CP.RLG006-2019
ISBN: 978-623-90926-3-4
Cetakan pertama, Juli 2019
Diterbitkan oleh:
CV CENDEKIA PRESS
NIB: 8120107982776
Komp. GBA Barat Blok C-4 No. 7 Bandung
Email: penerbit@cendekiapress.com
Website: www.cendekiapress.com
Anggota IKAPI
moril, materiil maupun sprituil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan kasih sayang
dengan penuh kesabaran dan memberikan dukungan baik
moril, materil dan sprituil.
2. Bapak Dr. Ali M. Abdilllah, MA, selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengoreksi tesis ini.
3. Bapak Dr. Ulil Abshar, M.Hum dan Bapak Dr. Rumadi, MA,
selaku penguji tesis.
4. Seluruh dosen dan civitas Pascasarjana Universitas Nahdlatul
Ulama Jakarta. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. Dr. Mastuki,
HS., M.Ag. Dr. Hamdani, Ph.D. Dr. Isom El-Saha, M.Ag. Prof.
Dr. Dien Majid, MA. Dr. KH. Abdul Moqsid Ghazali, MA. Dr.
Zastrouw El-Ngatawi, MA. KH. Agus Sunyoto, M.Pd. Dr. M.
Ulinnuha Husnan, Lc. MA. Dr. Syafiq Hasyim, Ph.D. Dr. Ulil
Absar Abdalla, Dr. M. Adib Misbachul Islam, Dr. Endin Aj
Soefihara, MA. Dr. Ahmad Fudhaili, MA. Dr Ali Akbar, M.Si. Dr
Mahrus El-Mawa, M.Ag. Ali Masyhar, Lc., M.Hum. A. Ginanjar
Sya’ban, Lc. M.Hum. Johan Wahyudi, M.Hum. Ayatullah,
M.Phil. Rohul, M.Hum dan lainnya.
5. Keluarga Besar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
6. Pengurus Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta.
7. Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Program Magister
Angkatan 2016 yang telah berproses dengan penulis selama dua
tahun.
8. Rizza Ummami (Icha), yang selalu memotivasi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini, semoga menjadi istri (ku) yang
sholehah, disertai putra-putri yang sholeh-sholehah, hidup
berkah, harta berlimpah, bersama penulis hingga jannah,
Aamiiin.
Kata Pengantar vii
Abstrak — iii
Kata Pengantar — v
Daftar Isi — ix
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang — 1
B. Rumusan Masalah — 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian — 10
D. Tinjauan Pustaka — 11
E. Kerangka Teori — 13
F. Metodologi Penelitian — 19
G. Teknik dan Sistematika Penulisan — 23
H. Outline atau Daftar Isi — 25
Bab 5 Penutup
A. Kesimpulan — 141
B. Saran — 142
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri
dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya,
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Agama Islam membawa rahmat bagi
semesta alam apabila diterapkan dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu, agama Islam juga memiliki sumber hukum utama yakni Al-
Qur’an yang memuat tiga ajaran, yakni akidah, akhlak/tasawuf dan
syari’at. Kedua ajaran yang pertama yakni akidah dan akhlak/tasawuf
memiliki ajaran yang bersifat universal dan statis dengan pengertian
tidak mengalami perubahan dimanapun dan kapan pun. Sementara
ajaran agama Islam yang ketiga, yakni syariat masih harus dipilah dan
dipilih antara hukum tsawabith/qath’iyyat dan hukum ijtihadiyyat.1
Hukum-hukum qath’iyyat tidak akan mengalami perubahan
(statis) walaupun waktu dan tempatnya berubah, sementara hukum-
1 Afi fuddin Muhajir, “Maksud Isti lah Islam Nusantara,” arti kel diakses pada 29 Desember
2018 dari htt p://www.nu.or.id/post/read/60458/maksud-isti lah-islam-nusantara, jam
10.20 WIB.
2 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 16.
6 Mulyadhi Kartanegara, Indahnya menyelami sisi Humanisme Kaum Sufi dalam Media
Zainul Bhari “Tasawuf Mendamaikan dunia” (Jakarta: Erlangga, 2010), h. xxx.
7 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 199), h. 2.
8 M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 5.
4 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
ََّ َ َ َ ً َ اَ َ َ ٰ َ لَىَ ه
ًاللِ يَسِريا َ َ إ اَّل َطر
ِيق َج َه َّن َم خ د
الِين فِيها أبدا ۚ وكن ذل ِك ع ِ ِ
ْيقا ف بْالَحر
ً َ ْ ُ َ ْ َْ ر َ ْر َ ْ َ ََ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ىَ ُ ى
ٰ ولقد أوحينا إ ِ ٰل م
ِ ِاضب لهم ط ِر ي ِ وس أ خَن أ
ِ س بِعِبادِي ف َا ُ َ ََ َ ً اَ خ
ٰ َاف َد َر اًك َول تْ ى
ش يبسا ل ت
“Dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: «Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah
untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan
tersusul dan tidak usah takut.” (QS. Thâha [020]: 77)
َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َح
ًيق ًة إ ْن بَلثْ ُت ْم إ اَّل يَ ْوما
ِ ِ ِ نن أعلم بِما يقولون إِذ يقول أمثلهم ط ِر
“Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang
yang paling Lurus jalannya di antara mereka: «Kamu tidak berdiam (di
dunia), melainkan hanyalah sehari saja.” (QS. Thâha [020]: 104)
ُ
ٰ َقَالُوا يَا قَ ْو َم َنا إِنَّا َس ِم ْع َنا ك َِتابًا أنْز َل م ِْن َب ْع ِد ُم ى
َ ْوس ُم َص ّدِقًا ل َِما َب ن
ِْي يَ َديه
ِ َىَ حْ َ ّ ى
يم ق َ ِإَول َطريق ُم ْس
ت ٰ ق ال ل إ ِيد ْ َي
ه
ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ
“Mereka berkata: «Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah
mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa
yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Ahqâf [046]: 30)
6 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
ً ُ َ َ َ ُ َ ُ َّ َّ َّ َ َ
الون َوم َِّنا دون ذٰل ِك ۖ ك َّنا َط َرائ ِ َق ق َِددا
ِوأنا مِنا الص ح
“Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan
di antara Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah Kami
menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72]: 11)
ً َ َ ً َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ََ َ ْ َ ْ َ َ ُ لَىَ َّ َ أ
وأن لوِ استقاموا ع الط ِريقةِ لسقيناهم ماء غدقا
“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16)
11 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul
Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan PT. Logos
Wacana Ilmu, 2004), h. 267.
8 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
12 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid,Hizib Nahdlatul al-Wathan, Hizib
Nahdlatul al-Banat, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 2002), h. 109.
Bab I - Pendahuluan 9
13 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nusa Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 16.
10 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, masalah
penelitian dirumuskan dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Mengapa Hizib Nahdlatul Wathan disebut sebagai Hizib Islam
Nusantara ?
2. Bagaimana tata cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan?
3. Apa keutamaan pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan bagi
komunitas pengamalnya?
