Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT ZIARAH KUBUR DAN TABBARUK

Makalah Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu:
Nurul Fadlilah M.Pd.I.

Oleh Kelopok 9 :
LU'LU'UL AZIZAH 33030230044
RISKI DWI LESTARI 33030230045
ARIFATUN CHOIRIAH 33030230046

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Hakikat
Ziarah Kubur dan Tabbaruk dalam Perspektif Keagamaan Islam". Makalah ini disusun
sebagai upaya mendalam dalam menggali pemahaman tentang dua praktik keagamaan yang
kaya makna dalam Islam.

Kedua praktik tersebut, ziarah kubur dan tabbaruk, mencerminkan kearifan dan
keberagaman dalam pengamalan ajaran agama Islam. Ziarah kubur, sebagai bentuk
penghormatan terhadap yang telah meninggal, memperlihatkan interaksi kompleks antara
keyakinan spiritual dan praksis sehari-hari dalam kehidupan umat Islam. Sementara itu,
tabbaruk merinci perjalanan spiritual dalam mencari keberkahan melalui objek-objek yang
dianggap memiliki nilai rohaniah.

Dalam perjalanan membahas dua aspek penting ini, kita akan menyelami hakikat,
tujuan, dan relevansi keduanya dalam konteks keagamaan. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam bagi pembaca tentang
kekayaan spiritual dan budaya umat Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang keagamaan Islam.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi dalam proses penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu sumber rujukan
yang berharga. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

ii
Salatiga, 24 November 2023

Kelompok 9

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................3
A. Hakikat Ziarah Kubur.....................................................................................................3
B. Hakikat Tabbaruk............................................................................................................5
C. Relevansi dan Perbedaan antara Ziarah Kubur dan Tabbaruk........................................7
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ziarah kubur dan tabbaruk, sebagai dua bentuk praktik keagamaan dalam Islam,
memperlihatkan kekayaan spiritual dan kultural yang mendalam. Latar belakang
keduanya tertanam dalam sejarah panjang Islam dan mencerminkan kearifan serta
keberagaman dalam pengamalan ajaran agama. Pemahaman mendalam terhadap hakikat
ziarah kubur dan tabbaruk tidak hanya memberikan wawasan keagamaan, tetapi juga
mengungkapkan interaksi kompleks antara keyakinan spiritual dan praksis sehari-hari
dalam kehidupan umat Islam.
Ziarah kubur, kegiatan yang didalamnya terdapat pengharapan untuk
mendapatkan berkah atau barokah. Selain itu juga sebagai penghormatan terhadap orang-
orang yang telah meninggal, memegang peranan penting dalam memberikan peringatan
bagi manusia yang hidup.1 Setiap ziarah menjadi momen refleksi dan doa, mengingatkan
umat Islam akan kebersamaan dalam hidup dan mati serta nilai-nilai kemanusiaan yang
terkandung di dalamnya.
Tabbaruk, di sisi lain, merinci perjalanan spiritual umat Islam dalam mencari
keberkahan atau keberlimpahan rohaniah.2 Arti simbolik dari tabbaruk membuka pintu
menuju pemahaman mendalam tentang kesucian dan keberkahan yang diyakini
terkandung dalam sesuatu yang dianggap memiliki keberkahan tersebut.
Praktik-praktik tersebut bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga mengandung
nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, dan keberlanjutan warisan keagamaan. Dalam
makalah ini, akan membahas secara mendalam tentang latar belakang hakikat ziarah
kubur dan tabbaruk menjadi krusial untuk membuka wawasan terhadap kekayaan spiritual
dan budaya umat Islam.

B. Rumusan Masalah
Dalam mengkaji hakikat ziarah kubur dan tabbaruk, beberapa pertanyaan
mendasar muncul:
1
Rosada, dan Wawansyah, "Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Sasak (Studi Kasus Makam Loang
Baloq)", Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah 2.1 (2018), hal. 34.
2
Asmaran, "Membaca Fenomena Ziarah Wali Di Indonesia: Memahami Tradisi Tabarruk Dan
Tawassul", Al-Banjari: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman 17.2 (2018), hal. 178.

