Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADITS PESAN NABI KEPADA MU’ADZ

“Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahtsul Kutub”

Dosen Pengampu :

Muhammad Badaruddin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Sukma Mega Agustin ( 2001011102 )

Tutik Warianti ( 2001011104 )

Windarti ( 2001010052 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih maha penyayang. Kami
ucapkan Alhamdulillah atas segala rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Hadits Pesan Nabi kepada Muadz.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami ucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Hadits Pesan Nabi kepada Mu’adz ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Metro, 25 September 2021

Kelompok IX

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Mu’adz bin Jabal............................................................................3


B. Dialog Rasulullah dan Mu’adz bin Jabal.....................................................5
C. Kajian Pesan Nabi kepada Mu’adz bin Jabal...............................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Penutup.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mu’adz bin jabal adalah salah satu yang termasuk as Sabiqul al Awalun, atau sahabat
Rasulullah yang pertama kali memeluk agama Islam. Beliau berasal dari kaum Ansar
yang mengikuti Baiqat Aqaba. Selain itu, Mu’adz merupakan seorang pemuda yang
sering kali mendapat perhatian karena fisik dan kemampuannya. Ia memiliki tubuh yang
kuat, wajah yang berseri, pandangan menarik, dan gigi putih berkilat serta memikat.
Tidak hanya itu, Mu’adz adalah seorang pemuda yang cerdas akan pengetahuan, serta
kelugasannya dalam berbahasa. Hal ini juga menarik hati Rasulullah.

Setelah masuk kedalam Islam, Mu’adz bin jabal sering menemani Rasul dalam
melakukan perjalanan. Keberanian Mu’adz hampir setara dengan keberanian yang
dimiliki Umar bin Khatab, hal ini dapat membantu Rasul dalam melanjutkan misi
dakwah selanjutnya. Sebagai seorang yang sering mendampingi Rasulullah, Mu’adz
tidak diam, Ia selalu memperhatikan setiap perbuatan yang dilakukan oleh Rasul, hingga
Mu’adz memiliki suatu keistimewaan yang banyak dikenal pada masanya, yakni
keahliannya dalam Fiqih dan Ilmu pengetahuan perkara hukum. Semua keistimewaan
yang diberikan Allah kepada Mu’adz dipergunakan olehnya untuk berijtihad dijalan
Allah. Melihat Mu’adz yang begitu rendah hati dan taat, Rasulullah sangat menyukai
sifat Mu’adz, dan beberapa kali memuji beliau karena kerendehan hatinya untuk islam.

Mu’adz selanjutnya diminta Rasul untuk menyampaikan dakwah di yaman,


beliaupun menyampaikannya dengan penuh tanggung jawab dan kewibawaan, bahkan
para penduduk yaman sering mendatangi dan meminta pendapat Mu’adz untuk bertanya
terkait pemasalahan yang dialami.

Keistimewaan Mu’adz dan kebaikan sifatnya yang mau berijtihad dan taat kepada
Allah membuat Muadz cukup menarik dan terkenal pada masanya. Beliau juga
merupakan sahabat yang memiliki kedekatan dengan Rasul, sehingga banyak dialog-
dialog dan pesan-pesan yang sering disampaikan kepada Mu’adz yang menjadi nasihat
bagi sepanjang masa.

1
Sosok Mu’adz bin Jabal, keistimewaan sifat rendah hatinya, dan kedekatanya dengan
Rasul sangat menarik untuk dibahas, Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan
menguraikan beberapa pembahasan mengenai Mu’adz bin Jabal.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Mu’adz bin Jabal?
2. Apasaja isi dialog dan pesan-pesan Nabi kepada Mu’adz bin Jabal?
3. Apasaja hadist-hadist Mu’adz bin Jabal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Muadz bin Jabal
2. Untuk mengetahui isi dialog dan pesan-pesan Nabi kepada Mu’adz bin Jabal
3. Untuk mengetahui hadist-hadist Mu’adz bin Jabal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Mu’adz bin Jabal