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengacu kepada sumber primer, yakni sebuah
buku yang berjudul “Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran
dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid 1904-1997”, karya Mohammad Noor, Muslihan Habib, dan
Muhammad Zurfin Zuhdi. Di dalam buku tersebut dipaparkan secara
lengkap dan mendalam mengenai silsilah, pendidikan, kepribadian,
dan perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid, serta karya-karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid termasuk Hizib Nahdlatul Wathan.14 Buku
tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-
sama mendeskripsikan biografi pendiri Hizib Nahdlatul Wathan,
sistematika pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan dan sistematika
penulisan Hizib Nahdlatul Wathan. Namun buku tersebut juga
15 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nus Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 144.
Bab I - Pendahuluan 13
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan berfikir yang berisi uraian
ringkas tentang teori yang digunakan dalam membingkai jawaban
penelitian, yang bertujuan membantu pembentukan kerangka
berfikir akademis dalam menjawab masalah penelitian yang diajukan
dalam sebuah penelitian.17
Orientasi dalam penelitian ini adalah dalam bidang tasawuf,
maka tasawuf merupakan corak keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam penghayatan agama Islam. Para sufi-sufi sangat
menekankan kepada pola hidup sederhana dengan menjauhkan diri
dari kemewahan hidup dan gemerlapan materi kehidupan dunia
dan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sehingga merasakan cinta Tuhan dan melihat
Tuhan dengan hati.18 Dalam terminologi sufi, bahwa jalan yang harus
ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah dengan bertarekat.
16 Fadly Daniawan, “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h. 57-58.
17 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 16.
18 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 58.
14 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
21 M.Dien Majdid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), h. 184.
16 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya
ilmu atau pengetahuan. Sehingga metodologi mempunyai arti cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya.23
Metodologi dalam penelitian terdiri dari jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data
yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). Adapun maksud dari studi
lapangan adalah melakukan pembacaan pada beberapa data-
data tertulis yang penulis bagi menjadi dua bagian, yakni data
primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena mengutamakan teknik observasi (participant
observer) dimana peneliti berpartisipasi dalam kegiatan obyek
penelitian dan juga dilakukan proses wawancara (interview).
23 http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/metodologi-penelitian.pdf.
20 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
24 Mastuki, HS, dkk.,Pedoman Penulisan Tesis, (Jakarta: Pustaka STAINU, 2016), h. 18.
25 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 21.
Bab I - Pendahuluan 21
Tinjauan Hizib
di Dunia Islam dan Nusantara
Salah satu kajian keislaman di Nusantara yang tidak dapat
dipisahkan dari kajian keislaman secara umum adalah kajian tasawuf
yang merupakan bagian dari kajian keislaman di Nusantara. Unsur
tasawuf merupakan salah satu pintu masuknya Islam di Nusantara
yang dibawa oleh para pengamal tasawuf, seperti wali songo.
Tasawuf hingga saat ini masih mewarnai kehidupan keberagamaan
di Nusantara bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pengamalan keagamaan masyarakat Nusantara melalui gerakan
tarekat. Melalui gerakan tarekat di Nusantara itulah merupakan cikal
bakal pengamalan hizib di Nusantara.
A. Pengertian Hizib
Hizib adalah amalan yang berisi do’a-do’a ma’tsurat, yang
merupakan peninggalan dari Nabi Muhammad SAW, dan do’a-do’a
mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu. Hizib diamalkan
untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh
yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.28 Hizib
28 Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan Pesantren: Studi Kasus
Wirid Asma’ul Husna dan Hizib Lathif di Brangsong Kendal,” MetaSastra, Vol. 4, No. 1
28 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
a. Surat Al-Mâ’idah
ُ ُ َّ ُ ََّ خ ُ َ َ َّ َّ
إِن الشيْ َطان لك ْم َع ُد ٌّو فاتِذوهُ َع ُد ًّوا ۚ إِن َما يَ ْد ُعو ح ِْز َب ُه يِلَكونوا م ِْن
َّ َ ْ َ
ري
ِ ِاب السع
ِ أصح
30 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
c. Surat Al-Mu’minûn
َ ُ َ ْ ْ َ ََ د ْ ُّ َُ َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ُ ً ل
فتقطعوا أمرهم بينهم زبرا ۖ ك حِز ٍب بِما لي ِهم ف ِرحون
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama
mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-
masing).” (QS. Al-Mu’minûn [23]:53)
d. Surat Ar-Rûm
e. Surat Al-Mujâdalah
َ ْ َّ ُ ْ َ ٰ َ ُ َّْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َّ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ْ َ ه
ۚ ان
ِ َاستحوذ علي ِهم الشيطان فأنساهم ذِكر اللِ ۚ أولئِك حِزب الشيط
َ ُ َ ُْ ُ خ َ ْ َّ َ ْ َّ َا
اسونِان هم ال رِ أل إِن حِزب الشيط
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa
mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.”
(QS. Al-Mujâdalah [58]: 19)
f. Surat Al-Mujâdalah
َُ َ ُّ َ َ ْ َ َّ هَّ َ َ َ ُ ه
ُول ْاَ جَ ُ َ ْ ً ُ ْ ُ َ هَّ َ يْ َ ْ آ
تد قوما يؤمِنون بِاللِ والو ِم الخ ِِر يوادون من حاد الل ورس ِ ل
َ َ ُ َ َ َ ْ َ
َ ٰ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َْ ْ ْ ُ َ َ
َ ك ك َت َ َ ُ َا َ
بف َول ْو كنوا آباءهم أو أبناءهم أو إِخوانهم أو عشِ ريتهم ۚ أول ِئ
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 31
a. Surat Hȗd
ٰوسَاب ُم ى ُ ع بَ ّي َنة م ِْن َر ّبهِ َو َيتْلُوهُ َشاه ٌِد مِنْ ُه َوم ِْن َقبْلِهِ ك َِتٰ ََ َ َ ْ اَ َ لَى
َ ِ ٍ ِ ُ أفمن كن
َ
ُ َّح َزاب فانل ْأ
ْ ك ُف ْر به م َِن ال ْ َ ْ ََ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ ً َ َْ ً َ َ م
ار ِ َ ِ ِ ي ن مو ۚ ِ هِ إِماما ورحة ۚ أولئِك يؤمِن
ب ون
َ كَر َ
ْ َّ ٰ َ َ ّ َ ْ ُّ َ ُ َّ ُ ْ َ ْ ْح ُ َ ََ ُ َ ا
ِ َّث انل
اس كن أ ِ م ْوعِدهُ ۚ فل تك يِف مِري ٍة مِنه ۚ إِنه الق مِن ربِك ول
َ ْ َا
ل يُؤم ُِنون
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang
ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan
diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum
Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan
rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di
antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang
kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan
baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran
itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hȗd [11]: 17)
b. Surat Ar-Ra’d
َ َ ََّ ْ َ َ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ٌ ذ
ْك َف ُروا م ِْن َم ْش َه ِد يَوم
ٍ فاختلف الحزاب مِن بين ِ ِهم ۖ فويل ل ِلِين