1
1. Apa makna dan tujuan dari praktik ziarah kubur dalam Islam?
2. Bagaimana tabbaruk diartikan dan dijalankan dalam kehidupan beragama umat Islam?
3. Apakah terdapat keterkaitan antara ziarah kubur dan tabbaruk dalam konteks spiritual
dan agama?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas ditemukan beberapa tujuan penulisan makalah ini,
diantarnya:
1. Mengetahui makna dan tujuan dari praktik ziarah kubur dalam Islam.
2. Mengetahui tabbaruk diartikan dan dijalankan dalam kehidupan beragama umat
Islam.
3. Menjelaskan keterkaitan antara ziarah kubur dan tabbaruk dalam konteks spiritual dan
agama.

2
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hakikat Ziarah Kubur


Ziarah kubur, dalam konteks keagamaan, bukanlah sekadar kunjungan fisik ke
makam, melainkan suatu bentuk penghormatan dan refleksi spiritual terhadap orang-
orang yang telah meninggal.3 Ziarah, yang berasal dari kata Arab "‫ارة‬F‫( "زي‬ziarah) yang
bermakna menziarahi atau mengunjungi, mencakup praktik ziarah kubur yang
mengandung makna mendatangi atau menziarahi kubur seseorang, dengan tujuan
mempersiapkan diri dan membekali diri dengan amal soleh, serta mendekatkan diri
kepada Allah SWT.4 Konsep ziarah tidak hanya melibatkan dimensi fisik, tetapi juga
membawa makna yang dalam tentang hubungan manusia dengan Allah dan dengan
sesama. Praktik tersebut mencerminkan keberlanjutan ikatan antara dunia dan kehidupan
setelah mati, sehingga menjadikan setiap kunjungan sebagai kesempatan untuk
memperkuat ikatan spiritual.

Dalam ajaran Islam, ziarah kubur dianggap sebagai salah satu kewajiban agama
yang diakui. Ziarah kubur telah dijelaskan dalam berbagai hadis dan ayat Al-Qur'an yang
memberikan dorongan untuk mengunjungi makam dan mendoakan mereka yang telah
meninggal. Dalam hadist Rasulullah SAW disampaikan:

‫ُكْنُت َنَهْيُتُك ْم َع ْن ِز َياَر ِة اْلُقُبوِر َفُز وُروَها‬


“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah
kalian” (HR Muslim).5

Kewajiban tersebut tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi lebih pada upaya
membangun kesadaran akan keterhubungan antara hidup dan mati, dunia dan akhirat.
Dengan melaksanakan ziarah kubur, umat Muslim diingatkan akan siklus kehidupan

3
Moh Toriqul Chaer, dan Wahyudi Setiwan, Ziarah, Barakah, dan Karamah: Tinjauan Etnografi
dan Psikologi Pendidikan Islam, (Ponorogo: BuatBuku. com, 2018), hal. 9.
4
M. Misbahul Mujib, "Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan, Identitas
Keagamaan, dan Komersial”, IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya 14, No. 2 (2016), hal. 207.
5
Syaifullah, Dalil Mengapa Ziarah Kubur sangat Dianjurkan, https://jatim.nu.or.id/keislaman/dalil-
mengapa-ziarah-kubur-sangat-dianjurkan-o26MA, (1 September 2022), diakses pada 22 November 2023.

3
yang melibatkan pertemuan dan perpisahan, sementara tetap meyakini bahwa kehidupan
setelah mati memiliki dimensi keabadian yang lebih besar.

Makam-makam bukan hanya sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai tempat
spiritual di mana umat Muslim dapat berdoa dan berdzikir. Dari perspektif agama
menunjukkan bahwa makam adalah titik temu antara dunia material dan spiritual. 6
Melakukan doa dan dzikir di sana dianggap sebagai wujud ketaatan kepada ajaran
agama, di mana setiap kalimat yang diucapkan merupakan buah dari keimanan dan
penghormatan.

Doa dan dzikir di makam-makam juga diartikan sebagai upaya untuk


memperkuat hubungan dengan Allah dan memohon rahmat-Nya bagi orang-orang yang
telah meninggal. Doa dan dzikir adalah bentuk kepedulian spiritual antara mereka yang
masih hidup dan yang telah berpulang. Setiap kata doa dan dzikir yang diucapkan
diyakini memiliki kekuatan untuk membantu roh orang yang meninggal dalam

perjalanan mereka menuju kehidupan akhirat. Anjuran melaksanakan ziarah kubur


bersifat umum, baik menziarahi kuburan orang-orang shalih ataupun menziarahi kuburan
orang Islam secara umum. Seperti yang ditegaskan oleh Imam al-Ghazali sebagaimana
kterangan berikut:

‫تحبة‬F‫الحين مس‬FF‫ارة قبور الص‬FF‫ة للتذكر واالعتبار وزي‬FF‫زيارة القبور مستحبة على الجمل‬
‫ألجل التبرك مع االعتبار‬
“Ziarah kubur disunahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat
(kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang shalih
disunahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta
pelajaran.” (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, halaman: 521).7

Dengan demikian, hakikat ziarah kubur tidak hanya berhenti pada dimensi
fisiknya, tetapi lebih pada kebermaknaan spiritualnya. Secara tidak langsung ziarah
kubur adalah ungkapan cinta dan penghormatan terhadap orang-orang yang telah
berpulang, sekaligus sebagai amal kebaikan yang terus memberikan manfaat. Dalam
kerangka keagamaan Islam, ziarah kubur bukan hanya sebuah tradisi, melainkan suatu
6
Ari Rohmawati, dan Habib Ismail, "Ziarah Makam Walisongo dalam Peningkatan Spiritualitas
Manusia Modern," Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan Budaya 2.2 (2017), hal. 618.
7
Siti Zakiyatul Fikriyah, Indra Dwi Jayanti, dan Siti Mu’awanah, "Akulturasi Budaya Jawa Dan
Ajaran Islam Dalam Tradisi Popokan." JPeB Jurnal Penelitian Budaya 5.2 (2020), hal. 84.

4
wujud pengabdian kepada ajaran agama dan manifestasi dari keyakinan akan keabadian
kehidupan setelah mati.

B. Hakikat Tabbaruk
Tabbaruk, dalam konteks keagamaan Islam, merujuk pada praktik mendekati atau
menggunakan benda-benda yang dianggap memiliki nilai kerohanian atau keberkahan.
Istilah ini bersumber dari akar kata "barakah" yang mengandung makna keberkahan dan
kemurahan Allah. Dalam praktiknya, tabbaruk mencakup berbagai objek seperti pakaian,
alat-alat pribadi, atau bahkan sisa-sisa makanan yang diyakini memiliki nilai rohaniah
yang khusus.

Tabarruk adalah masdar dari tabarraka, bermakna mengharap dengan perantara


sesuatu. Jadi, ber-tabarruk dengan sesuatu maknanya adalah meminta barakah dengan
perantaranya.8 Aspek-aspek tabbaruk melibatkan keyakinan bahwa benda-benda tersebut
dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, memohon berkah, dan
meningkatkan spiritualitas. Oleh karena itu, definisi dan aspek-aspek tabbaruk sangat
terkait dengan keyakinan dan pemahaman umat Muslim terhadap hubungan antara benda
material dan dimensi spiritual.

Tabbaruk juga seringkali terkait erat dengan penghormatan terhadap tokoh


agama, seperti nabi, rasul, atau wali-wali Allah yang dianggap memiliki keberkahan dan
keutamaan khusus. Umat Muslim meyakini bahwa mendekati benda-benda yang pernah
terkait dengan tokoh-tokoh agama tersebut dapat membawa berkah dan mendekatkan diri
kepada nilai-nilai spiritual yang mereka wakili. Seperti yang dilakukan para sahabat
terhadap Nabi Muhammad SAW, yang ada dalam hadist:

‫َح َّد َثَنا ُمَج اِهُد ْبُن ُم وَس ى َو َأُبو َبْك ِر ْبُن الَّنْض ِر ْبِن َأِبي الَّنْض ِر َو َهاُروُن ْبُن َع ْب ِد ِهَّللا َجِم يًع ا‬
‫َع ْن َأِبي الَّنْض ِر َقاَل َأُبو َبْك ٍر َح َّد َثَنا َأُبو الَّنْض ِر َيْع ِني َهاِش َم ْبَن اْلَقاِس ِم َح َّد َثَنا ُس َلْيَم اُن ْبُن‬
‫اْلُمِغ يَر ِة َع ْن َثاِبٍت َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َص َّلى‬
‫اْلَغ َد اَة َج اَء َخ َد ُم اْلَم ِد يَنِة ِبآِنَيِتِهْم ِفيَها اْلَم اُء َفَم ا ُيْؤ َتى ِبِإَناٍء ِإاَّل َغ َم َس َيَد ُه ِفيَها َفُرَّبَم ا َج اُء وُه‬
‫ِفي اْلَغَداِة اْلَباِر َد ِة َفَيْغ ِم ُس َيَد ُه ِفيَها‬
“Telah menceritakan kepada kami Mujahid bin Musa dan Abu Bakr bin an-
Nadhr dan Harun bin 'Abdullah seluruhnya dari Abu an-Nadhr dia berkata; Abu Bakr
8
Fera Andriani, "Tabarruk dan barakah dalam berbagai perspektif", Syaikhuna: Jurnal Pendidikan
dan Pranata Islam 11.2 (2020), hal. 244.