Mu’adz mempunyai nama lengkap Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr ibn Awus ibn ‘A’iz
ibn ‘Udz ibn Ka’ab ibn ‘Amr ibn Udi ibn sa’ad ibn ‘Alz ibn Asad ibn Saridah ibn Tazzd
ibn Jasym ibn al-Khazraj al-Ansharz al-Khazrajz. Mu’adz dikenal dengan sebutan
(kunyah) Abu ‘Abd Al-Rahman al-Ansharz dan juga termasuk pada golongan Banz
Salmah lewat jalur Udz, karena ‘Udz adalah saudara Salmah ibn Sa’ad yang termasuk
salah satu suku nasab yang dijadikan oleh golongan Anshar. Atas dasar itu Mu’adz
dijadikan sebagai orang yang mempunyai asal dari golongan Anshar suku banz Salmah.

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Mu’adz berasal dari Bani Salmah tetapi
dari Sahl ibn Muhammad, karena Mu’adz adalh saudara sahl ibn Muhammad ibn al-
Jaddz ibn Qais. Dan sahl adalah orang golongan bani Salmah. Menurut Ibn Sa’ad dan Ibn
al-Atszr pandangan yang paling tepat yaitu pandangan pertama yang berkata telah
dinisbatkan pada Bani Salmah melalui jalur ‘Uddi bukan dari Sahal. 1

Mu’adz telah memeluk agama Islam sejak usia 18 tahun juga termasuk diantara 70
orang yang telah ikut pada peristiwa ‘Aqabah dari kalangan Anshar. Lalu Nabi
Muhammad SAW mempeersaudarakan ‘Abdullah ibn Mas’ud dengan Mu’adz bin Jabal.
Dalam hal peperangan Mu’adz juga berperan aktif bersama Nabi Muhammad SAW yaitu
dalam perang badar pada usia 20/21 tahun dan perang uhud yang termasuk dua
peperangan besar antara umat islam dan kafir quraisy. Mu’adz bersama Tsa’labah ibn
‘Ummah dan ‘Abdullah ibn unaisy menghancurkan berhala yang disembah Bani Salmah.

Mu’adz dikenal sebagai orang yang sangat tampan dan ramah. Dalam beretika
interaksi dia sangat bagus sekali terhadap masyarakat dan sangat mempunyai moral yang
bagus. Mu’adz juga dikenal dalam kalangan masyarakat sebagai pribadi yang dermawan,
karena kedermawanan Mu’adz dia adalah orang yang mempunyai banyak hutang. Hingga
Mu’adz pergi ke yaman dia masih meninggalkan hutang sampai Nabi Muhammad SAW

1
Ibn Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, III (Beirut: Dar al-Shadir, t.t.), 583.

3
berdo’a agar Mu’adz diberi kecukupan harta oleh Allah SWT dan dapat melunasinya
hutangnya. Dan pada akhirnya Abu Bakar melunasi semua hutang Mu’adz.

Pada proses pengumpulan Al-Qur’an, Mu’adz memiliki posisi yang sangat penting
dalam hal dan termasuk dalam anggota empat orang yang berkontribusi pada hal
pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan juga Rasulullah SAW
mengatakan bahwa Mu’adz termasuk dari empat orang yang dijadikan sumber dari
pengumpulan Al-Qur’an. Maka dapat diketahui bahwa Mu’adz bin Jabal adalah Qori’
dan Hafidz utama Al-Qur’an.2

Mu’adz termasuk ahli fatwa yang sangat berkualitas dan telah diakui pada zaman
Nabi Muhammad SAW dan termasuk orang yang sangat paham pada perihal yang
berkaitan halal dan haram. Diriwayat lain juga dijelaskan bahwa yang sangat paham
mengenai nasikh dan mansukh adalah Mu’adz bin Jabal. Dan Umar pula berpendapat
bahwa siapa yang ingin mengetahui perihal fiqih (hukum islam) harap bertanya kepada
Mu’adz. Maka ketika Mu’adz bin Jabal sedang menerangkan kepada para sahabat mereka
akan mendenganrkan dan memperhatikan dengan hormat. Dan jika dalam suatu masalah
terjadi pertentangan maka para sahabat mengikuti apa yang telah ditentukan oleh
Mu’adz.

