Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH MUNCULNYA TASAWUF

Dosen Pengampuh :
Winda Nurkhalifah, M.H

Disusun oleh :
 Mutia Zahara ( 2223150115)
 Yoprizon ( 2223150133 )
 Beni afriansya ( 1911150103 )

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO
2022
KATA PENGANTAR
Ahamdulillah ,kami ucapakan sebagai ungkapan rasa syukur kami
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat ,taufiq dan hidayahnya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Tarikh Tasyri’. Sholawat beserta
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan dan panutan kita baginda Nabi
Agung Muhammad S.A.W.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen matakuliah, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.

Bengkulu, 31 Mei 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Pengertian Tasawuf...................................................................................5
B. Munculnya Tasawuf.....................................................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis tasawuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia
agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Tasawuf merupakan salah satu
khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin
dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad saw adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya
yang prima.
Melihat betapa pentingnya tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah
mengherankan jika tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti
oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang
tengah dialami bangsa ini.
Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Tasawuf, kami akan
mencoba menguraikannya dalam makalah yang berjudul “Pengertian Tasawuf,
Sejarah Perkembangan Tasawuf, dan Fungsi Tasawuf”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan sebuah masalah yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan tasawuf ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf ?

C. Tujuan
1. Mampu memahami tentang pengertian tasawuf
2. Mampu mengetahui sejarah perkembangan tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang kajian studi Islam yang memusatkan
perhatiannya pada upaya pembersihan aspek batiniah manusia yang dapat
menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Jadi sebagai ilmu sejak awal
tasawuf memang tidak bisa dilepaskan dari penjernihan jiwa. Upaya inilah yang
kemudian diteorisasikan dalam tahapan-tahapan pengendalian diri dan disiplin-
disiplin tertentu dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga sampai pada suatu
tingkatan (maqam) spiritualitas yang diistilahkan oleh kalangan sufi sebagai
syuhud (persaksian), wajd (perjumpaan), atau fana’ (peniadaan diri). Dengan hati
yang jernih, menurut perspektif sufistik seseorang dipercaya akan dapat
mengikhlaskan amal peribadatannya dan memelihara perilaku hidupnya karena
mampu merasakan kedekatan dengan Allah yang senantiasa mengawasi setiap
langkah perbuatannya. Jadi pada intinya, pengertian tasawuf merujuk pada dua
hal: (1) penyucian jiwa (tazkiyatun-nafs) dan (2) pendekatan diri (muraqabah)
kepada Allah.
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk mensucikan
jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga
kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Islam
sekalipun mengajarkan tentang ketakwaan, qana’ah, keutamaan akhlak dan juga
keadilan, tetapi sama sekali tidak pernah mengajarkan hidup kerahiban, pertapaan
atau uzlah sebagaimana akrab dalam tradisi mistisisme agama-agama lainnya.
Jadi, orientasi fundamental dalam perilaku sufistik generasi salaf adalah istiqamah
menunaikan petunjuk agama dalam bingkai ittiba’, dan bukannya mencari
karomah atau kelebihan-kelebihan supranatural. 1

