Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMIKIRAN IMAM GHAZALI TENTANG TASAWUF

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur


Mata Kuliah Keghazalian yang diampu oleh
Misbah Khusurur,SHI.,MSI

Disusun oleh:

Hasna Alfi Salsabila ( 23AB10078 )


Mardiatul Muna ( 23AB10040 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEAGAMAAN ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
CILACAP
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam kita curahkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW semoga kita bisa mendapat syafaatnya di
yaumil qiyamah.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Misbah selaku


dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini. Adapun makalah ini di tulis
untuk memenuhi tugas kuliah Keghazalian dengan judul “ Pemikiran imam
Ghazali tentang tasawuf”. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak
lepas dari kesalahan- kesalahan, penulis menyadari bahwa masih banyak
ketidak sempurnaan pada makalah ini baik dari segi penyusun maupun tata
bahasa. Maka dari itu kami mengharap saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga juga sedikit banyaknya, makalah ini bisa memberikan
pengetahuan baru kepada para pembaca.
DAFTAR ISI

PEMIKIRAN IMAM GHAZALI TENTANG TASAWUF..................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

BAB 1....................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................3

A. Latar belakang masalah..............................................................................3

B. Rumusan Masalah.......................................................................................4

C. Tujuan.........................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................5

PEMBAHASAN....................................................................................................5

A. Pengertian Ilmu Tasawuf............................................................................6

B. Pemikiran imam Ghazali tentang tasawuf..................................................8

BAB III................................................................................................................12

PENUTUP...........................................................................................................12

A. Kesimpulan...............................................................................................12

B. Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya
agama Islam itu sendiri yaitu semenjak nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam diutus menjadi rasul untuk segala umat manusia dan
seluruh alam semesta. Maka dalam catatan sejarah tasawuf dalam Islam
pada taraf yang pertama kali berdasarkan dan bersumber kepada sumber
yang pertama yaitu kehidupan nabi shallallahu alaihi wasallam yang
dimuliakan Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam ajaran Islam dikenal
dengan fase dimana umat Islam mengenal Islam setelah mulai dekat
dengan tasawuf ,setelah adanya upaya pembinaan aqidah Syariah dan
Akhlak hingga pada akhirnya tasawuf menjadi penyeimbang kehidupan
manusia di samping harus memenuhi kebutuhan jasmani
sekaligus rohani. Tasawuf dianggap sebagai pedoman atau jalan yang
harus dilalui oleh manusia untuk dekat dengan Allah. Namun tidak
mendengarkan hal yang bersifat duniawi artinya adalah keseimbangan
atau panduan utuh antara kehidupan dunia akhirat. Cendekiawan muslim
banyak mencoba mengaktualisasikan ajaran tasawuf dengan
mengkonsiliasikan ajaran tersebut dengan syariat, salah satu tokoh
cendekiawan muslim yang berhasil menyusun dan mengkompromikan
antara tasawuf dengan syariat menjadi konstruksi baru yang sangat
umum dan kalangan sufi adalah imam Al Ghazali beliau mampu
mengikat tasawuf dengan dalil Wahyu baik yang terdapat dalam Alquran
maupun hadis Nabi SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf ?
2. Bagaimana pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tasawuf
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran imam Al-Ghazali
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Tasawuf