َ
يم
ٍ ع ِظ
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 33
d. Surat Al-Ahzâb
َ ُ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ُّ َ َ ُ َ ْ َ ْْ َ ْ أ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْحَ ْ َ ُ َ أ
ت الحزاب يودوا لو أنهم بادون ف ِ يسبون الحزاب لم يذهبوا ۖ ِإَون يأ
ًُ ْ َ َ َ ُ اَّ َ ا ُ ََ ا ُ َْ َ َ َُ َ
َ أْال ْع
٢٠ اب ي َ ْسألون ع ْن أن َبائِك ْم ۖ َول ْو كنوا فِيكم ما قاتلوا إِل قل ِيل ِ ر
ْآ ْي َّه َ َا ٌ ُ َّه
َ ك ْم ف َر ُسول اللِ أ ْس َوةٌ َح َس َنة ل َِم ْن كن يَ ْر ُجو ُ َ ََ َ ْ ا
َ
الل َوالَ ْو َم الخ َِر ِ ِي لقد كن ل
َ َ َ ُ َ َ ْأ
ْ ون ال َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ ََّو َذ َك َر ه
اب قالوا هٰذا َما َو َع َدنا َ ح َز َول َّما َرأى المؤمِن٢١ ريا ً ِ الل كث
َ ول ۚ َو َما َز َاد ُه ْم إ اَّل إ
ً يمانًا َوت َ ْسل
٢٢ ِيما ُ ُالل َو َر ُس ه ُ َّول َو َص َد َق ه ُ ُالل َو َر ُس ه ُ َّه
ِ ِ
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum
pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali,
niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang
Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan
sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang,
melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 20-22)
e. Surat Shâd
f. Surat Ghâfir
ُّ َُ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ل
ْك أُ َّمة ب َر ُسولِهم
ِ ِ ٍ وح والحزاب مِن بع ِدهِم ۖ وهمتٍ كذبت قبلهم قوم ن
َ ََ َّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ا َ ْح ُ ُْ َ َْ ْ ُ ُ ُ َ َ َ ُ ب
يِلأخذوه ۖ وجادلوا بِالاط ِِل يِلدحِضوا بِهِ الق فأخذتهم ۖ فكيف كن
َ
اب
ِ عِق
“Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu
sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah
merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan
mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka
betapa (pedihnya) azab-Ku.” (QS. Ghâfir [40]: 5)
g. Surat Ghâfir
َ ْ َ َْ َ َ َ ْ ِ ّ َ َ ُ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ِ أ ََّ َ َ ذ
اب
ِ ز ح ال م و ي ل ِث
م م ك ي ل ع اف خ أ نِِ ي إ مو ق ا ي ن آم ِي
ال وقال
“Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran
golongan yang bersekutu.” (QS. Ghâfir [40]:30)
h. Surat Az-Zukhrȗf
َ َْ َ َ ْ ُ َ َ َ ََّ ْ َ َ َ أْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ٌ ذ
اب يو ٍم أ يِل ٍم
ِ فاختلف الحزاب مِن بين ِ ِهم ۖ فويل ل ِلِين ظلموا مِن عذ
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara
mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim
yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (QS. Az-Zukhrȗf [43]: 65)
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 35
َّْ ه
ُاللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب َذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا
ِ الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’d [13]: 28 )
2. Surat Ali-Imrân
ْ َ َ َّ َ
ع ُج ُنوب ِ ِه ْم َو َي َتفك ُرون يِف خل ِق ٰ َودا َو لَى
ً ُ ُ َ ً َ َ َّذَّ َ َ ْ ُ ُ َ ه
الِين يذكرون الل قِياما وقع
َ َ
َك فقِ َنا َعذاب َ َ َ ْ ُ ًا َ َ ٰ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َْ أ
َ َّ
َ الس َم
ات والر ِض ربنا ما خلقت هذا باطِل سبحان ِ او
َّنل
ِا ار
36 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َ ِب ال ْ ُم ْع َتد
ِين ُّ ض اًع َو ُخ ْف َي ًة ۚ إنَّ ُه اَل حُي ُ َّ َ ُ ْ
ُّ َك ْم تَ ر ادعوا رب
ِ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [07]: 55)
5. Surat Al-Mukminûn
َ ُ َ ْ ّ َ ٰ ََ ذَّ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ ٌ َ َّ ُ ْ ى
ِ جلة أنهم إِل رب ِ ِهم را
جعون ِ والِين يؤتون ما آتوا وقلوبهم و
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminûn [23]: 60)
َ َ َ َ ْجْ َ َّ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ ج ُ َ
ال َّنةِ قال حِل ُق ِ إِذا َم َر ْرت ْم ب ِ ِر َي
اض النةِ فارتعوا قالوا وما رِياض
ْ ّ
اذلِك ِر
“Jika kamu melewati taman-taman Surga, maka singgahlah dengan
senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman Surga itu?”
Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR.
Tirmidzi)
38 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
31 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1149.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 39
a. Hizib Asy-Syifa
Hizib Asy-Syifa merupakan hizib khas ala Tarekat Syadziliyah
pada umumnya dan di Tulungagung dalam konteks Nusantara.
b. Hizib Al-Bahr
Hizib Al-Bahr ditulis oleh Imam Asy-Syâdzilî pada saat dalam
perjalanan di Laut Merah dan mendapatkannya langsung dari Nabi
Muhammad SAW. Hizib Al-Bahr dibaca oleh Imam Asy-Syâdzilî dalam
rangka berdo’a kepada Allah SWT agar selamat dalam perjalanan di
Laut Merah. Walaupun Hizib Al-Bahr mempunyai ikatan kuat dengan
laut, bukan berarti Hizib Al-Bahr hanya dibaca atau diamalkan ketika
di laut.36
Imam Asy-Syâdzilî di dalam Hizib Al-Bahr telah berwasiat kepada
para pengikutnya supaya semua murid mengikuti Tarekat Syadziliyah
dengan mengamalkan Hizib Al-Bahr, karena di dalamnya terdapat
nama-nama Allah SWT yang besar sekali manfaat dan berkahnya.
Dengan membaca asma’ul husna berarti seseorang berzikir dan
mengingat Allah SWT dengan sembilan puluh sembilan nama, yang
setiap nama memiliki pengaruh spritual yang sangat besar. Pengaruh
spritual itu akan didapatkan oleh siapapun yang mengamalkan
dengan syarat meminta ijazah dari guru yang berwenang.37
Hizib Al-Bahr dibaca dengan dengan tatacara yaitu setelah
membaca surat Al-Fatehah yang terakhir atau sebelum do’a kemudian
dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Bahr yang diawali dengan
membaca Al-Fatehah lillahi ta’ala, kemudian langsung membaca
Hizib Al-Bahr. Pembacaan Hizib Al-Bahr diakhiri dengan membaca
surat Al-Fatehah sebanyak tujuh kali kemudian ditutup dengan
membaca do’a.38
c. Hizib Al-Kafi
Hizib Al-Kafi merupakan amalan pengikut Tarekat Syadziliyah
dalam konteks Nusantara yang dibawa dan dikembangkan oleh Asy-
d. Hizib Al-Birhatiyah
Hizib Al-Birhatiyah adalah hizib yang diijazahkan oleh Asy-
Syaikh Abdul Razzak At-Termasi kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin
Husain, yang merupakan awal persahabatan dan hubungan spritual
diantara keduanya. Hubungan diantara keduanya yaitu sama-sama guru
dan murid. Asy-Syaikh Abdul Razzak At-Termasi memberikan ijazah
kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain dengan Hizib Al-Birhatiyah,
sedangkan Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain memberikan ijazah kepada
Asy-Syaikh Abdul Razzak Al-Termasi berupa Hizib Al-Kafi.41
Hizib Al-Birhatiyah diamalkan dengan tata cara yaitu, pertama
membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad
SAW, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Sayyidina Asif bin Barkhaya,
e. Hizib An-Nashr
Hizib An-Nashr diamalkan dengan tata cara yaitu dimulai
dengan membaca surat Al-Fatehah seperti biasanya kemudian
ditambah kepada Asy-Syaikh Abu Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh al-
Badawi, Arwah al-Mujahidin fi sabilillah fi al-Mishr, Tsuraya, Iraq,
wa sair buldan al-Muslimin ‘ammah kemudian dilanjutkan dengan
membaca Hizib An-Nashr.