1
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
B. Munculnya Tasawuf
Timbulnya tasawuf dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran islam
itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad diutus menjadi Rasul untuk segenap umat
manusia dan alam semesta. Fakta sejarah menunjukan bahwa pribadi Muhammad
sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan tahanuts dan khalawat di gua Hira’ disamping untuk mengasingkan
diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa
nafsu keduniaan. Di sisi lain Muhammad juga berusaha mencari jalan untuk
membersihkan hati dan mensucikan noda- noda yang menghinggapi masyarakat
pada masa itu. Tahanuts dan khalawat yang dilakukan Muhammad SAW
bertujuan untuk mencari ketenagan jiwa dan keberhasilan hati dalam menempuh
liku- liku probelma kehidupan yang beraneka ragam , berusaha untuk memperoleh
petunjuk dan hidayah serta mencari hakikat kebenaran , dalam situasi yang
demikianlah Muhammad menerima Wahyu dari Allah SWT, yang berisi ajaran-
ajaran dan peraturan- peraturan sebagai pedoman dalam mencapai kebahagiaan
hidup didunia dan diakhirat.1
Dalam sejarah islam sebelum munculnya aliran tasawuf, terlebih dahulu
muncul aliran zuhud pada akhir abad ke I (permulaan abad ke II). Pada abad I
Hijriyah lahirlah Hasan Basri seorang zahid pertama yang termashur dalam
sejarah tasawuf. Beliau lahir di Mekkah tahun 642 M, dan meninggal di Basrah
tahun 728M. ajaran Hasan Basri yang pertama
adalah Khauf dan Rajah’ mempertebal takut dan harap kepada Tuhan, setelah itu
muncul guru- guru yang lain, yang dinamakan qari’ , mengadakan gerakan
pembaharuan hidup kerohanian di kalangan umat muslim. Sebenarnya bibit
tasawuf sudah ada sejak itu, garis- garis mengenai tariq atau jalan beribadah
sudah kelihatan disusun, dalam ajaran- ajaran yang dikemukakan disana sini
sudah mulai mengurangi makna (ju’), menjauhkan diri dari keramaian dunia
( zuhud ).2

2
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
Abu al- Wafa menyimpulkan, bahwa zuhud islam pada abad I dan II Hijriyah
mempunyai karakter sebagai berikut:
1. Menjaukan diri dari dunia menuju akhirat yang berakar pada nas agama , yang
dilator belakangi oleh sosipolitik, coraknya bersifat sederhana, praktis( belum
berwujud dalam sistematika dan teori tertentu ), tujuanya untuk meningkatkan
moral.
2. Masih bersifat praktis, dan para pendirinya tidak menaruh perhatian untuk
menyusun prinsip- prinsip teoritis atas kezuhudannya itu. Sementara sarana-
saranapraktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara
penuh, sedikit makan maupun minum, banyak beribadah dan mengingat Allah
SWT. Dan berlebih- lebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada
kehendak Nya., dan berserah diri kepada Nya. Dengan demikian tasawuf pada
masa itu mengarah pada tujuan moral.
3. Motif zuhudnya ialah rasa takut yaitu rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul
dari landasan amal keagamaan secara sungguh- sungguh. Sementara pada
akhir abad II Hijriyah, ditangan Rabi’ah al- Adawiyah muncul motif rasa
cinta, yang bebas dari rasa takut trhadap adhab- Nya maupun harapan terhadap
pahala Nya. Hal ini dicerminkan lewat penyucian diri dan abstraksinya dalam
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
4. Ahkir abad II Hijriyah, sebagian zahid, khususnyadi Khurasan, dan Rabi’ah
al- Adawiyah ditandai kedalaman membuat analisa, yang bias dipandang
sebagai masa pendahuluan tasawuf, atau cikal bakal para pendiri tasawuf
falsafati abad ke- III dan IV Hijriyah. Abu al- Wafa lebih sependapat kalau
mereka dinamakan zahid, qari’, dan nasik (bukan sufi) (Abu alo- Wafa, 1970).
Sejalan dengan pemikiran ini, sebelum Abu al- Wafa, al- Qusyairi tidak
memasukkan Hasan al- Basri dan Rabi’ah al-Adawiyyah dalam deretan guru
tasawuf.23

