Anda di halaman 1dari 11

IMAM MALIK BIN ANAS DAN MUWATHTHA'NYA

(Disusun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah kutubulhadis)

Dosen Pengampu :

Dr. Sulaiman M.Amir,Lc.M.A

Disusun Oleh :

Mahyuni (0403193160)

Farid Fadhlan (0403193133)

Irfan Mansyur (0403193199)

JURUSAN ILMU AL QUR’AN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDY ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat, inayah
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Kami yang berjudul
“Malik Bin Anas Dan Muawaththa’nya”. Shalawat beriringkan salam tak lupa
juga kami hadiahkan keruh junjungan alam pembawa cahaya dikala berada dalam
kegelapan, pembawa petunjuk dikala seorang manusia berada dalam kesesatan,
yaitu putra Aminah nabi besar Muhammad SAW.

Terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kulaih yaitu


ustadz Dr. Sulaiman M.Amir,Lc.M.A yang telah mengarahkan dan
membimbing pembelajaran dan pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun kami telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati kami terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan 4 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH...............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Biografi imam Malik..........................................................................................2
B. Kitab al- Muwaththa’.........................................................................................5
C. Kaidah-kaidah penyelesaian jarh dan ta’dil........................................................5
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. KESIMPULAN................................................................................................10
B. SARAN............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembukuan Hadis berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang, lebih
kurang tiga abad lamanya. Pembukuan hadis secara resmi dilaksanakan berdasarkan instruksi
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz (w. 101 H). Kepada ulama dan pejabat untuk mengumpulkan
hadis. Instruksi tersebut pada dasarnya merupakan inisiatif yang baik dan berimplikasi
demikian sangat positif terhadap perkembangan hadis pada masa-masa selanjutnya. Hal ini
karena, penyusunan kitab-kitab hadis pada masa berikutnya, juga banyak mengacu kepada
kitab al-zuhri (w. 124 H) adalah orang pertama yang memenuhi instruksi tersebut dan dia
dikenal sebagai orang pertama yang melakukan kodifikasi hadis.

Setelah periode al-zuhiri berlalu, muncullah periode kedua pembukuan hadis. Dalam
periode ini muncul para ulama yang menulis dan membukukan hadis. Salah satu ulama
tersebuat adalah imam Malik (w. 179 H) di Madinah. Dengan kitab beliau yang populer yaitu
al-Muwaththa’.1 Kitab ini berisi kunpulan Hadis-hadis Nabi SAW, fatwa para sahabat dan
tabi’in yang dihimpun oleh imam Malik. Beliau termasuk salah satu tokoh perintis awal
usaha penyeleksian hadis. Oleh karena itu, sangat wajar jika didalam kitabnya ini terdapat
kelemahan atau kekurangan, dalam hal sanad maupun matan. Walaupun demikian, usaha
imam malik tersebut telah mampu mendorong ulama sesudahnya untuk mengadakan
penyeleksian kembali terhadap Hadis-hadis Nabi SAW.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat kita ketahui rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana riwayat hidup imam Malik ?
2. Bagaimana sistematika penulisan kitab al muwaththa’?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan serta bagaimana penilaian ulama terhadap kitab al-
Muwaththa’ ?

1
Umi sumbulah, studi sembilan kitab Hadis Sunni. (uin maliki Press, 2017), hal 139
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi imam Malik

1. Riwayat Hidup dan Latar Intelektual Imam Malik


Nama lengkap dari Imam Malik adalah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi ‘Amir bin
Amr Ibn Al-Harits ibn Utsman Ibn Jutsail ibn amr ibn al-Harits al- Ashbahiy al-Himyariy,
Abu ‘Abdullah al-madany. Beliau adalah salah seorang ulama terkenal dan imam kota
madinah. Beliau dilahirkan pada tahun 93 H/712 M. (ada yang menyebutkan tahun 90). 2 .
Imam Malik lahir di suatu tempat yang bernama Zulmarwah di sebelah Utara Al-Madinatul
Munawwarah. Kemudian beliau tinggal di Al-Akik buat sementara waktu, yang akhirnya
beliau menetap di Madinah. Imam Malik dilahirkan dari sepasang suami-istri Anas bin Malik
dan Aliyah binti Syuraik, bangsa Arab Yaman. Tentang tahun kelahirannya, terdapat
perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan. Ada yang menyatakan 90 H, 93 H, 94 H,
dan ada pula yang menyatakan 97 H. Mayoritas sejarawan lebih cenderung menyatakan
beliau lahir tahun 93 H pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik al-Umawi (86 H/
705 M – 96 H/ 715 M) (khalifah keenam dinasti Umayyah). Ada riwayat bahwa ketika Ibu
Malik mengandung Malik didalam perutnya selama dua tahun dan ada pula yang mengatakan
tiga tahun.3

