(IBNU ARABI)
Makalah ini bertujuan untuk memahami tugas mata kuliah Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Masykurillah, S. Ag., MA.
DISUSUN OLEH:
Kelompok 10
1. Afifah Salsa Bella (2001011005)
2. Anas Lutfiana Rahmawati (2001010003)
3. Neti Julia (1801011103)
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusun membuat
makalah yang berjudul “TASAWUF FALSAFI” dan demikian penyusun juga
sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam pembuatan makalah
ini.
Kelompok 10
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... I
DAFTAR ISI.......................................................................................... II
BAB I PENDAHUULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 12
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ajaran dasar dalam agama Islam ialah bahwa manusia
tersusun dari dua unsur, unsur roh dan jasad. Sedangkan roh itu berasal dari
hadirat Tuhan, wa nafakhtu fihi min ruhi, dan akan kembali kepada Tuhan.
Tuhan adalah suci dan roh yang datang dari Tuhan juga suci dan akan dapat
kembali ke tempat aslinya di sisi Tuhan kalau ia tetap suci, jika ia menjadi
kotor sebab masuk ke dalam manusia yang bersifat materi itu, ia tak akan
dapat kembali ke tempat asalnya.
Dalam Islam diajarkan aturan-aturan agar manusia menjadi baik, yakni
tersimpul dalam syariat yang mengambil bentuk salat, puasa, zakat, haji, dan
ajaran-ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Nabi Saw. Mengatakan
bahwa beliau datang untuk menyempurnakan budi pekerti.
Dengan kata lain, hidup spiritual yang diperoleh melalui ibadah biasa
belum memuaskan kebutuhan spiritual mereka. Maka mereka mencari jalan
yang membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan, sehingga mereka merasa
dapat untuk menyempurnakan budi pekerti luhur. Melihat tuhan dengan hati
sanubari (basyirah), bahkan bersatu dengan Tuhan. Jalan yang dimaksud tidak
lain adalah jalan tasawuf atau oleh orang barat disebut dengan mistisisme
Islam, “Islam Mysticism”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan makna dan esensi Tasawuf Falsafi?
2. Bagaimana penddekatan Tasawuf Falsafi?
3. Apa yang dimaksud dari makna istilah yang terdapat dalam Tasawuf
Falsafi?
4. Bagaimana biografi sari Ibnu Arabi dan ajarannya?
1
5. Bagaimana urgensi dna langkah praktis pelaksanaannya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna dan esensi dari Tasawuf Falsafi
2. Untuk memahami pendekatan dari Tasawuf Falsafi
3. Mengetahui makna istilah yang terdapat pada Tasawuf Falsafi
4. Mengetahui daan memahami biografi dari Ibnu Arabi dan ajarannya
5. Mengetahui urgensi dan langkah praktis pelaksanaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat
dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf
falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya
didasarkan pada rasa (dzuq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai
tasawuf dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering
diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.2
2
Muhammad Anas Ma`arif, “Tasawuf Falsafi Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam” Jurnal
Vicratina Vol. 3 No. 1, 2018. Hal. 6.
4
mengedepankan akal mereka serta ajarannya memadukan antara visi mistis
dan rasional.3
3
M. Iqbal Irham, Membangun Moral Bangsa Melalui Akhlak Tasawuf (Jakarta: Puataka Al-Ihsan,
2012), Hal. 163.
5
karena fana’ nya tidwak memiliki kesadaran lagi, dan ia berbicara atas
nama Tuhan.
3. Hulul
Secara harifah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh
manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat
kemanusiannya melalui fana. Al-Hallaj berkesmimpulan bahwa dalam diri
manusia terdapat sifat ketuhanan (lahut) dan dalam diri Tuhan terdapat
sifat ketuhanan (nasut). Jika sifat ketuhanan pada diri manusia menyatu
dengan sifat kemanusian pada diri Tuhan maka terjadilah Hulul.
4. Wahdat al-Wujud
Wahdat al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat
dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-
wujud artinya ada. Wahdat al-Wujud mempunyai pengertian secara awam
yaitu bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau
dipercaya telah suci. Pengertian sebenarnya adalah merupakan
penggambaran bahwa Tuhan-lah yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Dia-lah sang Khalik, Dia-lah yang telah menciptakan manusia,
Dialah Tuhan dan kita adalah bayangannya. Dari pengertian yang hampir
sama, terdapat pula kepercayaan selain wahdatul wujud, yaitu wahdatul
syuhud yaitu kita dan semuanya adalah bagian dari dzat Tuhan
5. Isyraq
Isyraq dalam bahasa Arab berarti sama dengan kata iluminasi dan
sekaligus juga cahaya pertama pada saat pagi hari seperti cahayanya dari
timur (sharq). Tegasnya, isyraqi berkaitan dengan kebenderangan atau
cahaya yang umumnya digunakan sebagai lambang kekuatan,
kebahagiaan, keterangan, ketenangan, dan lain-lain yang membahagiakan.
