang tidak berbentuk kitab-kitab yang berukuran
besar, tetapi karya Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid merupakan kajian-kajian dasar dalam bentuk syair berbahasa
Arab, meskipun terdapat pula karya beliau dalam dua bahasa yakni
bahasa Arab dan Melayu.
Diantara karya-karya Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid adalah:
a. Dalam Bahasa Arab
1. Risalah Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2. Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fikih)
3. Nahdlatul Zainiyah dalam bentuk nadzam (Ilmu Faraidh)
4. At-Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah
(Ilmu Faraidh)
5. Al-Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu
Faraidh)
6. Mi’rajush Shiibyan Ila Sama’i Ilmi Bayan (Ilmu Balaghah)
7. An-Nafahat ‘Alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalah
Hadits)
8. Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9. Hizib Nahdlatul Wathan (Da’a dan Wirid)
10. Hizib Nahdlatul Banat (Do’a dan Wirid kaum wanita)
11. Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah)
12. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13. Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14. Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat Iftita)
15. Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan Do’a)
16. Shalawat Mab’utsi Rahmatan Lil ‘Alamin (Wirid dan Do’a)
17. Dan lain-lainnya.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 61

b. Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak


1. Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
2. Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3. Wasiat Renungan Masa I dan II (Nasihat dan petunjuk
perjuangan untuk warga Nahdlatul wathan)
4. Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab,
Indonesia dan Sasak
5. Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
6. Imamuna Asy-Syafi’i
7. Ya Fata Sasak
8. Ahlan bi wafdizzairin
9. Tanawwar
10. Mars Nahdlatul Wathan
11. Bersatulah Haluan
12. Nahdlatain
13. Pau gama’
14. Dan lain-lain.

Banyaknya karya tulis yang telah terbitkan oleh Tuan Guru


KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tersebut, mencerminkan
ketinggian ilmu yang dimilikinya, sehingga oleh guru-gurunya Tuan
Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat pujian
dan kepercayaan yang besar. Salah satu diantaranya yakni, Tuan Guru
KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pernah diberi kesempatan
untuk memberikan kata pengantar dari gurunya yaitu Maulana Syaikh
Hasan Muhammad al-Mahsyat. Dalam kata pengantar yang beliau
tulis untuk kitab Baqi’ah al-Mustarsyidin karya Maulana Syaikh Hasan
Muhammad al-Mahsyat sambil mengutip hadist Nabi Muhammad
SAW mengatakan: “Janganlah kamu mempelajari ilmu syari’at dari
seseorang kecuali dari orang yang baik riwayat hidupnya dan hatinya
dan kamu sekalian telah menyelidiki atas keamanahannya”. Dari
Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat inilah, Tuan Guru
62 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pernah mendapatkan


risalah/ijazah dengan seluruh isi kitabnya, “al-Irsyad bi al-Dzikr
ba’da Ma’alim al-Ijazah wa as-Asnaf”. Dari situlah, Tuan Guru KH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menukil sebagian ucapan
gurunya tentang kehidupan pribadinya yang mantap, tetapi tetap
menganggap dirinya adalah orang yang hina dan fakir dalam
pengetahuan agama Islam.

5. Pemikiran dan Kiprah Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul


Majdid
Menurut Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid, konsep
pendidikan yang diajarkan adalah pendidikan yang tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan (kognitif ) semata, tetapi juga
pemupukan moral, melatih dan mempertinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Karena menurut Tuan Guru KH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid pendidikan adalah kewajiban manusia
untuk mengabdi kepada Allah SWT. Dari hal tersebut kemudian
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memikirkan
dan mempraktekkan pengembangan pendidikan agama Islam
melalui pesantren. Oleh karena itu, Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid berusaha mengembangkan pesantren
dengan menerima beberapa pemikiran alternatif yang dapat
dijadikan sebagai masukan/kontribusi bagi pengembangan
pesantren sejalan dengan perubahan zaman. Oleh karenanya,
menurut Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,
pesantren mesti mengubah orientasinya dengan tidak sekadar
berorientasi pada pencarian ilmu agama Islam semata, tetapi juga
ilmu-ilmu yang lainnya.
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid melihat
kondisi masyarakat Lombok yang pada saat itu masih terbelenggu
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 63

oleh kebodohan dan keterbelakangan,  merasa tertantang untuk


membenahi masyarakatnya yang masih dalam jajahan Belanda,
Jepang, Hindu Bali (Anak Agung Karangasem) melalui pencerdasan
agama Islam. Kepulangan Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dari Mekah pada tahun 1934, ketika terjadi peperangan
antara Raja Syarif Husein dengan Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman
sehingga Maulana Syaikh kembali ke Lombok untuk membuka
pengajian pemula untuk masyarakat dengan system halaqah.
Berikut adalah kiprah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dalam bidang sosial-keagamaan antara lain:

1. Pada tahun 1943 mendirikan Pesantren Al-Mujahidin


2. Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
3. Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI
4. Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
5. Pada tahun 1946 Pelopor Penggempuran Nica di Selong Lombok
Timur
6. Pada tahun 1947/1948 menjadi amirul hajji dari negara
Indonesia Timur
7. Pada tahun 1948/1949 Anggota delegasi Negara Indonesia
Timur ke Saudi Arabia
8. Pada tahun 1950 Konsultan Nahdlatu Ulama Sunda Kecil
9. Pada tahun 1952 Ketua badan penasehat Masyumi Daerah
Lombok
10. Pada tahun 1953 Mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan
11. Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
12. Pada tahun 1953 Merestui terbentuknnya Nahdlatul Ulama dan
PSII di Lombok
13. Pada tahun 1954 Merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
14. Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I 1955
15. Pada tahun 1964 Menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia
Afrika) di Bandung
64 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

16. Pada tahun 1964 Mendirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul


Wathan
17. Pada tahun 1965 Mendirikan Ma’had Darul Qur’an Wa Al-
Hadist al-Madjidiah Asy-Syafi’iyah Nadlatul Wathan
18. Pada tahun 1972/1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III
19. Pada tahun 1971/1982 Penasehat Majelis Ulama Indonesia Pusat
20. Pada tahun 1974 Mendirikan Ma’had lil Banat
21. Pada tahun 1975 Ketua Penasehat bidang syara’ Rumah Sakit
Islam Siti Hajar Mataram
22. Pada tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
23. Pada tahun 1977 Mendirikan Universitas Hamzanwadi
24. Pada tahun 1977 Mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas
Hamzanwadi
25. Pada tahun 1978 Mendirikan STKIP Hamzanwadi
26. Dan lain-lain

Banyaknya kiprah yang telah ditorehkan tersebut terlihat bahwa


Maulana Syaikh adalah salah seorang ulama yang berpengaruh di
pulau Lombok. Sehingga dapat dikatakan bahwa beliau adalah
seseorang yang berperan besar dalam mencerdaskan masyarakat
Lombok khususnya, hal tersebut terlihat dari banyaknya madrasah-
madrasah yang didirikan sebagai lembaga pendidikan yang memberi
kemajuan bagi sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Banyaknya kiprah yang telah diukir tersebut juga menggambarkan
betapa jelas tujuan beliau dalam menyebarkana Agama Allah SWT
melalui Nahdlatul Wathan dalam bidang, pendidikan, sosial dan
dakwah.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 65

B. Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan


Secara etimologi, hizib diambil dari kata hizb, yang berarti,
wiridan, hizib, kelompok, golongan, partai, bolo, bagian, senjata.50
Sedangkan secara terminologi hizib berarti kumpulan do’a-do’a atau
wirid yang sistematika bacaannya teratur dan terpilih dari ayat Al-
Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW, serta amalan-amalan rutin
para ulama dan aulia Allah SWT yang diamalkan dengan tujuan
tertentu dan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, hizib adalah kumpulan do’a-do’a yang teratur dan
terpilih dengan sasaran yang terarah.51
Sedangkan menurut beberapa tokoh Nahdlatul Wathan,
pengertian Hizib Nahdlatul Wathan adalah sebagai berikut :

1. KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid


Didalam pengantar pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan,
Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid sebagaimana terdapat
dalam buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan: alternatif
tasawuf modern karya Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi
yang diambil dari kutipan pengantar atau sambutan Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid yang disampaikan
pada rekaman pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan oleh Thullab
dan Thalibat Ma’had Darul Qur’an Wal Hadis Al-Majidiyyah Asy-
Syafi’yyah Nahdlatul Wathan, Pancor, Lombok Timur pada tahun
1995 adalah sebagai berikut:
Bismillahi wabihamdihi, amma ba’du. Hizib Nahdlatul Wathan
adalah kumpulan do’a-do’a dan aurad (wirid-wirid) para ulama al-
Amilin Wa Aulia il-Arifin disusun setelah mendengar dan melihat

50 Taufiqul Hakim, Kamus At-Taufiq (Jepara: el-Falah offset, 2004), h. 119


51 Afifuddin Adnan, Diktat Pelajaran Ke NW an (Pancor: Biro Dakwah Yayasan Pendidikan
Hamzanwadi, 1999), h. 31.
66 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

bahwa pada saat Jepang menduduki Indonesia banyak madrasah-


madrasah, perguruan-perguruan yang ditutup oleh Jepang lebih
kurang 60%. Maka NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah)
sebagai Madrasah yang baru lahir dan merupakan satu-satuntya
Madrasah yang dilahirkan oleh putra Lombok, merasa khawatir
bahwa Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah)
akan ditutup oleh keganasan Jepang. Karena itulah saya sebagai
pendiri NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) dan NBDI
(Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah) segera mengumpulkan
do’a-do’a dan aurad (wirid-wirid) para Imam-imam dan Wali-
wali sehingga walillahilhamd, murid-murid NWDI (Nahdlatul
Wathan Diniyah Islamiyah), NBDI (Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiyah) selalu mengamalkan Hizib nan jaya itu terus menerus.
Dan Alhamdulillah, dengan berkat do’a Imam-imam dan Wali-
wali yang terdiri dari Al-Qur’an Wa Al-Hadis dan asma Allah,
maka selamatlah Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah
Islamiyah) dari keganasan Jepang.

2. KH. Muhammad Suhaidi


Didalam pengantar buku Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan:
alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan Mursyidin
Zuhdi, KH. Muhammad Suhaidi memaparkan sebagai berikut:
Secara sederhana, makna hizib adalah jenis kumpulan do’a,
wirid, atau kumpulan do’a. Hizib berasal dari bahasa Arab yang
artinya: senjata dan juga berarti jenis wirid serta kumpulan do’a
dan wirid. Secara definisi, hizib adalah kumpulan do’a-do’a atau
wirid yang sistematika bacaannya teratur dan terpilih dari ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, serta amalan-
amalan rutin para ulama dan aulia Allah yang disusun oleh
Maulana Syaikh dan diamalkan dengan tujuan mendekatkan
diri kepada Allah SWT dan mendo’akan agar perjuangan beliau
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 67

(Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid) melalui pembangunan


Madrasah maupun organisasi Nahdlatul Wathan diridhai Allah
SWT. Maulaana Syaikh, guru kami itu ketika berdo’a sering
panjang sekali. Namun, melalui berdo’a beliau mendapatkan
inspirasi, motivasi, dan ketengangan batin. Do’a itu kemudian
diajarkan kepada kami murid-muridnya. Dan kumpulan do’a
beliau itulah yang kemudian hari bekembang menjadi kitab do’a
yang dinamakan Hizib Nahdlatul Wathan.

3. H. Abdul Kabir
Didalam pengantar buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan: alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan
Mursyidin Zuhdi, H. Abdul Kabir memaparkan sebagai berikut:
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan hasil pergulatan pemikiran
dan perjuanagn pendiri Nahdlatul Wathan dalam bidang tasawuf.
Mungkin tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa Hizib Nahdlatul
Wathan sebagai produk lokal tetapi content-nya melampaui batas-
batas lokalitas, dan bahlan diakui secara global (ini bisa dilihat dari
respon para ulama dari pusat dunia Islam Makkah, terhadap Hizib
Nahdlatul Wathan). Sehingga adagium di era kontemporer yang
menyatakan “think global, act locally” ini benar-benar terwujud
dalam konteks ini.

4. H. Harapandi Dahri
Didalam pengantar buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan: alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan
Mursyidin Zuhdi, H. Abdul Kabir memaparkan sebagai berikut:
“Hizib secara diartikan sebagai kumpulan, organisasi, kelompok
dan berbagai jam’iyyah lainnya. Namun dalam konteks ini Hizib
Nahdlatul Wathan dapat diartikan sebagai kumpulan bacaan-bacaan
68 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

(do’a-do’a) yang tersusun dari berbagai ayat-ayat Al-Qur’an hadis,


dan amalan-amalan para ulama terdahulu (salafusshaleh).”52

5. H. Muslihan Habib dan H. Mursyidin Zuhdi


Didalam pengantar buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan: alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan
Mursyidin Zuhdi, H. Muslihan Habib dan H. Mursyidin Zuhdi
memaparkan sebagai berikut:
“Hizib Nahdlatul Wathan merupakan “jahitan” dari ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadis serta ado’a-do’a terpilih dari kurang lebih 70
aulia Allah termasuk penyusunnya.53

C. Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul


Wathan
Sebagaimana hizib-hizib yang terkenal pada umumnya yang
diamalkan oleh para pengamalnya, seperti Hizib Al-Bahr (Al-Hizbu
As-Shaghir), Hizb Al-Barr (Al-Hizb Al-Kabir), Hizb Al-Hamd, Hizb
Al-Hifzh Wa Ash-Shawn, Hizb An-Nur karya Imam Abul Hasan Asy-
Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyah dan Hizb Al-Faraj, Hizb Ar-Rifa’i
Ash-Shaghir, Hizb Ar-Rifa’i Al-Kabir, Hizb Al-Wasilah, Hizb As-Sirr Al-
Mashun yang disusun oleh Imam Ar-Rifa’i, pendiri Tarekat Rifa’iyah
yang memiliki sejarah dan perkembangannya, Hizib Nahdlatul
Wathan pun memiliki hal serupa, sebagaimana yang akan dipaparkan
sebagai berikut:

52 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf (Jakarta: Pondok Pesantren NW Jakarta,
t.th.), h. xxxiii.
53 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. xxxvii.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 69

1. Sejarah Hizib Nahdlatul Wathan


Hizib Nahdlatul Wathan disusun oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tahun 1360 H/1943 M.
Sejarah awal penyusunan Hizib Nahdlatul Wathan adalah bermula
dari kumpulan do’a-do’a dan wirid yang disusun oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang ditulis dalam lembaran-
lembaran atau diktat yang dibagikan kepada para santri untuk
menjadi wirid atau amalan-amalan rutin dan untuk menjadi amalan-
amalan tertentu yang dibaca dan diamalkan ketika terjadi sesuatu
yang membahayakan secara fisik ataupun nonfisik. Selanjutnya,
para santri yang istiqomah mengamalkan kumpulan do’a-do’a dan
wirid yang berada dalam lembaran-lembaran dan diktat tersebut,
menghadap Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
memohon untuk diijazahkan agar sah dan resmi serta lebih berkah
dalam mengamalkannya. Pada tahapan selanjutnya, kumpulan do’a
dan wirid itu disempurnakan oleh Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid dalam sebuah kitab atau buku yang
kemudian oleh Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
dinamakan hizib.
Adapun sejarah lain dari penyusunan Hizib Nahdlatul Wathan
adalah ketika Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
melihat situasi dan kondisi yang maha dahsyat menimpa perjuangan
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyyah (NWDI). Berbagai
macam teror, rintangan dan halangan yang dilancarkan oleh orang-
orang yang tidak bertanggungjawab dari kalangan musuh-musuh
Madrasah, baik internal dan eksternal yang bertujuan menghalangi
dan bermaksud untuk menghancurkan keberlangsungan Madrasah
Nahdlatul Wathan.
Adapun faktor intern disusunnya Hizib Nahdlatul Wathan
adalah pada saat itu muncul reaksi yang sangat keras dari kalangan
masyarakat Lombok yang tidak setuju dan sangat menentang
70 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

dengan adanya sistem Madrasi (klasikal) dalam proses pembelajaran.


Sebagai bentuk dari penolakan tersebut dituduhlah Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai penganut dan
pembawa paham Wahabi dan Mu’tazilah di pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Selain itu, termasuk pula dalam faktor interern
adalah munculnya orang-orang hasad atau dengki yang merasa
takut kehilangan pengaruh dalam masyarakat karena melihat
perkembangan yang signifikan dari Madrasah Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah
(NBDI).
Sedangkan faktor eksternal disusunnya Hizib Nahdlatul
Wathan adalah munculnya reaksi keras dari kolonialis Jepang yang
ingin menutup Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah
(NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI). Utusan
Jepang berkali-kali datang dan menemui Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid di Madrasah Nahdlatul Wathan dengan
maksud tunggal yakni ingin membubarkan Madrasah Nahdlatul
Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiyah (NBDI) besutan Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid. Menurut kolonialis Jepang kehadiran Madrasah
Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat
Diniyah Islamiyah (NBDI) dijadikan sebagai basis perjuangan dan
pergerakan serta mengajarkan politik untuk menentang Jepang
sehingga dianggap membahayakan keberlangsungan penjajahan
Jepang.
Melihat fenomena yang dahsyat dalam dinamika perjuangan
Madrasah ketika itu, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, terilhami untuk menyusun do’a-do’a dan wirid-wirid tertentu
dengan sasaran tertentu pula yang diamalkan langsung oleh para
santri pada saat itu, dengan tujuan sebagai senjata untuk membela,
menyelamatkan dan mempertahankan keberadaan madrasah yang
dirintisnya itu. Selain itu tujuan disusunnya Hizib Nahdlatul Wathan
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 71

untuk tujuan pokok lainnya, seperti untuk wirid harian atau amalan
setelah sholat fardhu lima waktu, amalan ketika dalam perjalanan,
amalan ketika terjadi perubahan situasi, kejadian yang mencekam,
takut pada setan, takut pada binatang buas, dan lain-lain.
Hizib Nahdlatul Wathan karya Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid, memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan,
antara lain:
1. Sebagai otak ibadah.
2. Sebagai senjata bagi orang-orang mukmin.
3. Sebagai cahaya langit dan bumi.
4. Sebagai pintu rahmat.
5. Sebagai penolak bencana.
6. Sebagai penenteram bathin.
7. Sebagai penyembuh atau obat.
8. Sebagai do’a antara saudara atau sahabat yang berjauhan.
9. Sebagai penghubung antara orang tua dan anak, guru dan
murid, baik dikala masih hidup ataupun setelah meninggal
dunia.
10. Sebagai pengantar untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
11. Dan lain-lain.

2. Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan


Di penghujung tahun 1979, tidak satu orang pun yang mampu
mendeteksi bahwa di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Majidiyah asy-
Syafi’iyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara
Barat, para mahasiswa yang sedang menekuni dan mendalami
ilmu-ilmu agama, tiba-tiba mengalihkan perhatiannya ke sebuah
pengumuman tentang pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI)
ke Arab Saudi. Para mahasiswa yang tertarik langsung pulang ke
kampung halaman masing-masing untuk bermusyawarah dengan
72 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

keluarganya mengenai restu, biaya, dan persiapan-persiapan lainnya.