Keluarga Imam Malik berasal dari kampung Dzu Asbah, sebuah suku di sekitar kota
Himyar, di negeri Yaman. Abu Amir -kakek Imam Malik- pindah ke kota Madinah di masa
Nabi saw dengan maksud berhijrah dari tempat lamanya dan menyambut seruan dakwah
Islam. Abu Amir bertemu dengan Nabi saw, sehingga para sejarawan memasukkannya ke
dalam golongan sahabat Nabi saw yang mulia.

Dan perlu diterangkan bahwa nama Anas bin Malik (ayahanda Imam Malik) bukanlah
Anas bin Malik yang seorang sahabat mulia dan pembantu Nabi saw itu. Karena nama
lengkap Anas bin Malik -seorang sahabat Nabi saw yang mulia- adalah Anas bin Malik bin
an-Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghunam bin Adiy
bin an-Najjar al-Anshari al-Khazraji. Sahabat mulia Anas bin Malik wafat pada tahun yang
sama dengan kelahiran Imam Malik bin Anas. Anas bin Malik -ayahanda Imam Malik-
2
Nawir yuslem, sembilan kitab induk hadis.( Jakarta: Hijri Pustaka Umum,2006 ) , hal 18

3
Ayu Alvi Lutviah, “Imam Malik dan al-Muwaththa’ Karyanya” https://majalahnabawi.com/imam-
malik-dan-al-muwaththa-karyanya/ (diakses pada 11 nopember 2022, pada pukul 10: 52)
sendiri merupakan generasi Tabi’in, yaitu generasi yang bertemu dengan para sahabat Nabi
saw. Sedangkan Imam Malik ialah termasuk generasi Tabiut Tabi’in.

Malik kecil memiliki tiga orang paman yang kesemuanya merupakan ahli hadis
jempolan di masa itu, yaitu Nafi’ yang lebih dikenal sebagai Abu Suhail, Uwais dan ar-Rabi’.
Bahkan Abu Suhail dan Uwais ini nantinya menjadi guru dari seorang ahli hadis terkenal;
Imam az-Zuhri Keluarga Imam Malik memanglah terkenal sebagai keluarga pencinta ilmu.
Tidak hanya kakek, ayah dan paman-pamannya, kecintaan terhadap ilmu ini juga menurun ke
anak keturunan mereka. Imam Malik mengisahkan bahwa ia memilik saudara kandung yang
menjadi partnernya dalam menuntut ilmu. “Aku memiliki saudara kandung (namanya an-
Nadhar bin Anas). Pada satu kesempatan, ayahku melontarkan sebuah pertanyaan. Jawaban
saudaraku benar, sedang jawabanku salah. Kemudian ayah menegurku dengan berkata,
“Engkau wahai Malik, terlalu sibuk dengan merpati-merpatimu sehingga perhatianmu kepada
ilmu terkurangi.” Semenjak saat itu, aku lebih giat lagi dan fokus dalam belajar.4

Hal ini menunjukkan bahwa madrasah yang pertama kali membangun kualitas
pendidikan Imam Malik adalah lingkungan keluarga beliau sendiri. Pendidikan Imam Malik
dimulainya dengan belajar ilmu agama di Madinah. la telah mulai mempelajari hadis dan
fiqih semenjak masa kanak-kanak, dengan mengunjungi majelis ta'lim (pengajaran) yang
dilakukan oleh sejumlah ulama. Malik berguru kepada 900 orang. 300 orang dari kalangan
tabi'in dan 600 orang dari kalangan tabi'i al tabi'in." Menurut Shalah al-Din al-Ala, bahwa
jumlah rijal al-hadis yang meriwayatkan dalam kitab tersebut ada 95 orang sedangkan rijal al-
hadis dari kalangan sahabat terdiri dari sahabat laki-laki berjumlah 580 orang dan 20 orang
dari rijal sahabat perempuan, dari kalangan tabi'in sejumlah 48 orang yang kesemuanya
berasal dari Madinah, kecuali 6 orang, yakni: Abū al-Zubair dari Makkah, Humaid al-Tawil
dan Ayyub al-Sakhtiyani dari Bashrah, Ata' ibn Abdullah dari Khurasan, 'Abd al-Karim ibn
Malik dari jazirah dan Ibrahim ibn Abi 'Aylah dari syam."