Nabi Muhammad SAW meninggalkan Mu’adz di Mekkah setelah proses Fath


Mekkah untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada para penduduk Mekkah. Dan Nabi SAW
menjadikan hakim Mu’adz di yaman. Tugas Mu’adz adalah untuk menyelesaikan segala
permasalahan yang telah terjadi pada kalangan komunitas Islam pada kawasan Yaman
dan Hadhramaut.

Rasulullah SAW sangat mengagumi Mu’adz sampai Rasulullah berkata bahwa


Mu’adz ibn Jabal adalah imamnya para ulama dan pada hari kiamat kelak Mu’adz berdiri
selangkah atau dua langkah di hadapan para ulama lainnya.

Pada akhir hayat Mu’adz ia masih menjadi polemik pada kalangan ahli sejarah.
Pandangan yang dipegang oleh Ibn sa’ad tentang akhir hayat Mu’adz adalah yang
mengatakan bahwa Mu’adz ibn Jabal telah meninggal pada peristiwa wabah pes (tha’an
umawas) melanda pada kawasan Syam pada tahun 18 hijriah dalam usianya yang masih
sangat muda 38 tahun dan anaknya pun ikut meninggal dalam peristiwa wabah ini.

2
Abu Ishaq al-Syairazi, Thabaqat al-Fuqaha, I (Beirut: Dar al-Ra’id al-’Arabi, 1970), 46.

4
Pada uraian diatas dapat kita ketahui bahwa Mu’adz ibn Jabal telah matang dalam
berbagai hal di usianya yang masih sangat muda. Dalam usia muda ia telah dipercaya
sebagai hakim untk menyelesaikan segala permasalahan hukum pada daerah yang
memiliki jarak yang jauh dengan Madinah tempat Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat besar. Maka tidak heran lagi jika pujian dan apresiasi itu diberikan kepada
Mu’adz bin Jabal. 3

B. Dialog Dan Pesan Rasulullah Kepada Mu’adz bin Jabal

Pada halakah atau lingkaran itu ada seorang anak muda yang amat tampan, hitam
manis warna kulitnya, bersih, baik tutur katanya, dan termuda usianya di antara mereka.
Jika pada mereka terdapat keraguan tentang suatu hadis, mereka tanyakan kepada anak
muda itu yang segera memberikan fatwanya. Dan ia tak berbicara kecuali bila diminta.
Dan tatkala majelis itu berakhir," saya dekati anak muda itu dan saya tanyakan siapa
namanya, ia menjawab, saya adalah Mu'adz bin Jabal,"tutur A'idzullah. Ketika
Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainnya “apa yamg
menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu hai Mu'adz? Kitabullah, jawab Mu'adz.
"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah? tanya Rasulullah pula."Saya
putuskan dengan sunah Rasul. Jika tidak kamu temui dalam sunah Rasulullah? Saya
pergunakan pikiranku untuk berijtihad dan saya takkan berlaku sia-sia, jawab Mu'adz.
Maka, berseri-serilah wajah Rasulullah. Segala puji bagi Allah yang telah memberi
taufik kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah, sabda beliau.
Kemampuan untuk berijtihad dan keberanian menggunakan ijtihad dan kecerdasan inilah
yang menyebabkan Mu'adz berhasil mencapai kekayaan dalam ilmu fikih. Suatu hari,
pada masa pemerintahan Khalifah Umar, A'idzullah bin Abdillah masuk masjid bersama
beberapa orang sahabat. Maka, ia pun duduk pada suatu majelis yang dihadiri oleh 30
orang lebih. Masing-masing menyebutkan sebuah hadis yang mereka terima dari
Rasulullah SAW.