Tak ayal lagi tanpa mempertimbangkan segala resiko, para mahasiswa
tersebut berusaha mengumpulkan dana dari berbagai sumber. Ada
yang menjual tanah milik keluarga, ada yang menjual sebidang tanah
warisan dan ada yang mendapatkan dana dengan jalan menggadaikan
kebun dan sawah.
Dari 47 orang yang mendaftarkan diri, hanya 23 orang yang
memenuhi kualifikasi. Setelah dana terkumpul, hari yang ditunggu-
tungu pun tiba. Dengan dilepas seluruh anggota keluarga, tetangga,
teman serta handai taulan masing-masing dari bandar udara Rembige
(sekarang selaparang), berangkat mereka ke Arab Saudi. Dua puluh
menit kemudian ternyata pesawat Garuda F 27, mendarat di Bandara
Ngurah Rai Bali. Disinilah mereka mulai merasakan adanya gejala
ke tidak beresan. Semalam di Bali, kemudian berangkat dengan
bus malam keesokan harinya. Badaruddin, selaku ketua kelompok
menuturkan,“Tanpa tujuan yang pasti, didalam perjalanan tersebut
saya berfikir; kemana arah perjalanan selanjutnya?”. Dua hari di
perjalanan, akhirnya kelompok tersebut tiba di sebuah terminal
bus kota, yang kemudian diketahui sebagai terminal Pulo Gadung.
“Kami bingung saat itu, dimanakah kami berada, mengapa kami
disuruh turun?” kenang ketua kelompok 23 yang berasal dari Teratak
Kecamatan Batukeliang, Lombok Tengah.
Dalam perjalanan ke tempat penampungan baru, rombongan
yang sudah mulai lelah, dalam perjalanan diberitahukan bahwa saat
ini kelompok tersebut berada di Jakarta. Tetapi rombongan TKI yang
sebagian besar Thullab Ma’had itu tidak yakin.
Dirumah penampungan itu, mereka menunggu. Sampai
akhirnya pada minggu ketiga awal tahun 1980, kondisi persediaan
keuangan mulai menipis. Tetapi, belum ada kepastian keberangkatan
ke Tanah Suci. Dalam rangka menanti keberangkatan itu pula,
kelompok tersebut dianjurkan untuk mengikuti berbagai pendidikan
non-formal, seperti kursus setir mobil, bahasa Inggris, mengetik
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 73

dan lain-lain. Dana kursus ditanggung oleh masing-masing anggota


kelompok. Pada Minggu berikutnya, para mahasiswa tersebut
menghadapi permasalahan yang sangat serius, yakni biaya hidup
yang dimiliki sudah habis ketika mereka diusir dari penampungan.
Kemudian baru disadari bahwa rumah yang ditempati adalah rumah.
Tak ayal lagi, rombongan tersebut meminta pertanggung
jawaban. Rombongan itu kemudian dipindahkan ke Simpang Tiga
untuk menempati rumah yang telah dikontrakkan sebelumnya.
Kondisi kontrakan yang ditempati ternyata tidak jauh berbeda dengan
kontrakan sebelumnya, bahkan jauh lebih memprihatinkan. Suasana
ini membuat rombongan merasa tidak betah. Ketua rombongan
itu kemudian mengajak para rombongan untuk sebaiknya mencari
alternatif lain yang lebih menguntungkan. Dari sejumlah alternatif
yang ada, musholla menjadi satu-satunya pilihan. Pada mulanya,
rombongan itu datang untuk melaksanakan ibadah. Namun lambat
laun dengan keahlian yang dimiliki, yakni membaca Al-Qur’an
menimbulkan ketertarikan pemimpin mushalla. Rombongan
kemudian diajak untuk bersama-sama mengajar mengaji di mushalla
tersebut. Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya
perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta. Allah SWT telah menentukan
segala sesuatunya, apapun yang mengawalinya; baik itu kepiluan
maupun suatu yang memalukan, tetapi nyatanya pasti ada hikmah
yang tak terkira dibalik semua peristiwa dan kejadian itu.
Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan Republik
Indonesia, pada awal tahun 80-an, belum semuanya tersentuh oleh
pembangunan kota metropolitan. Seperti belahan Timur Jakarta,
tepatnya dikampung Pisangan, yang digambarkan dengan suasana
bagaikan sebuah desa ditengah hiruk pikuk ibukota pada waktu itu.
Penduduk asli yang dikenal dengan sebutan suku Betawi mempunyai
ikatann agama Islam yang yang cukup kuat. Hal tersebut terlihat dari
kepatuhan penduduk setempat dalam menjalankan ibadah sehari-
hari yang didasari faham ahlussunnah wal jama’ah dengan mazhab
74 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Imam Asy-Syafi’i. Sementara para pendatang terus bertambah dan


mengklasifikasi diri dengan masyarakat Jakarta secara keseluruhan,
namun pada saat itu di Penggilingan khususnya, lembaga-lembaga
keagamaan masih sangat kurang. Seperti itulah potret masyarakat
Penggilingan. Dalam kondisi demikian nasib rupanya membawa
abituren Nahdlatul Wathan datang ke daerah tersebut, membaur
dengan masyarakat, membina pengajian dibeberapa tempat.
Diantaranya di mushalla Al-Ikhlas yang dibina oleh Suhaidi, salah
seorang abituren Nahdlatul Wathan tersebut. Dengan gaya khasnya
membina pengajian menyebabkan masyarakat menaruh simpati.
Kehadiran abituren Nahdlatul Wathan tersebut bagaikan setetes air
di padang pasir yang gersang.
Dari waktu ke waktu pengajian yang dibina tersebut
berkembang dengan sangat pesat dengan waktu yang relatif singkat,
memiliki jumlah murid yang terus berambah. Samang Gafin salah
seorang karyawan Telkom dan simpatisan Nahdlatul Wathan ketika
mengomentari tentang sebab pesatnya perkembangan pengajian
tersebut mengatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah
kepribadian pembinanya. Hal itulah yang menyebabkan mudahnya
Nahdlatul Wathan diterima oleh masyarakat Penggilingan, seolah
memberikan kesan dalam faham dan praktek keagamaan yang
berorientasi pada mazhab Imam Asy-Syafi’i, disamping tradisi-tradisi
keagamaan yang sama, seperti hari-hari besar Islam, pembacaan rawi
(berzanji) dan lain-lain.
Kurangnya sarana pendidikan keagamaan yang dirasakan
masyarakat setempat seakan terobati dengan hadirnya Nahdlatul
Wathan melalui pengajian dan majlis taklimnya. Dalam waktu singkat
murid-murid pengajian bertambah banyak sehingga mencapai 200-
an anak. Setelah berjalan satu tahun, oleh satu dan lain hal, dipandang
perlu untuk pindah agar lebih leluasa bergerak yaitu ke rumah salah
serang wali murid.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 75

Para wali murid semakain mengenal kepribadian sang abituren


sebagai seorang ustaz. Bahkan pengajian bukan hanya diikuti oleh
anak-anak, tetapi juga kaum ibu-ibu yang dipelopori Ibu Gusti Yakut
Kuning. Sesuai dengan yang keyakinan sebelumnya, maka Ibu Yakut
yang sering dipanggil kakak oleh jama’ah lainnya mengajak, Ibu Titin,
Ibu Yosi, Ibu Masani, Ibu Ela dan lain-lain. kemudian merekalah yang
dianggap cikal bakal berdirinya majlis taklim Nahdlatul Wathan.
Melihat perkembangan pengajian yang semakin pesat, atas saran
teman sekuliahnya, Mahari, seorang suku Betawi asli, merasa perlu
meningkatkan kedisiplinan anak didik, kemudian diadakan sebuah
acara pembinaan mental (Bintal) yang juga diikuti oleh jamaah
lainnya. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal keterlibatan
bapak-bapak secara fisik, karena secara moral mereka telah terlibat
jauh sebelumnya.
Kerelaan jama’ah untuk menjadikan tempat berteduh
dikala hujan dan berlindung dari terik matahari sebagai bagian
dari refleksi cinta kasih kepada pembinanya. Seperti kesedian
simpatisan menjadikan mushalla bukan saja tempat ibadah tetapi
sebagai tempat tinggal bagi para pembina pengajian, hal tersebut
dilakukan oleh H. Taim. Selaras dengan hal demikian, H. Arkian juga
merelakan rumahnya sebagai tempat tinggal dan sekaligus sebagai
tempat pengajian. Tanah sebagai modal dasar dalam pengembangan
masa depan yang lebih baik mulai dipikirkan. Para wali murid yang
terpanggil kemudian membahas mendesaknya kebutuhan sarana
pendidikan yang permanen. Berdasarkan musyawarah dan mufakat,
kemuidan diputuskan untuk membeli sebidang tahah dengan
cara angsuran. Bahkan ibu-ibu pun merelakan perhiasan mereka
dipinjam. Tanah itu milik keluarga Ibu Masani, salah seorang jama’ah
yang sebelumnya menyewakan tanah untuk kepentingan pengajian.
Ketika pembangunan sarana yang pasti dan mandiri dimulai,
seluruh jamaah bergotong royong dalam pembangunan sarana
tersebut. Bapak-bapak mengerjakan bangunan sementara ibu-
76 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

ibu menyiapkan makanan dengan sukarela, anak-anak pun ikut


semampunya. Bentuk lain dari respon masyarakat Jakarta terhadap
keberadaan Nahdlatul Wathan adalah mengirim putra-putri mereka
ke pusat pendidikan Nahdlatul Wathan di Pancor Lombok Timur.
Penerimaan dan penyerahan paling total masyarakat Pisangan pada
akhirnya adalah azam dan keputusan untuk membentuk sebuah
lembaga sebagai bukti dan garansi terhadap kelangsungan perjuangan
yang sudah mereka canangkan dan yakini. Semoga semangat
keislaman yang dimiliki masyarakat Pisangan tetap menyala untuk
selamanya.
Dari awal berdirinya, sekitar tahun 80-an Nahdlatul Wathan
Jakarta terus menancapkan tajinya di Ibu Kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Nahdlatul Wathan Jakarta berawal dari situasi
yang tidak diinginginkan menjadi sesuatu yang berharga dan dapat
di perhitungkan, dengan kondisi yang memprihatinkan sampai
pada nilai-nilai yang membanggakan. Tahapan demi tahapan yang
terus dilakukan dan dikembangkan oleh Nahdlatul Wathan Jakarta
berangsur angsur makin pesat, terbukti dari awalnya lokasi tersebut
yang berupa hutan belantara, banyak pohon-pohon bambu dan
pohon-pohon pisang, namun saat ini, ditempat yang sama telah
menjulang gedung-gedung tinggi milik Nahdlatul Wathan Jakarta.
Sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta diawali dengan majlis ta’lim
dan pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan
memaksa KH. Muhammad Suhaidi untuk memperluas wilayahnya
dengan cara membeli tanah disekitar tempat pengajian dan
majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah dan para wali
murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk
pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun
mengumpulkan dana untuk pembelian tanah tersebut yang berukuran
257 M. Uang yang dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut
belum cukup untuk melunasi tanah yang dibeli, sehingga KH.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 77

Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk memberi informasi


pada Tuan Guru KH. Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau
berkata,“jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak
mencukupi” kemudian Tuan Guru KH. Muhhammad Zainuddin
Abdul Majid memberikan uang pada KH. Muhammad Suhaidi
sejumlah kekurangan dari dana yang dikumpulkan oleh para jama’ah
dan wali murid tersebut.
Nahdlatul Wathan Jakarta melakukan pembangunan yang
berkelanjutan karena dukungan dari masyarakat sekitar terhadap
keberadaan Nahdlatul Wathan Jakarta. Sehingga masyarakat
mempercayakan Nahdlatul Wathan Jakarta sebagai media untuk
pendidikan dan sebagai salah satu sumber penambah pengetahuan
dalam bidang agama, melalui pengajian dan beberapa majlis taklim.
Dalam bidang agama, Nahdlatul Wathan Jakarta membina masyarakat
sekitar dengan membangun Pondok Pesantren yang digunakan para
santri dan masyarakat sekitar untuk menimba dan menambah ilmu
agama. Salah satu bentuk konkrit pembinaan masyarakat sekitar
dalam bidang agama adalah dengan pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan.
Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan karya Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dilakukan sebagai agenda
rutinitas Pondok Pesantren yakni setiap malam jum’at yang dihadiri
oleh para santri, para ustadz, dan masyarakat sekitar. Selain sebagai
rutinitas, pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan juga dilakukan dalam
rangka Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) maupun Peringatan
Hari Besar Nasional, bahkan pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan untuk jenjang Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), sekaligus sebagai syi’ar agama Islam melalui
Nahdlatul Wathan.
78 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

D. Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul


Wathan
Hizib Nahdlatul Wathan yang disusun oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan kumpulan do’a
dan wirid yang telah tersusun dan tertulis secara sistematis dan rapi
dalam sebuah kitab atau buku yang memiliki tebal 147 halaman.
Namun demikian, kitab atau buku hizib yang memiliki tebal 147
halaman tersebut bukan merupakan substansi atau isi pokok hizib
secara keseluruhan melainkan berisikan tambahan do’a dan wirid dari
para ulama dan aulia Allah SWT lainnya. Selain itu, kitab atau buku
hizib tersebut berisi pula penjelasan Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid tentang isi hizib dan kegunaannya serta
do’a dan wirid tambahan lainnya sebagai penyempurna kitab hizib
tersebut.
Tambahan-tambahan yang terdapat didalam kitab atau buku
hizib tersebut terdiri dari dua macam, yakni tambahan yang merupakan
bagian dari substansi hizib yang dibaca langsung bersamaan dengan
substansi hizib itu sendiri dan dibaca sesuai dengan urutannya,
seperti surat Yasin, Shalawat enam, Qasidah Munfarijah dan lainnya,
dan tambahan yang bukan merupakan bagian dari substansi hizib
tersebut dan tidak dibaca secara bersamaan dengan hizib, melainkan
hanya penyempurna kitab atau buku hizib tersebut, seperti khutbah
nikah, talqin mayit, macam-macam shalawat yang pernah disusun
oleh Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan
lainnya.
Adapun gambaran lengkapnya sistematika penulisan Hizib
Nahdlatul Wathan adalah sebagai berikut:
1. Shalawat Nahdlatain, hal. 2-3
2. Al-Qur’an Surah Yasin, hal. 4-11
3. Al-Qur’an Surah Al-Waqi’ah, hal. 11-18
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 79

4. Al-Qur’an Surah Al-Mulk, hal. 19-24


5. Kata pengantar (Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid) dengan bahasa Indonesia, tulisan Arab Melayu, hal. 25-
31
6. Mukaddimah (Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid) tentang Hizib Nahdlatul Wathan, dengan bahasa Arab,
hal. 33-37
7. Miftah (pembukaan) Hizib Nahdlatul Wathan dan Hizib
Nahdlatul Banat, hal. 38
8. Shalawat Al-Sitti (Shalawat Enam), hal. 39-41, yaitu:
a. Shalawat Nahdlatain
b. Shalawat Al-Fath
c. Shalawat An-Nariyah
d. Shalawat At-Tibb
e. Shalawat Al-Aliyyul Qadri
f. Shalawat Miftahi bab Rahmatillahi
9. Hizib Nahdlatul Wathan, hal. 41-57
10. Khatimah (penutup), hal. 58-61
11. Ikhtisor Hizib Nahdlatul Wathan, hal. 61-74
12. Hizib Nahdlatul Banat, hal. 75-83
13. Qasidah Al-Munfarijah, oleh Al-Imam Al-‘Arif billah Abu Fadhil
Yusuf Ibn Muhammad, hal. 84-88
14. Qoshidah, oleh Imam Abu Qashim as-Sahil, hal. 88-90
15. Qoshidah, oleh Imam al-Muhaddis Asy-Syaikh habiballah as-
Syangkiti, hal. 90
16. Qoshidah, oleh sebagian aulia Allah SWT rahimahullah, hal. 91
17. Qoshidah, oleh para Masyaikh, hal. 91
18. Qoshidah, oleh sebagian para ulama al-Jilla r.a, hal. 92-93
19. Qoshidah, oleh Imam Al-Adib Al-Arib Ibn Mawardi, hal. 93
20. Do’a al-Farj, oleh Sayyidah ‘Aisyah r.a, hal. 94
21. Qoshidah, oleh Sayyidul aulia Syaikh Abdul Qadir al-Jailani,
hal. 94
80 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

22. Qoshidah, oleh Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-


Masysyath, hal. 95
23. Ayat al-Hifzi, hal. 96-98
24. Penjelasan tentang gambaran umum terhadap isi dan
kandungan hizib, adab berhizib, dan kaifiyat pengamalan, oleh
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, hal. 99-
103
25. Tambahan penting pada cetakan kedua, yaitu qoshidah oleh
Imam Al-Busyairi dan Shalawat penutup, hal. 104
26. Al-Asmaul husna dengan huruf nida beserta do’anya, hal. 105-
108
27. Shalawat Ismul A’zham, oleh Syaikh Muhammad Taqiuddin,
hal. 109-110
28. Shalawat al-Masyhuda, hal. 111
29. Shalawat Bardan Wa Salaman, oleh Abu Rauhun Wa Raihanun,
hal. 111-112
30. Shalawat Sepuluh, hal. 113-116
31. Qashidah Muhammadiyah, oleh Imam al-Busyairi, hal. 116-117
32. Ayat ash-Shalihat, hal. 118-120
33. Shalawat rahmatan lil ‘alamin, oleh Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid, hal. 124
34. Shalawat al-Mukhlishin al-Maqbulin, oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, hal. 124
35. Shalawat al-‘Aliyul Qadri, yang disambung dengan do’a terhadap
Nahdlatul Wathan, hal. 125
36. Shalawat at-Taisir, oleh Rauhun Wa Raihanun, hal. 125-128
37. Mulahazhah, hal. 129-131
38. Talqin al-Mayyit, hal. 132-135
39. Khutbah Nikah, hal. 136-140
40. Tarshi (bait-bait sya’ir Asy-Syaikh as-Sayyid Amin al-Kutbi, hal.
141-143
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 81

41. Wasiat Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,


hal. 144-145
42. Photo Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,
hal. 146.

Hizib Nahdlatul Wathan selain memiliki sistematika


penulisan yang lengkap seperti diatas, terdapat pula ikhtisor
(ringkasan) Hizib Nahdlatul Wathan yang berawal dari keluhan
para pengamal hizib dari kalangan santri khususnya yang tidak
kuat dalam mengamalkannya, karena merasa terlalu panjang yang
berimplikasi pada tidak istiqomah dalam mengamalkannya. Pada
tahun 1363 H/ 1943 M, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai penyusun Hizib Nahdlatul Wathan
melakukan penyederhanaan atau pemendekan Hizib Nahdlatul
Wathan dengan tujuan agar hizib tersebut dapat dengan mudah
dihafal. Selain itu agar para pengamalnya senantiasa konsisten
atau istiqomah dalam mengamalkannya baik dari kalangan anak-
anak maupun dari kalangan dewasa. Selanjutnya atas kebijakan
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang telah
melakukan penyederhanaan atau pemendekan tersebut kemudian
popular dengan sebutan Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan. Tuan
Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku penyusun
Hizib Nahdlatul Wathan mengomentari terhadap penyederhanaan
atau pemendekan Hizib Nahdlatul Wathan ata yang popular disebut
dengan Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan, dengan mengatakan:

“Kemudian, sekitar tiga tahun, keadaan telah menuntut


penyederhanaannya dan menjadikannya salah satu keputusan
madrasah agar bisa dihafal oleh seluruh santri (kecil atau
besar), sebagai dorongan kuat untuk memperoleh manfaat yang
diharapkan dan sebagai rasa cinta yang kuat kepada agama
yang hanif dimasa kini yang penuh dengan kerusakan, banyak
82 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

mpenyimpangan dan kekafiran, serta dilanda gelombang bid’ah


dan kesesatan.”54
Adapun sistematika penulisan Hizib Nahdlatul Wathan
(ikhtisar) yang telah dibukukan adalah sebagai berikut:
1. Miftah (pembukaan), pembacan Al-Fatehah yang ditujukan
kepada para nabi, pengarang Hizib Nahdlatul Wathan (Tuan
Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid), dan seluruh
ummat muslim.
2. Surat Yasin
3. Shalawat Nahdlatain
4. Shalawat Al-Fath
5. Shalawat An-Nariyah
6. Shalawat At-Tibb
7. Shalawat al-Aliyyul Qadri
8. Shalawat Miftahi bab rahmatillahi
9. Ikhstisar Hizib Nahdlatul Wathan
10. Al-Qasidah al-Munfarijah, oleh Abu Fadhil Yusuf ibn
Muhammad
11. Al-Qasidah, oleh Abu As-Sahil
12. Al-Qasidah, oleh Asy-Syaikh Habibullah asy-Syanqithi
13. Al-Qasidah, oleh sebagian aulia rahimullah, kecuali bait terakhir
oleh penyusun Hizib Nahdlatul Wathan
14. Al-Qasidah, oleh para Maulana Syaikh penyusun Hizib
Nahdlatul Wathan
15. Al-Qasidah, sebagian ulama al-Jilla r.a kecuali bait kalimat
robbana ya dzal al-jala wa al-minan sampai al-‘asiyya wa al-
bukar, oleh penyusun Hizib Nahdlatul Wathan
16. Al-Qasidah, oleh Imam Al-Adib al-Arib Ibnu Mawardi
17. Do’a al-Faraj, oleh sayyidah Aisyah Ummu al-Mukminah r.a

54 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 96.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 83

18. Al-Qasidah, oleh sayyid aulia Asy-Syaikh Abdul Qodir al-Jailani


19. Al-Qasidah, oleh Maulana Asy-Syaikh Hasan Muhammad al-
Masysyath Al-Maliki, yang diawali dengan komentar pengarang
Hizib Nahdlatul Wathan
20. Asmaul husna dengan huruf nida’ beserta do’a.