(Dodego S. H., 2021) Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisme,
dalam bahasa inggris disebut sufisme. Kalau dalam pencarian akar kata
tasawuf sebagai upaya awal untuk pendefinisian tasawuf, ternyata sulit
untuk menarik satu kesimpulan yang tepat, kesulitan serupa ternyata
dijumpai pula pendfinisian tasawuf sebagaimana halnya dalam
mendifinisikan filsafat atau mistisme. Kesulitan itu nampaknya
berpangkal pada esensi tasawuf sebagai pengalamanrohaniah yang
hampir tidak mungkin dijelaskan secara tepat melalui bahasa lisan.
Masing-masing orang yang mengalaminya mempunyai penghayatan
yang berbeda dari orang lain sehingga pengungkapannya juga melalui
cara yang berbeda.
Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan
tangguh, sebab di dalam ajarannya yang menjadi sasaran utamanya
adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan
bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi
luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam
hubungannya dengan Tuhan pencipta alam semesta.
Pengertian Tasawuf dilihat dari segi bahasa yang paling banyak
disebutkan para ahli adalah :
Pertama, berasal dari kata ‘shuf’ yang artinya wol kasar, karena orang-
orang sufi selalui memakai pakaian tersebut sebagai lambang
kesederhanaan.
Kedua Tasawuf berasal dari akar kata shafa' yang berarti bersih, disebut
Sufi karena hatinya tulus dan bersih dihadapan Tuhannya.
Ketiga, Tasawuf berasal dari kata Ahl As-Suffah, yaitu orang-orang yang
tinggal di suatu kamar di samping masjid Nabi di Madinah. Mereka
adalah orang-orang miskin yang telah kehilangan harta bendanya karena
ikut berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Nabi.
Keempat, Tasawuf berasal dari kata 'Sophos'. Kata tersebut berasal dari
Yunani, yang berarti Hikmah.hubungan antara orang Sufi dan hikmah
karena orang Sufi membahas masalah yang mereka persoalkan
berdasarkan pembahasan yang falsafi. Mereka berusaha untuk
mensucikan jiwa untuk mendekati Tuhan.
Kelima, Tasawuf berasal dari kata shaf makna shaf" dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf paling depan.
Keenam, kata tasawuf berkaitan dengan kata shifat karena para Sufi
mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-
sifat tercela.
Ketujuh, Tasawuf berasal dari kata shaufanah' sebangsa buah-buahan
kecil yang berbulu, dan banyak tumbuh di padang pasir tanah Arab,
dimana pakaian kaum Sufi itu juga berbulu seperti buah-buahan tersebut
dalam kesederhanaannya.
Tasawuf secara istilah :
1. Definisi yang terjadi karena dasar
Abu Husein An-Nuri
Sufiah adalah sekelompok kaum yang memiliki hati yang bersih
dari segala keburukan yang diperbuat manusia dan bersih dari
penyakit batin serta bebas dari segala bentuk syahwat sehingga
mereka berada dibarisan yang pertama dan mendapat derajat yang
tinggi serta kebenaran. Ketika mereka meninggalkan apa-apa
selain Allah, jadilah mereka orang-orang yang tidak memiliki dan
dimiliki.
2. Definisi dari segi kesungguhan
Sahl bin Abdullah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam
beribadah kepada Allah dan lari dari manusia.
3. Definisi dari segi yang dirasakan
Tasawuf dari segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia sufi
harus mampu menggerakan jiwa pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mendapatkan suatu perasaan yang berhubungan dengan wujud Tuhan
yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha mendekatkan diri pada
Tuhan dengan berbagai cara, seperti memperbaanyak amalan. Bisa
disimpulkan bahwa tasawuf adalah pembersihan diri. Dengan kata lain,
tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan, yaitu kehidupan
kebendaan pada kehidupan kerohanian.1