f. Hizib Al-Bar
Tradisi pengamalan Hizib Al-Bar dalam Tarekat Syadziliyah
diantaranya ialah memilih waktu yang tepat untuk berhizib
(membaca Hizib Al-Bar atau yang dikenal dengan nama Hizib Al-
Kabir) yaitu setelah selesai sholat subuh. Pada saat membaca Hizib
Al-Bar hendaklah tidak berbicara dengan orang lain kecuali karena
kebutuhan, seperti menjawab salam. Imam Asy-Syadzili pernah
berkata: “Barangsiapa yang membaca Hizib ini (Hizib Al-Bar), maka
akan memperoleh segala apa yang telah kami peroleh dan terhindar
dari bahaya yang Allah SWT hindarkan dari kami.”43
a. Nahdlatul Wathan
Secara etimologi Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata yakni
kata “Nahdlah” dan “Al-Wathan”, Nahdlah berarti kebangkitan,
pergerakan, pembangunan. Sedangkan Al-Wathan berarti tanah air
atau Negara. Dengan melihat asal kata Nahdlatul Wathan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan
tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara.
Sedangkan secara terminologi Nahdlatul Wathan adalah organisasi
kemasyrakatan (ormas) yang beraliran ahlussunnah wal jama’ah.
Organisasi Nahdlatul Wathan, yang lebih dikenal dengan
singkatan NW, adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan
yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah
Islamiyah. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh seorang
ulama kharismatik, kelahiran Lombok, yakni Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, pada hari ahad tanggal 15
Jumadil Akhir 1372 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 M,
di Pancor, Lombok, Timur Nusa Tenggara Barat.
Latar belakang berdirinya organisasi Nahdlatul Wathan adalah
karena Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid
melihat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 45
44 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul
Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan Lembaga
Percetakan Al-Qur’an, 2014), Cet. III, h. 186.
46 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
46 Dalam buku Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif Tasawuf Modern
Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf karya Muslihan Habib dan Mursyidin
Zuhdi tertulis 17 Rabi’ul Awal 1324 H/1904 M.
47 Muhammad Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainudin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan dan
Lembaga Percetakan Al-Qur’an, 2014), h. 110.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 57
48 Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainudin Abdul
Madjid 1904-1997, h. 113.
58 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
49 Noor, Dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainudin Abdul
Madjid 1904-1997, h. 131.
60 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
3. H. Abdul Kabir
Didalam pengantar buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan: alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan
Mursyidin Zuhdi, H. Abdul Kabir memaparkan sebagai berikut:
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan hasil pergulatan pemikiran
dan perjuanagn pendiri Nahdlatul Wathan dalam bidang tasawuf.
Mungkin tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa Hizib Nahdlatul
Wathan sebagai produk lokal tetapi content-nya melampaui batas-
batas lokalitas, dan bahlan diakui secara global (ini bisa dilihat dari
respon para ulama dari pusat dunia Islam Makkah, terhadap Hizib
Nahdlatul Wathan). Sehingga adagium di era kontemporer yang
menyatakan “think global, act locally” ini benar-benar terwujud
dalam konteks ini.
4. H. Harapandi Dahri
Didalam pengantar buku Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan: alternatif tasawuf modern karya Muslihan Habib dan
Mursyidin Zuhdi, H. Abdul Kabir memaparkan sebagai berikut:
“Hizib secara diartikan sebagai kumpulan, organisasi, kelompok
dan berbagai jam’iyyah lainnya. Namun dalam konteks ini Hizib
Nahdlatul Wathan dapat diartikan sebagai kumpulan bacaan-bacaan
68 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
52 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf (Jakarta: Pondok Pesantren NW Jakarta,
t.th.), h. xxxiii.
53 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. xxxvii.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 69
untuk tujuan pokok lainnya, seperti untuk wirid harian atau amalan
setelah sholat fardhu lima waktu, amalan ketika dalam perjalanan,
amalan ketika terjadi perubahan situasi, kejadian yang mencekam,
takut pada setan, takut pada binatang buas, dan lain-lain.
Hizib Nahdlatul Wathan karya Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid, memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan,
antara lain:
1. Sebagai otak ibadah.
2. Sebagai senjata bagi orang-orang mukmin.
3. Sebagai cahaya langit dan bumi.
4. Sebagai pintu rahmat.
5. Sebagai penolak bencana.
6. Sebagai penenteram bathin.
7. Sebagai penyembuh atau obat.
8. Sebagai do’a antara saudara atau sahabat yang berjauhan.
9. Sebagai penghubung antara orang tua dan anak, guru dan
murid, baik dikala masih hidup ataupun setelah meninggal
dunia.
10. Sebagai pengantar untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
11. Dan lain-lain.
54 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 96.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 83
1. Penerimaan Ijazah
Hizib Nahdlatul Wathan memiliki sistematika tersendiri
dalam pengamalannya yakni penerimaan ijazah dari penyusun Hizib
Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid. Penerimaan ijazah merupakan tahapan awal yang
mesti dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengamalkan Hizib
Nahdlatul Wathan. Penerimaan ijazah adalah suatu akad atau serah
terima hak pengamalan dari penyusun hizib kepada seseorang yang
akan mengamalkan hizib. Pengijazahan tersebut dimaksudkan
agar hizib yang diamalkan dinyatakan sah dan bersambung kepada
penyusun hizib. Pada awal disusunnya Hizib Nahdlatul Wathan
(masih dalam bentuk lembaran dan diktat), setiap santri atau murid
yang hendak mengamalkan hizib terlebih dahulu meminta ijazah
kepada Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang
merupakan persyaratan mutlak pada saat itu. Setelah santri atau
84 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
2. Mengikuti Kaifiat
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan ataupun Ikhtisor Hizib
Nahdlatul Wathan boleh dilakukan secara individu ataupun kolektif
dengan mengikuti kaifiat yang telah disusun dengan urutan yang
sudah ditetapkan dan dibukukan oleh penyusun hizib yakni Tuan Guru
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Kaifiat yang dimaksud
dalam pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan adalah tata cara dalam
membaca atau mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan. Terkait
dengan waktu pengamalan, tidak ada waktu khusus yang terikat
dalam pembacaan hizib, namun disesuaikan dengan kebutuhan
pengamalnya sendiri. Adapun gambaran kaifiat dalam pengamalan
hizib antara lain membaca surat Al-Fatehah sebanyak tiga kali diawal
pembacaan hizib sesuai dengan niat-niat yang telah ditentukan,
mengulangi bacaan tertentu sesuai jumlah pengulangan yang telah
ditentukan, sampai ditutup dengan do’a penutup yang terlebih dahulu
diawali dengan pembacaan asmaul husna. Dalam konteks mengikuti
kaifiat sebagaimana tersebut, seringkali ditemukan di lapangan para
pengamal hizib membacanya tidak sesuai dengan kaifiat sebagaimana
mestinya. Misalnya meringkas bacaan dalam pengulangan yang telah
ditetapkan, yang aturannya dibaca tiga kali, hanya dibaca sekali saja;
yang aturannya dibaca tujuh kali, hanya dibaca sekali saja. Meskipun
itu bukan pelanggaran namun akan mengurangi fadhilah dan
kesempurnaan dalam membaca hizib tersebut.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 85
3. Tertib Pengamalan
Selain mengikuti kaifiat sebagaimana diatas, Pengamalan
Hizib Nahdlatul Wathan ataupun Ikhtisor Hizib Nahdlatul Wathan
juga memiliki tertib pengamalan dalam berhizib. tertib pengamalan
dalam Hizib Nahdlatul Wathan adalah membaca hizib sesuai urutan
bacaan dari awal sampai akhir sesui bacaan dan urutan yang telah
ditetapkan oleh penyusun hizib yakni Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid. Adapun gambaran yang sempurna dalam
tertib susunan atau urutan pembacaan dan pengamalan Hizib
Nahdlatul Wathan adalah sebagai berikut:
a. Pembacaan Miftah Hizib (pembukaan pembacaan hizib)
Mukaddimah awal dalam pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan
yakni diawali dengan pembacaan Al-Fatehah sebanyak tiga kali
dengan niat khusus secara tertib yang ditujukan kepada:
• Nabi Muhammad SAW, seluruh para Nabi dan Rasul,
keluarga dan sahabat.