Gurunya yang terkenal antara lain: Ibn Hurmuz (w. 148 H.), seorang faqih di
Madinah, Ibn Syihab al-Zuhri (w. 124 H.), seorang ulama pengumpul hadis, Nafi' Maula ibn
Umar (w. 117 H.), seorang faqih Madinah, Ja'far al-Shadiq (w. 148 H.), seorang ulama yang
menguasai berbagai bidang ilmu, Rabi'ah bin Abi 'Abd al-Rahman (w. 136 H.), guru Imam
Malik dalam bidang figih." Walaupun Imam Mälik belajar kepada Rabi'ah bin Abi al-
Rahman yang lebih mengandalkan ra'yu, tetapi Imam Malik membenci ra'yu. Dalam literatur

4
Wildan jauhari, biografi imam Malik.( jakarta Selatan: rumah fikih publishing, 2018), hal 8-9
lain juga lebih dijelaskan bahwa imam Malik juga berguru kepada Ibrahim bin Abi Abiah al-
Uqaili (w. 152 H), Ismail bin Hakim al-Madani (w. 130 H) dan Tsaur ibn Zaid al-Daili (w.
135 H).

Sejak usia 17 tahun Imam Malik telah aktif mengajar hadis dan fiqih. Ia mengajar di
masjid Nabawi. Metode pengajaran yang diterapkannya ialah dengan sistem ceramah.
Banyak utusan dari berbagai negeri yang, mendatanginya untuk belajar dan meminta fatwa
kepadanya. Imam Malik dikenal sebagai ahli fiqih dan sekaligus ahli hadis. Imam Malik
dikenal dengan sebutan al-Imam al-Hafidz Faqih al-Ummat dan Syaikh al-Islam dan Imam
Dar al-Hijrah. Warga Hijaz memberikan gelar kemuliaan untuknya, yakni Sayyid Fuqaha' al-
Hijaz. Kitab Al-Muwatta hasil karyanya merupakan kitab hadis sekaligus kitab fikih.
Dinyatakan demikian karena di dalamnya tidak hanya memuat hadis hadis rasulullah namun
juga memuat athar sahabat dan tabi'in, yang notabene merupakan pemahaman mereka
terhadap hadis-hadis nabi.

Dengan kesungguhan dan ketekunan yang dimiliki oleh Iman Malik dalam menuntut
ilmu, serta melalui kontribusi guru-guru yang menjadi sumber ilmu bagi Imam Malik,
khususnya dalam bidang Hadis dan Fikih, Imam Malik kemudian lahir dan muncul sebagai
ulama besar, khususnya dalam bidang Hadis, di Madinah. Imam Malik dikenal sebagai
seorang yang teliti dalam Hadis. Ibn Hibban di dalam al-Tsiqat mengatakan bahwa Imam
Malik adalah orang pertama dari kalangan fukaha di Madinah yang menyeleksi para perawi
Hadis. Malik menolak perawi yang tidak tsiqat, dan dia tidak akan meriwayatkan Hadis
kecuali yang sahih, dan begitu juga bahwa dia tidak akan meriwayatkan Hadis kecuali dari
perawi yang tsiqat.

Imam malik memiliki banyak murid. Dikatakan bahwa ribuan orang berdatangan ke
Madinah untuk menuntut ilmu dan belajar kepada imam Malik. Diantara murid yang
menuntut ilmu dengan imam Malik adalah muhammad ibn syihab al- zuhri, sa’id al-Anshari,
al- Tsauri, Syu’bah ibn al-Hajjaj, ibn Juraij, al-Laits ibn Sa’ad, Ibn Uyainah , dan Imam
Syafi'i adalah salah seorang murid yang belajar kepada beliau. Dari segi kepribadian dan
sikapnya, Imam Malik dikenal sebagai seorang yang sederhana dan rendah hati. Ma'in ibn Isa
menceritakan bahwa ia pernah mendengar Imam Malik berkata:”Sesungguhnya aku adalah
seorang manusia biasa yang bisa salah dan bisa benar. Maka telitilah pendapatku, dan apa
yang sesuai dari pendapatku dengan Sunnah maka ambillah.!”5. Kebanyakan imam-imam