3
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
Sedangkan zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang
mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang terpenting bagi
seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup
kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi
zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan
demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan
sufi[1].
Secara etimologis, zuhud berarti raghaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak
tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti
mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah[2].
Berbicara tentang arti zuhud secara terminologis menurut Prof. Dr. Amin
Syukur, tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, zuhud sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari tasawuf. Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam dan
gerakan protes[3]. Apabila tasawuf diartikan adanya kesadaran dan komunikasi
langsung antara manusia dengan Tuhan sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud
merupakan suatu station (maqam) menuju tercapainya “perjumpaan” atau ma’rifat
kepada-Nya. Dalam posisi ini menurut A. Mukti Ali, zuhud berarti menghindar
dari berkehendak terhadap hal – hal yang bersifat duniawi atau ma siwa Allah.
Berkaitan dengan ini al-Hakim Hasan menjelaskan bahwa zuhud adalah
“berpaling dari dunia dan menghadapkan diri untuk beribadah melatih dan
mendidik jiwa, dan memerangi kesenangannya dengan semedi (khalwat),
berkelana, puasa, mengurangi makan dan memperbanyak dzikir”[4].
Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dengan tasawuf
sebagai seorang zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan duniaserta
mengingkarinya serta lebih mengutamakan kehidupan yang kekal dengan
mendekatkan diri untuk supaya tercapai keridhoan dan makrifat perjumpaan
dengan-Nya. Hal ini agar lebih mendekatkan diri sebagai makhluk dengan Kholik
sehingga dapat meraih keuntungan akhirat.4

4
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam, dan gerakan protes yaitu sikap
hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam menatap dunia fana
ini. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan untuk meraih keridlaan Allah
swt., bukan tujuan tujuan hidup, dan di sadari bahwa mencintai dunia akan
membawa sifat – sifat mazmumah (tercela). Keadaan seperti ini telah dicontohkan
oleh Nabi dan para sahabatnya[5].
Zuhud disini mengandung makna tidak berbangga atas kemewahan dunia dan
tidak membuat ingkar terhadap Allah SWT serta tetap berusaha bekerja. Hal ini
hanyalah sebagai sarana ibadah meraih keridhoan-Nya, bukan sebagai tujuan
akhir hidup.
Sifat zuhud inilah yang menjadi salah satu akibat suatu peristiwa dan lanjutan
munculnya tasawuf, yaitu sebagai reaksi kaum muslimin terhadap sistem social
politik dan ekonomi di kalangan islam sendiri. Ketika islam mulai tersebar ke
berbagai penjuru dunia, setelah tempo sahabat (zaman tabiin abad ke I dan II) baik
pada masa Kholifah maupun masa daulah-daulah setelahnya banyak terjadi
pertikaian politik ataupun kemakmuran satu pihak, sudah mulai beubah
kondisinya dari masa sebelumnya. Sehingga menimbulkan pula peperangan
saudara antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awiyah yang bermula fitnah pada
Utsman bin Affan. Dengan adanya peristiwa tersebut membuat masyarakat dan
ulama tidak ingin terlibat terhadap pergolakan yang ada serta tidak mau
kemewahan dunia. Mereka lebih memilih untuk mengasingkan diri agar bisa
mengembalikan kondisi lingkungan kehidupan islam seperti dahulu, yaitu seperti
masa Nabi SAW, para sahabat serta para pengikutnya yang sesuai dengan
berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist pada jalan yang benar menuju Rabb Yang
Maha Esa.5

5
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
Pada masa Bani Umayyah sistem pemerintahan berubah menjadi monarki
sehingga bebas berbuat kezaliman (terlebih kepada lawan politiknya yaitu Syiah).
Sampai terbunuhlah Husen bin Ali di Karbala dengan kekejaman Bani Umayah,
sehingga penduduk Kufah menyesal mendukung pihak yang melawan Husein.
Kemudian kelompok ini bernama Tawwabun yang dipimpin Mukhtar bin Ubaid
as-Saqafi untuk membersihkan diri serta beribadah. Demikian pula dari segi social
yang bermewah-mewahan jauh dari seperti zaman Nabi SAW. Kholifah Yazid
yang dikenal pemabuk membuat kaum muslimin merasa berkewajiban menyeru
hidup zuhud, sederhana, saleh dan tidak terjebak hawa nafsu seta kembali melirik
pada kesederhanaan kehidupan Nabi SAW dan para sahabatbya. Saat itulah
kehidupan zuhud menyebar luas di maaasyarakat pada abad-abad pertama dan
kedua hijriyah dengan berbagai aliran, seperti :madinah, Bashrah, Kuffah, Mesir

