Dosen Pengampu :
MUHAMMAD NORHADI, S.Th.I
Disusun oleh :
Arrizka Annuri
NIM. 2312140075
Syifa Rohima
NIM.2312140014
PENGERTIAN TASAWUF
Kata tasawuf diambil dari kata shafa yang berarti bersih. Dinamakan shufi karena
hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata
tersebut diambil dari kata Shuffah yang berarti serambi Masjid Nabawi di Madinah
yang ditempati oleh sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin.
Mereka disebut ahl as-shuffah yang sungguh pun miskin namun berhati mulia dan
memang sifat tidak mementingkan kepentingan dunia dan berhati mulia adalah sifat-
sifat kaum sufi. Teori lainnya menegaskan bahwa kata sufi diambil dari kata “shuf”
yaitu kain yang dibuat dari bulu atau “wool”, dPan kaum sufi memilih memakai wool
yang kasar sebagai simbol kesederhanaan.
Dari berbagai teori di atas, tampak bisa dipahami bahwa sufi dapat dihubungkan
dengan dua aspek, yaitu aspek lahiriyah dan bathiniyah. Teori yang menghubungkan
orang yang menjalani kehidupan tasawuf dengan orang yang berada di serambi masjid
dan bulu domba merupakan tinjauan aspek lahiriyah dari shufi. Ia dianggap sebagai
orang yang telah meninggalkan dunia dan hasrat jasmani, dan menggunakan benda-
benda di dunia hanya untuk sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedinginan
dan kelaparan. Sedangkan teori yang melihat sufi sebagai orang yang mendapat
keistimewaan di hadapan Tuhan nampak lebih memberatkan pada aspek bathiniyah.
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat berada dekat dengan
Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia misalnya
harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian yang ditujukan
oleh seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang dirasakan dan
diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Mengenai jumlah maqamat yang harus ditempuh oleh para sufi berbeda-beda sesuai
dengan pengalaman pribadi yang bersangkutan. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi
misalnya, mengemukakan beberapa mawamat, yaitu : taubat, zuhud, sabar, al-faqr, al-
tawadlu’, taqwa, tawakkal, al-ridla, al-mahabbah, al-ma’rifat dan kerelaan hati.
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SALAFI (AKHLAQI), FALSAFI, DAN
SYI’I
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua arah
perkembangan. Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku; ada pula
tasawuf yang mengarah pada teori-teori yang begitu rumit dan memerlukan
pemahaman yang lebih mendalam. Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi
ke arah pertama sering di sebut sebagai tasawuf Salafi. Tasawuf Akhlaki, tasawuf
Sunni. Tasawuf jenis ini banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf
yang berorientasikan ke arah kedua disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf jenis
kedua banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof,
disamping sebagai sufi.
Pemnbagian dua jenis tasawuf di atas didasarkan atas kecendrunganajaran yang
dikembangkan, yakni kecendrungan pada pemikiran. Dua kecendrungan ini terus
berkembang hingga masing-masing mempunyai jalan sendiri-sendiri, untuk melihat
perkembangan tasawuf ke arah yang berbeda ini, perlu dilihat lebih jauh tentang gerak
sejarah perkembangannya.
A.KESIMPULAN
Sejarah perkembangan tasawuf terbagi kepada tiga aliran Tasawuf, aliran pertama
adalah aliran Tasawuf Salafi [Akhlaqi], aliran kedua adalah aliran tasawuf Falsafi, dan
aliran ketiga adalah aliran Tasawuf Syi’i. Tasawuf aliran pertama mengalami
Bereberapa fase yakni Pada abad kesatu dan kedua hijriyah disebut dengan fase
asketisme [Zuhud], Abad ketiga hijriyah fase terlihatnya perkembangan tasawuf yang
pesat, Abad keempat hijriyah fase kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat
dibandingkan dengan abad ketiga hijriyah, Abad kelima hijriyah fase kemunculan
imam Al-Ghazali, fase yang cenderung mengadakan pembaharuan, yakni dengan
mengembalikan ke landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan Abad keenam hijriyah
fase pengaruh tasawuf Sunni semakin luas ke seluruh pelosok dunia Islam. Aliran
kedua yakni aliran Tasawuf Falsafi disebut pula dengan Tasawuf nazhari, yakni
tasawuf yang ajaran-ajarannya memedukan antara visi mistis dan visi rasional
sedbagai pengasasnya. Dan Aliran ketiga yakni aliran Tasawuf Syi’iatau Syi’ah
didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan
manusia dengan Tuhan.
B.SARAN
Setelah penjelasan dalam makalah ini, sebagai manusia biasa penulis memohon maaf
apabila terjadi kesalahan dalam penjabaran masalah atau penyimpangan-
penyimpangannya. Penulis menerima saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.