5
Nawir yuslem, sembilan kitab induk hadis.( Jakarta: Hijri Pustaka Umum,2006 ) , hal 20
yang termasyhur pada zaman Imam malik adalah murid beliau imam malik dan murid-
muridnya datang dari berbagai penjuru negeri. Oleh karena itu ia tinggal di Madinah, maka
keadaan ini dapat memberi kesempatan yang baik kepada orang-orang yang naik haji yang
datang menziarahi makam Rasulullah Saw Menemui beliau. Di samping itu pula disebabkan
umurnya sudah meningkat sembilan puluh.

Di antara murid-muridnya juga ialah : Abdullah bin Wahab, Abdul Rahman Ibnu Al-
Qasim, Asyhab bin Abdul Aziz, Asad bin Al-Furat, Abdul malik bin Al-Majisyun dan
Abdullah bin Abdul Hakim. Muhammad Al-Hasan As-Sibiani adalah muridnya Abu Hanifah
pernah berkata : Aku duduk di pintu rumah Malik selama tiga puluh tahun dan aku telah
mendengar lebih dari tujuh ratus lafal hadits.6

Imam Malik wafat pada tahun 179 H, setelah sebelumnya menderita sakit selama 22
hari. Ia banyak meninggalkan warisan ilmu berupa naskah-naskah yang akan disebutkan
nantinya. Salah satu karya beliau yang terkenal dan masih ada sampai sekarang adalah kitab
Al-Muwaththa’.

2. Latar belakang penyusunan al-Muwaththa’


Kitab al-Muwaththa’ memiliki latar belakang penyusunan yaitu dikarenakan problem
politik dan sosial agama yang memiliki andil besar mengapa kitab ini disusun. Kondisi politik
pada saat itu merupakan masa transisi dari daulah bani umayyah ke bani abbasiyah yang
mengancam intregitas dari umat islam. Disamping itu karena kondisi sosial agama yang
beragam khususnya dalam bidang hukum yang bermula dari perbedan nash di satu sisi dan
rasio di sisi yang lain. Dari riwayat lain mengatakan bahwa penulisan kitab ini atas permintan
dari khalifah Ja’far al manshur atas usulan dari Muhmmad ibn al Muqaffa’ yang prihatin atas
perbedaan fatwa yang terjadi dengan tujuan agar menjadi penengah konflik yang terjadi.

Imam Malik pada awalnya menyetujui permintaan khalifah al-Mansur tersebut, yaitu
ketika untuk dijadikan sebagai acuan dan sumber dalam penetapan hukum di seluruh wilayah
Islam ketika itu, disampaikan oleh khalifah kepada Imam Malik, namun imam Malik sangat
keberatan apabila kitabnya dijadikan sebagai satu-satunya sumber hukum. Alasannya ialah
bahwa dia tidak ingin umat Islam hanya terpaku kepada satu sumber dalam bidang hukum,
sehingga mereka tidak punya alternatif lain. Disamping itu, Imam Malik juga menyadari
bahwa para Sahabat Nabi SAW telah tersebar ke berbagai wilayah, dan masing-masing dari
6
Biografi Imam Maliki dan Penyusunan Kitab Al-Muwaththa’,
https://muhammadnasikhul.blogspot.com/2014/12/biografi-imam-maliki-dan-penyusunan.html?m=1 (diakses 12
November 2022, pukul 10.27)
mereka telah memberikan pelajaran kepada ulama dan umat Islam dan bahkan mereka juga
telah meriwayarkan Hadis. Oleh karena itu, setiap kota sudah mempunyai ulama Hadis dan
ilmu Hadis. Hal tersebut, yaitu sikap Imam Malik tidak menerima tawaran khalifah al-Masur
untuk kitabnya, Al-Muwathatha sebagai satu-satunya sumber hukum di wilayah kekuasaan
dinasti Abbasiyah menunjukkan bahwa wawasan Imam Malik yang sangau luas dan sikap
tawadhunya. Imam Malik kemudian berkata: ”Aku mengajukan kitabku ini kepada 70 ahli
fikih Madinah. Mereka semua setuju denganku atas kitab tersebut dan berkata, ‘Fawatauni
‘alaih’ (mereka sependapat denganku), maka aku namai dengan Al-Muwaththa (yang
disepakati).”