E. Sistematika Pengamalan Hizib


Nahdlatul Wathan
Hizib Nahdlatul Wathan maupun Ikhtisor Hizib Nahdlatul
Wathan setidaknya memiliki tiga hal penting yang harus diketahui
oleh para pengamalnya, yaitu penerimaan ijazah, mengikuti kaifiat
dan tertib pengamalan yang terdapat dalam susunan hizib. Untuk
lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Penerimaan Ijazah
Hizib Nahdlatul Wathan memiliki sistematika tersendiri
dalam pengamalannya yakni penerimaan ijazah dari penyusun Hizib
Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid. Penerimaan ijazah merupakan tahapan awal yang
mesti dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengamalkan Hizib
Nahdlatul Wathan. Penerimaan ijazah adalah suatu akad atau serah
terima hak pengamalan dari penyusun hizib kepada seseorang yang
akan mengamalkan hizib. Pengijazahan tersebut dimaksudkan
agar hizib yang diamalkan dinyatakan sah dan bersambung kepada
penyusun hizib. Pada awal disusunnya Hizib Nahdlatul Wathan
(masih dalam bentuk lembaran dan diktat), setiap santri atau murid
yang hendak mengamalkan hizib terlebih dahulu meminta ijazah
kepada Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang
merupakan persyaratan mutlak pada saat itu. Setelah santri atau
84 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

murid menerima ijazah, baru boleh mengamalkannya. Namun


demikian, setelah Hizib Nahdlatul Wathan dibukukan menjadi
sebuah buku atau kitab, proses penerimaan ijazah (yang tadinya ketat
dan harus), kemudian dilonggarkan oleh Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid, dengan maksud supaya setiap orang yang
mau mengamalkannya tidak terikat lagi oleh proses pengijazahan,
sehingga banyak kaum muslimin dan muslimat, nahdliyyin wa
Nahdliyyat dapat berlomba-lomba dalam membacanya.

2. Mengikuti Kaifiat
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan ataupun Ikhtisor Hizib
Nahdlatul Wathan boleh dilakukan secara individu ataupun kolektif
dengan mengikuti kaifiat yang telah disusun dengan urutan yang
sudah ditetapkan dan dibukukan oleh penyusun hizib yakni Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Kaifiat yang dimaksud
dalam pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan adalah tata cara dalam
membaca atau mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan. Terkait
dengan waktu pengamalan, tidak ada waktu khusus yang terikat
dalam pembacaan hizib, namun disesuaikan dengan kebutuhan
pengamalnya sendiri. Adapun gambaran kaifiat dalam pengamalan
hizib antara lain membaca surat Al-Fatehah sebanyak tiga kali diawal
pembacaan hizib sesuai dengan niat-niat yang telah ditentukan,
mengulangi bacaan tertentu sesuai jumlah pengulangan yang telah
ditentukan, sampai ditutup dengan do’a penutup yang terlebih dahulu
diawali dengan pembacaan asmaul husna. Dalam konteks mengikuti
kaifiat sebagaimana tersebut, seringkali ditemukan di lapangan para
pengamal hizib membacanya tidak sesuai dengan kaifiat sebagaimana
mestinya. Misalnya meringkas bacaan dalam pengulangan yang telah
ditetapkan, yang aturannya dibaca tiga kali, hanya dibaca sekali saja;
yang aturannya dibaca tujuh kali, hanya dibaca sekali saja. Meskipun
itu bukan pelanggaran namun akan mengurangi fadhilah dan
kesempurnaan dalam membaca hizib tersebut.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 85

Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan dapat dilakukan secara


individu maupun secara kolektif. Prosesi awal pembacaan hizib jika
dilakukan secara kolektif dan individu yaitu dengan pembacaan surat
Al-Fatehah sebanyak tiga kali dengan niat ditujukan kepada:
a. Nabi Muhammad SAW, seluruh para Nabi dan Rasul, keluarga
dan sahabat.
b. Penyusun Hizib Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
c. Para ulama dan aulia Allah SWT, kedua orang tua, para guru,
dan semua warga Nahdlatul Wathan sera kaum muslimin dan
muslimat yang masih hidup maupun yang telah meninggal
dunia.

Apabila dilakuan secara sendiri, maka setelah selesai membaca


surat Al-Fatihah sebanyak tiga kali seperti diatas, kemudian
dilanjutkan dengan menbaca Shalawat as-Sitt, yakni Shalawat
Nahdlatain, Shalawat al-Fatih, Shalawat an-Nariyah, Shalawat at-
Thibb, Shalawat al-Aliy al-Qadr dan Shalawat Miftah Bab Rahmah
Allah, masing-masing sebanyak satu kali, kemudian dilanjutkan
dengan membaca Hizib Nahdlatul Wathan atau Ikhtisar Hizib
Nahdlatul Wathan. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan membaca
do’a penutup yang diawali dengan pembacaan asmaul husna.
Sedangkan apabila dilakukan secara kolektif, maka setelah
pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan, dilanjutkan dengan pembacaan
Al-Qosidah Munfarijah, Al-Qasidah Abu As-Sahil, Al-Qasidah Asy-
Syaikh Habibullah asy-Syanqithi, lalu dilanjutkan oleh do’a sebagian
ulama, kemudian pembacaan do’a karya Imam al-Adib al-Arib Ibnu
Mawardi, al-Qosidah Siti ‘Aisyah r.a, Al-Qasidah, kemudian dua bait
oleh Sultan al-Aulia Asy-Syaikh Abdul Qodir al-Jailani, kemudian
do’a oleh Maulana Al-Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath
Al-Maliki, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan al-Qosidah
al-Muhammadiyah oleh Al-Buhairy, selanjutnya pembacaan tiga
86 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

bait oleh Imam Al-Bushairy, kemudian prosesi ini ditutup dengan


pembacaan asmaul husna dan do’a penutup.

3. Tertib Pengamalan
Selain mengikuti kaifiat sebagaimana diatas, Pengamalan
Hizib Nahdlatul Wathan ataupun Ikhtisor Hizib Nahdlatul Wathan
juga memiliki tertib pengamalan dalam berhizib. tertib pengamalan
dalam Hizib Nahdlatul Wathan adalah membaca hizib sesuai urutan
bacaan dari awal sampai akhir sesui bacaan dan urutan yang telah
ditetapkan oleh penyusun hizib yakni Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid. Adapun gambaran yang sempurna dalam
tertib susunan atau urutan pembacaan dan pengamalan Hizib
Nahdlatul Wathan adalah sebagai berikut:
a. Pembacaan Miftah Hizib (pembukaan pembacaan hizib)
Mukaddimah awal dalam pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan
yakni diawali dengan pembacaan Al-Fatehah sebanyak tiga kali
dengan niat khusus secara tertib yang ditujukan kepada:
• Nabi Muhammad SAW, seluruh para Nabi dan Rasul,
keluarga dan sahabat.
• Penyusun Hizib Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
• Para ulama dan aulia Allah SWT, kedua orang tua, para
guru, dan semua warga Nahdlatul Wathan sera kaum
muslimin dan muslimat yang masih hidup maupun yang
telah meninggal dunia.
• Setelah selesai pembacaan hizib tersebut, kemudian
dilanjutkan secara tertib atau berurutan bacaan-bacaan
berikut:
b. Pembacaan surat Yasin sebanyak 1 kali
c. Pembacaan sholawat Al-Sitti (Shalawat Enam)
Yang dimaksud dengan Sholawat Al-Sitti (Shalawat Enam)
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 87

adalah Shalawat yang jumlahnya terdiri dari enam macam


Shalawat, yaitu:
• Shalawat Nahdlatain
• Shalawat al-Fath
• Shalawat an-Nariyah
• Shalawat at-Tibb
• Shalawat al-Aliyyul Qadri

• Shalawat miftahi bab rahmatillahi


Enam macam shalawat tersebut masing masing dibaca satu
sekali, kecuali untuk Shalawat Nahdlatain sempurnanya dibaca
sepuluh kali, namun dalam pembacaan Ikstisornya dibaca tiga
kali.
d. Pembacaan substansi Hizib Nahdlatul Wathan atau Ikhtisor
Hizib Nahdlatul Wathan
e. Pembacaan Qasidah Munfarijah
Bacaan atau wirid dalam bentuk qasidah munfarijah dalam
Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari berbagai macam qasidah
yang disusun oleh para ulama dan aulia Allah, termasuk Tuan
Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang diselipkan
dalam beberapa qasidah tersebut. Adapun rincian dan urutan
macam-macam qasidah Munfarijah dalam Hizib Nahdlatul
Wathan adalah sebagai berikut:
• Qasidah karya Imam al-‘Arif billah Abul Fadl
Yusuf bin Muhammd al-Ma’ruf bin Nahwi; (Istaddi
azmatutanfariji..............),
• Qasidah karya Imam Abu Qashim as-Suhail (ya man yara
ma fidhomiri wa yasma’u...............)
• Qasidah karya Asy-Syaikh Habibullah asy-Syangqithi (ilahi
najjini min kulli dhaiqi ..................),
• Do’a yang disusun oleh para aulia Allah (ilahi las tu lil
firdhausi ahlan ........)
88 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

• Do’a Asy-Syaikh Habibullah asy-Syangqithi (ya robbana nas


aluka syahadah........),
• Do’a oleh sebagian ulama (robbana anfa’na bima ‘allamtana
...........),
• Do’a Imam Al-Adib al-‘Arif Ibn Wardi (amrartu kaffasabbahat
........),
• Do’a al-Faraj dari Sayyidah ‘Aisyah (ya sabighonni’am ....),
• Dua bait do’a oleh Asy-Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
(ayudrikuni dahimun...... ),
• Do’a oleh Asy-Syaikh hasan Muhammad al-Masysyath (ya
jamilassun ‘iyya ma kullama ......),
• Qasidah Muhammadiyah oleh Imam Al-Busyairi
(muhammadun asyraful ‘arab .......),
• Tiga bait do’a Imam Al-Busyairi (maula ya sholli wa sallim....),

f. Pembacaan Asmaul Husna dan penutup


Setelah selesai pembacaan asmaul husna yang ditutup
dengan do’a penutupnya, maka telah selesailah pembacaan
Hizib Nahdlatul Wathan yang menghabiskan waktu sekitar
satu setengah jam. Namun demikian, sekalipun bacaan hizib
telah selesai, biasanyan jama’ah Hizib Nahdlatul Wathan
melanjutkan dengan melantunkan bait-bait syair Asy-Syaikh
As-Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi yang berisikan pujian-
pujian kepada Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid.55

55 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 104.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 89

F. Etika dalam Berhizib


Etika atau adab dalam pembacaan atau pengamalan Hizib
Nahdlatul Wathan mengikuti sebagaimana adab atau etika dalam
berdo’a dan berhizib pada umumnya. Adapun etika atau adab dalam
pembacaan atau pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan adalah sebagai
berikut:
1. Memilih waktu yang baik
Memilih waktu yang baik atau tepat untuk berdo’a atau berhizib
yang dikenal dengan “as-sa’ah al-ijabah” (saat-saat yang maqbul
untuk berdo’a atau berhizib). Meskipun “as-sa’ah al-ijabah”
sangat dirahasiakan Allah SWT, namun Nabi Muhammad SAW
telah memberikan gambaran alokasi waktu yang tepat, seperti
malam Jum’at, hari Arafah, bulan Ramadhan, pada waktu sahur
setiap malam hari, dan lain-lainnya. Dalam konteks pembacaan
Hizib Nahdlatul Wathan, malam Jum’at menjadi suatu amalan
rutin yang dilakukan oleh jama’ah Hizib Nahdlatul Watahan
untuk membaca hizib secara berjama’ah.

2. Memilih keadaan yang baik


Etika atau adab yang berikutnya adalah memilih keadaan
yang baik. Sebagian ulama mengatakan, jika kamu hendak
memohon kepada Allah SWT tentang kebutuhan mu, maka
lakukanlah pada hari itu juga. Barangkali itu merupakan hari
yang baik untuk dikabulkannya do’a mu. Esensinya waktu yang
baik dan keadaan yang baik memang sangat identik.

3. Menghadap kiblat dan mengangkat tangan


Etika berhizib atau berdo’a adalah menghadap kiblat dan
mengangkat tangan. Dalam konteks menghadap kiblat, Allah
SWT berfirman:
90 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

ُْ َ ُ َ‫َّ ا‬ َ َ ُ َّ‫ا‬ ُ ‫الس َف َه‬ ُ َُ َ


‫اس َما َوله ْم ع ْن ق ِبْلت ِ ِه ُم ال يِت كنوا َعليْ َها قل‬ ِ َّ‫اء م َِن انل‬ ُّ ‫ول‬ ‫سيق‬
َ َ َ َ ْ ُ ‫ص‬ َ‫ى‬ ْ
ُ ‫للِ هَّ ِ ال َم رْش ُق َوال َم ْغر ُب َي ْهدِي َم ْن ي َ َش‬ ْ
‫ َوكذل ِك‬١٤٢ ‫يم‬ ٍ ‫اط مست ِق‬ ٍ َ ِ‫اء إِل ر‬ ِ ِ
ُ ُ َّ َ ُ َ َ َ‫لَى‬ ُ ً ُ ُ َْ َ َ
‫اس ويكون الرسول‬ ِ َّ‫اء ع انل‬ َ ‫اك ْم أ َّمة َو َس ًطا لتِ َكونُوا ُش َه َد‬ ‫جعلن‬
َّ َ َّ‫ا‬ َ َ ْ ُ َّ ََ ْ ْ ً ‫ك ْم َشه‬ ُ َْ َ
‫ت َعليْ َها إِل لنِ َ ْعل َم َم ْن يَتب ِ ُع‬ ‫يدا َو َما َج َعل َنا ال ِقبْلة ال يِت كن‬ ِ ‫علي‬
َ َ َّ‫ْ اَ َ ْ َ َ َ ً اَّ لَىَ ذ‬ َ‫لَى‬ َْ َ َّ
‫ِين ه َدى‬ ‫الر ُسول م َِّم ْن َينقل ُِب ع َعقِ َبيْهِ ِإَون كنت لكبِرية إِل ع ال‬
ٌ ‫وف َرح‬ ٌ ُ ََ َ َّ‫ك ْم إ َّن ه‬ ُ َ َ َ ُ ُ َّ‫هَّ ُ َ َ اَ َ ه‬
١٤٣ ‫ِيم‬ ‫اس لرء‬ ِ َّ‫الل بِانل‬ ِ ‫ضيع إِيمان‬ ِ ‫الل وما كن الل يِل‬
َ ْ َ ّ َ َ َ َ ْ َ ً َ ْ َ َّ َ ّ َ ُ َ َ ِ َ َّ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ
‫ج َهك‬ ‫ج ِهك يِف السماء فلنو يِلنك ق ِبلة ترضاها فو ِل و‬ ‫قد نرى تقلب و‬
َ ‫ِإَون ال‬ َّ‫ذ‬ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ِ َ َُّ ْ‫ح‬ ْ ‫َش ْط َر ال ْ َم‬
‫ِين‬ ‫ج ِد الرام وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره‬ ِ ‫س‬
ُ
َ َ ْ َ َّ َ َ ُ َّ‫ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ َّ ُ َ ُّ ْ َ ّ ْ َ َ ه‬ ْ‫ح‬ َ َ َ‫ي‬
‫أوتوا الكِتاب لعلمون أنه الق مِن رب ِ ِهم وما الل بِغاف ٍِل عما يعملون‬
‫ت‬ َ ْ ‫ك َو َما َأن‬ َ ََْ ُ َ َ َ ّ ُ
‫اب بِك ِل آ َي ٍة ما تبِعوا ق ِبلت‬ َ ‫ِين أُوتُوا الْك َِت‬ َ ‫ت ذَّال‬ َ ْ‫ َولَئ ْن َأ َتي‬١٤٤
َ ِ
ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ ُ ْ َ
‫اءه ْم م ِْن‬ ‫ب ِ َتاب ِ ٍع ق ِبْل َت ُه ْم َو َما َبعض ُه ْم ب ِ َتاب ِ ٍع ق ِبْلة َبع ٍض َولئ ِ ِن اتبعت أهو‬
َ ‫الظالِم‬ َّ َ َ ً َ َّ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ
١٤٥ ‫ني‬ ِ ‫بع ِد ما جاءك مِن ال ِعل ِم إِنك إِذا ل ِمن‬
“142. Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata:
“Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul
Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah:
“Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

143. dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 91

144. sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,


Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja
kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.

145. dan Sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang


(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil), semua ayat
(keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun
tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak
akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika
kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
Sesungguhnya kamu -kalau begitu- Termasuk golongan orang-orang
yang zalim. (QS. Al-Baqarah [2]:142-145)

Adapun hadis Nabi Muhammad SAW dalam konteks


menghadap kiblat, sahabat Jabir dan Abdillah menerangkan bahwa;
“Rasulullah SAW datang ke tempat wukuf Arafah, lalu
menghadap kiblat dan tiada henti-hentinya berdo’a hingga
matahari tenggelam’.” (HR. Muslim)

Dalam hal berdo’a dengan mengangkat tangan, Rasulullah SAW


menerangkan;
“Sungguh Tuhan mu Yang Maha Hidup lagi Maha Mulia merasa
malu untuk tidak mengabulkan permohonan hamba-Nya yang
berdo’a sambil mengangkat kedua tangan’.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi dari Salman).

4. Dengan suara lembut


Etika atau adab dalam berhizib adalah dengan suara yang
lembut. Allah SWT berfirman:
92 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

َ ‫ِب ال ْ ُم ْع َتد‬
‫ِين‬ ُّ ‫ض اًع َو ُخ ْف َي ًة إنَّ ُه اَل حُي‬ ُ َّ َ ُ ْ ُ
ُّ َ‫ك ْم تَ ر‬ ‫ادعوا رب‬
ِ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Q.S. Al-A’raf [7]:55)

Dalam konteks pembacan Hizib Nahdlatul Wathan, Tuan Guru


KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyarankan agar
dalam membaca hizib dengan cara khusyu’ dan tartil, jangan
terlalu cepat dan jangan pula terlalu mengangkat suara atau
berteriak.

5. Tidak bersajak (puitis)


Etika atau adab dalam berhizib adalah tidak bersajak. Dalam
konteks pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan hendaklah
menunjukkan sikap tawadharru’ (merendahkan diri dengan
penghayatan).