5
Telah menceritakan kepada kami Abu an-Nadhr yaitu Hasyim bin al-Qasim; Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin al-Mughirah dari Tsabit dari Anas bin Malik
dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai melaksanakan
shalat Shubuh, maka para pelayan Madinah melayani beliau dengan membawa bejana
berisi air. Beliau mencelupkan jari tangannya ke dalam setiap bejana yang disodorkan
kepada beliau. Terkadang para pelayan tersebut mendatangi beliau di pagi yang amat
dingin, tetapi beliau tetap sudi mencelupkan tangan beliau ke dalam bejana yang berisi
air tersebut." (HR. Muslim No. 4291)9

Selain itu, tabarruk juga bisa dilakukan ke sebuah tempat, benda, atau waktu
tetentu yang dinilai memiliki nilai kebarokahan yang tinggi. Tempat yang dinilai
memiliki kebarokahan yang tinggi diantaranya ada di Ka’bah, Kota Makkah dan
Madinah, Masjidil haram, dan Masjidil Aqso, Lembah Aiman. Disebutkan dalam al-
Qur’an diantaranya (QS Ali-Imran: 98), (QS Al-Isra: 1), (QS.Al-Qashash: 30).
Sementara beberapa benda dan waktu tertentu dianggap memiliki keberkahan yang
khusus dalam Islam, diantaranya seperti air hujan, pohon zaitun, al-Qur’an, waktu
sepertiga malam terakhir, waktu sebelum subuh, dan beberapa waktu lainnya dianggap
sebagai waktu-waktu yang diberkahi.10

Pandangan agama mengenai pentingnya mendekati sesuatu yang memiliki


tabarruk berkaitan erat dengan konsep tawassul atau perantaraan. Tawassul adalah upaya
untuk mendekati Allah melalui perantara tertentu, seperti berdoa di tempat-tempat yang
di berkahi Allah atau melalui figur-figur yang dianggap memiliki kedekatan khusus
dengan-Nya. Dalam pandangan agama, mendekati sesuatu yang memiliki tabarruk
dianggap sebagai salah satu bentuk tawassul. 11 Umat Muslim percaya bahwa keberkahan
yang terkandung dalam tempat ataupun benda tersebut dapat menjadi sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah, meraih rahmat-Nya, dan meningkatkan keimanan dan
spiritualitas.

Dalam memaknai tabarruk, penting bagi individu untuk berhati-hati dan memiliki
pemahaman yang mendalam. Orang-orang yang mampu memahami serta membedakan
antara tabarruk karena Allah dan tabarruk karena sesuatu selain Allah menghadapi

9
Muhamad Rijal Zaelani, "Konsep Berkah dalam Pandangan Ahlussunnah: Analisis Syarah Hadis
tentang Tabarruk." Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin 2.2 (2022), hal. 239-240.
10
Admin, Berkah dan Tabaruk dalam Al-Quran, https://tabarruk.jouwweb.nl/bab-8/berkah-dan-
tabaruk-dalam-al-quran, 2017, diakses pada 22 November 2023.
11
Asmaran, "Fembaca Fenomena..., hal. 185-187.

6
perbedaan yang sangat halus namun memiliki dampak yang sangat signifikan. 12
Kesalahan dalam memahami konteks dan tujuan tabarruk dapat mengarah pada
kesalahpahaman spiritual yang berpotensi merugikan. Oleh karena itu, sebelum
melakukan tabarruk, seseorang harus memiliki pemahaman yang matang terkait
eksistensi dan makna sebenarnya dari tabarruk itu sendiri. Sehingga, hanya dengan
pemahaman yang mendalam, seseorang dapat memastikan bahwa upayanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah melalui tabarruk sesuai dengan prinsip-prinsip
keagamaan yang benar dan tidak menimbulkan ketidakjelasan dalam keyakinan
spiritualnya.