• Penyusun Hizib Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
• Para ulama dan aulia Allah SWT, kedua orang tua, para
guru, dan semua warga Nahdlatul Wathan sera kaum
muslimin dan muslimat yang masih hidup maupun yang
telah meninggal dunia.
• Setelah selesai pembacaan hizib tersebut, kemudian
dilanjutkan secara tertib atau berurutan bacaan-bacaan
berikut:
b. Pembacaan surat Yasin sebanyak 1 kali
c. Pembacaan sholawat Al-Sitti (Shalawat Enam)
Yang dimaksud dengan Sholawat Al-Sitti (Shalawat Enam)
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 87
55 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 104.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 89
143. dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 91
َ ِب ال ْ ُم ْع َتد
ِين ُّ ض اًع َو ُخ ْف َي ًة إنَّ ُه اَل حُي ُ َّ َ ُ ْ ُ
ُّ َك ْم تَ ر ادعوا رب
ِ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Q.S. Al-A’raf [7]:55)
ني َ ْع خ
َ الا ِشع ََّ َ َ َ َ ٌ اَّ لَى
ل إ ةري ب ك ل ا ه ِإَون ِ ة ل
ََّ رْ َ َّ ا
ب والص ُ َْ َ
ِ ِ ِ ِ واست ِعينوا بِالص
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [2]:45)
ُ ْ ََّ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ هَّ َ َ ُ ْ َ ي
ْك ْم َو َما ُأنْز َل إ يَلْهم
ِ ِ ِ َ اب لمن يؤمِن بِاللِ وما أن ِزل إِل ِ ِإَون مِن أه ِل الكِت
ْ ُ ْ ْ ُ َ َ َ ُ ًا َ َ َّه َ ُ ََ هَّ اَ َ ْ ر َ
ج ُره ْم عِن َد ات اللِ ث َم ًنا قل ِيل أولئِك لهم أ ِ َتون بِآ َي خا ِشعِني للِ ِ ل يش
َْ ّ ْ َّ هَّ َ رَ ُ ح
َ ال
اب
ِ ِس سيع ِ رب ِ ِهم إِن الل
“Dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang
diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah
dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Allah Amat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali-Imran [3]:199)
ُ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َْ َ ُّ َ لأ
ان يبكون وي ِزيدهم خشوعِ خرون ل ِ ذق ِ وي
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’ [7]:109)
Khusyu’ disini adalah menundukkan kepala ketika
mendengarkan Al-Quran, sikap rendah diri terhadap semua orang
serta bijak dalam menentukan sesuatu.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
َ ُ َ ُ ُ ََ ْ َ َ ْ َ هَ ُ َ َ َ ْ َ هَ ُ حَ ْ ىَ َ َ ْ َ ْ َ هَ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ ْ ا
فاستجبنا ل ووهبنا ل يي وأصلحنا ل زوجه إِنهم كنوا يسارِعون ف
َ ُ ْ َ َ َ ْخْ َير
َ ون َنا َر َغ ًبا َو َر َه ًبا َو اَكنُوا نَلَا َخا ِشع
ني ِ ات ويدع
ِ ال
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada
nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu’ kepada kami.” (QS. Al- Anbiya’ [21]:90)
94 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َ ُ َ ْ ََ ا ْ ُ َ َّذ
الِين هم يِف صلت ِ ِهم خاشِعون
“yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. Al
Mukminun [23]:2)
َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ََّ ْ َ ْ َ ُ ْ َّ ذ ُ اد ْ ُ ُ ُّ َ َ َ َ
جب لكم ۚ إِن الِين يستك رِبون عن عِبادت
ِ ون أستِي ع وقال ربكم
َ ُ ُ َْ َ
َ ون َج َه َّن َم َداخِر
ين ِ سيدخل
Bab III - Hizib Nahdlatul Wathan 95
56 Kata teologi sebagaimana terdapat dalam Encylopedia of Religion and Religious berarti
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta.
Namun seringkalin diperluas mencakup keseluruhan bidang agama. Dalam pengerti an
98 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
tersebut, agaknya kata teologi lebih tepat dipadankan dengan istilah fiqih menurut Imam
Abu Hanifah dan bukan dimaksudkan dengan ilmu fiqih yang selama ini dipahami. Lihat:
Masnun, Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Majdid Gagasan dan Gerakan Pembaharuan
Islam di Nusa Tenggara Barat.
57 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 437.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 99
tarkib idhafi dengan menyimpan huruf jar berupa ba’ (di) yang
bermakna Islam yang berada di wilayah kepulauan Nusantara,
fi (di dalam) yang bermakna ajaran Islam yang sudah dipahami,
dipraktekkan dan akhirnya menginternalisasi dalam diri dan
kehidupan masyarakat muslim Nusantara, dan lam (untuk/bagi) yang
bermakna ajaran Islam yang diharapkan dapat memberikan hikmah
dan manfaat bagi seluruh makhluk yang berada di Nusantara.58
Ahmad Baso mendefinisikan Islam Nusantara dengan cara
bermazhab secara qauli dan manhaji dalam beristinbath tentang
Islam dari dalil-dalilnya yang disesuaikan dengan teritori, wilayah,
kondisi alam, dan cara penduduk mengamalkan.59
Said Aqil Siradj memberikan definisi Islam Nusantara adalah Islam
dengan cara pendekatan budaya, tidak menggunakan doktrin yang
kaku dan keras, Islam Nusantara didakwahkan dengan cara merangkul
budaya, menghormati budaya, bukan memberangus budaya.60
58 M. Isom Yusqi,dkk, Mengenal Konsep Islam Nusantara, Cet 1, (Jakarta: Pustaka STAINU,
2015), h. 5.