6. Khusyu’ dan tawadhu’


Etika atau adab dalam berhizib adalah dengan khusyu’
(penuh konsentrasi) dan tawadhu’ (merendahkan diri dengan
penghayatan). Allah SWT berfirman:

‫ني‬ َ ْ‫ع خ‬
َ ‫الا ِشع‬ َ‫َّ َ َ َ َ ٌ اَّ لَى‬
‫ل‬ ‫إ‬ ‫ة‬‫ري‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِإَون‬ ِ ‫ة‬ ‫ل‬
َ‫َّ رْ َ َّ ا‬
‫ب والص‬ ُ َْ َ
ِ ِ ِ ِ ‫واست ِعينوا بِالص‬
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [2]:45)

Kata  khasyi’in dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari


kata  khasyi’ yang berarti orang yang merendahkan diri,
menundukkan jiwa yang diperlihatkan oleh anggota badan
dengan diam dan pasrah. 

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:


Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 93

ُ ْ َ‫َّ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ هَّ َ َ ُ ْ َ ي‬
ْ‫ك ْم َو َما ُأنْز َل إ يَلْهم‬
ِ ِ ِ َ ‫اب لمن يؤمِن بِاللِ وما أن ِزل إِل‬ ِ ‫ِإَون مِن أه ِل الكِت‬
ْ ُ ْ ْ ُ َ َ َ ُ ً‫ا‬ َ َ َّ‫ه‬ َ ُ َ‫َ هَّ اَ َ ْ ر‬ َ
‫ج ُره ْم عِن َد‬ ‫ات اللِ ث َم ًنا قل ِيل أولئِك لهم أ‬ ِ َ‫تون بِآ َي‬ ‫خا ِشعِني للِ ِ ل يش‬
ْ‫َ ّ ْ َّ هَّ َ رَ ُ ح‬
َ ‫ال‬
‫اب‬
ِ ‫ِس‬ ‫سيع‬ ِ ‫رب ِ ِهم إِن الل‬
“Dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang
diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah
dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Allah Amat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali-Imran [3]:199)

Khusyu’ dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tunduk atau


rendah diri, memperhatikan sesuatu yang ada didalam hati
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

ُ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ‫َ َ ُّ َ لأ‬
‫ان يبكون وي ِزيدهم خشوع‬ِ ‫خرون ل ِ ذق‬ ِ ‫وي‬
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’ [7]:109)

Khusyu’ disini adalah menundukkan kepala ketika
mendengarkan Al-Quran, sikap rendah diri terhadap semua orang
serta bijak dalam menentukan sesuatu.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

َ ُ َ ُ ُ َ‫َ ْ َ َ ْ َ هَ ُ َ َ َ ْ َ هَ ُ حَ ْ ىَ َ َ ْ َ ْ َ هَ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ ْ ا‬
‫فاستجبنا ل ووهبنا ل يي وأصلحنا ل زوجه إِنهم كنوا يسارِعون ف‬
َ ُ ْ َ َ َ ْ‫خْ َير‬
َ ‫ون َنا َر َغ ًبا َو َر َه ًبا َو اَكنُوا نَلَا َخا ِشع‬
‫ني‬ ِ ‫ات ويدع‬
ِ ‫ال‬
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada
nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu’ kepada kami.” (QS. Al- Anbiya’ [21]:90)
94 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Orang-orang khusyu’ disini adalah orang-orang yang pasrah


kepada Tuhannya dan merendahkan diri.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

َ ُ َ ْ َ‫َ ا‬ ْ ُ َ َّ‫ذ‬
‫الِين هم يِف صلت ِ ِهم خاشِعون‬
“yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. Al
Mukminun [23]:2)

Khusyu’ disini maksudnya adalah serius dalam melaksanakan


shalat, tidak ada kesombongan dan niat bermain-main
didalamnya. Maknanya adalah tunduk dan merendahkan diri
ketika berada di hadapan Tuhannya. Khusyu’ itu letaknya
didalam hati, jika seseorang telah khusyu’ maka seluruh
anggota tubuhnya akan tunduk mengikutinya. Ulama jika
melakukan shalat, timbullah rasa takutnya kepada Allah dan
tubuhnya bergerak mengikuti sesuatu, sedangkan jiwanya
memberitahukan sesuatu tentang dunia. Dalam konteks
pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan, Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengingatkan untuk
senantiasa mengamalkan atau membaca hizib dengan penuh
khusyu’.

7. Yakin, do’a pasti terkabul


Diantara etika dalam berdo’a atau berhizib adalah meyakini
bahwa do’a atau hizib yang dipanjatkan pasti terkabul dan
diterima oleh Allah SWT. Karena Allah SWT telah berjanji
untuk mengabulkan setiap do’a hamba-Nya. Allah SWT
berfirman:

َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َّ‫َ ْ َ ْ َ ُ ْ َّ ذ‬ ُ ‫اد‬ ْ ُ ُ ُّ َ َ َ َ
‫جب لكم ۚ إِن الِين يستك رِبون عن عِبادت‬
ِ ‫ون أست‬ِ‫ي‬ ‫ع‬ ‫وقال ربكم‬
َ ُ ُ َْ َ
َ ‫ون َج َه َّن َم َداخِر‬
‫ين‬ ِ ‫سيدخل‬
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 95

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya


akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam Keadaan hina dina.” (QS. Al-Mukmin [40]:60)

8. Do’a diulang tiga kali


Diantara etika dalam berdo’a atau berhizib adalah diulang
minimal tiga kali. Mengulang-ulang bacaan do’a sampai tiga
kali menunjukkan penekanan bahwa do’a yang dipanjatkan
kepada Allah SWT. Dalam substabsi Hizib Nahdlatul Wathan
mengulangi bagian dari suatu do’a sebanyak tiga kali itu adalah
ciri khas dari Hizib Nahdlatul Wathan.

9. Do’a diawali dengan zikir


Etika dalam berdo’a yang diawali dengan zikir merupakan salah
satu ciri khas dalam pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan.
Zikir yang dipakai dalam sebelum pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan adalah pembacaan surat Al-Fatehah sebanyak tiga kali
dengan niat tertentu sebagai tawasul.

10. Etika bathiniyah


Diantara etika dalam berdo’a atau berhizib adalah
memperhatikan persoalan batin, karena inipun akan membawa
efek kepada do’a yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Etika
batin yang dimaksud dalam pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan adalah bertaubat yang bertujuan membersihkan diri
dari dosa, manjauhi kezaliman, menjauhi pakaian dan makanan
yang haram.

Demikianlah pemaparan Hizib Nahdlatul Wathan karya Tuan


Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai mana
yang telah diuraikan dalam bahasan diatas, untuk pembahasan
berikutnya yakni tentang fadhilah pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan dalam aspek sosial keagamaan akan dipaparkan dalam
pembahasan bab IV.
BAB 4

Fadhilah Pembacaan Hizib


Nahdlatul Wathan
dalam Aspek Sosial Keagamaan

Hizib Nahdlatul Wathan merupakan sebuah metode


penghayatan keagamaan secara batin untuk mencapai kedekatan
kepada Allah SWT sehingga tercipta dan tercapai suatu kedamaian
dan ketenteraman batin bagi pengamalnya. Oleh karenanya, dengan
membaca Hizib Nahdlatul Wathan, maka seseorang telah melakukan
peristirahatan yang hakiki untuk melakukan mujahadah, muhasabah,
dan taqarrub kepada Allah SWT dengan berharap keselamatan hidup
di dunia dan di akhirat. Bab ini akan memaparkan hal-hal sebagai
berikut:

A. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib


Islam Nusantara
Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan
nilai Islam teologi56 dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat

56 Kata teologi sebagaimana terdapat dalam Encylopedia of Religion and Religious berarti
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta.
Namun seringkalin diperluas mencakup keseluruhan bidang agama. Dalam pengerti an
98 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

istiadat di tanah air. Oleh karenanya, Islam Nusantara adalah Islam


yang berkarakter Indonesia, tetapi juga sebagai hasil dari sintesis
antara nilai-nilai Islam teologi dengan nilai-nilai tradisi lokal. Islam
di Nusantara sejak awal perkembangannya telah berhadapan dengan
situasi sosio-politik dan kultur yang berbeda dengan situasi yang ada
di jazirah Arab yang merupakan asal keberadaan agama Islam.
Mayoritas masyarakat Barat menganggap bahwa Islam adalah
apa yang selama ini terefleksi di Timur Tengah. Kehadiran kelompok
seperti NIIS makin memperburuk citra Islam yang selama ini
dipahami, namun masyarakat barat meyakini Islam yang sering
diperlihatkan oleh teroris dan gerakan radikal bukanlah Islam yang
sebenarnya. Negara-negara barat memiliki pandangan negative
terhadap Islam yang dikenal dan dipahami oleh sebagian masyarakat
barat selama ini. Oleh karena itu, kehadiran Islam Nusantara
merupakan salah satu cara mengubah pandangan negative Negara
barat tersebut dengan menampilkan Islam yang toleran dan moderat.
Sebelum membahas Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara, akan dipaparkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

1. Pengertian Islam Nusantara


Secara etimologi Islam Nusantara berasal dari dua kata yakni
Islam dan Nusantara. Islam adalah agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, dengan Al-Qur’an dan Hadis sebagai
pedoman dalam kehidupan. Sedangkan Nusantara merujuk kepada
sebuah wilayah kepulauan Indonesia.57 Dengan merujuk kepada
definisi tersebut, maka secara sederhana Islam Nusantara berarti
ajaran agama Islam yang ada di kepulauan Indonesia (Nusantara).
Adapun secara terminologi kata Islam Nusantara merupakan

tersebut, agaknya kata teologi lebih tepat dipadankan dengan istilah fiqih menurut Imam
Abu Hanifah dan bukan dimaksudkan dengan ilmu fiqih yang selama ini dipahami. Lihat:
Masnun, Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Majdid Gagasan dan Gerakan Pembaharuan
Islam di Nusa Tenggara Barat.
57 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 437.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 99

tarkib idhafi dengan menyimpan huruf jar berupa ba’ (di) yang
bermakna Islam yang berada di wilayah kepulauan Nusantara,
fi (di dalam) yang bermakna ajaran Islam yang sudah dipahami,
dipraktekkan dan akhirnya menginternalisasi dalam diri dan
kehidupan masyarakat muslim Nusantara, dan lam (untuk/bagi) yang
bermakna ajaran Islam yang diharapkan dapat memberikan hikmah
dan manfaat bagi seluruh makhluk yang berada di Nusantara.58
Ahmad Baso mendefinisikan Islam Nusantara dengan cara
bermazhab secara qauli dan manhaji dalam beristinbath tentang
Islam dari dalil-dalilnya yang disesuaikan dengan teritori, wilayah,
kondisi alam, dan cara penduduk mengamalkan.59
Said Aqil Siradj memberikan definisi Islam Nusantara adalah Islam
dengan cara pendekatan budaya, tidak menggunakan doktrin yang
kaku dan keras, Islam Nusantara didakwahkan dengan cara merangkul
budaya, menghormati budaya, bukan memberangus budaya.60

2. Karakteristik Islam Nusantara


Islam Nusantara merupakan sebuah peradaban yang
menampilkan ciri dan karakter yang distingtif yang berbeda dengan
peradaban Islam di wilayah lain, khususnya di Timur Tengah yang
banyak mempengaruhi Islam diberbagai belahan bumi lainnya.
Wilayah Nusantara memiliki sejumlah keunikan yang berbeda dengan
keunikan-keunikan wilayah lain, seperti keunikan geografis, sosial
politik dan tradisi peradaban. Keunikan-keunikan yang terdapat
di wilayah Nusantara tersebut kemudian menjadi pertimbangan
para ulama ketika menjelaskan konsep Islam Nusantara. Keunikan-
keunikan tersebut akhirnya membentuk warna Islam Nusantara
berbeda dengan warna Islam di Timur Tengah.

58 M. Isom Yusqi,dkk, Mengenal Konsep Islam Nusantara, Cet 1, (Jakarta: Pustaka STAINU,
2015), h. 5.
59 Ahmad Baso, Islam Nusantara:Ijtihad Jenius & Ijtima’ Ulama Nusantara, Jilid 1 (Jakarta:
Pustaka Afid, 2015), h. 21.
60 Ilmu politik Islam Nusantara, hal. 118.
100 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Beberapa alasan Islam di Nusantara berbeda dengan kawasan


lain, diantaranya:
a. Pada umumnya proses dan kedatangan Islam berlangsung
secara damai, meskipun tidak dapat dipungkiri dibeberapa
kasus menggunakan kekuasaan politik kerajaan, yakni ketika
seorang raja disuatu wilayah masuk agama Islam, kemudian
“memaksa” warganya untuk memeluk agama Islam juga.
b. Para sufi yang membawa ajaran agama Islam memiliki
kecenderungan sikap yang akomodatif dan inklusif terhadap
tradisi dan praktek agama lokal, hal ini terjadi ketika fase awal
kedatangan Islam. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan
lingkungan kultur, sub kultur dan agama yang beragam. Islam
bukan hanya diterima oleh masyarakat Nusantara, tetapi juga
layak mewarnai budaya Nusantara untuk mewujudkan sifat
akomodatif Islam Nusantara, yakni Islam yang rahmatan lil
‘alamin. Pesan rahmatan lil ‘alamin itulah yang kemudian
menjiwai karakter Islam Nusantara. Dengan menampilkan wajah
keislaman yang moderat, toleransi, cinta damai, dan menghargai
keberagaman. Islam yang merangkul masyarakat bukan malah
Islam yang memukul, Islam yang membina masyarakat bukan
malah Islam yang menghina, Islam yang menggunakan hati dalam
segala aspek kehidupan bukan malah Islam yang memaki-maki
dan caci maki. Islam yang mengajak taubat kepada Allah SWT jika
terdapat kekeliruan atau kesalahan bukan Islam yang menghujat,
dan Islam yang memberi pemahaman bukan malah Islam yang
memaksa untuk dipahami.
c. Islam menempatkan manusia pada posisi kedudukan yang
sama dan bebas dari penghambaan terhadap sesama makhluk
ciptaan Allah SWT. Dengan demikian Islam sangat menjunjung
tinggi nilai egaliterianisme.61

61 Sulton Fatoni, M., Buku Pintar Islam Nusantara (Jakarta:Pustaka IIMaN, 2017), h. 20.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 101

3. Bentuk-bentuk Islam Nusantara


Islam Nusantara adalah Islam khas ala Indonesia yang
merupakan perpaduan nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai
tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Nusantara.62 Ada banyak
karakter yang dimiliki oleh Islam Nusantara, salah satunya yaitu Islam
Nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal, budaya, adat-istiadat
yang ada di Nusantara yang tidak melanggar atau bertentangan
dengan ajaran agama Islam, namun justru dengan kehadiran Islam
Nusantara berusaha menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat
lokal yang banyak tersebar di wilayah Nusantara.
Kehadiran ajaran Islam dalam konteks “tradisi” tidak untuk
merusak atau menantang tradisi yang ada dalam masyarakat,
namun malah sebaliknya, ajaran Islam datang untuk memperkaya
dan mengislamkan tradisi dan budaya yang ada dalam kehidupan
masyarakat secara bertahap. Bisa jadi butuh waktu puluhan tahun
atau beberapa generasi untuk mempertemukan ajaran Islam
dengan buadaya masyarakat. Pertemuan Islam dengan adat dan
tradisi Nusantara itu kemudian membentuk sistem sosial, lembaga
pendidikan (seperti pesantren) serta sistem Kesultanan. Tradisi
itulah yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara, yakni Islam
yang telah melebur dengan tradisi dan budaya Nusantara.63
Adapun bentuk-bentuk Islam Nusantara adalah sebagai berikut:
a. Islam yang mengutamakan kesinambungan dan kontinyuitas
dengan budaya lokal.
b. Islam yang menampilkan keragaman-keragaman melalui
relasinya dengan anasir-anasir lokal, karena Islam Nusantara
sangat beragam baik dari warisan sejarah maupun pengaruh
geografis dan kawasan.

62 Zainul Milal Bizawi, “Landasan Operasional Islam Nusantara.” http://www.nu.or.id/post/


read/60510/landasan-operasional-islam-nusantara diakses pada 29 Desember 2018 jam
20.52 WIB.
63 Zainul Milal Bizawi, “Landasan Operasional Islam Nusantara.”
102 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

c. Islam yang bertransformasi dengan mengedepankan perubahan,


tidak radikal, tidak ektrim, menjauhi cara-cara kekerasan dan
mencari jalan tengah.
d. Islam yang bertransformasi sebagai kekuatan kebangsaan dan
kemajuan.
e. Islam yang menggunakan pendidikan, dakwah dan budaya
sebagai jalur dakwah.
f. Islam yang memiliki karakter moderat dan toleransi.
g. Islam yang menjauhi fanatisme dan kekerasan.

4. Khazanah Islam Nusantara


Bangsa Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas
penduduknya memeluk ajaran agama Islam sesungguhnya
mempunyai potensi yang besar untuk menjaga, merawat dan
memajukan khazanah keislaman di dunia. Khazanah Islam
Nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia begitu banyak
jumlahnya, bahkan membutuhkan waktu yang agak panjang jika
ingin mengumpulkan semua kekayaan naskah dalam kajian Islam
Nusantara. Manuskrip-manuskrip yang tersimpan di daerah-
daerah di Nusantara memiliki banyak keilmuan yang dapat digali
dan dikembangkan sebagai kekayaan Khazanah Islam Nusantara.
Bahkan dari khazanah tersebut dapat diketahui tentang penyebaran
Islam di Nusantara.
Penyebaran Islam di Nusantara dapat berlangsung dengan
cara yang santun, damai dan bijaksana karena memperhatikan
nilai-nilai kearifan lokal yang patut dibanggakan. Para ulama
Nusantara terdahulu merupakan sosok dibalik keberhasilan
penyebaran Islam tentunya memiliki peran yang membanggakan
dalam mengembangkan religiusitas di Indonesia khususnya dalam
peningkatan khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Khazanah
keilmuan Islam yang ada di Nusantara dapat dijadikan warisan
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 103

untuk generasi-generasi yang akan datang yang patut dibanggakan


sebagai warisan ulama Nusantara terdahulu, selain itu, warisan
ulama nusantara merupakan potensi yang patut diunggulkan. Salah
satu warisan ulama Nusantara yakni Hizib Nahdlatul Wathan sebagai
karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid.
Adapun irisan dari Hizib tersebut bisa dijadikan sebagai senjata
dalam menghadapi musuh-musuh pengamalnya utamanya adalah
setan dan manusia. Irisan Hizib tersebut berbunyi:

“Rabb, tolonglah kami dan mereka menghadapi orang yang


menzalimi dan mengina kami dengan apa yang Engkau
pergunakan menolong rasul-rasul-Mu.
Jauhkanlah kami dari setan dan tipu dayanya serta semua
makhluk Mu yang tidak mampu kami hadapi.
Engkau Tuhan yang Maha Kuat dan Kokoh, peliharalah kami
dari kejahatan orang-orang zalim.
Kembalikanlah dari kami dan mereka, tipu daya semua musuh,
orang jahat, orang zalim dan orang-orang dengki, bagaikan
bumerang menyerang balik dan menyambar putus pangkal
tenggorokan mereka sendiri.
Hancurkan mereka sampai benar-benar hancur, dan
binasakanlah wajah-wajah dan harta kekayaan mereka. Kunci
mati hati mereka, dan belenggulah kaki tangan mereka.
Lumpuhkan mereka di tempat mereka berada, agar tak dapat
berjalan untuk menemui kami.
Binasakanlah mereka dengan keperkasaanMu, bagaikan pedang
tajam memenggal leher mereka.
Rabb, Engkau yang Maha Agung, Mha Perkasa, Maha Kuat,
Maha Keras, Maha memberi balasan dan Maha Pengampun.
Rabb, Panahlah mereka dengan anak panahMu yang tepat
sasaran.
Rabb, Bakarlah mereka dengan api Mu yang panas menyala.
104 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Rabb, Engkau yang mengatakan “Kun Fayakun” setiap


menghendaki sesuatu.
Jadikanlah musuh-musuh kami tidak tidak akan bisa sampai
kepada kami, baik secara langsung maupun melalui perantara.
Mereka tidak berdaya menyampaikan kejahatan kepada kami
dengan cara apapun dan dalam keadaan bagaimanapun, dan
tidak pula kepada NW serta Shaulatiyah dengan rahmat Alloh.
Kami membuktikan langsung perbuatan yang mereka lakukan,
lalu kami jadika beterbangan bagaikan debu,dalam keadaan
terlaknat, mereka pasti ditangkap, dibalas dibunuh dengan
sadis di manapun mereka ditemukan.
Siksa Alloh sangat berat dan keras. Sementara tidak ada yang
menolong dan membela mereka. Itulah balasan bagi orang-
orang zalim.
Wajah-wajah mereka menjadi buruk!
Wajah-wajah mereka tunduk hina dihadapan Alloh yang selalu
hidup dan terjaga.
Orang-orang yang berbuat zalim benar-benar rugi, 
Mata merekapun buta, lidah mereka kelu-kaku, dan hati
mereka tergoncah resah, yang mereka dengar hanya bisikan
samar.”64

Do’a diatas merupakan kutipan dari beberapa do’a-do’a yang


diamalkan oleh para Nabi dan Rasul yang terdapat dalam Al-Qur’an
yang dihimpun dan disusun dalam Hizib Nahdlatul Wathan yang selalu
dibaca dan diamalkan oleh setiap warga Nahdlatul Wathan diseluruh
Nusantara setiap malam jumat bahkan setiap saat dimana keadaan
selalu genting dan membutuhkan senjata atau perlindungan dari Allah
SWT. Dengan demikian “Do’a adalah senjata umat Islam” (Al-Hadits).
Bukalah hizib, baca dan pelajari! Maka anda akan tahu bahwa warga
NW selalu mendoakan semua umat Islam.

