Anda di halaman 1dari 15

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP AJARAN

TASAWUF SUNNI DAN TASAWUF FALSAFI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Akhlak Tasawuf yang dibina oleh
(Bapak Misnawi, M. Pd. I)

Oleh :
Kelompok 6
Eka Liyana
NIM 21381092050
Lailatul Qomariyah
NIM 21381092058
Nurul Faizah
NIM 21381092068
Syafira Adinda Putri
NIM 21381092076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah


memberikan rahmat, taufiq, hidayah, beserta inayahnya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Memahami Prinsip-Prinsip Ajaran
Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW., para sahabat, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak Tasawuf dengan dosen pengampu Bapak
Misnanwi, M. Pd. I.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman dalam
memberikan penjabaran yang lebih dalam menjadikan kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kami semua.
Kami selaku tim penyusun ingin meminta maaf sebanyak-banyaknya bila ada
penulisan nama, tempat dan kata yang kurang berkenan dihati para pembaca.

Pamekasan, 23 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
C. Tujuan …………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 3
A. Tasawuf Sunni …………………………………………………….. 3
B. Tasawuf Falsafi …………………………………………………… 4
C. Perbedaan Tasawuf Sunni dan Falsafi ……………………………. 5
D. Para Tokoh Tasawuf Sunni dan Falsafi …………………………... 6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………… 10
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 10
B. Saran ………………………………………………………………. 11
DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan tasawuf Sunni dan Falsafi dalam studi tasawuf memiliki
epistemologi keilmuan tersendiri. Memperbincangkan polemik antara tasawuf
Sunni dan Falsafi adalah hal yang penting karena masing-masing memiliki
kecenderungan yang berbeda-beda. Namun, melakukan interkoneksi antara
kedua model tasawuf tersebut menjadi kajian yang patut untuk ditelaah karena
tasawuf merupakan gerakan moral terhadap ketimpangan sosial, politik,
budaya, dan ekonomi yang dilakukan umat Islam.
Interkoneksitas tasawuf Sunni dan Falsafi tampak pada proses Islamisasi di
Nusantara. Dimana pertama kali Islam masuk ke Nusantara banyak
menggunakan tasawuf Falsafi, seperti paham panteisme dalam masyarakat
Jawa. Tasawuf Sunni dan Falsafi bermuara pada kesempurnaan moral diri
sendiri yang berdampak terhadap orang lain dengan cara pengendalian hawa
nafsu, menghormati orang lain, bersikap bijaksana, adil, serta saling
menghargai kepercayaan satu sama lain.
Ajaran sosial tasawuf Sunni dan Falsafi memiliki peran yang cukup besar
dalam perubahan sosial masyarakat, seperti Islamisasi di Nusantara dan ajaran
kesetaraan sehingga menempatkan peranan yang cukup signifikan dalam
1
pengalaman spiritual pengikutnya. Oleh karena itu, kami tim penulis akan
mengulas lebih mendalam mengenai tasawuf Sunni dan Falsafi baik dari segi
pengertian, perbedaan, maupun para tokoh yang ikut berperan dalam hal
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan ajaran tasawuf Sunni!
2. Jelaskan ajaran tasawuf Falsafi!

1
Khusnul Khotimah, “Interkoneksitas Dalam Ajaran Sosial Tasawuf Sunni Dan Falsafi,” Komunika
9, no.1 (2015): 1, https://doi.org/10.24090/komunika.v9i1.829.