Suatu hari, Rasulullah tengah bepergian naik unta. Saat itu, Rasulullah ditemani
Muadz bin Jabal. Tiba-tiba, Rasulullah memanggil Muadz sampai tiga kali. Muadz
langsung menjawab panggilan tersebut dan mendekat kepada Rasulullah. Melihat Muadz
yang seksama, Rasulullah kemudian memberikan pesan kepadanya."Tiada seorang pun
hamba yang bersaksi dengan sungguh-sungguh dari dalam hatinya bahwa tiada Tuhan
3
Muhammad Atho dan Mudzhar, Islam and Islamic Law in Indonesia (Jakarta: Development, 2003),
143.

5
selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali Allah akan
haramkan dirinya disentuh api neraka," kata Rasulullah.4

Meski sempurna, Nabi Muhammad tak henti-hentinya memberikan nasihat kepada


Muadz. Salah satunya pernah dimuat oleh Syekh Al-Samarqandi dalam bukunya
sebagaimana :

Hَ‫ َواَل تُزَ ِّكن‬،َ‫ك‬Hِ‫ َواَل تَحْ ِم ْلهَا َعلَىِإ ْخ َوان‬،َ‫ َو ْلتَ ُك ْن ُذنُوبُ َك َعلَ ْيك‬،َ‫ َوا ْقطَ ْعلِ َسانَ َك َع ْنِإ ْخ َوانِك‬،ٌ‫صير‬ ِ ‫ا ْقتَ ِدبِنَبِيِّ ِكيَا ُم َعا ُذ َو َعلَ ْي َك ْاليَقِينُ َوِإ ْن َكانَفِي َع َملِ َكتَ ْق‬
‫ق‬ ُ ِّ‫واَل تُ َرا ِءبِ َع َملِ َكالنَّا َس َواللَّه ُْال ُم َوف‬،
َ َ‫ َواَل تَرْ فَ ْعنَ ْف َس َكبِ َوضْ ِعِإ ْخ َوانِك‬،َ‫ْف َس َكبِت َْذ ِميِِإ ْخ َوانِك‬

Artinya “ Ikutilah Nabimu hai Mu’adz tetaplah berkeyakinan walau dalam amalmu
terdapat kekurangan, hentikan lisanmu mencela saudara-saudaramu, cukuplah akibat
dosamu untukmu sendiri, jangan bawa akibat dosa-dosa itu kepada saudara-saudaramu,
jangan bersihkan diri dengan mencela saudara-saudaramu, jangan mengangkat diri
dengan merendahkan saudara-saudaramu, jangan riya pada orang lain dengan amalmu,
sebab Allah adalah Dzat Pemberi taufik”. (Syekh al-Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin,
[Surabaya: Harisma], hal. 208).

Dalam hadis diatas setidaknya ada 6 pesan yang disampaikan Rasulullah SAW
kepada Mu’ad bin Jabal, walaupun ditujukan kepada Muadz, sejatinya pesan ini untuk
kita semua sebagai umatnya.

Pertama, ikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana sumbernya


adalah Al-Qur’an dan sunnah. Siapa pun yang berpegang kepada keduanya, tidak akan
tersesat. Demikian dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. “Aku
tinggalkan dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada
keduanya. Kedua perkara itu Kitabullah dan sunah nabi-Nya.”

Kedua, Perkuat keyakinan walau dalam amal kita terdapat kekurangan. Sebab, hanya
keyakinan yang melandasi dan mendasari setiap amal perbuatan. Tetaplah beramal
seraya memperbaiki titik-titik kekurangannya. Teguhkan tauhid, perkuat keimanan, dan
perbanyak ilmu dengan banyak berguru kepada para ulama yang takut pada Allah, bukan
ulama yang semata mengejar popularitas dunia, sebagaimana digambarkan dalam Al-
Qur’an, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama,” (QS Fathir: 28).

4
Muhammad Ma’ruf ad-Dawahbl, al-Madkhal ila’llmi Ushulul Fiqh, Cetakan I (Damaskus: Darul
Kutub, 1965), 282.

6
Ketiga, Hentikan lisan dari mengumbar keburukan saudara-saudara kita. Jangan
menyibukkan diri dengan mencari-cari atau menyebarluaskan aib orang lain, sementara
dalam diri sendiri masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Alih-alih saling
menjelekkan, kita justru harus saling menguatkan dan saling mendamaikan. Tatkala ada
kekurangan, jangan lekas menghakimi, namun harus saling memperbaiki, sebagaimana
pesan Al-Qur’an, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat
demikian karena mencari ridho Allah, maka kelak Kami memberi pahala yang besar
kepadanya,” (QS Al-Nisa’ [4]: 114).