64 Ikhtisar Terjemahan Hizib Nahdlatul Wathan, Hal. 128-134


Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 105

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Hizib Nahdlatul


Wathan sebagai salah satu karya ulama Nusantara dikatakan sebagai
Hizib Islam Nusantara.

B. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media


Dakwah Islam
Dakwah adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari ajaran agama Islam yang wajib dilakukan oleh setiap muslim.
Kewajiban tersebut tampak dari konsep amar ma’ruf nahi munkar,
yakni perintah mengajak masyarakat untuk melakukan perilaku
positif-konstruktif dan mengajak untuk meninggalkan dan
menjauhkan diri dari perilaku negatif-destruktif. Salah satu media
dakwah yang bisa digunakan adalah Hizib Nahdlatul Wathan karya
Maulana Syaikh Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid.
Hizib Nahdlatul Wathan karya Maulana Syaikh Tuan Guru KH.
Zainuddin Abdul Majdid, selain berfungsi sebagai do’a atau wiridan
yang diamalkan, hizib tersebut bisa juga digunakan sebagai media
dakwah Islam. Dalam bahasan ini akan dipaparkan hal-hal sebagai
berikut:

1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni
dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang artinya menyeru, memanggil,
mengajak65. Jika diubah menjadi da’watun maka maknanya berubah
menjadi seruan, panggilan atau undangan.66
Menurut beberapa ahli (istilah) pengertian dakwah adalah
sebagai berikut:

65 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke 1 hal. 26
66 Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah
Profesional, (Jakarta: AMZAH, 2007), cet. 1 hal. 25
106 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

a. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak


manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.67
b. Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi yang
tidak baik kepada situasi yang lebih baik atau sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.68
c. Syaikh Abdullah Ba’alawi mengatakan bahwa dakwah adalah
mengajak, membimbing dan memimpin orang yang belum
mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk
dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah SWT, menyuruh
berbuat baik dan melarang berbuat buruk agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.69
d. Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap
usaha aktivitas dengan lisan yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah
SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak
Islamiyah.70
e. Hamzah Ya’kub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak
umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk
mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya.71

Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk


fi’il maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur’an
menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang
disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur’an,

67 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.
20
68 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992) Cet, 17 hal. 194
69 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal 1
70 H.M.S Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT. Firma Dara),
hal. 11
71 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal 1
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 107

dakwah dalam arti mengajak ditemukan dengan sebanyak 46 kali, 39


kali dalam arti mengajak kepada agama Islam dan kebaikan dan 7 kali
mengajak ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak ayat-ayat
yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.72

2. Metode Dakwah
Menurut bahasa, kata metode berasal dari bahasa Latin methodus
yang berarti cara atau jalan.73 Sedangkan metode dakwah adalah cara
menyampaikan dakwah agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah.
Pembahasan metode dakwah dalam penelitian ini ditekankan
pada dakwah tradisi yang dilakukan oleh Maulana Syaikh Tuan Guru
KH. Zainudin Abdul Majdid sebagai salah satu metode dakwah
melalui tradisi keagamaan dan diteruskan oleh murid-murid Maulana
Syaikh hingga sekarang. Tradisi sebagaimana dipahami adalah suatu
kebiasaan masyarakat yang telah tertanam dan menjadi kebiasaan
dalam kehidupan masyarakat. Diantara tradisi yang ada dalam
kehidupan masyarakat seperti peringatan maulid Nabi Muhammad
SAW, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriyah dan sejenisnya.
Selain itu, terdapat juga tradisi lainnya yang ada dalam kehidupan
masyarakat seperti membaca tahlilan, al-Barzanji, wiridan dan
hiziban. Tradisi-tradisi tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk
menjaga dan memelihara warisan keislaman dan juga merupakan
sebuah upaya melestarikan dan mengabadikan ajaran agama Islam
dalam kehidupan bermasyarakat ditengah hegemoni masyarakat
modern. Oleh karena itu, tradisi-tradisi semacam itu perlu dijaga
dan dipelihara, karena kalau tidak, maka simbol-simbol keagamaan
dan bahkan agama itu sendiri dapat terkubur dan musnah dari dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

72 Deasy Ratnasari, Pesan-Pesan Dakwah dalam Majalah Tabligh, (Jakarta: Skripsi, 2014),
hal. 21
73 H. Azhar Sitompul, Dakwah Islam & Perubahan Sosial, kajian Strategi Dakwah Rasulullah
SAW Periode Madinah, hal. 46
108 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

3. Media Dakwah
Media dakwah adalah hal, benda yang dapat digunakan sebagai
perantara untuk melaksanakan dakwah yang digunakan oleh juru
dakwah untuk menyampaikan pesan kepada mad’u.74
Media dakwah dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian,
yakni media dakwah melalui pendidikan formal dan media dakwah
melalui pendidikan nonformal. Lembaga pendidikan formal dapat
dikategorikan sebagai media dakwah, yakni sebuah alat yang
digunakan untuk berdakwah kepada peserta didik.

a. Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan sebuah sistem dan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang,
sehingga sepanjang hidup manusia hampir tidak ada yang
tidak menggunakan pendidikan sebagai sarana pembudayaan
dan peningkatan kualitas dalam kehidupan, meskipun dengan
sistem dan metode yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan
taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Selain itu,
pendidikan bahkan dijadikan sarana penerapan pandangan
hidup. Karena pentingnya aktivitas dakwah dalam menegakkan
kebenaran maka dakwah melalui lembaga pendidikan dibeberapa
bidang sangat dibutuhkan untuk diterapkan pada masyarakat
Indonesia.
Pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakukan disebuah
lembaga pendidikan (sekolah) yang secara sistematis, teratur,
bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yan telah ditentukan oleh
lembaga pendidikan tersebut. Sebuah lembaga pendidikan yang
lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh dan untuk
masyarakat, adalah sebuah media perantara yang memiliki tugas

74 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Penerbit Al-Ikhlas, 1983),
hal. 163
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 109

untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kepada generasi


muda dalam mengajar dan mendidik masyarakat. Terdapat banyak
jenis pendidikan formal yang terdapat dalam masyarakat, diantaranya
terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
vokasi, pendidikan profesi, pendidikan keagamaan, dan lain-lainnya.
Pada umumnya pendidikan formal memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan pendidikan nonformal dan informal. Adapun Ciri-ciri
pendidikan formal, yaitu:
• Diselenggarakan didalam kelas yang terpisah menurut jenjangnya.
• Adanya persyaratan usia.
• Adanya jangka belajar tertentu.
• Adanya jadwal waktu belajar.
• Proses belajar diatur secara tertib dan terstruktur.
• Materi pembelajaran disusun berdasarkan kurikulum dan
dijabarkan dalam silabus secara resmi.
• Materi pembelajaran bersifat akademis, intelektual dan
berkesinambungan.
• Guru mengajar dengan menggunakan metode, media, dan urutan
pengajaran tertentu.
• Adanya sistem rapor, evaluasi belajar, serta ijazah.
• Sekolah memiliki anggaran pendidikan yang dirancang dalam
kurun waktu tertentu.

Jenis Pendidikan Formal


Lembaga pendidikan formal yang terdapat di Indonesia dapat
dikelompokkan kedalam tiga bagian, yakni Pesantren, Madrasah,
dan Sekolah. Ketiga lembaga pendidikan formal tersebut sama-
sama mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa kearah yang
lebih baik sesuai dengan ajaran yang berlaku dalam ketiga lembaga
pendidikan formal tersebut. Berikut akan dipaparkan ketiga jenis
lembaga pendidikan tersebut:
110 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

1) Pondok Pesantren
Pesantren atau lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren
adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional tertua yang ada
di Indonesia. Pondok berasal dari Bahasa Arab funduq yang artinya
tempat menginap atau asrama, sedangkan pesantren berasal dari
kata santri, yang berarti para penuntut ilmu. Jadi, jika Pondok dan
Pesantren digabungkan menjadi satu menjadi Pondok Pesantren
dengan pengertian yaitu suatu tempat belajar atau tempat mencari
ilmu para santri dengan bertempat tinggal atau bermukim. Ada lima
unsur yang selalu ada dalam sebuah Pondok Pesantren, kelima unsur
itu yaitu Pondok (asrama), Masjid, Kitab Kuning, Santri dan Kyai.
Pondok Pesantren merupakan pelopor sistem pendidikan
Islam di Nusantara, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
zaman, hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah dimana bila
diruntut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran
kewajiban menjalankan dakwah Islamiyah yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam sekaligus mencetak kader-
kader ulama dan da’i.75

2) Madrasah
Lembaga pendidikan formal yang selanjutnya adalah Madrasah.
Madrasah muncul pada permulaan abad ke 20. Madrasah berasal
dari Bahasa Arab, darasa yang artinya belajar. Jadi madrasah adalah
tempat belajar. Lembaga ini muncul dikarenakan beberapa alasan
diantaranya sebagai manifestasi dan realisasi cita cita pembaharuan
dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia, sebagai salah satu usaha
menyempurnakan sistem pendidikan pesantren yang dipandang
tidak memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan kerja
dibanding lulusan dari sekolah kolonial belanda waktu itu, adanya
sikap sementara umat Islam yang lebih condong mengikuti sistem

75 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, ( Malang : Erlangga, 2007 ), hal. 73


Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 111

pendidikan ala barat yang lebih memungkinkan peserta didik lebih


maju dalam ilmu, ekonomi dan teknologi. Dalam konteks Nahdlatul
Wathan Jakarta, juga terdapat madrasah. Madrasah yang ada di
Nahdlatul Wathan Jakarta bukan madrasah yang setingkat dengan
sekolah, tetapi Madrasah Diniyah Nahdlatul Wathan Jakarta.
Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta saat
ini dipimpin oleh Ahmad Madani, S.Ag yang berada di lingkungan
Kecamatan Cakung. Hingga saat ini, Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta menunjukkan perkembangan yang
pesat. Kemajuan yang dicapai tersebut tidak luput dari peran dari
pemangku kepentingan yang ada, terutama tenaga pendidik dan
pimpinan Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta.
Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan
pendekatan baru dalam mengajarkan Al-Quran kepada siswanya,
yakni dengan menggunakan waktu yang relatif singkat namun bisa
membaca Al-Quran dengan Tajwid. Hal itulah yang menjadi daya
pikat Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta. Namun
daya pikat itu jangan dibandingkan dengan pesantren anak yang
memang secara khusus diperuntukkan sebagai sekolah/ madrasah
tahfidz (hafal Qur’an), selain itu jangan pula dibandingkan dengan
pengajaran Al-Quran kepada kalangan dewasa.
Peserta didik yang belajar di Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta memulai pembelajarannya sejak usia empat
tahun, sementara waktu pembelajaran di madrasah dilaksanakan
setiap sore yakni pada jam 15.30 hingga 17.30 WIB. Artinya, masa
pendidikannya relatif singkat dan menyasar siswa usia dini. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menanamkan ajaran agama Islam yang
mendalam, dengan harapan akan tertanam dan menjadi karakter
khusus yang membentuk jati diri peserta didik kelak dan agar
terhindar dari informasi yang tidak sesuai. Melihat fenomena zaman
sekarang ini yang terus berkembang dan syarat dengan berbagai
informasi yang kurang mendidik serta dapat mempengaruhi karakter
112 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

dan pola dalam berfikir seseorang, sehingga hal tersebut diantisipasi


sejak dini. Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta
pada awalnya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) informal,
namun saat ini telah berubah dan berkembang menjadi lembaga
formal di bawah naungan Kementerian Agama Rebuplik Indonesia.
Tak ayal, akibat kemajuan tersebut, perkembangan jumlah peserta
didik terus mengalami peningkatan.
Saat ini, Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta
telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian
Agama sejak tahun 2006. Pada awalnya, Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta masih menggunakan kurikulum sendiri
sebelum munculnya program yang ditawarkan oleh pemerintah.
Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta pada awal
sebelum menjadi Madrasah Diniah Islamiyah, mengajarkan peserta
didik belajar Al-Qur’an saja. Namun kini,  setelah adanya program
pemerintah Madrasah Diniah Islamiyah, pelajaran yang dipelajari
oleh peserta didik setara dengan pelajaran Madrasah Ibtidaiyah.
Adapun tujuan Madrasah Diniah Islamiyah adalah untuk membantu
pelajaran agama di sekolah formal yang kurang mendapat pelajaran
agama. Maka Nahdlatul Wathan menyiapkan lembaga pendidikan
Madrasah Diniah Islamiyah yang mempelajari khusus pelajaran
agama yaitu Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih dan
Akhlak.
Taman Pendidikan Al-Qur’an sebenarnya tidak hilang dan
berganti seutuhnya menjadi Madrasah Diniah Islamiyah, namun
Taman Pendidikan Al-Qur’an masih menjadi bagian dari Madrasah
Diniah Islamiyah dan diberi nama I’dadiyah atau kelas persiapan.
Jadi peserta didik  yang dipersiapkan untuk masuk ke Madrasah
Diniah Islamiyah dididik terlebih dahulu di I’dadiyah  kira–kira dua
tahun, setelah itu baru bisa berpindah ke tingkat Madrasah Diniyah.
Untuk peserta didik  yang berada di tingkat I’dadiyah, diajarkan
menghafal surat–surat pendek dan membaca Iqra’. Jadi, persyaratan
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 113

untuk dapat berpindah dari tingkat satu ke tingkat dua adalah jika


peserta didik telah mampu membaca Al-Qur’an. Durasi belajar di
Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta adalah empat
tahun. Di kelas persiapan yaitu kelas I’dadiyah ada dua kelas. Untuk
kelas 1 A, 1 B Pra Madrasah Diniah Islamiyah, ini yang menjadi
persiapan dan jumlah peserta didiknya kurang lebih sekitar
seratus orang. Adapun peserta didik Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta sekarang berjumlah 66 0rang. Disamping
melakukan pembelajaran, di Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul
Wathan Jakarta juga telah menggunakan ujian akhir. Ujian akhir 
ini diselenggarakan oleh Kementerian Agama tahun pelajaran 2009
– 2010. Dengan prestasi yang dimiliki Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta sehingga dipercaya oleh seluruh Madrasah
Diniah Islamiyah yang ada di wilayah Cakung Jakarta Timur sebagai
penyelenggara ujian akhir. Dimana pada waktu itu jumlah seluruh
siswa sekitar  210 peserta dari seluruh Madrasah Diniah Islamiyah
yang ada di Jakarta Timur. Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul
Wathan Jakarta terdapat empat tingkatan, dimulai dari kelas satu,
kelas dua, kelas tiga dan kelas empat. Dikelas empat inilah yang
diadakan ujian akhir yang sama seperti ujian fomal yang dilakukan
lembaga-lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, karena bernaung
di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia.
Prestasi Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta
terlihat pada tahun 2011. Pada tahun itu, Kementerian Agama Republik
Indonesia menyelenggarakan festival dengan tema festival anak takwa.
Program Kementerian Agama ini di kelola oleh KKDT (Kelompok
Kerja Diniyah Takmiliyah). Kementerian Agama mengadakan
program tersebut setiap tahunnya.  Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta juga turut berpartisipasi dalam festival
tersebut dan mendapat juara II di bidang Musabaqoh Tilawatil Qur’an.
Disamping itu, terdapat juga program  manasik haji. Madrasah
114 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta juga berpartisipasi dalam


memperoleh tropi dengan jumlah peserta terbanyak. Ust. Muslihan
Habib mengungkapkan, tujuan atau visi dan misi Madrasah Diniah
Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta adalah membentuk insan-insan
Qur’ani yang berakhlakul karimah, dengan misimengajarkan Al-
Qur’an  secara aktif dan menyenangkan. Lebih lanjut Ust. Muslihan
Habib menjelaskan secara singkat proses belajar di Madrasah Diniah
Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta yang berbeda dengan Madrasah
Diniah Islamiyah yang ada di Cakung. Di Madrasah Diniah Islamiyah
Nahdlatul Wathan Jakarta dipadukan antara do’a dan ikhtiar dalam
belajar. Adapun program Hizib, dimasukkan ke dalam Ekstra
kurikuler yang dilaksanakan setiap malam jum’at.