Dengan demikian, hakikat tabbaruk bukan hanya terbatas pada dimensi benda
material, tetapi juga mencakup dimensi spiritual yang mendalam. Tabarruk adalah upaya
umat Muslim untuk menjalin koneksi lebih erat dengan nilai-nilai agama, menghormati
tokoh agama, dan memperoleh keberkahan melalui tempat-tempat atau waktu yang
dianggap memiliki tabarruk. Sehingga, tabbaruk bukanlah sekadar praktik tradisional,
melainkan suatu bentuk ibadah dan pengabdian kepada nilai-nilai keagamaan.

C. Relevansi dan Perbedaan antara Ziarah Kubur dan Tabbaruk


Meskipun ziarah kubur dan tabbaruk memiliki tujuan dan pelaksanaan yang
berbeda, keduanya memiliki beberapa persamaan dalam konteks spiritual dan agama.
Pertama, keduanya merupakan bentuk ibadah yang mengandung nilai-nilai keagamaan
dan spiritualitas. Ziarah kubur mengajarkan penghormatan terhadap orang-orang yang
telah meninggal dan memperkuat ikatan spiritual dengan dunia akhirat. Di sisi lain,
tabbaruk melibatkan praktik mendekati benda-benda yang dianggap memiliki
keberkahan, yang juga bertujuan untuk memperkuat ikatan spiritual dan mendekatkan
diri kepada nilai-nilai keagamaan.

Kedua, keduanya mendorong umat Muslim untuk merenungkan arti kehidupan


dan kematian, serta memahami bahwa hubungan antara dunia ini dan akhirat saling
berkaitan. Ziarah kubur mengajarkan konsep pengabdian kepada Allah melalui
penghormatan terhadap yang telah meninggal, sementara tabbaruk melibatkan
pemahaman bahwa keberkahan dapat ditemukan dalam objek-objek tertentu yang terkait
dengan tokoh-tokoh agama.

12
Nasrullah Nashiruddin, Tasmin Tangngareng, dan Mukhlis Mukhtar, "Konsep Tabarruk dalam
Perspektif Hadits", al-Afkar, Journal For Islamic Studies (2021), hal. 402.

7
Diantara persamaan keduanya, terdapat perbedaan mendasar dalam niat dan
pelaksanaan ziarah kubur dan tabbaruk. Pertama, niat di balik ziarah kubur lebih
terfokus pada doa, dzikir, dan penghormatan terhadap orang-orang yang telah meninggal.
Ziarah kubur dipandang sebagai wujud cinta, hormat, dan doa bagi mereka yang telah
berpulang, dengan tujuan utama memperoleh keberkahan dan rahmat Allah. Di sisi lain,
niat di balik tabbaruk lebih terkait dengan usaha mendekati nilai-nilai keberkahan
melalui objek-objek yang dianggap memiliki tabarruk. Praktik tersebut dapat melibatkan
pemakaian atau sentuhan langsung dengan benda-benda tersebut, dengan harapan
mendapatkan keberkahan dan kebaikan spiritual.

Kedua, pelaksanaan ziarah kubur lebih berfokus pada tempat-tempat yang


dianggap sakral, seperti makam-makam orang-orang shalih. Umumnya, ziarah kubur
melibatkan kunjungan fisik ke lokasi tersebut, di mana umat Muslim dapat melaksanakan
doa dan dzikir. Pelaksanaan ini bersifat ritualistik dan dilakukan sebagai tanda
penghormatan terhadap yang telah berpulang. Sebaliknya, pelaksanaan tabbaruk lebih
terkait dengan objek-objek tertentu, yang bisa saja berupa barang-barang pribadi atau
bahkan artefak yang dianggap memiliki nilai kerohanian. Pelaksanaan tabbaruk dapat
mencakup pemakaian atau penyimpanan objek-objek tersebut dalam harapan
mendapatkan keberkahan.

Dengan demikian, meskipun ziarah kubur dan tabbaruk memiliki relevansi dalam
pengembangan spiritual dan keagamaan, perbedaan mendasar dalam niat dan
pelaksanaan keduanya memastikan bahwa keduanya memiliki peran unik dan
karakteristik dalam praktek-praktek keagamaan umat Muslim.