Keempat, Cukuplah akibat dosa-dosa kita, kita sendiri yang menanggung. Jangan
bawa akibat dosa-dosa itu kepada saudara-saudara kita. Secara tidak langsung, kita
dituntut untuk tidak merugikan orang lain. Daripada banyak memberi kerugian, mestinya
kita banyak memberi manfaat kepada orang banyak. “Sebaik-baiknya manusia adalah
yang banyak memberi manfaat kepada sesama.” Demikian tutur pesan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat al-Thabrani. Demikian pula dalam pesannya,
“Muslim yang baik adalah Muslim di mana orang-orang Muslim lainnya selamat dari
kejahatan lisan dan tangannya,” (HR. Abu Dawud).

Kelima, Jangan pernah riya dalam beramal. Pada hakikatnya, amal yang kita lakukan
semata karena taufik dan pertolongan Allah. Karena itu, tak ada yang pantas kita
sombongkan dan kita bangga-banggakan. Sadarilah, dengan riya, amalan menjadi sia-sia.
Pantaslah para ulama menyebut riya' sebagai syirik yang samar. Kebalikan dari sifat ini
ialah ikhlas. Artinya, beramal semata karena Allah, bukan karena ingin dilihat, didengar,
dan dipuji oleh makhluk.5

C. Kajian Tentang Pesan Nabi Kepada Mu’adz bin Jabal


1. Kajian pesan nabi kepada Mu’adz tentang hak Allah
Dari Mu’âdz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku:

5
Abdul Wahhab Khallaf, MashadirulIslam! fi ma la nashsha fihi (Kwait: Darul Qalam, 1961), 187.

7
‫ق هللاِ َعلَى‬ ُّ H‫ َح‬: ‫ا َل‬Hَ‫وْ لُهُ َأ ْعلَ ُم ؛ ق‬H‫ هللاُ َو َر ُس‬: ‫ت‬ ُ ‫ق ْال ِعبَا ِد َعلَى هللاِ ؟ قُ ْل‬ ُّ ‫ َو َما َح‬، ‫ق هللاِ َعلَى ْال ِعبَا ِد‬ ُّ ‫ َأتَ ْد ِريْ َما َح‬، ‫يَا ُم َعا ُذ‬
ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬: ‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬.‫ك بِ ِه َش ْيًئا‬
ُ ‫ب َم ْن اَل يُ ْش ِر‬ َ ‫ق ْال ِعبَا ِد َعلَى هللاِ َأ ْن اَل يُ َع ِّذ‬
ُّ ‫ َو َح‬، ‫ْال ِعبَا ِد َأ ْن يَ ْعبُ ُدوْ هُ َواَل يُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ِه َش ْيًئا‬
‫ اَل تُبَ ِّشرْ هُ ْم فَيَتَّ ِكلُوْ ا‬: ‫ال‬َ َ‫اس ؟ ق‬ َ َّ‫ َأفَاَل ُأبَ ِّش ُر الن‬،
Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para
hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’ Aku
menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak
Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah
kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak
para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa
orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai
Rasûlullâh! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-
orang?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Janganlah kausampaikan
kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri
(kepada hal ini dan tidak beramal shalih” Dalam hadist tersebut, Rasul ingin
menjelaskan kewajiban bertauhid atas para hamba dan keutamaanya. Beliau
menyajikan dalam bentuk pertanyaan, agar lebih berpengaruh pada jiwa dan lebih
mudah dipahami oleh orang yang belajar. Ketika sedang menjelaskan kepada Mu’adz
tentang keutamaan tauhid, Mu’adz meminta izin untuk kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk memberitahukan hal tersebut kepada umat manusia guna
menyenangkan mereka. Tetapi Rasul melarangnya karena beliau khawatir manusia
akan bersandar pada hal tersebut dan kurang melakukan amal shalih. Awalnya, Muadz
menyimpan pesan itu untuk dirinya sendiri. Hal itu dia lakukan mengikuti amanah
Rasulullah. Sampai suatu ketika jelang kematiannya, Muadz merasa tidak sanggup
lagi menyimpan pesan itu. Dia pun menyebarkan pesan itu kepada yang lain dengan
niat menghindari dosa karena merahasiakan pengetahuan dari Rasulullah
Tauhid adalah ketaatan yang terbesar, bahkan dia merupakan landasan baiknya
semua ketaatan. Karena ketaatan yang dikerjakan tanpa landasan tauhid adalah
ketaatan yang semu dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Tauhid adalah
mengesakan Allah Ta’ala dalam rububiah-Nya, uluhiah-Nya, serta dalam nama-nama
dan sifat-sifatNya. Hanya saja sebagian ulama ada yang menafsirkan tauhid itu
adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam ibadah (tauhid uluhiah), karena di antara tiga
jenis tauhid di atas, yang terpenting adalah tauhid uluhiah mengingat seseorang
masuk Islam hanya dengan mewujudkan tauhid uluhiah.6
6
Abu Daud, Sunan Abi Daud (Riyad: Darus Salam, 2000), 37.