1
2

3. Identifikasikanlah perbedaan tasawuf Sunni dan Falsafi!


4. Sebutkan para tokoh tasawuf Sunni dan Falsafi!

C. Tujuan
1. Mengetahui ajaran tasawuf Sunni.
2. Mengetahui ajaran tasawuf Falsafi.
3. Mengetahui perbedaan tasawuf Sunni dan Falsafi.
4. Mengetahui para tokoh tasawuf Sunni dan Falsafi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tasawuf Sunni
Kaum Sufi terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu mereka yang
mengajarkan tasawuf berasal dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits karena
berisikan ajaran-ajaran akhlak sehingga disebut dengan tasawuf akhlaki. Dari
kedua hukum tersebut, mereka menyampaikan ajaran akhlak seperti zuhud,
taubat, tawakkal, sabar, mahabbah, ridha, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, ajaran tasawuf Sunni adalah tasawuf yang ajarannya bersumber dari
nash Al-Qur’an dan Al-Hadits, dipraktekkan oleh Rasulullah dan Sahabatnya
sehingga dilanjutkan oleh Tabi’in dan ulama’ terdahulu.
Tasawuf Sunni berdasarkan ajaran-Nya sesuai dengan misi diutusnya
2
Rasulullah, yaitu memperbaiki akhlak manusia yang sempurna. Rasul
memperlihatkan kepada umatnya sebagai manusia yang sempurna (insan kamil)
dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi, seperti Abu Bakar As-Shiddiq terkenal
dengan tawakkal dan sabarnya, Umar bin Khattab dikenal dengan keadilan dan
kebijaksanaanya, Utsman bin Affan dikenal dengan kedermawanannya dan
kesabarannya, serta Ali bin Abi Thalib terkenal dengan ketegasan, keadilan, dan
rendah hati. 3
Tasawuf Sunni lebih menekankan kepada penyucian hati yang disebut
takziyat al nafs yaitu upaya membersihkan hati dari kotoran dan penyakit hati.
Dalam ilmu tasawuf, takziyat al nafs dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
pertama, takhalli, yaitu upaya mengosongkan diri dari sifat buruk/tercela
(madzmumah). Kedua, tahallili, yaitu upaya membiasakan diri dengan sikap,
perilaku, dan akhlak terpuji. Ketiga, tajalli, yaitu terungkapnya nur ghaib
4
dengan menanamkan kecintaan yang mendalam kepada Sang Khaliq .

2
Mohammad Muchlis Sholihin, Akhlak dan Tasawuf dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi
menuju Allah (Surabaya: Pena Salsabila, 2017), 120.
3
Ibid, 121.
4
Ibid, 132.

3
4

B. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah kaum Sufi yang dalam ajarannya dipengaruhi oleh
pemikiran filsafat Yunani, diantaranya Abu Yazid al-Bustami yang
mengajarkan al-Ittihad, Al-Hallaj mengajarkan al-Hulul dan lain-lain. Tasawuf
Falsafi dapat didefinisikan sebagai kajian dan jalan esoterik dalam Islam untuk
mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan filosofis. Adapun
ajaran tasawuf Falsafi yaitu:
1. Fana’ dan Baqa’, yakni lenyapnya kesadaran dan kekal.
2. Ittihad, yaitu suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang Sufi telah
merasa dirinya bersatu dengan Tuhan.
3. Hulul, yaitu bersemayamnya sifat Allah kedalam diri manusia sehingga
bersatulah sifat Ketuhanan dengan kemanusiaan.
4. Isyraq, berkaitan dengan cahaya yang digunakan sebagai lambang
kekuatan, kebahagiaan, dan ketenangan.
5. Manusia berasal dari Nur Al-‘Anwar yang menciptakannya melalui
pancaran cahaya. Menurut paham ini, hubungan manusia dengan Tuhan
merupakan hubungan arus bolak-balik (bersifat dari atas kebawah dan dari
bawah keatas) sehingga terjadi ittihad. 5
Seorang Sufi yang dianggap sebagai perintis tasawuf Falsafi sekaligus
6
filosof Sufi pertama dalam Islam adalah Ibn Masarrah (w. 319/931)
berpendapat bahwa melalui tasawuf manusia dapat melepaskan jiwanya dari
belenggu/penjara badan dan memperoleh karunia Tuhan berupa penyinaran hati
dengan Nur, serta kehidupan di akhirat manusia dibangkitkan ruhnya tanpa
badan.
Tokoh kedua Suhrawardi al-Maqtul dibunuh di Aleppo tahun 587/1191
karena pandangannya dianggap keluar dari Islam oleh ulama’ Fuqaha. Pada
abad ke 15 terjadi peristiwa tragis berupa eksekusi mati terhadap Syekh Siti
Jenar atas fatwa Wali Songo karena ajarannya dipandang menganut doktrin