8
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Ziarah kubur, sebagai wujud penghormatan terhadap yang telah meninggal,
mengajarkan kita arti kehidupan, kematian, dan keabadian. Setiap kunjungan menjadi momen
refleksi dan doa, memperingatkan kita akan keterhubungan antara hidup dan mati serta nilai-
nilai kemanusiaan. Di sisi lain, tabbaruk menghadirkan perjalanan spiritual umat Islam dalam
mencari keberkahan dan keberlimpahan rohaniah. Dalam memaknai tabarruk, kita diingatkan
untuk berhati-hati dan memahami perbedaan antara tabarruk karena Allah dan tabarruk
karena sesuatu selain Allah. Keduanya memiliki perbedaan yang tipis namun dapat
berdampak besar pada pemahaman spiritual.
Relevansi dan perbedaan antara ziarah kubur dan tabbaruk memperkaya praksis
keagamaan umat Islam. Meskipun keduanya memiliki tujuan mendekatkan diri kepada Allah,
niat dan pelaksanaannya memiliki keunikan masing-masing. Ziarah kubur mengajarkan
tentang penghormatan dan doa, sementara tabbaruk mencakup pemahaman bahwa
keberkahan dapat ditemukan dalam objek-objek tertentu yang dianggap memiliki nilai
rohaniah.
Dalam kesimpulan, hakikat ziarah kubur dan tabbaruk tidak hanya berhenti pada
dimensi fisik dan material. Keduanya melibatkan dimensi spiritual yang mendalam,
mencerminkan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama. Praktik-praktik tersebut
bukan hanya ritual, melainkan suatu bentuk ibadah dan pengabdian kepada nilai-nilai
keagamaan. Dengan memahami dan menghargai kedua praktik ini, umat Islam dapat
memperkaya perjalanan spiritualnya dan memperkuat ikatan dengan nilai-nilai keagamaan
yang luhur.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
membuka ruang bagi pembaca untuk memberikan kritik atau saran mengenai hasil kerja kami
ini. Dengan harapan, kami dapat membuat makalah yang lebih baik dalam penulisan maupun
penjelasan. Sehingga lebih mudah di pahami dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, F. (2020). Tabarruk dan barakah dalam berbagai perspektif. Syaikhuna: Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam, 11(2), 243-260.

Asmaran, A. (2018). membaca fenomena ziarah wali di Indonesia: memahami tradisi


Tabarruk dan tawassul. Al-Banjari: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 17(2),
173-200.

Chaer, M. T., & Setiwan, W. (2018). Ziarah, Barakah, dan Karamah: Tinjauan Etnografi
dan Psikologi Pendidikan Islam. BuatBuku. com.

Fikriyah, S. Z., Jayanti, I. D., & Mu’awanah, S. (2020). Akulturasi Budaya Jawa Dan
Ajaran Islam Dalam Tradisi Popokan. JPeB Jurnal Penelitian Budaya, 5(2),
77-88.

Mujib, M. M. (2016). Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan,


Identitas Keagamaan, dan Komersial. IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya
14, No. 2

Nashiruddin, N., Tangngareng, T., & Mukhtar, M. (2021). Konsep Tabarruk dalam
Perspektif Hadits. al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 390-403.

Rohmawati, A., & Ismail, H. (2017). Ziarah Makam Walisongo dalam Peningkatan
Spiritualitas Manusia Modern. Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan
Budaya, 2(2), 612-627.

Rosada, R., & Wawansyah, W. (2018). TRADISI ZIARAH KUBUR MASYARAKAT


SASAK (STUDI KASUS MAKAM LOANG BALOQ). Historis: Jurnal
Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 2(1), 32-38.

Zaelani, M. R. (2022). Konsep Berkah dalam Pandangan Ahlussunnah: Analisis Syarah


Hadis tentang Tabarruk. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 2(2), 235-249.

Admin, A. (2017). Berkah dan Tabaruk dalam Al-Quran.


https://tabarruk.jouwweb.nl/bab-8/berkah-dan-tabaruk-dalam-al-quran. diakses
pada 22 November 2023.

11
Syaifullah, S. (2022). Dalil Mengapa Ziarah Kubur sangat Dianjurkan.
https://jatim.nu.or.id/keislaman/dalil-mengapa-ziarah-kubur-sangat-dianjurkan-
o26MA. diakses pada 22 November 2023.

12

Anda mungkin juga menyukai