59 Ahmad Baso, Islam Nusantara:Ijtihad Jenius & Ijtima’ Ulama Nusantara, Jilid 1 (Jakarta:
Pustaka Afid, 2015), h. 21.
60 Ilmu politik Islam Nusantara, hal. 118.
100 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
61 Sulton Fatoni, M., Buku Pintar Islam Nusantara (Jakarta:Pustaka IIMaN, 2017), h. 20.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 101
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni
dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang artinya menyeru, memanggil,
mengajak65. Jika diubah menjadi da’watun maka maknanya berubah
menjadi seruan, panggilan atau undangan.66
Menurut beberapa ahli (istilah) pengertian dakwah adalah
sebagai berikut:
65 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke 1 hal. 26
66 Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah
Profesional, (Jakarta: AMZAH, 2007), cet. 1 hal. 25
106 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
67 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.
20
68 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992) Cet, 17 hal. 194
69 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal 1
70 H.M.S Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT. Firma Dara),
hal. 11
71 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal 1
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 107
2. Metode Dakwah
Menurut bahasa, kata metode berasal dari bahasa Latin methodus
yang berarti cara atau jalan.73 Sedangkan metode dakwah adalah cara
menyampaikan dakwah agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah.
Pembahasan metode dakwah dalam penelitian ini ditekankan
pada dakwah tradisi yang dilakukan oleh Maulana Syaikh Tuan Guru
KH. Zainudin Abdul Majdid sebagai salah satu metode dakwah
melalui tradisi keagamaan dan diteruskan oleh murid-murid Maulana
Syaikh hingga sekarang. Tradisi sebagaimana dipahami adalah suatu
kebiasaan masyarakat yang telah tertanam dan menjadi kebiasaan
dalam kehidupan masyarakat. Diantara tradisi yang ada dalam
kehidupan masyarakat seperti peringatan maulid Nabi Muhammad
SAW, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriyah dan sejenisnya.
Selain itu, terdapat juga tradisi lainnya yang ada dalam kehidupan
masyarakat seperti membaca tahlilan, al-Barzanji, wiridan dan
hiziban. Tradisi-tradisi tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk
menjaga dan memelihara warisan keislaman dan juga merupakan
sebuah upaya melestarikan dan mengabadikan ajaran agama Islam
dalam kehidupan bermasyarakat ditengah hegemoni masyarakat
modern. Oleh karena itu, tradisi-tradisi semacam itu perlu dijaga
dan dipelihara, karena kalau tidak, maka simbol-simbol keagamaan
dan bahkan agama itu sendiri dapat terkubur dan musnah dari dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
72 Deasy Ratnasari, Pesan-Pesan Dakwah dalam Majalah Tabligh, (Jakarta: Skripsi, 2014),
hal. 21
73 H. Azhar Sitompul, Dakwah Islam & Perubahan Sosial, kajian Strategi Dakwah Rasulullah
SAW Periode Madinah, hal. 46
108 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
3. Media Dakwah
Media dakwah adalah hal, benda yang dapat digunakan sebagai
perantara untuk melaksanakan dakwah yang digunakan oleh juru
dakwah untuk menyampaikan pesan kepada mad’u.74
Media dakwah dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian,
yakni media dakwah melalui pendidikan formal dan media dakwah
melalui pendidikan nonformal. Lembaga pendidikan formal dapat
dikategorikan sebagai media dakwah, yakni sebuah alat yang
digunakan untuk berdakwah kepada peserta didik.
a. Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan sebuah sistem dan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang,
sehingga sepanjang hidup manusia hampir tidak ada yang
tidak menggunakan pendidikan sebagai sarana pembudayaan
dan peningkatan kualitas dalam kehidupan, meskipun dengan
sistem dan metode yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan
taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Selain itu,
pendidikan bahkan dijadikan sarana penerapan pandangan
hidup. Karena pentingnya aktivitas dakwah dalam menegakkan
kebenaran maka dakwah melalui lembaga pendidikan dibeberapa
bidang sangat dibutuhkan untuk diterapkan pada masyarakat
Indonesia.
Pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakukan disebuah
lembaga pendidikan (sekolah) yang secara sistematis, teratur,
bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yan telah ditentukan oleh
lembaga pendidikan tersebut. Sebuah lembaga pendidikan yang
lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari, oleh dan untuk
masyarakat, adalah sebuah media perantara yang memiliki tugas
74 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Penerbit Al-Ikhlas, 1983),
hal. 163
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 109
1) Pondok Pesantren
Pesantren atau lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren
adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional tertua yang ada
di Indonesia. Pondok berasal dari Bahasa Arab funduq yang artinya
tempat menginap atau asrama, sedangkan pesantren berasal dari
kata santri, yang berarti para penuntut ilmu. Jadi, jika Pondok dan
Pesantren digabungkan menjadi satu menjadi Pondok Pesantren
dengan pengertian yaitu suatu tempat belajar atau tempat mencari
ilmu para santri dengan bertempat tinggal atau bermukim. Ada lima
unsur yang selalu ada dalam sebuah Pondok Pesantren, kelima unsur
itu yaitu Pondok (asrama), Masjid, Kitab Kuning, Santri dan Kyai.
Pondok Pesantren merupakan pelopor sistem pendidikan
Islam di Nusantara, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
zaman, hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah dimana bila
diruntut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran
kewajiban menjalankan dakwah Islamiyah yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam sekaligus mencetak kader-
kader ulama dan da’i.75
2) Madrasah
Lembaga pendidikan formal yang selanjutnya adalah Madrasah.
Madrasah muncul pada permulaan abad ke 20. Madrasah berasal
dari Bahasa Arab, darasa yang artinya belajar. Jadi madrasah adalah
tempat belajar. Lembaga ini muncul dikarenakan beberapa alasan
diantaranya sebagai manifestasi dan realisasi cita cita pembaharuan
dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia, sebagai salah satu usaha
menyempurnakan sistem pendidikan pesantren yang dipandang
tidak memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan kerja
dibanding lulusan dari sekolah kolonial belanda waktu itu, adanya
sikap sementara umat Islam yang lebih condong mengikuti sistem
3) Sekolah
Lembaga pendidikan formal berikutnya adalah sekolah.
Lembaga tersebut merupakan pengembangan dari madrasah dengan
falsafah yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran barat. Kurikulumnya
lebih dekat dengan sekolah-sekolah umum. Di dalam pendidikan
formal terdapat seorang guru sekaligus da’i yang tugasnya bukan
semata-mata utuk mengajarkan ilmu agama, melainkan juga
mendidik. Karena mengajar hanyalah memberikan pengetahuan
agama saja, sehingga anak pandai ilmu agama tapi tidak taat
terhadap ajaran agama Islam. Sebaliknya mendidik mempunyai arti
menanamkan tabiat kepada anak-anak agar taat kepada ajaran agama
Islam. Adapun sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Mi’rajush
Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta yaitu:
Visi
Unggul dalam prestasi yang didasari iman dan taqwa serta berbudi
pekerti luhur.
Misi
• Menciptakan suasana belajar yang pakem.
• Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga
sekolah.
• Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki.
• Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
• Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan.