5
Syamsul Huda, “Tasawuf Falsafi: Pengertian, Karakteristik, Tokoh, dan Ajaran,” Wislah, diakses
dari https://wislah.com/tasawuf-falsafi-pengertian/ pada tanggal 7 November 2021 pukul 12.57
WIB.
6
Sholihin, Akhlak dan Tasawuf dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi menuju Allah, 122.
5

sufistik yang bersifat bid’ah berupa pengakuan akan kesatuan wujud manusia
dengan wujud Tuhan. Hukuman mati tersebut memberikan akibat yang kurang
menguntungkan pada perkembangan tasawuf Falsafi di Indonesia karena
meredupkan ajaran tasawuf yang dipandang sebagai kufur dan syirik.
Perkembangan tasawuf Falsafi mulai menggeliat ketika Hamzah Fansuri
7
dan Syamsuddin di Sumatera. Ilmu pengetahuan yang diperoleh di Aceh
memberikan pemahaman mengenai rumpun ilmu keislaman, seperti fiqih,
tauhid, akhlak, tasawuf, dan ilmu umum seperti, kesusastraan, sejarah, dan
logika. Hamzah mempelajari tasawuf Falsafi dari Iraqi. Banyak pendapat yang
menyatakan bahwa Hamzah menganut falsafat dan tarekat Qadariyah yang
didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani. Karena kehebatannya dalam bidang
tasawuf, Hamzah Fansuri dikenal sebagai ulama’ yang sangat berpengaruh pada
kesultanan Aceh dibawah pemerintahan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1588-
1604) sehingga pengaruhnya sampai ke wilayah Buton Sulawesi Utara melalui
karyanya Asrar al ‘Arifin dan Syarh al-‘Asyiqin.

C. Perbedaan Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi


1. Tasawuf Sunni bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits yang ajarannya
sesuai dengan Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan
tasawuf Falsafi berasal dari pemikiran filsafat yang berkembang sebelum
maupun setelah Islam. Tasawuf Falsafi mengajarkan perpaduan antara
tasawuf dengan filsafat, misal al-Baqa’ al-Fana’ dan al-Ittihad merupakan
ajaran Abu Yazid al Bisthami yang mengajarkan bersatunya antara zat
makhluk dengan Tuhannya yang dipengaruhi oleh filsafat Plotinus.
2. Tasawuf Sunni berisi ajaran yang tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Sedangkan tasawuf Falsafi mempunyai kecenderungan
menyimpang dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kaum Sufi mengeluarkan kata-
kata syathahat, yaitu perkataan aneh yang diucapkan dalam keadaan tidak
sadar. 8 Contoh perkataan Abu Yazid Al-Bishami yang mengeluarkan, “Aku
adalah Allah, Tidak ada Tuhan selain Aku”.

7
Ibid, 123.
8
Ibid, 125.
6

3. Tasawuf Sunni mengajarkan adanya “ketidaksamaan” antara makhluk


dengan Allah, ketidak-satuan Allah dengan ciptaan-Nya. Sedangkan
tasawuf Falsafi mengajarkan adanya “kesatuan” Allah dengan makhluk-
Nya.
4. Tasawuf Sunni lebih memperhatikan keseimbangan antara hakikat dengan
syariat yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Imam Malik
berpendapat: “Barangsiapa berilmu Fiqh tapi tidak bertasawuf maka
sungguh ia telah fasik. Dan barangsiapa yang bertasawuf tapi tidak berilmu
Fiqh maka sungguh ia Zindiq. Dan barangsiapa berilmu Fiqh dan
bertasawuf maka sungguh ia adalah yang tepat”. Sedangkan tasawuf Falsafi
mengenal istilah nihilisme syari’at, yaitu suatu bentuk ajaran yang
menegasikan syari’at sebagai bentuk penolakan terhadap hakikat dan
keberadaan benda-benda. 9
Maksudnya, syari’at hanya berlaku kepada
seseorang yang berkeyakinan bahwa dirinya berbeda dari Tuhannya
sehingga tak perlu melaksanakan ajaran syari’at.

D. Para Tokoh Tasawuf Sunni dan Falsafi


1. Tokoh Tasawuf Sunni
a. Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah tokoh tasawuf Sunni yang paling termasyhur.
Ajaran Al-Ghazali meliputi zuhud, taubat, sabar, ridha, tawadhu’,
mahabbah, ma’rifat, dan lain-lain yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Al-Ghazali menolak pemikiran gnostik, emanasi dan
penyatuan yang mempengaruhi kaum Sufi. Menurut Al-Ghazali,
bertasawuf merupakan pilihan terbaik dan paling benar karena segala
perilaku dan perkataan berasal dari cahaya kenabian.
Al-Ghazali mengatakan, “makrifat adalah mengetahui rahasia Allah
dan peraturan-Nya tentang segala yang ada. Beliau menjelaskan bahwa,
“Alat seorang sufi mendapatkan makrifat adalah kalbu bukan panca
indera atau akal. Pengetahuan yang diperoleh kalbu lebih benar daripada