B. Pemikiran imam Ghazali tentang tasawuf


(Zaini, 2016, hal. 153) Menurut Al-Ghazali, tasawuf dimaknai
sebagai ketulusan kepada Allah dan pergaulan yang baik dengan sesama
manusia. Tasawuf itu mengandung dua unsur. Pertama, hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan sesama manusia. Kedua, hubungan
tersebut didasarkan pada akhlak. Hubungan kepada Allah didasarkan
kepada ketulusan (keikhlasan niat) yang ditandai dengan menghilangkan
kepentingan diri untuk melaksanakan perintah Allah. Sedangkan
hubungan dengan manusia didasarkan atas etika pergaulan. Salah satunya
adalah mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri
sendiri, selama kepentingan itu tidak bertentangan dengan syariat. Sebab,
menurut AlGhazali, setiap orang yang melakukan penyimpangan
terhadap- syariat, maka ia bukan sufi. Jika ia mengaku sufi, maka
1
Subhan Hi Ali Dodego, “Tasawuf Al-Ghazali Perspektif Pendidikan Islam”, 17
Desember, 2023, https://books.google.co.id/books?
id=uX5EEAAAQBAJ&pg=PA25&dq=tasawuf+imam+ghazali&hl=id&newbks
=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahU
KEwiCkPPjgZSDAxX_RmwGHdouBH0Q6wF6BAgLEAU#v=onepage&q=tas
awuf%20imam%20ghazali&f=false
pengakuannya adalah dusta. (Al-Ghazali,: Khulasah, 2006). Adapun
Dasar-dasar tasawuf adalah memakan makanan halal dan mengikuti
teladan Rasulullah saw. Baik dalam akhlak, perbuatan dan perintah-
perintahnya. Siapapun yang tidak mengiktui ajaran al-Quran, mencatat
hadis, dalam konteks tasawuf tidak bisa diikuti. Karena ilmu kita terikat
dengan al-Quran dan as-Sunnah. Dengan demikian, tasawuf yang benar
itu adalah tasawuf yang menekankan kepada pengamalan syariat,
moralitas, dan keikhlasan dalam beribadah.2
(Deswita, 2014, hal. 87) Pemikiran Al-Ghazali tentang tasawuf ini
tertuang dalam kitab ihya’ ulumuddin sebuah kitab yang melukiskan
suatu fikiran, suatu kesanggupan menghidangka soal besar dalam
susunan yang mudah, gabungan kejernihan otak dengan perasaan hati
yang murni. Dalam kitab itulah Al-Ghazali menggabungkan antara fiqh
dengan tasawuf dan ilmu kalam, yang semuanya untuk maksud
mengokohkan iman dan cinta kepada Allah SWT. Al Ghazali, setelah
melalui pengembaraannya mencari kebenaran akhirnya memilih jalan
tasawuf. Menurutnya para sufilah mencari kebenaran yang paling hakiki.
Lebih jauh lagi, menurutnya, jalan para sufi adalah paduan ilmu dengan
amal, sementara sebagai buahnya adalah moralitas. Juga tampak olehnya,
bahwa mempelajari ilmu para sufi dapat karya-karya Mereka ternyata
lebih mudah daripada mengamalkannya. Bahkan ternyata pula bahwa
keistimewaan harus milik para sufi tidak mungkin tercapai hanya dengan
belajar tapi harus dengan tersingkatan batin. Menurut Al-Tafzani bahwa
keadaan rohaniah serta penggantian tabiat-tabiat, dengan demikian
menurutnya tasawuf adalah semacam pengalaman maupun penderitaan
yang rill.3

Jalan ( At-Thariq )

2
Ahmad Zaini, “Ahklak dan tasawuf,” Jurnal Esoterik, Vol. 13, No. 1, (2016),
hlm. 153..
3
Deswita,” Konsepsi Al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf,” Jurnal Juris, Vol.
13, No. 1, (Juni, 2014), hlm. 87.
(Zaini, Akhlak dan Tasawuf, 2016) Menurut al-Ghazali, ada beberapa
jenjang (maqamat) yang harus dilalui oleh seorang calon sufi. Pertama :
tobat, hal ini mencakup tiga hal: ilmu, sikap, dan tindakan. Ilmu adalah
pengetahuan seseorang tentang bahaya yang diakibatkan dosa besar.
Pengetahuan itu melahirkan sikap sedih dan menyesal yang melahirkan
tindakan untuk bertobat. Tobat harus dilakukan dengan kesadaran hati
yang penuh dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi
perbuatan dosa. Kedua : sabar, Al-Ghazali menyebutkan ada tiga daya
dalam jiwa manusia, yaitu daya nalar, daya yang melahirkan dorongan
untuk berbuat baik, dan daya yang melahirkan dorongan berbuat jahat.
Ketiga : kefakiran, yaitu berusaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal
yang diperlukan. Keempat : zuhud, dalam keadaan ini seorang calon sufi
harus meninggalkan kesenangan duniawi dan hanya mengharapkan
kesenangan ukhrawi. Kelima : tawakal, menurut al-Ghazali, sikap
tawakal lahir dari keyakinan yang teguh akan kemahakuasaan Allah.
Manusia seharusnya berserah diri kepada Tuhannya dengan sepenuh hati.
Tingkat tawakal yang paling tinggi adalah berserah diri bagaikan mayat.
Keenam : ma’rifat, yaitu mengetahui rahasia Allah dan mengetahui
peraturan-peraturan-Nya tentang segala yang ada.