Kitab Al-Muwaththa' adalah orisinil dari imam Malik sendiri. Namun, ada sisi lain
dianataranya sebelum kitab ini disebar luaskan karya al muwatta disodorkan kepada para
ulama dan mereka menyepakatinya. Ada yang berpendapat agar kitab ini menjadi pedoman
dalam beraktivitas dan beragama, ada juga yang berpendapat bahwa kitab ini merupakan
perbaikan atas kitab fiqih yang sebelumnya.

Walau demikian ada riwayat lain mengatakan bahwa ketika Imam Malik hendak
mengarang kitabnya, beliau berpikir dengan apa ia namakan pada kitab yang akan
dikarangnya. Dan ia berkata “Aku tidur dan aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw.
Dalam mimpiku beliau berkata kepadaku, ‘Ilmu ini dipersiapkan untuk manusia’”. Maka ia
beri nama kitabnya dengan Al Muwaththa yang berarti Al Muhayyah (yang dipersiapkan).

Hingga akhirnya kitab ini disusun selama hampir dari 40 tahun pada abad kedua.
Tepatnya 137 H–170 H dan Imam Malik selalu merevisi kitabnya sehingga jumlah hadisnya
juga ikut berkurang yang semula berjumlah 10.000 hadis tinggal 1000 lebih hadis saja. Itupun
termasuk yang musnad dan tidak musnad. Tujuan dari penulisan kitab ini adalah
memberikan tuntunan dan pedoman tentang hukum dan Hadis, tentang ibadah dann praktek
agama yang sesuai dengan ijma' umat Islam dan sunnah yang berlaku di Madinah. Selain itu
juga untuk memberikan standar teoritis atas masalah-nasalah yang tidak diatur di dalam ijma’
maupun sunah. Hal tersebut di atas sering mengakibatkan kesalahpahaman tentang kitab al-
Muwaththa’ sehingga kitab tersebut dipahami sebagai kitab Fikih.

Kitab ini disusun selama hampir dari 40 tahun pada abad ke-2, tepatnya 137 H- 170 H
dan Imam Malik selalu merevisi kitabnya sehingga jumlah hadisnya juga ikut berkurang yang
semula berjumlah 10.000 hadis tinggal 1.000 lebih hadis saja, dan itu pun termasuk yang
musnad dan tidak musnad.7

B. Metode dan sistematika penyusunan kitab al- Muwaththa’

Kitab Al muwatta merupakan kitab yang cukup terkenal di kalangan ulama baik yang klasik maupun
kontemporer, baik terkenal sebagai Kitab Hadis sekaligus kitab fiqih. Kitab ini ditulis oleh Imam Malik
yang hidup pada abad ke-2 Hijriyah dan beliau merupakan salah satu Imam dari 4 Imam mazhab
yang terkenal dalam Islam. Kitab Al muwatta pertama kali dicetak pada masa Khalifah Khalifah Al
Mahdi (khalifah kedua dinasti Abbasiyah) dan diperbanyak menjadi lebih dari 20 naskah pada masa
Khalifah Harun ar-rasyid (Khalifah Ke-4 dinasti Abbasiyah) yang selanjutnya dicetak lagi menjadi 80
naskah yang seluruhnya riwayat dari Imam Malik. Sistematika kitab Al muwatta adalah Kitab Hadis
yang sistematika fiqih.

C. Kaidah-kaidah penyelesaian jarh dan ta’dil

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Kami sadar bahwasanya makalah kami ini masih sangat jauh ari kata sempurna maka
dari itu kami mohonkan kepada kawan – kaawan kira nya untuk memberikan komentar yang
bersifat membangun terhadap makalah kami ini. Atas perhatian dan antusias pembaca kami
ucapkan terimakasih.

7
Kitab hadits musnad adalah kitab hadits yang menghimpun hadits beserta sanadnya dari tingkat
sahabat. Selain menjauhkan peluang pemalsuan hadits, pencantuman sanad juga digunakan untuk melacak
periwayatan hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Nawir yuslem, sembilan kitab induk hadis.( Jakarta: Hijri Pustaka Umum,2006 )

Wildan jauhari, biografi imam Malik.( jakarta Selatan: rumah fikih publishing, 2018

Umi sumbulah, studi sembilan kitab Hadis Sunni. (uin maliki Press, 2017

Anda mungkin juga menyukai