9
Ibid, 126.
7

pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Makrifat mengandung tujuan


moral, kebahagiaan, cinta kepada Allah sehingga tujuan akhirnya
meningkatkan akhlak terpuji melalui latihan jiwa dapat menghilangkan
akhlak tercela dan digantikan dengan akhlak terpuji. Agar seorang sufi
mencapai ma’rifat maka harus melakukn mujahadah (perjuangan yang
sungguh-sungguh) dan terus menerus (istiqomah) melaksanakan
peribadatan menuju Allah”. 10
Al-Ghazali menolak syathahat, hulul, dan ittihad yang merupakan
paham kaum tasawuf falsafi karena menyimpang dari ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

b. Hasan Al-Basri
Hasan Al-Basri merupakan tokoh sufi pada masa Tabi’in yang
dikenal sebagai seorang zahid (tidak mencintai dunia sedikitpun), wara’
(sikap berhati-hati dalam mengamalkan ajaran Islam), serta mempunyai
keberanian dalam menyampaikan kebenaran.
Hasan Al-Basri dikenal sebagai tokoh yang mengadakan gerakan
moral untuk memprotes pola hidup khalifah Umayyah yaitu Yazid bin
Muawiyah yang sangat bermewah-mewah, bergelimang dengan
kesenangan duniawi, dan berperilaku sewenang-wenang dalam
menjalankan pemerintahan. 11
Diantara ajaran Hasan Al-Basri, yaitu:
1) Perasaan takut dalam hati yang menyebabkan hati tenang lebih
utama daripada perasaan tenang menyebabkan hati takut.
2) Dunia merupakan tempat beramal.
3) Tafakkur membawa kita kepada kebaikan dan selalu berusaha untuk
mengerjakannya.
4) Banyak perasaan duka di dunia yang dapat memperteguh amal
kebaikan.

10
Ibid, 128.
11
Ibid, 130.
8

c. Al-Muhasibi
Al-Muhasibi merupakan seorang tokoh Sufi yang banyak
mengamati fenomena di masyarakat Muslim. Dalam Pandangannya
,Seseorang akan mendapatkan keselamatan di akhirat dengan
melakukan ketaatan dan ketaqwaan serta meneladani pola pikir nabi
Muhammad SAW.
Al-Muhasibi menjelaskan bahwa untuk mencapai makrifat,
pertama, seseorang harus menjalani ketaatan kepada allah. Kedua, hati
yang tersinari akan mengakibatkan tersingkapnya ilmu dan hal ghaib.
Ketiga, Sang sufi mengalami fana’ wa al baqa’ dan pada tahap akhir
mengalami ma’rifah. 12

d. Al-Qusyairi
Al-Qusyairi merupakan tokoh Sufi terpenting abad ke-5 Hijriyah.
Al-Qusyairi membela aliran ahl al Sunnah wa al Jamaah yang
dikembangkan oleh Al-Asy’ari, menentang ajaran Mu’tazilah,
Karamiyah, dan Syi’ah, menentang ajaran kaum Sufi yang mengajarkan
kesatuan Allah dengan hamba-Nya dengan mengeluarkan kata-kata
Syathahat, menentang keras penyimpangan yang bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Al-Hadits.

2. Tokoh Tasawuf Falsafi


a. Ibnu ‘Arabi
Nama lengkap Ibnu Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad
bin Abdullah Ath-tha’I Al-Haitami. Ajaran dari Ibnu ‘Arabi, yaitu:
1) Wahdad Al-Wujud, ajaran tentang bersatunya wujud Tuhan dan
manusia.

12
Ibid, 131.
9

2) Hakiqat Muhammadiyah, penciptaan alam semesta merupakan


pelimpahan dari wujud yang satu, yaitu Allah sehingga lahirlah
semua wujud dengan segala penciptaan-Nya.
3) Wahdad Al-Adyan, kesatuan agama bahwasanya hakikat semua
agama bertujuan untuk mengabdi kepada Tuhan.

b. Al-Jilli
Al-Jilli merupakan Sufi terkenal di Bagdad. Ajarannya berupa:
1) Insan Kamil, manusia sempurna sebagai wujud dari Tuhan yang
diumpamakan dengan cermin.
2) Maqamat, tingkatan yang harus dilalui seorang Sufi adalah Islam,
Iman, Ihsan, Shalah, Shahadah, Shidqiyah, dan Qurbah.