• Aktif mengikuti perlombaan dalam berbagai bidang.
116 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Visi
Unggul dalam dasar-dasar IPTEK yang berpijak pada IMTAQ dan
Akhlakul Karimah
Misi
• Berprestasi dalam perolehan nilai-nilai akademik.
• Berprestasi dalam kegiatan non akademik/ ekstrakulikuler.
• Aktif dan dinamis dalam kegiatan keagamaan.
• Bertanggungjawab dalam sikap dan prilaku.
• Aktif dalam membangun bangsa.
Tujuan
• Menciptakan lulusan yang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan
dalam teknologi (IPTEK).
• Menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan dasar-dasar
Bahasa Arab dan Inggris baik lisan maupun tulisan.
• Menciptakan lulusan yang terampil dalam bidang teknologi dan
komunikasi.
• Menciptakan lulusan yang mampu memegang teguh iman dan
taqwa (IMTAQ).
• Menciptakan hubungan harmonis warga sekolah dengan warga
lingkungan sekilah guna perkembangan atau kemajuan sekolah.
• Berusaha untuk mendapatkan juara umum loketa atau perlombaan
lainnya.
• Diharapkan lulusannya dapat diterima pada sekolah unggulan dan
minimal dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
• Mengadakan kegiatan-kegiatan ekskul dan pengembangan diri
melalui program pembiasaan disekolah untuk meningkatkan
wawasan siswa.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 119
Visi
Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Beriman dan Berdaya
Saing
Misi
• Meningkatkan kualitas keagamaan secara intensif
• Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-
nilai keagamaan
• Meningkatkan kualitas akademik
• Membina dan mengarahkan kinerja pembelajaran secara konsisten
• Menumbuhkan dan meningkatkan potensi keunggulan secara
intensif.
Tujuan
• Meningkatkan kegiatan keagamaan secara teratur, terarah,
terpadu dan kontinyu.
• Siswa berdisiplin tinggi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia,
menghargai sesama, hormat kepada guru dan patuh terhadap
orangtua.
• Meningkatkan kegaiatan siswa yang mengarah pada kualitas Iman
dan Taqwa (IMTAQ)
122 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
b. Pendidikan Nonformal
Lembaga pendidikan nonformal adalah sebuah lembaga
pendidikan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat
yang memerlukan layanan pengajaran dan pendidikan terhadap
masyarakat. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah
atau pelengkap dari pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Satuan pendidikan nonformal terdiri
dari lembaga kursus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat
kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan lainnya
yang sejenis. Hasil yang diperoleh dari pendidikan nonformal
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 123
1) Kursus
Kursus merupakan terjemahan dari “Course” dalam bahasa
inggris, yang secara harfiah berarti “mata pelajaran atau
124 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
2) Lembaga Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk
memperoleh kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan
dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang terencana
dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk
membiasakan atau memberikan kecakapan kepada individu
agar terampil mengerjakan pekerjaannya. Menurut Artasasmita,
pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dengan
sengaja, terorganisir dan sistematis di luar sistem persekolahan
untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan
keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu
dalam waktu yang relatif singkat dengan mengutamakan
praktek daripada teori, agar memperoleh pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan efektif. Contoh:
pelatihan kepemimpinan, pelatiahan tutor, pelatihan metode
pembelajaran, dan lain-lain.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 125
3) Kelompok Belajar
Kelompok belajar yaitu salah satu wadah dalam rangka
membelajarkan masyarakat. Menurut Zaenudin, kelompok
belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana
melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk
mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan
kondisi sekarang. Contoh: Kelompok Belajar Paket A, Kelompok
Belajar Paket B, Kelompok Belajar Paket C, Kelompok Belajar
Usaha.
5) Majelis Taklim
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk
atas dasar pendekatan dari kebutuhan masyarakat, dengan
kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya
126 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َّأْ َ ْ َ ْ َ ْ اَ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ً َ َ َ ً َّ َ مْ َ َ ه ْ ُ َا
َِول تفس ُِدوا يِف الر ِض بعد إِصلحِها وادعوه خوفا وطمعا إِن رحة الل
َ سن ْ ْ ٌ قَر
نيِ ِ يب م َِن ال ُمح ِ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS
al-A’raf [7]: 56)
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 127
َّْ ه
ُاللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب َذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا
ِ الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28)
ُ ُ َّ ُ ََّ خ ُ َ َ َّ َّ
إِن الشيْ َطان لك ْم َع ُد ٌّو فاتِذوهُ َع ُد ًّوا ۚ إِن َما يَ ْد ُعو ح ِْز َب ُه يِلَكونوا م ِْن
َّ َ ْ َ
ري
ِ اب الس ِع
ِ أصح
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia
musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (QS. Fâthir [35]: 6)
Oleh karenya manusia selalu dan senantiasa berlindung
kepada Allah SWT agar tidak menjadi teman atau terbujuk oleh
rayuan setan. Seorang mukmin hendaknya berlindung kepada
130 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َ َ َ َ ّ َْ ر َ َْ ّ َ ُ ُ َ ُْ
2 ش ما خلقِ مِن1 ب الفل ِق
ِ قل أعوذ بِر
“Katakanlah: «Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS. Al-Falaq [113]: 1-2)
ُ َْ
ِْكم ُ ْ َ ً َ ْ َ َ ْ َ ٰ ََ ٰ َ َ َ ْ ُ ُ لَى َ َُْ
ون بِأهل
ِي ت أو اري ص
ِ ب ت
ِ أ ي بِي أ ِ ه جو ع وهق لأ ف اذ ه يص
ِي م
ِ قِ َاذهبوا ب
َ جع
ني َ ْم
ِ أ
“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah
Dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah
keluargamu semuanya kepadaku». (QS. Yusŭf [12]: 93)
132 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
lima waktu, zakat, puasa, haji jika mampu, berbakti kepada orang
tua, memberi nafkah pada anak istri dan lain-lain. Sedangkan Fardhu
Kifayah yaitu kewajiban kolektif jika sudah dilakukan oleh orang lain
maka gugurlah kewajiban tersebut, seperti menyelenggarakan sholat
jenazah, menuntut sebagian ilmu tertentu, dakwah, amar ma’ruf nahi
mungkar, berjihad dan lain-lain.
Dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT tedapat
banyak sarana yang dapat digunakan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
َّْ ه
ُاللِ َت ْط َمئ ُّن الْ ُقلُوب َذَّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ هَّ َ ا
ِ الِين آمنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِك ِر اللِ ۗ أل بِذِك ِر
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
َ َْ َ َْ َ ْ ْ َ ْ ْ ْ ْ َ ْ ْ َّ
ِ ات َوالقانِتِني َوالقان ِت
ات ِ ات َوال ُمؤ ِمن ِني َوال ُمؤمِنِ إِن ال ُمسل ِ ِمني َوال ُمسل َِم
ات َ الاش
ِع َ ْني َو خَ الا ِشع َ ْالصاب َرات َو خ َّ ين َو
َ الصابر َّ الصادِقَات َوَّ ِني َو
َ الصادِقَّ َو
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْوج ُهمَ ني فُ ُر َ الافِظ َْ ح َّ َ َّ َ ّ َ َ ْ َ ّ َ َ ْ
ِ َ ات و ِ ات َوالصائ ِ ِمني والصائِم
َ َ ِ َوال ُمتص ِدقِني َوال ُمتصدِق
ْ َالل ل َ ُه ْم َم ْغف َرةً َوأُ ََّ هَّ َ َ ً َ ذلَّ َ َ َ َّ ه َّذل َ َ َْ ح
ًجرا ِ ات أعد ِ ات َوا اك ِِرين الل كثِريا وا اكِر ِ الاف ِظ و
ً َع ِظ
يما
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
136 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َ ف إ اَّل َم ْن
َآمن ٰ ََ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ اَ َ ْ اَ ُ ُ ْ َّ ُ َ ّ ُ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ ى
ِ وما أموالكم و ُل أولدكم بِال يِت تق ِربكم عِندنا زل
َ ُ ْ ُ ُ َ ْ ّ اء َ َ َ َ َ ً َِو َعم َل َص ح
ِ الضع ِف ب ِ َما ع ِملوا َوه ْم يِف الغ ُرف
ات ِ ُ الا فأولٰئِك ل ُه ْم ج َز ِ
َ
آم ُِنون
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu
yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang
memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang
Tinggi (dalam syurga).” (QS. As-Saba [33]: 37)
ُ
آم ُنوا َو َع ِملوا َ خر َج ذَّال
َ ِين ْ ُ
ل
ِي ات ن
َّه
َ اللِ ُم َب ّي ات
ِ
ُ ْ َ َ ُ ْ َ ًَ ُ ا
َك ْم آي رسول يتلو علي
ِ ٍ ِ
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 137
ً ِاللِ َو َي ْع َم ْل َص ح َّىَ ُّ َ َ ْ ُ ْ ْ ه ُ ُّ َّ
الا ات إِل انلورِ ۚ ومن يؤمِن ِب ِ ات م َِن الظل َم َ ِالص ح
ِ ال
َح َسن ْ َِيها َأبَ ًدا ۖ قَ ْد أ
َ ِين ف َ ال َ ُ َ ْ َ ْْ حَ ْ َ أ ْ َج َّ يُ ْدخِلْ ُه َج
ِات ت ِري مِن تتِها النهار خ د ٍ ن
ً َهَّ ُ ه
الل ُل رِ ْزقا
“(dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-
ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya
Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari
kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan
mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke
dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan
rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 11)
bahwa ada orang yang sangat dihormati dan disegani, namun ada
juga orang yang tidak dihormati oleh orang lain. Fenomena ini sering
terjadi dan tidak jarang menimbulkan sebuah diskriminasi pada
orang-orang yang tidak dihormati. Orang yang disegani ataupun
dihormati oleh orang lain pasti memiliki penyebab mengapa sesorang
itu disegani atau dihormati dan mengapa seseorang juga tidak
dihormati. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat banyak faktor
mengapa seseorang itu dihormati, disegani dan dihargai. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan hal penting dalam rangka pergaulan dan
interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Seseorang yang
mampu bersikap jujur dalam kehidupan kesehariannya tentu
akan berupaya tampil apa adanya ketika bersentuhan dengan
kehidupan bermasyarakat. Sifat jujur seharusnya menjadi
sebuah hal yang penting dan bahkan harus dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dengan sifat jujur itulah
seseorang dapat dipercaya oleh orang lain. Dengan sifat jujur
yang dimiliki seseorang akan disegani oleh kawan dan ditakuti
oleh lawan.
b. Kesabaran
Seseorang yang memiliki sifat sabar biasanya tabah dalam
menghadapi segala bentuk cobaan atau ujian yang diberikan
oleh Allah SWT. Seseorang yang memiliki sifat sabar biasanya
lebih cenderung mengambil hikmah atau pelajaran atas segala
sesuatu yang dialami dan tetap menganggap bahwa Allah SWT
pasti mempunyai maksud dan tujuan mengapa cobaan atau
ujian diberikan kepadanya. Seseorang yang memiliki sifat sabar
biasanya identik dengan bijaksana, dengan pengertian bahwa
seseorang akan berpikir secara mendalam dan cermat dalam
melihat dan melakukan segala sesuatu.
Bab IV - Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan 139
76 H. Miftahudin adalah salah satu pejuang dan tokoh di Nahdlatul Wathan Jakarta. Bahkan
beliau menjadi pejuang di Nahdlatul Wathan Jakarta sejak Nahdlatul Wathan Jakarta
masih “nyewa” lahan.
77 Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Desember 2018 jam 05.30 WIB (ba’da sholat subuh).
78 Ust Muhasan merupakan salah satu tokoh di Nahdlatul Wathan Jakarta, sekarang aktif
sebagai pengurus masjid Hamzanwadi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
140 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari suatu penelitian yang berjudul
“Praktek Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara: Studi Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan.”
Dalam bab ini akan dipaparkan dua hal yakni:
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan mencari, mengumpulkan,
mendeskripsikan, menganalisis, sampai akhirnya tibalah saatnya
untuk menyimpulkan dari hasi penelitian yang akan dideskripsikan
sebagai berikut:
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan Hizib Islam Nusantara,
karena Hizib Nahdlatul merupakan karya tulis monumental yang
merupakan ijtihad atau “racikan” dari sulthonul aulia Maulana Syaikh
Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Madjid, seorang ulama kharismatik
yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, yang dapat dijadikan sebagai
mediator yang dibaca dan diamalkan oleh ummat Islam dalam
rangka meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu,
Hizib Nahdlatul Wathan juga merupakan amalan yang mengajak
masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara
142 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
yang santun dan damai, sesuai ajaran Islam Nusantara. Dengan kata
lain, metode ajakan Hizib Nahdlatul Wathan sejalan dengan metode
ajakan Islam Nusantara yang ramah dan menyejukkan.
Hizib Nahdlatul Wathan diamalkan untuk menenteramkan
ruhani yang menjadi sumber motivasi dan sumber nilai yang dapat
dijadikan acuan hidup, pelindung hidup, dan permohonan kepada
Allah SWT untuk keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Hizib
Nahdlatul Wathan diamalkan melalui tiga hal, yakni penerimaan
ijazah, mengikuti kaifiyat dan tertib pengamalan yang terdapat dalam
susunan hizib.
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan sebuah metode
penghayatan keagamaan yang bersifat ruhaniah untuk mencapai
kedekatan dengan Allah SWT agar tercipta dan tercapai kedamaian
dan ketenteraman bathin. Hizib Nahdlatul Wathan memiliki
keutamaan yakni yaitu mendatangkan rahmat dan ridha Allah SWT,
menentramkan hati dan pikiran, terpelihara dari gangguan setan,
memperoleh keberkahan hidup dunia dan akhirat, Sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, disegani kawan dan ditakuti
lawan dan lain sebagainya.
B. Saran
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebaiknya disesuaikan
dengan tingkatan usia peserta didik. Yakni pembedaan pengamalan/
pembacaan untuk masing-masing tingkatan usia peserta didik
Madrasah Diniyah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dam
Sekolah Menengah Atas. Selain itu, dibedakan juga dari tingkatan
pengamalan keagamaan masyarakat, yakni untuk kalangan
masyarakat umum, kalangan generasi penerus Nahdlatul Wathan
Jakarta, dan kalangan asatidz yang merupakan ujung tombak
pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan.
Daftar Pustaka