3) Sekolah
Lembaga pendidikan formal berikutnya adalah sekolah.
Lembaga tersebut merupakan pengembangan dari madrasah dengan
falsafah yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran barat. Kurikulumnya
lebih dekat dengan sekolah-sekolah umum. Di dalam pendidikan
formal terdapat seorang guru sekaligus da’i yang tugasnya bukan
semata-mata utuk mengajarkan ilmu agama, melainkan juga
mendidik. Karena mengajar hanyalah memberikan pengetahuan
agama saja, sehingga anak pandai ilmu agama tapi tidak taat
terhadap ajaran agama Islam. Sebaliknya mendidik mempunyai arti
menanamkan tabiat kepada anak-anak agar taat kepada ajaran agama
Islam. Adapun sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Mi’rajush
Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta yaitu:

a. Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta


Pada awal keberadaannya Sekolah Dasar Islam (SDI) Nahdlatul
Wathan Jakarta dibangun pada sekitar tahun 1992. Penghuni panti
asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta, beberapa diantaranya belum
pernah  bersekolah sama sekali, beberapa ada yang pernah  duduk di
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 115

bangku Sekolah Dasar kelas I selama beberapa bulan. Sementara usia


penghuni panti asuhan tersebut sudah ada yang berumur 12 tahun.
Dari realita itu kemudian para pengasuh Panti Asuhan Nahdlatul
Wathan Jakarta mencoba mendaftarkan anak-anak tersebut di salah
satu Sekolah Dasar Negeri yang tidak jauh dari lokasi panti asuhan,
namun ternyata ditolak, dikarenakan umur yang telah kadaluarsa.
Menyikapi kondisi demikian, ketua koordinator bidang
pendidikan perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta, pada saat itu
bermusyawarah dengan para pengasuh dan pengurus Nahdlatul
Wathan Jakarta. Hasil musyawarah tersebut akhirnya menyepakati
sebuah keputusan yaitu mendirikan salah satu pendidikan formal
yang bernuansa Islami dengan nama Sekolah Dasar Islam Nahdlatul
Wathan Jakarta.
Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta dari awal
berdirinya pada 20 Juli 1992 sampai saat ini belum pernah ada
pergantian kepala sekolah yang memimpin di Sekolah Dasar Islam
Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut. Kepala sekolah yang hingga
saat ini dipercayai untuk memimpin Sekolah Dasar Islam Nahdlatul
Wathan Jakarta adalah H. Sofawi, S.Pdi dengan visi misi sebagai
berikut:

Visi
Unggul dalam prestasi yang didasari iman dan taqwa serta berbudi
pekerti luhur.
Misi
• Menciptakan suasana belajar yang pakem.
• Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga
sekolah.
• Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki.
• Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
• Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan.
• Aktif mengikuti perlombaan dalam berbagai bidang.
116 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

• Mengupayakan lulusan dengan nilai memuaskan.


• Memotivasi orang tua siswa dalam meningkatkan belajar siswa.
• Menanamkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
• Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
Sejak pertama berdiri, keadaan fisik bangunan, sarana dan
fasilitas di Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta tidak
mengalami banyak perubahan, namun beberapa kelas masih
menumpang di lembaga lain, hal tersebut dikarenakan jumlah siswa
yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Saat ini jumlah kelas
yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar ada 8 kelas. Ruang
kelas atau ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kediatan
belajar mengajar yang jumlahnya ada 8 ruang dengan kondisi
bangunan yang permanen. Selain ruang kelas, juga terdapat ruang
kepala sekolah yang menyatu dengan ruang administrasi/Tata Usaha
serta ruang guru tetapi dibatasi oleh sekat, agar tidak tercampur
dengan kegiatan adminidtrasi/Tata Usaha. Selain itu juga terdapat
Ruang PSB yang digunakan untuk menyimpan, memelihara, dan
memanfaatkan koleksi buku-buku, dan alat peraga, serta alat-alat
pendidikan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar. PSB di
Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta memiliki ruang baca
yang cukup memadai.

b. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta


Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta
beralamatkan di Jalan Raya Penggilingan Cakung, Jakarta
Timur. Sekolah ini berdiri diatas lahan seluas 4000 m2 dengan gedung
yang cukup sederhana, terdapat ruang kelas dengan sepuluh ruangan
belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, laboratorium, perpustakaan
serta Unit Kesehatan Sekolah. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul
Wathan Jakarta tidak memiliki ruang serba guna sebagai tempat
mengadakan sebuah acara, namun biasanya menggunakan ruang
kelas bila ada kegiatan khusus.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 117

Kendati baru berdiri sekitar tahun 1998, namun jumlah meja,


kursi, papan tulis  dan sebagainya cukup memadai, dan cukup
terpelihara dengan baik. Halaman sekolah cukup luas dan terpelihara,
namun sangat disayangkan bahwa halaman sekolah (lapangan
yayasan) belum lunas dalam pembayarannya, sehingga diperlukan
dana cukup besar untuk pelunasan atau pembebasan tanah lapangan
tersesut. Kantin khusus SMP Nahdlatul Wathan juga belum tersedia.
Pelaksanaan pembelajaran disekolah ini cukup baik, disamping
sebagian besar para tenaga pengajarnya memenuhi kualifikasi (sudah
berijazah S1), para tenaga pengajarnya juga selalu mencoba untuk
memenuhi standar disetiap mata pelajaran. Para guru melaksanakan
tugas dengan serius dan mencoba mengembangkan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan. Para pendidik mengembangkan silabus
dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan baik, hanya saja
sebagian besar masih bersifat “mengambil dari pihak lain” (copy and
paste) demi kemudahan sehingga tidak banyak yang dibuat sendiri.
Secara umum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah
ini cukup baik sebab ada beberapa guru yang telah menggunakan
pendekatan PAKEM/CTL dalam melaksanakan tugasnya. Para
pendidik juga telah membuat silabus sesuai dengan standar yang
ditentukan untuk membantu peserta didik mencapai standar
kelulusan. Sebagian besar tenaga pendidik mempunyai perencanaan
penilaian peserta didik namun belum memberikan feed back hasil
penilaian pada peserta didik. Tenaga pendidik menganggap bahwa
penilaian adalah hak guru dan tidak perlu memberitahu peserta didik
dan orangtua peserta didik.
Sebagain besar tenaga pendidik sudah membuat Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) tetapi belum menyampaikan informasi
kepada peserta didik mengenai KKM tersebut, termasuk apa yang
dipersyaratkan untuk penguasaan minimum. Tenaga pendidik juga
tidak melibatkan orang tua dalam penilaian para peserta didik,
termasuk kurang memberikan masukan hasil penilaian peserta
118 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

didik pada orang tua sehingga peningkatan belajar mereka hanya


tergantung pada guru di sekolah saja tanpa masukan dari orang
tua peserta didik. Adapun visi, misi dan tujuan Sekolah Menengah
Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta yaitu:

Visi
Unggul dalam dasar-dasar IPTEK yang berpijak pada IMTAQ dan
Akhlakul Karimah

Misi
• Berprestasi dalam perolehan nilai-nilai akademik.
• Berprestasi dalam kegiatan non akademik/ ekstrakulikuler.
• Aktif dan dinamis dalam kegiatan keagamaan.
• Bertanggungjawab dalam sikap dan prilaku.
• Aktif dalam membangun bangsa.

Tujuan
• Menciptakan lulusan yang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan
dalam teknologi (IPTEK).
• Menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan dasar-dasar
Bahasa Arab dan Inggris baik lisan maupun tulisan.
• Menciptakan lulusan yang terampil dalam bidang teknologi dan
komunikasi.
• Menciptakan lulusan yang mampu memegang teguh iman dan
taqwa (IMTAQ).
• Menciptakan hubungan harmonis warga sekolah dengan warga
lingkungan sekilah guna perkembangan atau kemajuan sekolah.
• Berusaha untuk mendapatkan juara umum loketa atau perlombaan
lainnya.
• Diharapkan lulusannya dapat diterima pada sekolah unggulan dan
minimal dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
• Mengadakan kegiatan-kegiatan ekskul dan pengembangan diri
melalui program pembiasaan disekolah untuk meningkatkan
wawasan siswa.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 119

• Menciptakan lulusan yang militan diharapkan menjadi kader/


generasi penerus dalam memajukan agama nusa dan bangsa
melalui organisasi Nahdlatul Wathan.

c. Sekolah Menengah Atas (SMA) Nahdlatul Wathan Jakarta


Sekolah Menengah Atas (SMA) Nahdlatul Wathan Jakarta
berdiri pada tahun 2002, sebagaimana lembaga pendidikan lainnya
SMA Nahdlatul Wathan Jakarta merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang tetap mengemban amanat Undang-Undang Dasar
1945 tentang pendidikan Nasional yang bermuara pada tujuan filosofis
yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan
itu, Undang-Undang Dasar 1945 merefleksikannya dengan suatu
kerangka dasar bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan bermutu.”
Tujuan awal pendirian  SMA Nahdlatul Wathan adalah untuk
menampung santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
yang lulus dari SMP Nahdlatul Wathan Jakarta. Dengan tujuan
dan harapan agar para santri tidak terpengaruh oleh lingkungan
yang berada di luar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
Sebagaimana realitanya bahwa pergaulan di Jakarta sangat
memprihatinkan, seperti pelajar bolos sekolah, pergaulan bebas,
dan tawuran antar pelajar. Dalam rangka usaha pencegahan terhadap
hal-hal demikian dan kekhawatiran para pengasuh dan para asatiz
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan dapat terhindarkan serta
dalam mendidik para santri dapat berjalan sesuai harapan kedua
orang tua santri yang menitipkan anaknya di Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta.
Seiring berjalannya waktu dan perputaran masa SMA Nahdlatul
Wathan menjadi sarana alternatif bagi para siswa-siswi lulusan SMP
Nahdlatul Wathan dan juga SMP dan MTs di lingkungan sekitar
yang belum beruntung untuk sekolah di sekolah Negeri. Berselang 4
tahun sejak pendiriannya, SMA Nahdlatul Wathan diakui statusnya
120 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

sebagai sekolah yang berhak menyandang status ’disamakan’ dengan


Akreditasi A dan berhak  menyelenggarakan Ujian Nasional mandiri.
Dengan semangat dan kerja keras para pendidik
di lembaga pendidikan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta,
eksistensi SMA Nahdlatul Wathan Jakarta semakin diakui dan
diperhitungkan  keberadaannya di tengah-tengah persaingan
yang sangat ketat dengan sekolah-sekolah lainnya. Pada awal
berdirinya, banyak orang tua murid yang anaknya tidak mondok
di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan namun menitipkan
anaknya untuk bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan. Dengan
pertimbangan bahwa lulusan SMA Nahdlatul Wathan tidak kalah
dengan lulusan SMA swasta lainnya, dengan pembuktian bahwa
telah banyak lulusan-lulusan SMA Nahdlatul Wathan yang di
terima di Universitas-Universitas berkualitas di Jakarta, seperti
UIN Jakarta, UNJ, Gunadarma dan lain sebagainya.
Disamping itu, SMA Nahdlatul Wathan juga terus berprestasi
dalam mengikuti kejuaran keagamaan tingkat SMA di Jakarta.
Beberapa kali siswa SMA Nahdlatul Wathan memperoleh juara satu
mengalahkan sekolah-sekolah lain yang selevel di Jakarta. Bahkan,
bukan hanya dalam satu cabang lomba saja akan tetapi pada beberapa
cabang lomba, seperti Pidato, Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ),
Musabaqoh Hafalan Qur’an (MHQ), Adzan, dan lain-lain. Semua
ini dikarenakan SMA Nahdlatul Wathan berada dalam lingkungan
Pondok Pesantren yang siswanya mayoritas dari para santri Pondok
pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
Beberapa tahun belakangan ini, sungguh sangat disayangkan,
persentase siswa yang bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan semakin
berkurang. Semua ini dikarenakan persaingan pendidikan yang
sangat ketat,  apalagi belakangan ini Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sedang on fire dalam berkarya dan menghasilkan banyak
inovasi-inovasi baru yang mengakibatkan banyak siswa lebih tertarik
untuk masuk SMK ketimbang SMA. Bahkan SMA di sekitar Pondok
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 121

Pesantren Nahdlatul Wathan banyak yang tutup karena kekurangan


siswa, namun SMA Nahdlatul Wathan tetap berdiri tegak. Hingga
saat ini, peserta didiknya berjumlah 121 siswa yang berasal dari tiga
tingkatan kelas (Data 16 Februari 2019). SMA Nahdlatul Wathan
akan terus berupaya keras untuk memperbanyak peserta didik,
dengan menggalakkan ekskul yang mengasah kemampuan untuk
mempermudah memperoleh pekerjaan seperti otomotif dan
komputer, Ujar Muslihan Habib, MA selaku kepala sekolah SMA
Nahdlatul Wathan (saat ini kepala sekolah dijabat oleh Yuli Sofiyati,
S.Pd.,MM (Data 16 Februari 2019). Adapun visi, misi dan tujuan SMA
Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sebagai berikut:

Visi
Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Beriman dan Berdaya
Saing

Misi
• Meningkatkan kualitas keagamaan secara intensif
• Menumbuhkan penghayatan  dan pengamalan terhadap nilai-
nilai keagamaan
• Meningkatkan kualitas akademik
• Membina dan mengarahkan kinerja pembelajaran secara konsisten
• Menumbuhkan dan meningkatkan potensi keunggulan secara
intensif.

Tujuan
• Meningkatkan kegiatan keagamaan  secara teratur, terarah,
terpadu dan kontinyu.
• Siswa berdisiplin tinggi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia,
menghargai sesama, hormat kepada guru dan patuh terhadap
orangtua.
• Meningkatkan kegaiatan siswa yang mengarah pada kualitas Iman
dan Taqwa (IMTAQ)
122 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

• Meningkatkan kegiatan siswa yang mengarah pada kualitas Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
• Guru memiliki profesionalisme dan kompetensi di bidangnya.
• Meningkatkan peringkat nilai rata-rata semester  dan ujian
nasional.
• Meningkatkan kegiatan Belajar dan Mengajar melalui sarana dan
parasarana yang ada
• Meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar mengalami
peningkatan
• Adanya program tetap dalam bidang pelatihan kepemimpinan
dan aktivitas sosial.
Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan untuk peserta didik,
guru, dan karyawan lembaga formal tersebut diatas (SD, SMP, SMA)
dilakukan serentak di lapangan Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul
Watha Jakarta pada jum’at pagi di setiap minggunya. Pembacaan
Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta, khususnya di lembaga pendidikan
formal diatas, termasuk dalam kurikulum yang diterapkan, yakni
dialokasikan waktu dua jam pelajaran untuk membaca Hizib
Nahdlatul Wathan.

b. Pendidikan Nonformal
Lembaga pendidikan nonformal adalah sebuah lembaga
pendidikan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat
yang memerlukan layanan pengajaran dan pendidikan terhadap
masyarakat. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah
atau pelengkap dari pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Satuan pendidikan nonformal terdiri
dari lembaga kursus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat
kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan lainnya
yang sejenis. Hasil yang diperoleh dari pendidikan nonformal
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 123

dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal,


tetapi setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan. Pada umumnya pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri
yang berbeda dengan pendidikan formal dan informal. Adapun Ciri-
ciri pendidikan nonformal, yaitu:
• Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
• Materi yang diberikan bersifat praktis atau sesuatu yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
• Waktu yang diperlukan relatif singkat.
• Biaya relatif murah.
• Usia peserta didik berbeda-beda.
• Jenjang kelas tidak menunjukkan tingkatan yang jelas.
• Pelaksanaan kegiatan disusun melalui perencanaan yang baik.
• Tujuan pendidikan terarah untuk mendapat pekerjaan atau
meningkatkan taraf hidup.
• Waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan yang membutuhkan.
• Umumnya berdampingan dengan lembaga formal.
• Muncul karena ada perubahan cepat dalam masyarakat.
• Pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan

Jenis Pendidikan Nonformal


Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal
26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang sejenis.

1) Kursus
Kursus merupakan terjemahan dari “Course” dalam bahasa
inggris, yang secara harfiah berarti “mata pelajaran atau
124 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

rangkaian mata pelajaran”. Dalam PP No. 73 tahun 1991


dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar
sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang
memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap mental
tertentu bagi warga belajar. Menurut Artasasmita, kursus
adalah sebagai mata kegiatan pendidikan yang berlangsung
di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja,
terorganisir, dan sistematik untuk memberikan materi
pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam
waktu yang relatif singkat agar memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan diri dan masyarakat. Contoh kursus antara
lain: kursus menjahit, kursus computer, kursus kecantikan,
kursus bahasa inggris, dan lain-lain.

2) Lembaga Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk
memperoleh kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan
dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang terencana
dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk
membiasakan atau memberikan kecakapan kepada individu
agar terampil mengerjakan pekerjaannya. Menurut Artasasmita,
pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dengan
sengaja, terorganisir dan sistematis di luar sistem persekolahan
untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan
keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu
dalam waktu yang relatif singkat dengan mengutamakan
praktek daripada teori, agar memperoleh pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan efektif. Contoh:
pelatihan kepemimpinan, pelatiahan tutor, pelatihan metode
pembelajaran, dan lain-lain.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 125

3) Kelompok Belajar
Kelompok belajar yaitu salah satu wadah dalam rangka
membelajarkan masyarakat. Menurut Zaenudin, kelompok
belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana
melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk
mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan
kondisi sekarang. Contoh: Kelompok Belajar Paket A, Kelompok
Belajar Paket B, Kelompok Belajar Paket C, Kelompok Belajar
Usaha.

4) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat


Menurut Sihombing, PKBM merupakan tempat belajar yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka
usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat. PKBM bertitik tolak
dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi warga
belajar dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber
daya manusia dan sumber daya alam yang ada di lingkungannya.
Melalui PKBM diharapkan terjadi kegiatan pembelajaran
dalam masyarakat dengan memanfaatkan sarana, prasarana,
dan potensi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat, agar
masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidupnya.
Program pembelajaran yang dapat dilaksanakan di PKBM,
diantaranya Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket C, dan
lain-lain.

5) Majelis Taklim
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk
atas dasar pendekatan dari kebutuhan masyarakat, dengan
kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya
126 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

agama Islam. Melalui majelis taklim segala persoalan dibahas dari


berbagai aspek yang ditinjau dari sudut pandang agama Islam.

6) Satuan Pendidikan Sejenis


Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak
termasuk pada luar satuan yang sudah dijelaskan di atas.

C. Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul


Wathan
Fadhilah mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta
akan diuraikan sebagai berikut:

1. Mendatangkan rahmat dan ridha Allah SWT


Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat mencintai
ummatnya bahkan hingga ajal menjemput, beliau masih memikirkan
nasib ummatnya kelak di hari kiamat. Oleh karenanya, Nabi
Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya agar mendapat
rahmat dan ridha Allah SWT dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT dengan
menyempurnakan ibadah kepada-Nya dan merasa diperhatikan
(diawasi) oleh Allah. Allah SWT berfirman:

َّ‫أْ َ ْ َ ْ َ ْ اَ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ً َ َ َ ً َّ َ مْ َ َ ه‬ ْ ُ َ‫ا‬
ِ‫َول تفس ُِدوا يِف الر ِض بعد إِصلحِها وادعوه خوفا وطمعا إِن رحة الل‬
َ ‫سن‬ ْ ْ ٌ ‫قَر‬
‫ني‬ِ ِ ‫يب م َِن ال ُمح‬ ِ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS
al-A’raf [7]: 56)
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 127

b. Bertakwa dan menaati Allah SWT dengan melaksanakan


perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan Allah
SWT. Firman Allah SWT:

َ َ َ َ َ‫َّ ُ َ ي‬ ْ‫آ‬ ً ْ ُّ َ َ‫َ ْ ُ ْ ن‬


‫ادلن َيا َح َس َنة َو يِف الَخ َِرة ِ إِنا ه ْدنا إِلْك قال َعذاب‬ ِ ‫ب لَا يِف ه ِذه‬ ‫واكت‬
َ ُ َ َّ‫َ ْ َ َ ُ َ َ مْ َ َ َ ْ لَُّ يَ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ذ‬ ُ
‫ِين َي َّتقون‬ ‫يب بِهِ من أشاء ورح يِت وسِعت ك ش ٍء فسأكتبها ل ِل‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫أ‬
َ َّ َ ُ َّ َ َ َّ‫ذ‬ َ ْ ُ َ َّ‫َ ُ ْ ُ َ َّ اَ َ َ ذ‬
‫الر ُسول‬ ‫ الِين يتبِعون‬156 ‫ِين ه ْم بِآ َيَات َِنا يُؤم ُِنون‬ ‫ويؤتون الزكة وال‬
ْ‫جَ ُ َ ُ َ ْ ُ ً ْ َ ُ ْ تلَّ ْ َ َ إْ ج‬ َّ‫نلَّ أْ ُ ّيَِّ ذ‬
‫يل‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫و‬ ِ ‫ة‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ف‬ ِ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ِن‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫وب‬ ‫ت‬‫ك‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ون‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ِي‬ ‫ال‬ ‫ب الم‬ َِّ‫ا ي‬
ِ ِ ِ ِ
ُ‫ح ّرم‬ َ ‫الط ّي َبات َو ُي‬ َّ ُ ُ َ ُّ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ ُ َُْ
ِ ِ ِ ‫حل لهم‬ ِ ‫وف وينهاهم ع ِن المنك ِر وي‬ ِ ‫يأمرهم بِالمعر‬
َ ْ َ َ‫َ َ ْ ُ خْ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ رْ َ ُ ْ َ أْ َ ْ اَ َ َّ ا‬
‫ت َعليْ ِه ْم‬ ‫علي ِهم البائِث ويضع عنهم إِصهم والغلل ال يِت كن‬
َ ُْ َّ‫ُّ َ ذ‬ َّ ُ َ‫ِين آ ََم ُنوا بهِ َو َع َّز ُروهُ َونَ ر‬ َ ‫فَ ذَّال‬
‫ور الِي أن ِزل َم َع ُه‬ ‫صوهُ َوات َب ُعوا انل‬ ِ
َ ْ ْ ُ َ َ ُ
157 ‫أولئِك ه ُم ال ُمفل ُِحون‬
“Dan tetapkanlah untuk Kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat;
Sesungguhnya Kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
berfirman: «Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang aku kehendaki
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat
dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami». (yaitu) orang-
orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma›ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS.
Al-A’raf [7]: 156-157)
128 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

c. Berdo’a kepada Allah SWT dengan bertawasul melalui nama-


nama Allah SWT. Firman Allah SWT:

ْ‫ئ نَلَا مِن‬


ْ ‫ح ًة َو َه ّي‬ َ ْ ُ َ‫ْ َ َ ْ ْ َ ُ ىَ ْ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ َ ْ د‬
َ ْ‫ك َر م‬
ِ ‫إِذ أوى الفِتية إِل الكه ِف فقالوا ربنا آت ِنا مِن لن‬
َ َ َ
‫أ ْم ِرنا َرش ًدا‬
“(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua, lalu mereka berdoa: «Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat
kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang
Lurus dalam urusan Kami (ini).» (QS. Al-Kahfi [18]:10)

2. Menentramkan hati dan pikiran


Salah satu anugerah Allah SWT yang tidak ternilai harganya
yang diberikan kepada manusia adalah hati. Dengan hati, manusia
dapat merasakan suka, duka, bahagia, derita, kecewa, bangga, dan
lain-lain. Dengan hati pula manusia dapat merasakan perasaan orang
lain. Dengan hati juga manusia dapat membuat kehidupan ini penuh
dengan kedamaian dan kasih sayang. Dengan demikian hati adalah
keajaiban Sang Pencipta yang senantiasa menuntun manusia pada
cahaya kebenaran.
Pada dasarnya hati telah diciptakan oleh Allah SWT dalam
keadaan bersih dari berbagai macam penyakit. Akan tetapi, seiring
dengan nafas kehidupan yang terus berhembus dan kian menua
dalam rimba kehidupan, perlahan hati yang awalnya suci pun mulai
terkotori, dan akhirnya menjadi tempat bersemayamnya berbagai
macam penyakit, salah satunya adalah penyakit gelisah. Gelisah
merupakan salah satu penyakit hati yang berbahaya namun hampir
tidak pernah dipertimbangkan oleh kebanyakan manusia. Karena,
biasanya setiap orang sudah memiliki cara masing-masing untuk
menghilangkan gelisah tersebut.
Salah satu cara menghilangkan perasaan gelisah supaya hati dan
pikiran menjadi tentram adalah berzikir kepada Allah SWT. Orang
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 129

yang senantiasa mengingat Allah SWT dalam segala hal, tentunya


akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam hati dan
pikirannya. Karena dengan mengingat Allah SWT segala persoalan
yang dihadapi, akan terasa lebih tenang. Sehingga rasa gelisah yang
ada bisa perlahan-perlahan hilang. Sudah merupakan janji Allah SWT,
bagi siapa saja yang mengingat Allah SWT, maka didalam hatinya
pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa
didapatkan melainkan hanya dengan mengingat Allah SWT. Allah
SWT berfirman:

َّ‫ْ ه‬
ُ‫اللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب‬ َ‫ذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا‬
ِ ‫الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر‬
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28)

3. Terpelihara dari gangguan setan


Setan adalah musuh manusia yang selalu berupaya menjauhkan
manusia dari jalan Allah SWT yang lurus. Setan akan senantiasa
mengajak manusia untuk menjadi pengikutnya dan menjadikan
manusia sebagai temannya di neraka kelak, sebagaimana firman
Allah SWT:

ُ ُ َّ ُ َّ‫َ خ‬ ُ َ َ َّ َّ
‫إِن الشيْ َطان لك ْم َع ُد ٌّو فاتِذوهُ َع ُد ًّوا ۚ إِن َما يَ ْد ُعو ح ِْز َب ُه يِلَكونوا م ِْن‬
َّ َ ْ َ
‫ري‬
ِ ‫اب الس ِع‬
ِ ‫أصح‬
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia
musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (QS. Fâthir [35]: 6)
Oleh karenya manusia selalu dan senantiasa berlindung
kepada Allah SWT agar tidak menjadi teman atau terbujuk oleh
rayuan setan. Seorang mukmin hendaknya berlindung kepada
130 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

SWT semata dari segala macam bentuk keburukan yang sedang


dan akan menimpanya, baik dari godaan setan, ajakan kesesatan,
bisikan ataupun godaan manusia ataupun setan untuk berbuat
kemaksiatan. Memohon perlindungan pada hakekatnya adalah lari
atau menghindar dari sesuatu yang ditakuti menuju siapapun atau
apapun yang dapat memberikan perlindungan dan keselamatan.
Setiap perbuatan atau perkataan yang di dalamnya terdapat
permintaan adalah ibadah. Maka, memohon perlindungan adalah
suatu bentuk ibadah.
Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada satupun
permasalahan yang menjadi petaka bagi manusia disebabkan Islam
belum menjelaskan ataupun belum ada tuntunannya. Bahkan di
dalam memohon perlindungan dari segala macam marabahaya
hendaknya berlindung kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

َ َ َ َ ّ َ‫ْ ر‬ َ َْ ّ َ ُ ُ َ ُْ
2 ‫ش ما خلق‬ِ ‫ مِن‬1 ‫ب الفل ِق‬
ِ ‫قل أعوذ بِر‬
“Katakanlah: «Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS. Al-Falaq [113]: 1-2)

ِّ ‫قُ ْل أَعُوذُ بَِر‬


ِ ‫ب الن‬
‫َّاس‬
“Katakanlah: «Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia.” (QS. An-Nâs[114] :1)
ْ َ ّ َ َ ُ ُ ََ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ ّ َ َُْ
‫ب أن‬ِ ‫ وأعوذ بِك ر‬97 ‫ِني‬
ِ ‫ات الشياط‬
ِ ‫ب أعوذ بِك مِن همز‬ِ ‫وقل ر‬
98 ‫ون‬ ُ ُ‫حَ ْ ر‬
ِ ‫يض‬
“Dan Katakanlah: «Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau
dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada
Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.»
(QS. Al-Mukminûn[23] :97-98)

ُ ‫يع الْ َعل‬ َّ‫َّ َ زْ َ َ َّ َ َ َّ ْ َ َ ْ ٌ َ ْ َ ْ ه‬


َّ ‫اللِ ۖ إنَّ ُه ُه َو‬
ُ ‫الس ِم‬
‫ِيم‬ ِ ِ ‫ان نزغ فاست ِعذ ب‬
ِ ‫ِإَوما ينغنك مِن الشيط‬
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 131

“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka


mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Fushshilat[41] :36)

4. Memperoleh keberkahan hidup dunia dan akhirat


Berkah berasal dari kata al-Barakah yang berarti tambahan
dan perkembangan dalam kebaikan (Az-Ziyadah Wa An-Nama’ Fi
Al-Khair). Ada banyak macam keberkahan dalam kehidupan di
dunia ataupun keberkahan di akherat. Macam-macam keberkahan
di dunia itu seperti berkah dalam harta yakni ketika bertambah
banyak harta yang dimiliki dan digunakan dalam ketataatan
kepada Allah SWT, berkah dalam keluarga yakni ketika anggota
keluarganya memiliki jumlah yang banyak dan berakhlak mulia,
berkah dalam waktu yakni lamanya masa dan terselesaikan semua
urusan dalam masa yang ada, berkah dalam kesehatan yakni
mempunyai kesempurnaan dalam kesehatan, berkah dalam
umur yakni memiliki usia yang panjang dan banyak beramal
baik dalam rentang usia yang panjang tersebut, berkah dalam
ilmu yakni memiliki ilmu yang semakin bertambah banyak dan
diamalkan serta bermanfaat untuk orang lain. Dengan demikian
berkah itu adalah laksana pundi-pundi kebaikan (Jawami’ Al-
Khair) dan berlimpahnya nikmat yang diperoleh dari Allah
SWT.
Firman Allah:

ُ َْ
ْ‫ِكم‬ ُ ْ َ ً َ ْ َ َ ْ َ ٰ َ‫َ ٰ َ َ َ ْ ُ ُ لَى‬ َ َُْ
‫ون بِأهل‬
ِ‫ي‬ ‫ت‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ا‬‫ري‬ ‫ص‬
ِ ‫ب‬ ‫ت‬
ِ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ب‬ِ‫ي‬ ‫أ‬ ِ ‫ه‬ ‫ج‬‫و‬ ‫ع‬ ‫وه‬‫ق‬ ‫ل‬‫أ‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫ذ‬ ‫ه‬ ‫يص‬
ِ‫ي‬ ‫م‬
ِ ‫ق‬ِ ‫َاذهبوا ب‬
َ ‫جع‬
‫ني‬ َ ْ‫م‬
ِ ‫أ‬
“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah
Dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah
keluargamu semuanya kepadaku». (QS. Yusŭf [12]: 93)
132 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Ayat diatas merupakan penjelasan tentang tabaruk Nabi


Ya’qub dengan baju gamis yang dimiliki oleh Nabi Yusuf dengan cara
mencium dan menyentuhkan gamis Nabi Yusuf ke mata Nabi Ya’qub
sehingga Nabi Ya’qub bisa melihat kembali. Tabaruk merupakan salah
satu dari sekian banyak hal yang dapat dijadikan sebab seseorang
untuk memperoleh berkah dari Allah SWT. Tabaruk bisa dilakukan
oleh para Nabi, para wali, para ulama, orang shaleh dan sebagainya.
Seperti contoh diatas adalah bentuk tabaruk Nabi Ya’kub kepada
Nabi Yusuf as.
Dalam konteks Nahdlatul Wathan, keberkahan terdapat
dalam berbagai hal, seperti keberkahan dalam makanan, harta
benda, pangkat, jabatan, keluarga, pernikahan, belajar mengajar,
pekerjaan dan lain sebagainya. Warga Nahdlatul Wathan berupaya
dengan sekuat tenaga untuk menggapai keberkahan dalam
kehidupan dengan berbagai cara, diantaranya adalah berziarah
ke makam-makam para wali, ke tempat-tempat mulia, berzikir,
berhizib dan lain sebagainya. Dalam hal demikian warga Nahdlatul
Wathan memaknai berkah sebagai kebaikan yang bersumber dari
Allah SWT yang dengan kebaikan itu dapat menambah kedekatan
kepada Allah SWT.

5. Sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT


Setiap muslim yang menjalankan perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya dengan sunguh-sungguh tentu sudah menjadi sebuah
kewajiban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar
meraih kecintaan-Nya. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
memiliki cakupan yang sangat luas. Mendekatkan diri kepada
Allah SWT juga bisa dikaitkan dengan takut kepada-Nya. Dengan
rasa takut tersebut seseorang hanya akan meminta dan memohon
perlindungan kepada Allah SWT, sehingga rasa takut yang ada
bisa menjadikan seseorang lebih dekat kepada Allah SWT. Allah
SWT berfirman:
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 133

ُ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ُ َّ‫حُ ْ ْ ُ ُ ه‬ ُ ‫الل فَاتَّب‬ َ ُّ ُ‫ُ ْ ْ ُ ْ ُ ْ ح‬


َ َّ‫ون ه‬
‫وبك ْم‬ ‫ون يبِبكم الل ويغفِر لكم ذن‬ ‫ع‬
ِ‫ِ ي‬ ‫قل إِن كنتم تِب‬
ٌ ‫ور َرح‬
‫ِيم‬ ٌ ‫الل َغ ُف‬
ُ َّ‫َو ه‬
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran [03]: 31)

Ayat diatas memberikan kesimpulan bahwa jika seseorang


benar-benar mencintai Allah SWT, maka katakanlah. Namun ayat
tersebut diturunkan ketika ada seorang yang bernama Ka’ab bin al-
Asyraf dan kawan-kawannya yang ingin masuk agama Islam. Mereka
menjawab,”kami adalah putra-putra Allah dan kami sangat mencintai
Allah”. Lalu turunlah ayat diatas. Dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT, ada banyak sekali ragam sarana yang dapat
digunakan. Dalam sebuah hadis dikatakan:
ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َََُْ َ ْ َ
‫ قال َر ُس ْول اهللِ صىل اهلل عليه‬: ‫اهلل عن ُه قال‬ ‫عن أ يِب هريرة ر يِض‬
َ‫ َوما‬,‫ال ْرب‬ ْ‫ح‬
َ ‫آذنْ ُت ُه ب‬َ ْ َ َ ًّ َ َ َ‫َّ َ َ َ ىَ َ َ َ ْ ا‬
ِ ِ ‫ من عدى يِل و يِلا فقد‬: ‫ إِن اهلل تعال قال‬: ‫وسلم‬
َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ‫يَ ْ َ َ َّ يََّ َّ ْ ر‬
ُ َ َ َ ََ
‫ وال يزال عبدِي‬,ِ‫تق َّر َب إ ِ يََّل عبْدِي بِش ٍء أحب إِل مِما افتضته عليه‬
ْ
َ َّ‫َ ىَّ ُ َّ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ذ‬ َ
ِ‫ فإِذا أحببته كنت سمعه الِي يسمع بِه‬,‫َي َتق َّر ُب إ ِ يََّل بِانلَّ َواف ِِل حت أحِبه‬
ُ َ ْ
َّ َ ْ َ َ ُ ْ َ َّ ُ َ َ َ
,‫جل ُه ال يِت َي ْم يِش ب ِ َها‬ ‫ و ِر‬,‫ ويده ال يِت يب ِطش بِها‬,ِ‫ص بِه‬ ُ ِ‫صهُ ذَّالِي ُيبْ ر‬
َ َ‫َو َب ر‬
ُ‫اذن ألُعِيْ َذنَّه‬ َ ََْ َ َ ُ َّ َ ْ ُ ََ َ ْ ََ
ِ‫ ولئ ِ ِن استع ي‬,‫ولئِن سأل يِن ألع ِطينه‬
“Pendekatan diri hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah dengan
sesuatu yang Aku wajibkan padanya. Dan jika hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri dengan nafilah (ibadah tambahan), sehingga Aku
mencintainya.” (Bukhari)

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa ibadah yang paling


dicintai Allah SWT adalah melaksanakan kewajiban. Kewajiban yang
dimaksud terdiri dari Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah. Fardhu Ain
yaitu kewajiban yang mengikat setiap individu muslim, seperti sholat
134 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

lima waktu, zakat, puasa, haji jika mampu, berbakti kepada orang
tua, memberi nafkah pada anak istri dan lain-lain. Sedangkan Fardhu
Kifayah yaitu kewajiban kolektif jika sudah dilakukan oleh orang lain
maka gugurlah kewajiban tersebut, seperti menyelenggarakan sholat
jenazah, menuntut sebagian ilmu tertentu, dakwah, amar ma’ruf nahi
mungkar, berjihad dan lain-lain.
Dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT tedapat
banyak sarana yang dapat digunakan, diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT

َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ َ‫َ َ ُّ َ ذَّ َ َ ُ َّ ُ هَّ َ َ ْ َ ُ ي‬


ِ‫يا أيها الِين آ َمنوا اتقوا الل وابتغوا إِلهِ الوسِيلة وجاهِدوا يِف سبِيلِه‬
َ ْ ُ ُ َّ َ
‫ل َعلك ْم تفل ُِحون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-
Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah [5]: 35)

ْ ُْ َ ُ َّ َ َّ َ َ ُ ْ ْ َ ْ ُ َ َ‫َ َ َ َ هَّ ُ لَى‬


‫ولِ مِن أه ِل القرى فل ِلهِ ول ِلرسو ِل و ذِلِي القرب‬ ِ‫ما أفاء الل ع رس ه‬
ْ َ ْ‫أ‬ ً َ
َ ْ‫ون ُدولة َب ن‬ َ ُ َ ْ َ‫ا‬ َ‫ي‬ َّ ‫ام َوال ْ َم َساكِني َوابْن‬ َ‫َو يْالَ َت ى‬
ِ‫ي الغن َِياء‬ ‫يل ك ل يك‬ ِ ِ ‫ب‬ ‫الس‬ ِ ِ
َّ‫ْ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َّ ُ ُ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َّ ُ ه‬
َ‫الل‬ ‫مِنكم وما آ َتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا‬
َ ْ ُ َ َ َّ‫َّ ه‬
‫اب‬ِ ‫إِن الل شدِيد العِق‬
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 135

ْ‫ِكم‬ ُ ْ َ ْ َ َّ‫َ َ َ ُ ْ َ ذ‬ َّ‫َ َ ُّ َ نلَّ ُ ْ ُ ُ َ َّ ُ ُ ذ‬


‫يا أيها ا اس اعبدوا ربكم الِي خلقكم والِين مِن قبل‬
َ َ ْ َ َ ً َ َ َ َّ َ ً َ َ ْ َ ْ‫َ َ َ َ ُ ُ أ‬ َّ‫ذ‬ َ ُ َ ُ َّ َ
‫ الِي جعل لكم الرض ف ِراشا والسماء بِناء وأنزل‬21 ‫ل َعلك ْم ت َّتقون‬
َّ‫ْ ً َ ُ ْ َ اَ جَ ْ َ ُ ه‬ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ً َ َ َّ َ
ِ ِ‫لل‬ ‫وا‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ت‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ز‬ ‫ر‬
ِ ِ‫ات‬‫ر‬ ‫م‬ ‫اثل‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِِ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫مِن السماءِ ماء فأ‬
َ ُ َ ْ َ ْ ََُْ ً ََْ
22 ‫أندادا وأنتم تعلمون‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu
mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22)

b. Banyak mengingat Allah SWT

َّ‫ْ ه‬
ُ‫اللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب‬ َ‫ذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا‬
ِ ‫الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)

َ َْ َ َْ َ ْ ْ َ ْ ْ ْ ْ َ ْ ْ َّ
ِ ‫ات َوالقانِتِني َوالقان ِت‬
‫ات‬ ِ ‫ات َوال ُمؤ ِمن ِني َوال ُمؤمِن‬ِ ‫إِن ال ُمسل ِ ِمني َوال ُمسل َِم‬
‫ات‬ َ ‫الاش‬
‫ِع‬ َ ْ‫ني َو خ‬َ ‫الا ِشع‬ َ ْ‫الصاب َرات َو خ‬ َّ ‫ين َو‬
َ ‫الصابر‬ َّ ‫الصادِقَات َو‬َّ ‫ِني َو‬
َ ‫الصادِق‬َّ ‫َو‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ‫وج ُهم‬َ ‫ني فُ ُر‬ َ ‫الافِظ‬ ْ‫َ ح‬ َّ َ َّ َ ّ َ َ ْ َ ّ َ َ ْ
ِ َ ‫ات و‬ ِ ‫ات َوالصائ ِ ِمني والصائِم‬
َ َ ِ ‫َوال ُمتص ِدقِني َوال ُمتصدِق‬
ْ َ‫الل ل َ ُه ْم َم ْغف َرةً َوأ‬ُ َّ‫َ هَّ َ َ ً َ ذلَّ َ َ َ َّ ه‬ َّ‫ذل‬ َ َ ْ‫َ ح‬
ً‫جرا‬ ِ ‫ات أعد‬ ِ ‫ات َوا اك ِِرين الل كثِريا وا اكِر‬ ِ ‫الاف ِظ‬ ‫و‬
ً ‫َع ِظ‬
‫يما‬
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
136 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,


laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS.
Al-Ahzab [33]: 35)