c. Ibnu Sab’in
Ibnu Sab’in mempelajari ilmu-ilmu, seperti bahasa dan sastra Arab,
ilmu agama, ilmu fiqih (fiqih pernikahan dan muamalah jual beli), ilmu
filsafat, dan logika. Ajarannya berupa:
1) Kesatuan mutlak, ajaran tentang wujud itu hanya satu yaitu wujud
Tuhan.
2) Menolak paham Aristotelian, menyusun logika baru untuk
membantah konsep jamak, tidak termasuk kategori logika yang bisa
dicapai lewat penalaran tetapi hembusan Ilahi yang membut manusia
bisa melihat yang belum pernah dilihat maupun mendengar yang
belum pernh didengar. 13

13
Redaksi Dalamislam, “Tasawuf Falsafi-Pengertian dan Tokoh-tokohnya,” Dalamislam.com,
diakses dari https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/tasawuf-falsafi, pada tanggal 7
November 2021 pukul 11.05 WIB.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaum Sufi terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu mereka yang
mengajarkan tasawuf berasal dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits karena
berisikan ajaran-ajaran akhlak sehingga disebut dengan tasawuf akhlaki.
Tasawuf Sunni lebih menekankan kepada penyucian hati yang disebut takziyat
al nafs yaitu upaya membersihkan hati dari kotoran dan penyakit hati.
Tasawuf Falsafi adalah kaum Sufi yang dalam ajarannya dipengaruhi oleh
pemikiran filsafat Yunani, diantaranya Abu Yazid al-Bustami yang
mengajarkan al-Ittihad, Al-Hallaj mengajarkan al-Hulul dan lain-lain. Tasawuf
Falsafi dapat didefinisikan sebagai kajian dan jalan esoterik dalam Islam untuk
mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan filosofis.
Seorang Sufi yang dianggap sebagai perintis tasawuf Falsafi sekaligus filosof
Sufi pertama dalam Islam adalah Ibn Masarrah. Pada abad ke 15 terjadi
peristiwa tragis berupa eksekusi mati terhadap Syekh Siti Jenar atas fatwa Wali
Songo karena ajarannya dipandang menganut doktrin sufistik yang bersifat
bid’ah berupa pengakuan akan kesatuan wujud manusia dengan wujud Tuhan.
Karena kehebatannya dalam bidang tasawuf, Hamzah Fansuri dikenal sebagai
ulama’ yang sangat berpengaruh pada kesultanan Aceh dibawah pemerintahan
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1588-1604) sehingga pengaruhnya sampai ke
wilayah Buton Sulawesi Utara melalui karyanya Asrar al ‘Arifin dan Syarh al-
‘Asyiqin.
Salah satu perbedaan tasawuf Sunni dan Falsafi yaitu Tasawuf Sunni
bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits yang ajarannya sesuai dengan Al-
Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan tasawuf Falsafi berasal
dari pemikiran filsafat yang berkembang sebelum maupun setelah Islam.

10
11

Tokoh tasawuf Sunni meliputi Al-Ghazali, Hasan al-Basri, Al-Muhasibi,


Al-Qusyairi. Sedangkan tokoh tasawuf Falsafi adalah Ibnu ‘Arabi, Al-Jilli, dan
Ibnu Sab’in.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, para penulis mengharapkan agar para pembaca
mengetahui lebih mendalam mengenai ajaran tasawuf Sunni dan Falsafi, baik
dari segi pengertian, perbedaan, maupun tokoh tasawuf Sunni dan Falsafi.
Semoga setiap rincian dan pembahasan yang dituang dalam makalah ini
menjadikan motivasi supaya mengimplementasikan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari serta wawasan ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR RUJUKAN

Dalamislam, Redaksi. (2021). Tasawuf Falsafi-Pengertian dan Tokoh-tokohnya.


Retrieved from Dalamislam.com: https://dalamislam.com/landasan-
agama/tauhid/tasawuf-falsafi

Huda, Syamsul. (2021, Mei Jum'at). Tasawuf Falsafi: Pengertian, Karakteristik,


Tokoh, dan Ajaran. Retrieved from Wislah: https://wislah.com/tasawuf-
falsafi-pengertian/

Khotimah, Khusnul. (2015). Interkoneksitas Dalam Ajaran Sosial Tasawuf Sunni


Dan Falsafi. Komunika, 1.

Sholihin, Muhammad Muchlis. (2017). Akhlak dan Tasawuf dalam Wacana


Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah . Surabaya: Pena Salsabila.

12

Anda mungkin juga menyukai