1. Zaman Nabi SAW tidak ada tasawuf, akantetapi sikap perangainya serta dari
para sahabat telah menunjukkan sifat tasawuf.
2. Tasawuf muncul sebagai akibat dari ketidakselarasan kondisi social politik
pada masa setelah sahabat yang jauh dari nilai-nilai seperti masa lalu untuk
kembali ke jalan islam yang lurus dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Lahirnya tasawuf didorong oleh beberapa faktor: (1) reaksi atas
kecenderungan hidup hedonis yang mengumbar syahwat, (2) perkembangan
teologi yang cenderung mengedepankan rasio dan kering dari aspek moral-
spiritual, (3) katalisator yang sejuk dari realitas umat yang secara politis
maupun teologis didominasi oleh nalar kekerasan, (4) perang politik yang
saling mengorbankan satu dengan yang lain. Karena itu sebagian ulama
memilih menarik diri dari pergulatan kepentingan yang mengatasnamakan
agama dengan praktek-praktek yang berlumuran darah. Peri hidup Peri hidup
Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak didasarkan pada nilai-nilai material,
nilai-nilai yang bersifat duniawi, misalnya mencari kekayaan pribadi,
melainkan bertumpu pada nilai-nilai ibadah, mencari keridhaan Allah SWT.
Akhlak mereka demikian tinggi, tunduk, patuh kepada Allah, tawadhu’
(merendah diri) dan sebagainya, bagaikan tanaman padi, kian berisi kian
merunduk. Peri hidup Nabi dan para sahabatnya yang terpuji (akhlaqul
karimah) tersebut antara lain:
1. Hidup zuhud (tidak mementingkan keduniaan).
2. Hidup qanaah (menerima apa adanya).
3. Hidup taat (senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya).
4. Hidup istiqamah (tetap beribadah).
5. Hidup mahabbah (sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, melebihi cinta
kepada dirinya dan makhluk lainnya).
6. Hidup ubudiah (mengabdikan diri kepada Allah).36

BAB III

6
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak
yang mulia dan dekat dengan Allah SWT.
Ajaran tasawuf yang benar adalah yang tidak mengabaikan akhlak
terhadap sesama manusia. Jadi, bukan hanya hubungan vertikal dengan Tuhan
saja yang harus di bina, namun perlu juga hubungan dengan sesama manusia
dengan akhlak yang terpuji. Dalam Islam, bahwa walaupun tujuan hidup harus
diarahkan ke alam akhirat, namun setiap muslim diwajibkan untuk tidak
melupakan urusan dunianya. Setiap muslim wajib kerja keras untuk menikmati
rezeki Tuhan yang telah dihalalkan untuk umat-Nya, asal diperoleh melalui jalan
yang halal. Yakni berlomba dengan cara yang jujur dalam kebaikan (fastabiqul
khairat). Akan tetapi mengutamakan kehidupan dunia dan berpandangan
materialis-sekuler sangatlah dicela dan diharamkan dalam Islam.
Fungsi umum tasawuf:
- Agar kita itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
- Menyeimbangkan lahir dan batin dunia dan akhirat.
- Agar hati ini teduh redup biar tidak gelisah.
- Membuat kesadaran sosial menjadi lebih tinggi.

Fungsi khusus tasawuf:


- untuk membersihkan hati kepada Allah.
- membersihkan jiwa dari pengaruh keduniaan.
- menerangi jiwa dari kegelapan.
- memperteguhkan dan menyuburkan keimanan.

DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Dr. MA. Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002
al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo
Persada, 1996
MAHJUDIN, Drs. 1991. Kuliah Akhlak-Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
MUSTOFA, Drs. H. A. 1999. Akhlak-Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
NATA, Prof. Dr. H. ABUDDIN, M.A. 2006. Tasawuf. Jakarta: PT. Taja
Grafindo Persada.
Permadi, K.Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta,
2004
Rosihon Anwar, Drs. M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf.
Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1996
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/TasawufHN1.html
http://quran.com/
http://mazguru.wordpress.com/2009/01/25/sejarah-perkembangan-
tasawuf/
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/
minggu/14 maret 2021

Anda mungkin juga menyukai