ً‫الل ذ ِْك ًرا َكثِريا‬


َ َّ‫آم ُنوا اذْ ُك ُروا ه‬ َ ‫يَا َأ ُّي َها ذَّال‬
َ ‫ِين‬
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41)

c. Melakukan amal shaleh


Amal shaleh adalah segala bentuk jenis kebaikan yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Allah SWT tentu tidak
menginginkan seseorang menjadi manusia yang hanya melakukan
zikir dalam aktivitas kesehariannya baik pada pagi hari maupun
pada malam hari selama berminggu-mingu, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun, tanpa berhubungan dengan manusia lain, dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, seseorang dapat dengan
melakukan amalan shaleh yang dilakukan untuk sesama manusia
yang lain. Allah SWT berfirman:

َ ‫ف إ اَّل َم ْن‬
َ‫آمن‬ ٰ َ‫َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ اَ َ ْ اَ ُ ُ ْ َّ ُ َ ّ ُ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ ى‬
ِ ‫وما أموالكم و ُل أولدكم بِال يِت تق ِربكم عِندنا زل‬
َ ُ ْ ُ ُ َ ْ ّ ‫اء‬ َ َ َ َ َ ً ِ‫َو َعم َل َص ح‬
ِ ‫الضع ِف ب ِ َما ع ِملوا َوه ْم يِف الغ ُرف‬
‫ات‬ ِ ُ ‫الا فأولٰئِك ل ُه ْم ج َز‬ ِ
َ
‫آم ُِنون‬
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu
yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang
memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang
Tinggi (dalam syurga).” (QS. As-Saba [33]: 37)
ُ
‫آم ُنوا َو َع ِملوا‬ َ ‫خر َج ذَّال‬
َ ‫ِين‬ ْ ُ
‫ل‬
ِ‫ي‬ ‫ات‬ ‫ن‬
َّ‫ه‬
َ ‫اللِ ُم َب ّي‬ ‫ات‬
ِ
ُ ْ َ َ ُ ْ َ ً‫َ ُ ا‬
َ‫ك ْم آي‬ ‫رسول يتلو علي‬
ِ ٍ ِ
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 137

ً ِ‫اللِ َو َي ْع َم ْل َص ح‬ َّ‫ىَ ُّ َ َ ْ ُ ْ ْ ه‬ ُ ُّ َّ
‫الا‬ ‫ات إِل انلورِ ۚ ومن يؤمِن ِب‬ ِ ‫ات م َِن الظل َم‬ َ ِ‫الص ح‬
ِ ‫ال‬
َ‫ح َسن‬ ْ َ‫ِيها َأبَ ًدا ۖ قَ ْد أ‬
َ ‫ِين ف‬ َ ‫ال‬ َ ُ َ ْ َ ْ‫ْ حَ ْ َ أ‬ ْ َ‫ج‬ َّ ‫يُ ْدخِلْ ُه َج‬
ِ‫ات ت ِري مِن تتِها النهار خ د‬ ٍ ‫ن‬
ً َ‫هَّ ُ ه‬
‫الل ُل رِ ْزقا‬
“(dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-
ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya
Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari
kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan
mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke
dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan
rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 11)

ْ َ‫ك ّف َر َّن َعنْ ُه ْم َس ّي َئاته ْم َو نَل‬


َ َ‫َّ حِ َ ن‬ ُ َ ُ َ َ َّ‫َ ذ‬
‫ج ِز َي َّن ُه ْم‬ ِِ ِ ِ ُ‫ات ل‬ِ ‫ِين آمنوا َوع ِملوا الصال‬ ‫وال‬
ُ
َ َْ َ ُ َ‫ا‬ َّ‫ذ‬ َ ْ َ
َ
‫أحسن الِي كنوا يعملون‬
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar
akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar
akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 7)

6. Disegani kawan dan ditakuti lawan


Allah SWT menciptakan manusia dengan kehidupan yang
tidak mungkin tanpa keinginan untuk bersosialisasi dengan manusia
lainnya. Kebutuhan bersosialisasi merupakan kebutuhan penting
yang ada pada setiap orang. Dengan kondisi zaman yang semakin
kompleks seperti saat ini, sepertinya sosialisasi juga perlu dilakukan
dalam rangka mempererat persahabatan antara seseorang dengan
orang lain, guna mendapatkan masukan atau saran maupun dalam
bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks
bersosialisasi dalam kehidupan masyarakat itulah sering terlihat
138 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

bahwa ada orang yang sangat dihormati dan disegani, namun ada
juga orang yang tidak dihormati oleh orang lain. Fenomena ini sering
terjadi dan tidak jarang menimbulkan sebuah diskriminasi pada
orang-orang yang tidak dihormati. Orang yang disegani ataupun
dihormati oleh orang lain pasti memiliki penyebab mengapa sesorang
itu disegani atau dihormati dan mengapa seseorang juga tidak
dihormati. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat banyak faktor
mengapa seseorang itu dihormati, disegani dan dihargai. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan hal penting dalam rangka pergaulan dan
interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Seseorang yang
mampu bersikap jujur dalam kehidupan kesehariannya tentu
akan berupaya tampil apa adanya ketika bersentuhan dengan
kehidupan bermasyarakat. Sifat jujur seharusnya menjadi
sebuah hal yang penting dan bahkan harus dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dengan sifat jujur itulah
seseorang dapat dipercaya oleh orang lain. Dengan sifat jujur
yang dimiliki seseorang akan disegani oleh kawan dan ditakuti
oleh lawan.
b. Kesabaran
Seseorang yang memiliki sifat sabar biasanya tabah dalam
menghadapi segala bentuk cobaan atau ujian yang diberikan
oleh Allah SWT. Seseorang yang memiliki sifat sabar biasanya
lebih cenderung mengambil hikmah atau pelajaran atas segala
sesuatu yang dialami dan tetap menganggap bahwa Allah SWT
pasti mempunyai maksud dan tujuan mengapa cobaan atau
ujian diberikan kepadanya. Seseorang yang memiliki sifat sabar
biasanya identik dengan bijaksana, dengan pengertian bahwa
seseorang akan berpikir secara mendalam dan cermat dalam
melihat dan melakukan segala sesuatu.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 139

c. Memiliki amalan tertentu


Amalan tertentu yang dimaksudkan adalah zikir-zikir atau
wirid-wirid terntu yang diperoleh oleh seseorang dari orang
lain dengan melalui cara-cara yang dibenarkan oleh agama
Islam. Salah satu contoh amalan yang bisa dilakukan adalah
mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan, yang oleh jama’ah
telah dirasakan manfaatnya yakni disegani oleh kawan dan
ditakuti oleh lawan.

Selain itu akan dipaparkan beberapa testimoni dari pengamal


hizib Nahdlatul Wathan sebagai berikut:
1. H. Miftahudin, Lc76
“Saya suda berkali kali daftar PNS tetapi selalu gagal, akhirnya
pada suatu ketika saya “iseng-iseng” lagi daftar namun tidak
terlalu berharap. Sampai akhirnya tiba lah saatnya pengumuman
hasil seleksi, dan saya melihat pengumuman itu di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata ada nama saya. Namun
saya kurang yakin bahwa itu adalah nama saya, kemudian
saya liat tanggal lahir, ternyata sama, saya fikir mungkin ada
oarang yang nama dan tanggal lahirmya sama. Akhirnya saya
ngumpilin berkas yang diminta, dan akhirnya saya lolos jadi
PNS. Saya mengamalkan bagian dari Hizib Nahdlatul Wathan
yakni sholawat nahdlatain bersama istri sejak sebelum saya
daftar PNS, saya meyakini berkat membaca bagian dari Hizib
Nahdlatul Wathan itulah saya diterima menjadi PNS.”77
2. Ust. Muhasan78
“Keutamaan membaca atau mengamalkan Hizib Nahdlatul
Wathan sangat banyak sekali yang sudah saya rasakan. Salah

76 H. Miftahudin adalah salah satu pejuang dan tokoh di Nahdlatul Wathan Jakarta. Bahkan
beliau menjadi pejuang di Nahdlatul Wathan Jakarta sejak Nahdlatul Wathan Jakarta
masih “nyewa” lahan.
77 Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Desember 2018 jam 05.30 WIB (ba’da sholat subuh).
78 Ust Muhasan merupakan salah satu tokoh di Nahdlatul Wathan Jakarta, sekarang aktif
sebagai pengurus masjid Hamzanwadi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
140 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

satu diantara keutamaan Hizib Nahdlatul Wathan adalah pada


suatu ketika, teman satu kantor mengajak saya untuk berkelahi
dan dia sudah membaca pisau, lalu saya tantang dia untuk
berkelahi dimanapun tempatnya akhirnya dia tidak berani,
saya meyakini itu sebagai buah dari membaca Hizib Nahdlatul
Wathan. Selain itu, pada suatu ketika dimusim penghujan,
saya dan keluarga mengadakan hajatan, kemudian saya baca
Shalawat Nahdlatain (bagian dari Hizib Nahdlatul Wathan)
akhirnya acara hujan tidak melanda acara hajatan kami, itu
juga bagi saya berkat mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan.
Pokoknya dengan membaca dan mengamalkan Hizib Nadlatul
Wathan, hidup terasa aman, damai, meskipun ada masalah
pasti akan ada solusinya.”79
3. Ust. Husni80
“Diantara fadhilah membaca Hizib Nahdlatul Wathan yang
paling utama yang saya rasakan adalah suatu ketika saya
ditodong oleh 7 (tujuh) orang preman di suatu tempat dengan
menodongkan 7 buah senjata tajam dibadan saya, seketika itu
saya teringat bahwa saya pernah diijazahkan Hizib Nahdlatul
Wathan, lalu saya baca salah satu bagian dari Hizib Nahdlatul
Wathan, seketika itu pula tangan preman itu gemetar lalu pergi.
Selain itu, fadhilah lain dari membaca Hizib Nahdlatul Wathan
adalah hati menjadi tenang, beban hidup terasa ringan, dan
hidup berkecukupan.”81

79 Wawancara dilakukan pada 12 Januari 2019 jam 18.40 WIB.


80 Ust. Husni merupakan salah satu pengamal Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta. Menurut
penuturan beliau, beliau telah mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan sejak di bangku
Sekolah Menengah Pertama. Kini (2019) ustadz Husni akti f sebagai guru di Sekolah Dasar
Islam (SDI) Nahdlatul Wathan dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nahdlatul Wathan
Jakarta.
81 Wawancara dilakukan setelah pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan di Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta pada malam Jum’at, tanggal 27 Desember 2018.
BAB 5

Penutup

Bab ini merupakan bab akhir dari suatu penelitian yang berjudul
“Praktek Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara: Studi Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan.”
Dalam bab ini akan dipaparkan dua hal yakni:

A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan mencari, mengumpulkan,
mendeskripsikan, menganalisis, sampai akhirnya tibalah saatnya
untuk menyimpulkan dari hasi penelitian yang akan dideskripsikan
sebagai berikut:
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan Hizib Islam Nusantara,
karena Hizib Nahdlatul merupakan karya tulis monumental yang
merupakan ijtihad atau “racikan” dari sulthonul aulia Maulana Syaikh
Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Madjid, seorang ulama kharismatik
yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, yang dapat dijadikan sebagai
mediator yang dibaca dan diamalkan oleh ummat Islam dalam
rangka meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu,
Hizib Nahdlatul Wathan juga merupakan amalan yang mengajak
masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara
142 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

yang santun dan damai, sesuai ajaran Islam Nusantara. Dengan kata
lain, metode ajakan Hizib Nahdlatul Wathan sejalan dengan metode
ajakan Islam Nusantara yang ramah dan menyejukkan.
Hizib Nahdlatul Wathan diamalkan untuk menenteramkan
ruhani yang menjadi sumber motivasi dan sumber nilai yang dapat
dijadikan acuan hidup, pelindung hidup, dan permohonan kepada
Allah SWT untuk keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Hizib
Nahdlatul Wathan diamalkan melalui tiga hal, yakni penerimaan
ijazah, mengikuti kaifiyat dan tertib pengamalan yang terdapat dalam
susunan hizib.
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan sebuah metode
penghayatan keagamaan yang bersifat ruhaniah untuk mencapai
kedekatan dengan Allah SWT agar tercipta dan tercapai kedamaian
dan ketenteraman bathin. Hizib Nahdlatul Wathan memiliki
keutamaan yakni yaitu mendatangkan rahmat dan ridha Allah SWT,
menentramkan hati dan pikiran, terpelihara dari gangguan setan,
memperoleh keberkahan hidup dunia dan akhirat, Sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, disegani kawan dan ditakuti
lawan dan lain sebagainya.

B. Saran
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebaiknya disesuaikan
dengan tingkatan usia peserta didik. Yakni pembedaan pengamalan/
pembacaan untuk masing-masing tingkatan usia peserta didik
Madrasah Diniyah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dam
Sekolah Menengah Atas. Selain itu, dibedakan juga dari tingkatan
pengamalan keagamaan masyarakat, yakni untuk kalangan
masyarakat umum, kalangan generasi penerus Nahdlatul Wathan
Jakarta, dan kalangan asatidz yang merupakan ujung tombak
pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan.
Daftar Pustaka

Abdurrahman. Dudung. “Gerakan Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah Suryalaya di Tasikmalaya.” Tesis s2 Program
Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1996.
Adnan, Afifuddin. Diktat Pelajaran Ke NW an. Pancor: Biro Dakwah
Yayasan Pendidikan Hamzanwadi, 1999.
Anshori, Afif. Tasawuf Falsafi Syaikh Hamzah Fansuri. Yogyakarta:
Gelombang Pasang, 2004.
Arifin, Yanuar. Hikmah, Karomah, & Kisah Spiritual Tokoh-Tokoh Sufi
Dunia. Yogyakarta:Araska, 2016.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta,
2013.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara abad XVII dan XVIII: Akar Pembaruan Islam
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2013.
Bizawi, Zainul Milal. Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring
Ulama-Santri 1830-1945. Tanggerang: Yayasan Kompas
Indonesiatama, 2016.
Bruinessen, Martin van. Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia: Survei
Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992.
Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-
tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995.
144 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Dahri, Harapandi dan Habib Muslihan.Mengurai Ilmu Tajwid Nazham


Batu Ngompal Karya Maulana Syaikh Muhammad Zainuddin
bin Abdul Majdid. Jakarta: Pustaka Irfani, 2008.
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2017.
Daniawan, Fadly. “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta.” Skripsi
s1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
2011.
Fadli HS.Ulama Betawi: Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi Dan
Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan
20. Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011.
Habib, Muslihan dan Thaharuddin.Nilai-Nilai Monumental dalam
Semboyan NW (refleksi pemikiran Maulana Syaikh Tuan
Guru Zainuddin Abdul Majdid dalam buku Wasiat Renungan
Masa). Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta,
2013.
Habib, Muslihan dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan:
Alternatif Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana
Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang
Tasawuf, tt.
Hakim, Taufiqul.Kamus At-Taufiq, Jepara: el – Falah offset, 2004.
Hamka. Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf Dari Masa Nabi
Muhammad SAW.hingga Sufi-Sufi Besar. Jakarta: Republika
Penerbit (PT Pusataka Abdi Bangsa), 2017.
. . Tasauf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: PT Pustaka
Panjimas, 1994.
Hamdi, Saipul. Nahdlatul Wathan di Era Reformasi : agama, konflik
komunal dan peta rekonsiliasi. Yogyakarta: KKS Yogyakarta
dan NAWA Institute Kalimantan Timur, 2014.
Jamil. Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan Kontekstualitas.
Jakarta: Gaung Persada, 2007.
Lombard, Denys. Panggung Sejarah . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999.
Daftar Pustaka 145

Majdid, M. Dien dan Wahyudhi, Johan. Ilmu Sejarah: Sebuah


Pengantar. Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
Majdid, Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul. Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan. Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan, 2004.
Majdid, Zainuddin Abdul. Ikhtisor Hizib Nahdlatul Wathan. Jakarta:
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2009.
Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid:
Gagasan dan Gerakan Pembahruan Islam di Nus Tenggara
Barat. T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007.
Mastuki, dkk.,Pedoman Penulisan Tesis. Jakarta: Pustaka STAINU
Jakarta, 2016.
Mubarak. “Peran Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah dalam Upaya
Pencerahan Spritual Ummat di Kota Palu,” Tesis S2
Konsentrasi Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar, 2014.
Niam, Achmad Mukafi. NU Dalam Sikap, Gerak dan Langkah 2016.
Jakarta: NU Online, 2016.
Noer, Azhari Kautsar, ed. Warisan Agung Tasawuf: Mengenal Karya
Besar Para Sufi. Jakarta: Sadra international Institute bekerja
sama dengan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, 2015.
Noor, Mohammad. Dkk.,Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainudin Abdul Majdid 1904-1997. Jakarta:
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan Lembaga
Percetakan Al-Qur’an, 2014.
———, dkk., Visi Kebangsaan Religius Refleksi Peikiran Tuan Guru
Kyai Haji Muhammad Zainudin Abdul Madjid 1904-1997.
Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu dan Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan, 2004.
Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam
Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Jakarta: SAS Foundation
bekerja sama dengan LTN PBNU, 2012.
146 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan

Solihin. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2005.
Suharso dan Retnoningsih Ana. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: CV. Widya Karya, 2009.
Wiwoho, Bambang. Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih,
Sederhana, Mengabdi. Jakarta: Buku Republika (Imprint PT
Pustaka Abdi Bangsa), 2016.
Zaen, M Adib. Dkk., Mengenal Thariqah: Panduan Pemula Mengenal
Jalan Menuju Allah Ta’ala. Solo: Sekretariat Jenderal Idarah
Aliyah Jam’iyah Ahli Al Thariqah Al-Mu’tabarah An-
Nahdliyah bekerja sama dengan Penerbit CV. Sinar Abadi,
2009.
Tentang Penulis

Hipzon Putra Azma, S,Kom.I, M.Hum., lahir di


Kota Batu pada tanggal 27 Mei 1992. Pendidikan
dasar dan menengahnya dimulai dari SDN
PARDASUKA NGARAS, Lampung Barat, kemudian
dilanjutkan di SLTP N 1 Bengkunat, Lampung
Barat, dan selanjutnya menyelesaikan pendidikan di MA Al-
Muhajirin Jakarta Utara.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tinggi dan
berhasil menyelesaikan program sarjana (S-1) di Sekolah Tinggi
Agama Islam Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta. Dengan
semangat yang masih energik, pada usia mudanya penulis ini
terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikannya, hingga
ia berhasil menyelesaikan program Magister (S-2) di Universitas
Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.
Pria yang masih lajang ini mendedikasikan dirinya sebagai
guru di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta hingga saat ini.
Penulis tinggal di Kp. Pisangan Rt.001/03, Penggilingan,
Cakung, Jakarta Timur. Ia dapat dihubungi melalui alamat
korespondensi email: hipzon.s.kom.i@gmail.com atau melalui
kontak WhatsApp di nomor 083807117989.

Anda mungkin juga menyukai