8
2. Kajian pesan nabi kepada Mu’adz tentang amalan
Selanjutnya dari nasihat-nasihat dan mauidzah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Muadz bin Jabal berkata: “Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam di dalam perjalanan, dan di waktu pagi suatu hari aku dekat dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan waktu itu kami sedang berjalan. Lalu
aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku dengan amal yang bisa
memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka. Maka Nabi
bersabda: “Sungguh kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar. Dan
sesungguhnya ia mudah atas orang-orang yang Allah berikan kemudahan padanya.
Yaitu kamu hendaklah beribadah kepada Allah dan jangan sekutukan Allah
sedikitpun juga. Dan kamu mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan
dan haji ke Baitullah'”7
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Maukah aku
tunjukkan kamu kepada pintu-pintu kebaikan: Puasa atau shaum adalah perisai, dan
sedekah bisa memadamkan dosa sebagaimana air bisa memadamkan api, dan
shalatnya seseorang di tengah malam.” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam membacakan surat As-Sajadah ayat 16-17, Allah Ta’ala berfirman:

‫﴾ فَاَل تَ ْعلَ ُم نَ ْفسٌ َّما ُأ ْخفِ َي لَهُم‬١٦﴿ َ‫ون‬HHُ‫اهُ ْم يُنفِق‬HHَ‫ضا ِج ِع يَ ْد ُعونَ َربَّهُ ْم َخوْ فًا َوطَ َمعًا َو ِم َّما َر َز ْقن‬
َ ‫تَتَ َجافَ ٰى ُجنُوبُهُ ْم َع ِن ْال َم‬
١٧﴿ َ‫﴾ ِّمن قُ َّر ِة َأ ْعي ٍُن َج َزا ًء بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka senantiasa menyeru Rabb
mereka dengan penuh rasa takut dan rasa harap, dan dari sebagian apa yang telah
kami berikan rejeki kepada mereka, mereka menginfakkannya. Jiwa tidak
mengatahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari kesejukan pandangan
sebagai balasan terhadap perbuatan mereka.” (QS. As-Sajdah[32]: 16-17)
Kemudian Rasulullah bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kamu kepala
perkara seluruhnya, tiangnya dan puncak punuknya?” Muadz bin Jabal berkata:
“Mau Ya Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “ Kepala
urusan itu Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak punuknya adalah berjihad.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali bersabda: “Maukah
aku beritahu kamu kunci seluruhnya itu?” Ini adalah kunci yang telah disebutkan
tadi dari awal berupa jalan menuju surga, demikian pula pintu-pintu kebaikan,
7
Sulaiman bin Qasim al-’ied, Pemuda Yang Dirindukan Syurga, Cetakan I (Jakarta: Mirqat Publishing,
2011), 99.