Konsep tasawuf al-isyraq barangkali adalah tipe tasawuf falsafi yang
paling orisinil di antara konsep-konsep tasawuf yang sealiran perkiraan ini
cukup beralasan mengingat, bahwa Suhrawardi al-Maqtul sebagai
6
konseptornya. Al-Isyraq berarti bersinar atau memancarkan cahaya dan
nampaknya searti dengan al-kasyf.4
4
Faza, Abrar M. Dawud. "Tasawuf Falsafi." Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan Peradaban
Islam 1.1 (2019). Hal. 62.
7
Ibnu Arabi adalah penulis produktif. Menurut Browne, ada 500 judul karya
tulis dan 90 judul di antaranya asli tulisan tangannya yang disimpan di
perpustakaan Mesir. Di antara karya monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-
Makkiyah, Tarjuman Al-Asyuwaq, dsb.5
Dalam teori Ibnu Arabi, terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan
dengan ajaran tentang hakikat Muhammadiyah atau nur Muhammad. Ibnu
Arabi mengatakan bahwa nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama wujud
dari nur Ilahi.6
5
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 341.
6
Ibnu Arabi, Al-Futuhat Al-Makkiyayah, juz II, hlm. 227
8
merupakan maqam tertinggi yang dapat dicapai manusia, sehingga bagi
pandangan sufi golongan kedua ini, manusia tetap dapat melewati maqam
ma`rifat termasuk menyatu dengan Allah SWT yang disebut ittihad.
Dengan lahir dan berkembangnya tasawuf tersebut, maka pembahasan
tasawuf menjadi lebih filosofis, karena telah mencapai masalah metafisik,
yaitu masalah Tuhan di satu sisi dan sebagian kemanusiaan, bahkan masuk ke
dalam kajian tentang proses penyatuan. antara manusia dengan manusia
lainnya. The History of Sufis menegaskan bahwa tradisi spiritual Islam pada
masa awalnya merupakan ekspresi dari makna zuhud yang merasuki para sufi.
Sekitar 40110 H, tasawuf menyebar ke Basra, Koufa dan Madinah.
Saat itu, yang membangkitkan asketisme para sufi adalah rasa takut
akan neraka dan keinginan untuk masuk surga. Seiring berjalannya waktu,
tradisi kehidupan spiritual mencapai puncaknya. Kehidupan spiritual tidak lagi
dikendalikan oleh rasa takut neraka dan keinginan untuk surga, tetapi oleh
cinta yang tulus kepada Allah SWT. Mencintai tanpa mengharapkan imbalan
apapun kecuali ingin melihat Sifat Allah SWT dan keindahan abadi-Nya, dan
menjadikan cinta
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad bin
Abdullah Ath-Tha’I Al-Haitami Al-Andalusia. Ia terkenal dengan panggilan
Muhyiddin Ibnu Arabi. Ia lahir di Murcia, Andalusia, Spanyol, tahun 560
Hijriah (1164 M). Beliau adalah salah satu sufisme terkenal dalam
perkembangan Tasawuf dalam Islam.
Tasawuf Falsafi, yaitu tasawuf yang dipadukan dengan filsafat. Dari cara
memperoleh ilmu menggunakan rasa, sedang menguraikannya menggunakan
rasio, ia tidak bisa dikatakan tasawuf secara total dan tidak pula bisa disebut
filsafat, tetapi perpaduan antara keduanya, dan dikenal dengan istilah tasawuf
Falsafi. Tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio
atau akal pikiran, karena tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau
pemikiran yang terdapat dikalangan para filosof, seperti filsafat tentang
Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan.
Istilah yang terdapat pada Tasawuf Falsafi yaitu.
1. Fana’ dan Baqa’
2. Ittihad
3. Hulul
4. Wahdat al-Wujud
5. Isyraq
10
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penyusun masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Baik dalam segi materi atau penjelasan. Maka penyusun dengan
tangan terbuka menerima kritik dan saran dengan bertujuan dapat memberikan
penulisan dengan baik. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi orang lain dan bagi diri sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
12