Ma’rifah
Ma’rifah adalah esensi taqarrub (pendekatan pada Tuhan).
Ma’rifahmerupakan hasil penyerapan jiwa yang mempengaruhi kondisi
jiwa seorang hamba yang ada akhirnya akan mempengaruhi seluruh
aktivitas ragawi.
Ma’rifah secara etimologis, adalah pengetahuan tanpa ada
keraguan sedikit pun. Dalam terminologi kaum sufi, ma’rifah disebut
pengetahuan yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya ketika
pengatahuan itu terkait dengan persoalan Zat Allah swt. Ma’rifah kepada
Allah Swt. dengan sendirinya adalah zikir kepada Allah Swt. Tanda-
tanda ma’rifah, pada mulanya, munculnya kilatan-kilatan kecermelangan
cahaya lawa`ih, tawali’, lawami’ dan barq. Kata-kata tersebut masing-
masing sinonim yang berarti kilatan cahaya dan kecemerlangan. Tujuan-
tujuan pengetahuan, menurut al-Ghazali adalah moral yang luhur, cinta
pada Allah, fana di dalam-Nya dan kebahagiaan. Karena itu, menurutnya
pengetahuan diarahkan pada tujuan-tujuan moral, sebab ia tergantung
dari kebersihan dan kebeningan kalbu. Cinta kepada Allah dipandang al-
Ghazali sebagai buah pengetahuan. Sebab tidak terbayangkan adanya
cinta kecuali adanya pengetahuan serta pemahaman, karena seseorang
tidak mungkin jatuh cinta kecuali pada sesuatu yang telah dikenalinya.
Dan tidak ada sesuatu yang lebih layak dicintai yang selain Allah.
Karena itu, barang siapa mencintai yang selain Allah, jika bukan karena
dinisbatkan kepada Allah, hal itu timbul karena kebodohan-kebodohan
dan kekurangtahuannya terhadap Allah (al-Taftazani, 2003, hal. 175).4

4
Ahmad Zaini, “Akhlak dan Tasawuf,” Jurnal Esoterik, Vol. 2, No. 1, (2016),
hlm. 155.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf dalam Islam melewati berbagai fase dan kondisi. Pada
tiap fase dan kondisi yang dilewatinya terkandung sebagian aspek-aspek
saja. Meskipun begitu, dalam hal ini ada satu asas tasawuf yang tidak
diperselisihkan yaitu bahwa tasawuf adalah moralitas-moralitas yang
berdasarkan Islam. Mengenai aspek moral, dalam al-Quran terdapat
banyak ayat yang mendorong asketisme, kesabaran, berserah diri pada
Allah, rela, cinta, yakin, hidup sederhana, dan segala hal yang
diniscayakan pada setiap muslim sebagai kesempurnaan iman. Inti dari
pemikiran al-Ghazali adalah sebagai berikut:Pertama, tentang jenjang
(maqamat) menurut al-Ghazalai yang harus dilalui oleh seorang calon
sufi, diantaranya: tobat, sabar, kefakiran, zuhud,tawakal, dan makrifat.
Makrifat inilah yang kemudian menimbulkan mahabbah (mencintai
Tuhan). Ma’rifahmerupakan hasil penyerapan jiwa yang mempengaruhi
kondisi jiwa seorang hamba yang ada akhirnya akan mempengaruhi
seluruh aktivitas ragawi.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan, baik dalam aspek penulisan maupun
maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Deswita. (2014). Konsepsi Al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf. Juris, 87.

Dodego, S. H. (2021, Juli). Tasawuf Al-Ghazali Perspektif Pendidikan Islam.


Diambil kembali dari https://books.google.co.id/books?
id=uX5EEAAAQBAJ&pg=PA25&dq=tasawuf+imam+ghazali&hl=id&
newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=
X&ved=2ahUKEwiCkPPjgZSDAxX_RmwGHdouBH0Q6wF6BAgLEA
U#v=onepage&q=tasawuf%20imam%20ghazali&f=false

Zaini, A. (2016). Ahklak dan Tasawuf. Esoterik, 153.

Zaini, A. (2016). Akhlak dan Tasawuf. Esoterik, 155.

Anda mungkin juga menyukai