9
demikian pula kepala segala urusan, tiang dan puncaknya. Nabi ingin memberitahu
kepada Muadz bin Jabal tentang kunci semua itu. Muadz bin Jabal menjawab: “Mau
wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang
lidahnya lalu Nabi bersabda: “Tahan ini.” Muadz bin Jabal berkata: “Wahai Nabi
Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kami ucapkan?” Maka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Mengherankan sekali engkau
hai Muadz, bukankah yang menelungkupkan manusia dalam neraka jahannam diatas
tengkuk-tengkuk mereka adalah hasil daripada ucapan lisan-lisan mereka?” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muadz bin Jabal Mu’adz mempunyai nama lengkap Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr ibn
Awus ibn ‘A’iz ibn ‘Udz ibn Ka’ab ibn ‘Amr ibn Udi ibn sa’ad ibn ‘Alz ibn Asad ibn
Saridah ibn Tazzd ibn Jasym ibn al-Khazraj al-Ansharz al-Khazrajz. Adalah seorang
pemuda yang memeluk agama islam pada usia 18 tahun lewat baiqat Aqabah dan
merupakan salah satu sahabat nabi yang pertama memeluk islam. Mu’adz merupakan
seorang pemuda yang kuat, dan memiliki pemikiran yang luas tentang ilmu hukum, dan
pengetahuan. Beliau juga seorang yang berani dalam mengutarakan pendapat, sehingga
menarik perhatian Rasul dan menjadi salah satu sahabat yang dekat dengan Rasul.

Karena kecakapan yang ada pada diri Mu’adz dan juga kebersihan hatinya terkait
dengan keistimewaan yang ia miliki, suatu ketika Mu’adz diminta untuk berdakwah di
Yaman. Rasul kemudian memberikan nasihat-nasihat kepada Mua’adz. Isi pesan tersebut
adalah: "Tiada seorang pun hamba yang bersaksi dengan sungguh-sungguh dari dalam
hatinya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,
kecuali Allah akan haramkan dirinya disentuh api neraka” tak hanya demikian, tak henti-
hentinya Rasul memberikan nasihat kepada Mu’adz yang diantara isi pesannya adalah :
perintah untuk mengikuti tuntunan Rasulullah, Memperkuat Keimanan, menjaga lisan,
tidak merugikan orang lain, dan perintah untuk tidak melakukan riya’ ketika beribadah
kepada Allah swt.

B. Saran

Setelah membaca uraian-uraian pemaparan materi pada bab sebelumnya, serta


mengetahui biografi Mu’adz bin jabal, beserta pesan-pesan yang Nabi berikan kepada
Mu’adz, penulis mengharapkan pembaca dapat memahami secara konseptual terkait
pembahasan materi sebagai bekal ilmu untuk dikembangkan dengan sumber dan referensi
yang lain.
Penulis dengan rendah hati menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada penulisan
makalah ini. Sehingga penulis akan menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya
dengan beberapa panduan dan akan lebih belajar. Demikian pula, perlu penyempurnaan

11
agar tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca sehingga saran
dan kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan tulisan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atho, Muhammad, dan Mudzhar. Islam and Islamic Law in Indonesia. Jakarta:
Development, 2003.
Daud, Abu. Sunan Abi Daud. Riyad: Darus Salam, 2000.
ied, Sulaiman bin Qasim al-’. Pemuda Yang Dirindukan Syurga. Cetakan I. Jakarta: Mirqat
Publishing, 2011.
Khallaf, Abdul Wahhab. MashadirulIslam! fi ma la nashsha fihi. Kwait: Darul Qalam, 1961.
Ma’ruf ad-Dawahbl, Muhammad. al-Madkhal ila’llmi Ushulul Fiqh. Cetakan I. Damaskus:
Darul Kutub, 1965.
Sa’ad, Ibn. al-Thabaqat al-Kubra. III. Beirut: Dar al-Shadir, t.t.
Syairazi, Abu Ishaq al-. Thabaqat al-Fuqaha. I. Beirut: Dar al-Ra’id al-’Arabi, 1970.

13

Anda mungkin juga menyukai